Kti Gerd 1 Gunz

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebuah systematic review yang disusun dari 16 studi epidemiologi
mengenai GERD dan dipublikasikan dalam British Medical Journal (BMJ) tahun 2013 memaparkan
tentang prevelensi GERD yaitu sebesar 18,1%-27,8% di Amerika Utara, 8,8%-25,9% di Eropa, 2,5%-7,8%
di Asia Timur, 8,7%-33,1% di Timur Tengah, 11,6% di Autralia dan 23% di Amerika Selatan. Tulisan ini
juga menyatakan adanya kecenderungan peningkatan kejadian GERD setiap tahunnya. Di Asia Tenggara,
data epidemiologi yang juga berasal dari systematic review yang dipublikasikan oleh National Center Of
Biotechnology Information (NCBI) tahun 2011, prevelensi kejadian GERD di wilayah Asia Tenggara
sebesar 6,3%-18,3% (Tjandrawinata, 2014). Lebih dari 60 juta jiwa di Amerika sebagian besar dewasa
mengeluhkan gejala Heartburn yang dirasakan sekali dalam sebulan, dan lebih dari 25 juta jiwa
keluhannya berupa mual. The Ambulatory Perawatan Medic Survey Nasional (NAMCS) menemukan
bahwa 38.530.000 kunjungan rawat jalan dewasa dalam satu tahun yang terkait dengan GERD. Untuk
pasien dengan gejala GERD, 40- 60% atau lebih memiliki gejala refluks esofagitis. Dan 10% dari penderita
menderita Esofagitis Erosif pada pemeriksaan Endoskopi atas.P 2 berdasarkan data salah satu rumah
sakit di Indonesia, RSCM menunjukkan peningkatan signifikan dari 6% menjadi 26% dalam kurun waktu
5 tahun. Asian Burning Desire Survey (2006) membuktikan bahwa pemahaman tentang GERD pada
populasi di Indonesia adalah yang terendah di Asia Pasifik, hanya sekitar 1%, sedangkan di Taiwan
mencapai 81% dan Hongkong 66%.(Yusuf, 2009). Di Indonesia belum ada data epidemiologi mengenai
penyakit ini, namun Divisi Gastroenterologi Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta mendapatkan kasus esofagitis sebanyak 22,8% dari semua pasien yang menjalani pemeriksaan
endoskopi atas indikasi dyspepsia. (Naomi, 2014). Penelitian yang dilakukan di RSU dr. Soedarso
Pontianak, terhadap 70 pasien asma bronkial yang berkunjung ke poliklinik dan bangsal paru
menggunakan RDQ (Reflux Disease Questionnaire), didapatkan hasil sebesar 43 pasien (61,4%)
mengalami gejala PRGE dan 27 pasien (38,6%) tidak mengalami gejala PRGE. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Kiljander et al memperlihatkan sebanyak 47 dari 90 pasien asma bronkial (52%)
menderita PRGE. Chunlertrith et al menunjukkan angka kejadian PRGE pada pasien asma bronkial
sebesar 57%. (Darmila, 2012). Suatu penelitian yang dilakukan dipoliklinik Asma RS Persahabatan
Jakarta, dengan penelitian yang dilakukan pada sebanyak 36 orang pasien asma persisten denganGERD
ditemukan gejala klinis dengan gejala yang dikeluhkan berturut-turut pada seluruh subjek adalah
regurgitasi 36 orang (100%), nyeri dada 29 orang (80,6%), heartburn sebanyak 29 orang (80,6%),
waterbrash pada 4 orang (38,9%) , serta disfagia/nyeri menelan 7 orang (19,4%). Hal ini sesuai dengan
empat gejala utama GERD (Susanto, dkk 2005). Masalah kesehatan dengan gangguan pencernaan GERD
atau Gastro Esophagel Reflux Disease merupakan aliran balik isi lambung atau duodenum kedalam
esophagus. Hal ini adalah normal, baik pada orang dewasa dan anakanak, refluks berlebihan dapat
terjadi karena sfingter esophagus tidak kompeten, stenosis, pilorik, atau gangguan motilitas.
Kekambuhan refluks tampak meningkat sesuai penambahan usia (Mutaqqin & Sari 2013). 3 Gejala yang
terjadi pada penderita GERD yaitu gejala seperti Heartburn yaitu rasa terbakar di dada yang kadang
disertai nyeri ulu hati yang menjalar ke dada Pasien biasanya tidak tepat menunjukkan area nyeri, tetapi
dengan telapak tangan mengarahkan rasa nyeri pertama muncul pada area substernal (diproyeksikan
sekitar dada) rasa nyeri meradiasi atau menyebar pada seluruh dada (Muttaqin & Sari,2013). Selain itu
gejala-gejala lain seperti rasa asam dan pahit di lidah, nyeri bagian epigastrium, disfagia, dan odinofagia,
pasien juga dapat mengalami gejala-gejala lain seperti, kembung, mual, nyeri menelan, mudah kenyang
dan merasakan nyeri pada bagian ulu hati, dengan gejala refluks atau tanpa gejala refluks yang tipikal.
Selain gejala tersebut pada beberapa kasus dapat pula datang dengan gejala tidak tipikal yang tidak
berasal dari saluran cerna, tetapi juga dari saluran pernafasan, seperti laryngitis kronik, bronkitis, dan
juga asma bronkial. Penampilan yang tidak tipikal ini diakui merupakan salah satu keluhan utama dari
pasien GERD Asia, di mana keluhan nyeri dada non kardiak merupakan manifestasi umum.(Syam,dkk
2013). Nyeri dada non kardiak didefinisikan sebagai nyeri dada berulang yang hampir sama dari nyeri
jantung iskemik. Namun meskipun nyeri dada non kardiak sifatnya kronis, nyeri dada non kardiak tidak
berdampak pada kematian pasien.Penyebab utama dari nyeri dada non kardiak yaitu Gastro Eshopageal
Reflux, Dismolitas Esophagus, dan Hipersensivitas esophagus.Penyakit Gastro Esophageal Refluks
Disease adalah penyebab yang paling umum untuk nyeri dada non kardiak.(Fass & Acem 2011). Pada
sebuah penelitian, peneliti menemukan 53% dari semua pasien nyeri dada non kardiak merasakan mual,
dan 58% merasakan regurgitasi asam. Peneliti juga menemukan 68% - 90% pasien memiliki gejala GERD
(Fass & Acem 2011). Nyeri adalah suatu perasaan subyektif, dimana aspek emosional sangat
berperan.Nyeri sering dihubungkan dengan depresi.Pada penelitian di poli klinik Penyakit Dalam (poli
umum dan poli gastroenterologi) Rumah Sakit Dr. Kariyadi (RSDK) Semarang, yang dikerjakan mulai
Desember 2006 4 sampai Juli 2007.Sampel yang digunakan sebanyak 108 orang. Penderita yang datang
periksa ke poli 88 (81,5%) dengan keluhan nyeri sedang, dan 15 (13,9%) dengan nyeri beratanya sedikit
4,6% yang datang dengan nyeri ringan. Hal ini menunjukkan bahwa penderita yang datang ke poli
merasa terganggu dengan nyeri yang dikeluhkannya.Karena RSDK kemungkinan merupakan rumah sakit
rujukan, sehingga pasien yang datang ke RSDK sudah periksa sebelumnya di Puskesmas atau di Rumah
Sakit Daerah dan keluhannya belum berkurang.(Noerhidajati, 2010). Berbagai permasalahan yang timbul
baik masalah actual maupun potensial akibatt GERD (Gastro Esophagel Refluk Disease) antara lain
adalah gangguan rasa aman nyaman : Nyeri, ketidak seimbangan nutrisi yang kurang dari kebutuan
tubuh, resiko aspirasi berhubungan dengan refluks material dari esophagus ke jalan nafas, kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit (Mutaqqin & Sari, 2013). Menurut Asmadi (2008) kebutuhan akan
keselamatan atau aman adalah kebutuhan melindungi diri dari bahaya fisik. Sedangkan menurut maslow
kebutuhan dasar manusia memiliki tingkatan atau hirarki, mulai yang paling rendah (fisiologis) sampai
yang paling tinggi (aktualisasi diri). Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat
keperawatan.Berbagai teori keperawatan menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien yang
merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Keamanan fisiologis dapat berupa sesuatu yang
mengancam bagi seseorang, ancaman bisa berupa perasaan seperti nyeri, cemas dan sebagainya.
Ketidaknyamanan atau nyeri bagaimanapun keadaanya harus diatasi,karena kenyamanan merupakan
kebutuhan dasar manusia, sebagaimana dalam hirarki Maslow. Seseorang yang mengalami nyeri akan
berdampak pada aktivitas sehari-hari dan istirahat serta pola tidurnya (Potter dan Perry, 2006).
Manajemen nyeri yaitu sebagai salah satu tindakan ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya
untuk penghilangan nyeri Teknik relaksasi nafas dalam adalah suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas 5 dalam,nafas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan, selain
dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatan ventilasi paru
dan meningkatkan oksigenasi darah. ( Potter& Perry, 2005) Berdasarkan latar belakang diatas maka
dapat disimpulkan bahwa pada pasien GERD (Gastro Esophageal Reflux Disease) memerlukan
pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman. Sehingga penulis termotivasi untuk menulis karya tulis
ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman Pada Ny. S
Di Ruang Barokah RS PKU Muhammadiyah Gombong” B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mendiskripsikan Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Dan
Nyaman Pada Ny. S Di Ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong” 2. Tujuan Khusus a. Memaparkan
hasil pengkajian pada klien dengan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman pada Ny. S di Ruang
Barokah PKU Muhammadiyah Gombong b. Memaparka hasil diagnosa keperawatan dengan pemenuhan
kebutuhan rasa aman dan nyaman pada Ny. S di Ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong c.
Memaparkan hasil intervensi keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman pada
Ny. S di Ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong. C. MANFAAT PENULISAN 1. Manfaat keilmuan a.
Manfaat untuk rumah sakit 6 Memberi gambaran tentang pelaksanaan untuk mengurangi nyeri denga
menggunakan farmakologis dan pelaksanaan non farmakologi b. Manfaat Institusi Dapat dijadika
tambahan bahan referensi dan bahan tambahan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran dan
pengetahuan bagi para mahasiswa. 2. Manfaat aplikatif a. Manfaat untuk klien Memberikan kebutuhan
dasar kepada klien dan memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal, sehingga kebutuhan dasar
klien terpenuhi dan mngetahui manfaat dan pelayanan kesehatan yang diberikan. b. Manfaat untuk
keluarga klien Mengetahui kebutuhan dasardan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien,
sehingga pengetahuan untuk keluarga klien bertambah. 46 DAFTAR PUSTAKA Asmadi, (2008), Teknik
Procedural Keperawatan: Konsep Dan Keperawatan Dasar,Jakarta : Salemba Medika. Darmila Ratna
Annisa, (2012), Hubungan karakteristik pasien asma bronkial dengan gejala penyakit refluks
gastroesofagus (prge) di RSUD Dr. Soedarso Pontianak, Universitas Tanjung Pura Pontianak. Dorland,
W.A. Newman. (2012). Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 28. Alih bahasa: Albertus Agung Mohede,
Luqman Yanuar Rachman, Aryandhito Widhi Nugroho, Diana Susanto, Husni Mutaqin, Leo Rendy: editor
edisi bahasa Indonesia: Yanuar Budi Hartono., et al. Jakarta: EGC Guideline Team, (2013),
Gastroesopageal Refluks Disease (GERD), Tubman Medical Library, University of Michigan. Herdman, H(
2012). NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 Jakarta: EGC
Kusmiran Eny, Manalu Octovia Lisbet, Umanah Diah, (2014) Relaksasi nafas Dalam Dan Relaksasi
Autogenic Terhadap Respon Skala Nyeri Pada Ibu Pos Seksio Sesaria. Jurnal INJEC Vol.1 No. 1 Laleghani
Allah Hedayat, Esmaili Safarali, Karimi Mehrad, Moghni Mandana, Nahid Jivad, (2013) The Effect Of
Deep-Slow And Regular Breathing On Pain Intensity Of Burn Dressing.(alih bahasa) Iran J Crit Care Nurs
2013:6(4): 229-234 Lilik, (2006). Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: Media Aesculapius.
Mutaqqin Arif & Sari Kumala, (2013), Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: Salemba Medika Naomi Annis Diah, (2014) Obesitas sebagai Faktor Risiko Penyakit
Refluks Gastroesofageal, Volume 3 Nomor 7 Desember 2014 Noerhidajati Elly, dkk, (2010) Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Amplifikasi Somatosensori Pada Penderita dengan Keluhan Nyeri Ulu Hati,
Vol. 2, No. 2. Potter & Perry, (2006), Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktek,
Volume 2, Edisi 4 : EGC Jakarta. 47 Prasetyo, S. N (2010).Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri.
Yogyakarta: Graha Ilmu Price, A. S & Wilson M. L, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Alih Bahasa: Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC Ronnie Fass, Sami R Achem, (2011) Noncardiac
Chest Pain: Epidemiology, Natural Course and Pathogenesis, Journal of Neurogastroenterology and
Motility, Vol. 17 No. 2 April, 2011 Rampengan F. Y Stania, Rondonuwu Rolly, Onibala Franly, (2014),
Pengaruh Teknik Relaksasi Dan Teknik Distraksi Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Ri Ruang Irina A Atas Rsup Dr. R. D. Kandou Manado, Jurnal Keperawatan Vol 2, No 2 Susanto
Dwi Agus, et al , (2008), Asthma symptoms improvement in moderate persistent asthma patients with
gastroesophageal reflux disease (GERD): the role of proton-pump inhibitor, Vol 17, No 3. SyamAri
Fahrial, AuliaChaidir, Renaldi Kaka, SimadibratMarcellus, Murdani Abdullah, Tedjasaputra Robert
Tjahjadi, (2013). Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks
Gastroesofageal(Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia Tamsuri, Anas, (2007), Konsep &
Penatalaksanaan Nyeri. EGC: Jakarta Tarwoto & Wartonah, (2006) Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika Tjandrawinata R Raymond, (2014), Medicinus Scientific
Journal of Pharmaceutical And Medical ApplicationsVol. 27, No. 1 April 2014. Winarni, Indriyati, Rif
Atiningtyas H, (2014) Efektifitas Teknik Distraksi Nafas Dalam Dengan Meniup Balon Untuk Menurunkan
Skala Nyeri Pasca Operasi Section Caesaria Di Bangsal Annisa Rsi Surakarta. Jurnal Keperawatan
Indonesia Vol 7. No 2 Wong, Donna L, Et Al. (2011) Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Alih Bahasa: Agus
Sutarna : Editor Edisi Bahasa Indonesia: Egi Komara Yudha., [et al]. Edisi 6. Jakarta: EGC Yusuf,
Ismail.(2009). Diagnosis Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) Secara Klinis.PPDS Ilmu Penyakit
Dalam FKUI/RSCM Vol. 22, No.3, Edition September - November 2009. 48 1 SATUAN ACARA
PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT GERD (Gatro Esophageal Refluks Disease) Disusun Oleh : Leny Oktaviani
Puji Rahayu (A01301781) PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH GOMBONG 2016 2 SATUAN ACARA PEMBELAJARAN Diagnosa keperawatan
:Kurangnya informasi mengenai penyakit GERD (Gastro Esopageal Refluks Disease) Pokok Bahasan :
Penyakit GERD Sub Pokok Bahasan : Mengetahui pengertian, manifesstasi klinis, diit, cara pencegahan
penyakit GERD Sasaran : Keluarga Ny. S Waktu : 30 Menit Pertemuan Ke- : 2 ( Kedua ) Hari/ Tanggal
Pelaksanaan : Jumat, 09 Juni 2016 Tempat : PKU Muhammadiyah Gombong ruang Barokah A. Tujuan
Instruksional Umum Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan tentang penyakit GERD selama
30 menit diharapkan keluarga Ny. Skhususnya Ny.S mampu mengetahui pengertian, manifestasi klinis,
diit dan cara perawatan untuk pasien GERD. B. Tujuan Instruksional Khusus Setelah dilakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan tentang penyakit GERD selama 30 menit diharapkan keluarga Ny. Skhusunya Ny.S
dapat : 1. Mengetahui tentang apa itu Penyakit GERD 2. Menyebutkan manifestasi klinis GERD dengan
benar tanpa melihat catatan/ leaflet 3. Menyebutkan makanan yang dianjurkan untuk pasien GERD
dengan benar tanpa melihat catatan/ leaflet 4. Menyebutkan cara perawatan untuk pasien GERD
dengan benar tanpa melihat catatan/ leaflet C. Pokok Materi 1. Pengertian GERD 2. Manifestasi klinis
GERD 3 3. Diit untuk pasien GERD 4. Cara perawatan untuk pasien GERD D. Metode 1. Ceramah 2. Tanya
jawab E. Media 1. Materi SAP 2. Leaflet 3. Lembarbalik F. Kegiatan Pembelajaran No. Kegiatan Waktu
Metode Media Evaluasi 1 Mempersiapkan materi, media, tempat,kontrak waktu. 5 menit 2 Pembukaan :
Membuka pembelajaran, memberi salam, memperkenalkan diri, menjelaskan pokok bahasan,
menjelaskan tujuan 5 menit Ceramah Leaflet Menjawab salam, mendengarkan dan memperhatikan 4 3
Pelaksanaan : Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur Materi : a. Pengertian GERD
b. Manifestasi klinis GERD c. Diit untuk pasien GERD d. Cara perawatan untuk pasien GERD 10 menit
Ceramah Leaflet Menyimak dan mendengarkan 4 Evaluasi : Memberi kesempatan kepada klien untuk
bertanya dan memberi kesempatan kepada klien untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan 7 menit
Ceramah,tanya jawab Leaflet Bertanya dan menjawab pertanyaan 5 Penutup : Menyimpulkan materi
yang telah disampaikan Menyampaikanterima kasih atas kesematanya dan mengucapkan salam. 3 menit
Ceramah Menjawab salam 5 G. Sumber Mutaqqin Arif & Sari Kumala, (2013), Gangguan Gastrointestinal:
Aplikasi Asuhan Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika Ari Fahrial Syam, Chaidir Aulia,
Kaka Renaldi, Marcellus Simadibrat, Murdani Abdullah, Tjahjadi Robert Tedjasaputra (2013).
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia(Pgi): Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit
Refluks Gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia H. Evaluasi Prosedur :
Post test Jenis tes : Pertanyaan secara lisan Butir soal : 4 soal 1. Evaluasi Struktural a. Satuan Acara
Pembelajaran sudah siap sesuai dengan msalah keperawatan. b. Kontak waktu sudah tepat dengan
pasien dan keluarganya. c. Media sudah disiapkan yaitu leaflet dan lembar balik. 2. Evaluasi Proses a.
Media dapat digunakan dengan baik. b. Pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan sesuai waktu kontrak.
c. Peserta dapat mengikuti sampai selesai. 3. Evaluasi Hasil a. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan
penjelasan penyakit GERD. b. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan manifestasi klinis GERD yang
sudah dijelaskan. c. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan makanan yang dianjurkan dan dihindari
untuk pasien GERD yang sudah dijelaskan. d. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan cara apa saja
untuk perawatan pasien GERD dari materi yang sudah dijelaskan 6 I. Materi dan Media A. Pengertian
Masalah kesehatan dengan gangguan pencernaan GERD atau Gastro Esophagel Reflux Disease
merupakan aliran balik isi lambung atau duodenum kedalam esophagus. Hal ini adalah normal, baik
pada orang dewasa dan anakanak, refluks berlebihan dapat terjadi karena sfingter esophagus tidak
kompeten, stenosis, pilorik, atau gangguan motilitas. Kekambuhan refluks tampak meningkat sesuai
penambahan usia (Mutaqqin & Sari 2013) B. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis atau tanda-tanda pada
klien dengan GERD menurut Gejala yang terjadi pada penderita GERD seringkali sama dengan gejala
yang dialami penderita disepsia heartburn yaitu rasa terbakar di dada yang kadang disertai nyeri ulu hati
yang menjalar ke dada, rasa asam dan pahit di lidah, nyeri bagian epigastrium, disfagia (kesulitan
menelan),.kembung, mual, mudah kenyang, Selain gejala tersebut pada beberapa kasus dapat pula
datang dengan gejala tidak tipikal yang tidak berasal dari saluran cerna, tetapi juga bisa dari saluran
pernafasan, seperti laringitis kronik, bronkitis, dan juga asma bronkial. (Syam, dkk 2013) C. Diit Untuk
Pasien GERD Untuk pola makan, Anda harus melakukan diet lambung, yaitu menghindari makanan-
makanan berikut ini. 1. Makanan yang Banyak Mengandung Gas: Jika Anda memiliki riwayat maag, maka
berikut ini adalah beberapa makanan dan minuman yang tidak direkomendasikan untuk Anda karena
diyakini menyebabkan produksi gas berlebih di dalam organ pencernaan, antaralain lemakhewani, sawi,
kol, nangka, pisang ambon, kedondong, buah yang dikeringkan dan minuman bersoda. 2. Makanan yang
Merangsang Keluarnya Asam Lambung: Berikut beberapa makanan dan minuman yang merangsang
keluarnya asam lambung, yang sangat tidak direkomendasikan bagi penderita maag, 7 antara lain kopi,
minuman yang mengandung 5-20% alkohol,? anggur putih dan sari buah sitrus. 3. Makanan yang Sulit
Dicerna Membuat Pengosongan Lambung Lebih Lambat Jika pengosongan lambung tertunda lebih dari
waktu sewajarnya, maka membuat kinerja lambung dua kali lebih banyak. Dengan demikian akan
mencetus gas dan akan semakin memperparah gejala maag yang berpotensi muncul. Berikut ini
beberapa makanan yang membuat pengosongan lambung, diantaranya makanan berlemak, kue tart dan
keju. 4. Makanan yang Dapat Merusak Dinding Lambung: Berikut ini adalah makanan dan minuman yang
dapat menyebabkan rusaknya dinding lambung, yang sebaiknya dihindari oleh penderita maag juga,
diantaranya Cuka, pedas, merica dan bumbu yang kuat dan bersifat asam (acid). 5. Makanan yang
Melemahkan Klep Kerongkongan Bawah: Berikut ini adalah makanan dan minuman yang dapat
melemahkan klep kerongkongan bawah, yang sebaiknya dihindari oleh penderita maag, diantaranya
adalah alkohol / minuman keras, cokelat, makanan tinggi lemak dan gorengan. 6. Sumber karbohidrat:
Berikut ini adalah sumber makanan yang kaya karbohidrat yang harus diwaspadai oleh penderita maag,
diantaranya adalah beras ketan, mie, bihun, bulgur, jagung, singkong, tales, serta dodol. Para penderita
maag, GERD dan radang lambung disarankan untuk mempertimbangkan makanan yang dapat
mengurangi serangan nyeri lambung, seperti kentang, pisang, brokoli, dan bubur. 1. Kentang Sumber
karbohidrat yang baik dan mampu memberikan rasa kenyang yang cukup lama. Bubur kentang atau jus
kentang yang bersifat basa di pagi hari bermanfaat untuk menetralisir asam lambung sebelum Anda
menyantap makanan lain. 8 2. Pisang Masak Mengandung kalium, selain melon, pepaya dan tomat.
Kalium yang dikandung dalam buah-buahan tersebut bermanfaat menyeimbangkan pH (derajat
keasaman) di dalam lambung. Pisang juga mampu memberi rasa kenyang sehingga amat baik
dikonsumsi di antara waktu makan. Selain itu, pisang juga kaya akan potasium yang mampu
menormalkan peningkatan tekanan darah akibat serangan stres. 3. Brokoli Merupakan sumber kalium
dan sulfur yang baik. Sulfur mampu berperan sebagai antioksidan pelindung lapisan dalam kulit
lambung. Brokoli juga kaya akan vitamin C yang baik untuk memelihara stamina tubuh. Makanan lain
yang mengandung sulfur adalah bawang merah dan bawang putih. 4. Bubur Ayam Bagi penderita sakit
maag akut sangat berguna untuk mencegah dan meringankan serangan rasa sakit. Sebaiknya hindari
sate jeroan yang sulit dicerna, namun sebagai penambah rasa boleh ditambahkan telur rebus, kecap dan
sedikit kerupuk. 5. Lidah Buaya Bermanfaat meredakan panas dalam dan mempercepat penyembuhan
luka. Kandungan saponinnya mempunyai kemampuan antiseptik, sedangkan kandungan antrakuinon
dan kuinonnya berkhasiat sebagai antibiotik, penghilang rasa sakit dan merangsang pertumbuhan sel
baru pada kulit. Selain itu, kandungan mukopolisakarida di dalam lidah buaya juga berguna untuk
memulihkan radang, termasuk radang saluran pencernaan dan arthritis. D. Cara perawatan untuk pasien
GERD Menurut Arif Mutaqqin dan Sari 2013, perawatan GERD yaitu 1. Perubahan polamakan untuk
menurunkan obesitas 2. Perubahan untuk berhenti merokok, minum alcohol serta minum kopi dan
produk yang menggunakan bahan dasar tomat 9 3. Jangan makan terlalu kenyang, jangan segera tidur
setelah makan 4. Sebaiknya makan sedikit-sedikit tapi sering 5. Menunggu minimal 3 jam setelah makan
dan jangan langsung tidur 6. Meningkatan posisi kepala pada saat tidur setinggi 20 cm. 7. Hindari hal
seperti merokok, pakaian ketat, mengangkat barang berat.

Anda mungkin juga menyukai