BAB 15 Pulse Okimetri Dan Kapnografi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

BAB 15 Pulse Okimetri dan Kapnografi

Seorang pasien laki laki 50 tahun dengan riwayat penyakit paru obstruksi kronis (PPOK),
dating ke rumah sakit dengan gejala eksaserbasi akut. Pasien dalam keadaan sianosis
dan mengantuk. Laju nafas 26 kali / menit. Pasien dirujuk untuk penanganan PPOK

Pulse oksimetrik dan kapnografi adalah modalitas penting dalam monitoring fungsi
respirasi di unit perawatan intensif.

Langkah 1 : Pemeriksaan pasien secara detail dan lakukan pemeriksaan pulse


oksimetri
 Adanya gambaran tindak spesifik yang menandakan adanya hipoksia harus
dievaluasi dengan pengukuran tingkat oksigenasi yang objektif
 Pemerikasaan analisa gas darah menghitung saturasi oksigen melalui nilai
tekanan parsial oksigen dan dihungkan dengan kurva oksihemogloblin dalam pH
darah yang bervariasi. Analisa gasa darah mengukur secara langsung saturasi
oksigen dalanm arteri ( SaO2)
 Pulse oksimeter adalah suatu alat medis yang mengukur saturasi oksigen dan
perubahan volume darah di kulit secara indirek , yang menghasilkjan suatu
photplethysmograph (SpO2).
Langkah 2 : Memahami prinsip dari Pulse Oksimetri
 Prinsip dasar dari pulse oksimetri adalah untuk mengukur saturasi oksigen dari
hemoglobin berdasarkan hokum Beer-Lambert, yang menghubungakan konstrasi
zat terlarut dengan intensitas cahaya yang ditangkap setelah melalui sebuah
media.
 Pulse oksimetri bekerja berdasarkan 2 prinsip fisika utama:
- Penyerapan cahaya dari hemoglobin yang teroksigenasi berbeda dengan
yang tidak, dalam menggunakan 2 gelombang cahaya yang berbeda ( red dan
near infrared)
- Penyerapan dari kedua gelombang memiliki komponen pulsatile, yang mana
tergantung dari fluktuasi dari volume darah arteri yang terletak antara sumber
dan detector
 Umumnya, Pulse oksimetri memiliki sepasang ligt-emiting diodes(LEDs) kecil
yang menghadap ke sebuah photodiode . diantaranya adalah bagian tubuh yang
translusen, biasanya adalah ujung jari atau daun telinga.
 Satu LED berwarna merah dengan panjang gelombang 660 nm dan yang satunya
infamerah dengan panjang gelombang 905,910 atau 940 nm. Absorpsi dari
gelombang ini berbeda antara oxyhemoglobin dengan deoxyhemoglobin. Maka
dari itu rasio dari oxy / deoxyhemoglobin dapat dihitung melalui rasio absorbsi
cahaya red dan infrared.
 Sebuah mikroprosesor menyaring signal atau gangguan luar sehingga saturasi
oksigen yang akurat dapat di kalkulasi.
 Signal arterial adalah pulsatile dan dapat dibedakan dari signal yang tidak
pulsatile. Mikroprosessor dapat memilah absorpsi cahaya dari fraksi yang pulsatile
yang berasal dari darah arteri.
Langkah 3 : Memahami Kekeliruan dan Keterbatasan.
1.deoksihemoglobinopathy
 Pulse oksimetri dianggap akurat bila saturasi oksigen antara • 70% dan 100%
asalkan hemoglobin beroksigen dan hemo-globin berkurang adalah satu-satunya
spesies terukur dari hemoglobin. Tetapi jika methemoglobin dan
karboksihemoglobin (COHb) meningkat dalam konsentrasi, maka keandalan
oksimetri nadi menjadi diragukan.
 Meth-Hb menyerap jumlah cahaya merah dan inframerah yang sama, dan
rasionya sama dengan 1 sampai 85% saturasi. Jadi bahkan jika pasien hipoksia,
oksimeter pulsa akan membaca 85%. Begitu juga sebaliknya, jika saturasi oksigen
100%, maka pulsa oxi-meter juga akan membaca 85%.
 COHb menyerap cahaya yang sangat sedikit pada 940 nm, sedangkan pada 660
nm, kepunahannya • koefisien sangat mirip dengan oksihemoglobin. Dengan
demikian, kehadiran COHb yang signifikan akan menyerupai kurva
oksihemoglobin dalam kisaran merah, tanpa efek pada inframerah, dan "terlihat
seperti" oxyhemoglobin, yang menyebabkan oksimeter pulsa menjadi terlalu
banyak
 Bila dugaan dyshemoglobins ini, maka oksimetri nadi harus dilengkapi dengan
CO-oksimetri multiwavelength in vitro.
2. Perfusi yang buruk
 Perfusi buruk menyebabkan gelombang denyut nadi buruk, dan denyut nadi tidak
mendeteksi saturasi oksigen yang benar. Hal ini dapat terjadi pada
Cardiopulmonary bypass (CPB), ekstremitas dingin, hipovolemia, curah jantung
rendah, dan penyakit pembuluh darah perifer.
3. Aritmia
 Pulse oksimetri mungkin tidak dapat mendeteksi kejenuhan yang benar selama
fibrilasi atrium cepat atau selama aplikasi pompa balon intra aorta.
4. Lain lain
 Pemoles kuku hitam, biru, dan hijau memberikan kejenuhan yang lebih rendah.
 Nilai yang lebih rendah dari 70% tidak dianggap benar-benar akurat.
 Gerakan pasien seperti menggigil atau kejang tidak akan memberikan pembacaan
yang akurat karena oksimeter pulsa gagal mendeteksi denyut arteri normal.
 Anggota badan hiperemik mungkin menunjukkan pembacaan yang lebih rendah
karena aliran kapiler dan vena menjadi berdenyut.
 tidak bisa mendeteksi hipoventilasi atau hipercarbia meski memiliki kejenuhan
yang baik.
 Meskipun ada beberapa keterbatasan, oksimeter pulsa tetap menjadi alat yang
berguna di ICU karena dapat dibaca terus menerus dan memberikan perkiraan
saturasi oksigen pasien yang dapat diandalkan.

Kapnografi
Langkah 1 mengerti prinsip dasar kapnografi
 Capnography adalah tampilan grafis konsentrasi CO • 2 sesaat versus waktu
(capnogram waktu) atau volume kadaluarsa (capnogram volume) selama siklus
respirasi. Kegunaan capnografi terletak pada pemeriksaan posisi status tabung,
ventilasi, dan perfusi paru-paru endotrakeal.

Prinsip
 Intensitas radiasi inframerah yang diproyeksikan melalui campuran gas yang
mengandung • CO 2 berkurang karena penyerapan.
 Udara ekspirasi dapat dianalisis sebagai perangkat inline (arus utama) atau
sampel • di luar (sidestream).

Fisiologi dasar kapnografi


 Dengan asumsi inspirasi lengkap, tidak akan ada CO • 2 di saluran udara besar
pada akhir inspirasi. Saat pasien mulai menghembuskan napas, awalnya sensor
CO 2 tidak akan mendeteksi adanya CO2 karena penghembusan berasal dari
ruang mati. Saat pernafasan berlanjut, CO • 2 meningkat dan mencapai
puncaknya dan terdeteksi pada sensor. Setelah menghembuskan nafas, saat
pasien mulai mengilhami, CO 2 jatuh kembali ke garis dasar nol karena dia
mengilhami udara bebas CO2. Hal ini menimbulkan bentuk gelombang khas yang
disebut capnogram (Gambar 15.1).
 Tahap I: Pada awal masa hantaran pernafasan, anatomis dan fisiologis sudah
kadaluarsa, jadi tidak ada CO 2
 Tahap II: Penghirupan berlanjut, jadi CO2 naik
 Tahap III : plateau co2
 Tahap IV: Inspirasi
Langkah 2 mengenal aplikasi klinis penggunaan kapnografi
 Slanting dan perpanjangan fase ekspirasi merupakan indikasi penyumbatan pada
jalur pernafasan, yaitu penyumbatan pada tabung endotrakeal atau penyakit paru
obstruktif (Gambar 15.2).
 Elevasi baseline adalah indikasi dari rebreathing, aliran gas yang tidak memadai
(Gambar 15.3).
 Kontaminasi oleh aliran sumber gas.atau sample terlalu dekat dengan sumber
gas.( Gambat 15.4)
 ETCO2 rendah ( hiperventilasi) gambar 15.5
 ETCO2 tinggi (hipoventilasi) gambar 15.6
 Penurunan mendadak pada EtCO 2 dapat disebabkan oleh asistol, hipotensi, atau
emboli paru yang masif (Gambar 15.7).
 Jenis capnogram ini diamati saat CO2 tiba-tiba dilepaskan setelah melepaskan
pembuluh darah besar atau pelepasan tourniquet (Gambar 15.8).
 Tiba-tiba jatuh dan naiknya EtCO 2 disebabkan oleh embol udara kecil (Gambar
15.9).
 Gangguan jantung disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi jantung (Gambar
15.10).
 Ini menunjukkan pasien lumpuh dan tidak cukup lumpuh yang memiliki usaha
pernafasan spontan (Gambar 15.11).
 Hal ini menunjukkan upaya pernafasan yang hilang setelah memberi relaksan otot,
disebut efek curare (Gambar 15.12).
 Hal ini membantu dalam menyapih karena menunjukkan kembalinya respirasi
spontan (Gambar 15.13).
Kesimpulan
Capnogram adalah alat yang sangat berguna untuk pasien terventilasi, dan ini memberi kita
gambaran real-time dari berbagai interaksi paru-paru yang dapat memiliki implikasi pada
keberhasilan terapi pasien.

Anda mungkin juga menyukai