Laporan
Laporan
Laporan
H311 16 012
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
H311 16 012
PENDAHULUAN
Larutan merupakan salah satu jenis campuran biner, campuran yang terdiri
dari dua komponen yang bersifat homogen yang tidak dapat dibedakan lagi antara
fase pelarut dan zat terlarutnya. Penambahan zat terlarut ke dalam suatu pelarut
molal parsial larutan. Sifat molal parsial yang paling mudah digambarkan adalah
volume molar parsial yang disefinisikan sebagai kontribusi pada volume dari satu
komponen dalam sampel terhadap volume total (Atkins dan Paula, 2006).
Volume molar parsial suatu zat adalah kemiringan dengan variasi total
volume sampel. Secara umum, jumlah molar parsial dengan komposisi yang berbeda,
seperti yang ditunjukkan oleh slope yang berbeda pada komposisi a dan b. Volume
molar parsial dapat diukur dengan melalui beberapa cara. Salah satu metodenya
volume yang diamati dengan fungsi dari jumlah zat. Setelah fungsi ditentukan,
molal suatu larutan, menggunakan larutan NaCl. Dalam analisa ini, volume molal
konsentrasi dari larutan natrium klorida. Metode yang dilakukan adalah dengan
menentukan volume molal parsial larutan natrium klorida (NaCl) sebagai fungsi
konsentrasi ?
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan volume molal
parsial larutan natrium klorida (NaCl) sebagai fungsi konsentrasi dengan mengukur
Manfaat dari percobaan ini adalah dapat menentukan volume molal parsial
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat termodinamika molar parsial utama ada tiga, yakni volume molar parsial
dari komponen-komponen dalam larutan, entalpi molar parsial (juga disebut sebagai
panas differensial larutan), dan energi bebas molal parsial (disebut potensial kimia).
dengan menggunakan suatu fungsi yang disebut besaran molal nyata yang ditentukan
(1)
dimana Ji adalah harga molal untuk komponen murni dan dengan menggunakan
metode intersep. Satu hal yang harus diingat adalah bahwa sifat molal parsial dari
suatu komponen dalam suatu larutan dan sifat molal untuk senyawa murni adalah
sama jika larutan tersebut ideal. Pada temperatur dan tekanan kosntan, persamaan
dapat ditulis:
J= ∑ n i J i (2)
i
arti fisik dari integrasi ini adalah bahwa ke suatu larutan yang komposisinya tetap,
suatu komponen n1, n2, ..., ni (yang komposisinya juga mirip dengan larutan
awalnya) ditambahkan lebih lanjut, sehingga komposisi relatif dari tiap-tiap jenis
tetap konstan.
Volume molal parsial komponen suatu campuran berubah-ubah bergantung
pada komposisi. Hal ini di karenakan lingkungan setiap jenis molekul yang berubah
dan perubahan gaya yang bekerja antar molekul inilah yang menghasilkan variasi
sifat termodinamika campuran jika komposisinya berubah. Volume molal parsial air
dan etanol sepanjang rentang komposisi penuh, pada temperatur 25 oC. Volume molal
untuk larutan digunakan persamaan energi bebas Gibbs yang mempresentasikan nilai
Gi =Г ( T ) + RT ln ƒi (4)
untuk mencari komposisi kesetimbangan pada larutan dari properti total sistem.
Dengan mencari nilai koefisien aktivitas dan konstanta kesetimbangan melalui model
Electrolyte Non-Random Two Liquid (ENRTL), energi Gibbs larutan dapat dihitung.
Sifat molal parsial yang mudah digambarkan sebagai volume molal parsial
yaitu kontribusi pada volume, dari satu komponen sampel terhadap suatu volume
total. Dapat dibayangkan pada suatu volume besar dari air murni. Jika ditambahkan
lebih lanjut air, maka volumenya bertambah 18 cm 3 dan kita dapat mengatakan
bahwa 18 cm3 adalah volume molal air murni. Walaupun demikian jika ditambahkan
1 mol air ke dalam etanol murni yang volumenya besar maka penambahan
volumenya hanya sebesar 14 cm3. Alasan dari perbedaan kenaikan volume ini adalah
volume yang ditempatkan pada sejumlah molekul air dan bergantung pada molekul
yang di sekelilingnya. Begitu banyak etanol yang ada sehingga setiap molekul air
Sebuah piknometer adalah bejana dengan volume yang diketahui secara tepat.
Ketika orang berpikir tentang penentuan kerapatan, seseorang biasanya berpikir dari
digunakan untuk menentukan massa (m). Pada umumnya piknometer (terbuat dari
bahan pecah belah) biasanya digunakan untuk menentukan kerapatan atau berat jenis
berat jenis ditentukan dengan persamaan yang sama dan membagi kedua sisi dengan
sebelum ditimbang sampel padat dalam piknometer dan mengisi sisa piknometer
dengan cairan yang kerapatannya diketahui (biasanya air), berat piknometer yang
hanya di isi dengan cairan yang sebelumnya tidak diketahui. Kerapatan dari sampel
dapat ditentukan dari kerapatan yang diketahui yaitu air, berat piknometer yang
mengandung sampel dan cairan dan berat sampel. Ini adalah metode yang umum
BAB III
METODE PERCOBAAN
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet tetes, sikat tabung, pipet
volume 50 mL, piknometer 25 mL, gelas kimia 250 mL, labu semprot, neraca
analitik, labu ukur 100 mL, bulb, termometer 100 ºC dan pengering.
bersih dan kering ditimbang dnegan menggunakan neraca analitik, lalu dicatat
menggunakan tissue roll lalu ditimbang dan dicatat bobotnya. Piknometer ditimbang
dengan mengganti akuades dengan larutan NaCl mulai dari konsentrasi rendah
larutan yang akan dipakai dan setiap kali penimbangan suhunya juga harus diukur.
BAB IV
volume yang terjadi bila satu mol komponen i ditambahkan pada larutan. percobaan
ini adalah untuk menentukan volume molal parsial larutan natrium klorida (NaCl)
kali sehingga diperoleh larutan NaCl yang lebih encer yakni 1,5 M; 0,75 M; 0,375 M
kemudian di hitung volume molal parsialnya dengan menghitung bobot jenis masing-
penambahan volume larutan yang terjadi pada berbagai variasi konsentrasi larutan.
terhadap volume molal parsial larutan. Volume molal parsial sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi dari larutan tersebut. Semakin tinggi konsentrasinya maka volume molal
parsialnya semakin tinggi pula atau dengan kata lain berbanding lurus.
nantinya akan ditimbang. Semakin tinggi konsentrasinya maka semakin berat pula
piknometer tersebut. Hal ini dapat terjadi karena penyusun dari larutan NaCl yang
konsentrasinya besar lebih banyak mengandung zat NaCl daripada air sehingga
beratnya menjadi lebih besar, yang diketahui bersama bahwa NaCl adalah suatu
kecil ke yang konsentrasinya besar. Hal ini dilakukan agar nantinya berat yang
kecil berubah menjadi agak besar pula walaupun tidak sama. Tetapi yang
konsentrasinya kecil tidak mempengaruhi konsentrasi yang besar. Hal ini dilakukan
karena piknometer yang digunakan hanya 1 buah, jadi kita menghindari terjadinya
Tabel 2. Perhitungan
kering dan bersih ditimbang dalam keadaan kosong. Kemudian, piknometer diisi
dengan akuades dan ditimbang kembali. Sebelum ditimbang, bagian luar piknometer
harus dikeringkan agar pada saat penimbangan bobot akuades tidak dipengaruhi oleh
akuades dibagian luar piknometer. Suhu akuades kemudian diukur dan dicatat. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui densitas air dengan tepat. Setelah akuades ditimbang,
isi piknometer diganti dengan larutan NaCl dimulai dengan konsentrasi paling kecil
ke konsentrasi paling besar dengan urutan 0,1875 M; 0,375 M; 0,75 M; 1,5 M dan
3 M. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan kesalahan pada saat penentuan densitas
larutan NaCl karena semakin pekat suatu larutan maka semakin besar densitas larutan
tersebut. Setiap penggantian larutan, piknometer harus dibilas dengan larutan yang
akan dipergunakan. Pembilasan dilakukan agar tidak terdapat zat lain pada saat
tahapan rumus yang harus diselesaikan. Awalnya menghitung harga massa jenis dari
dikonversikan kedalam rumus untuk mencari harga volume molal parsial (Φ),
kemudian dibuat grafik antara Φ dengan akar dari konsentrasi (√m) untuk
memperoleh nilai slope. Pada percobaan ini didapatkan hasil sebagai berikut:
Φ Vs √m
√m
Φ Vs √m
√m
konsentrasi larutan NaCl yang diukur. Data yang diperoleh pada percobaan
menunjukkan bahwa semakin kecil konsentrasi molar larutan, maka semakin kecil
pula konsentrasi larutan tersebut dalam molal. Tetapi hal tersebut tidak berlaku pada
volume molal parsialnya. Karena seperti yang dapat diamati pada grafik, nilainya
tidak beraturan, maka perlu dilakukan regresi. Adapun nilai volume molal parsial
parsial regresi dari larutan NaCl berturut-turut diperoleh konsentrasi yaitu 0,1875 M;
16,8514 cm3/mol; 17,9481 cm3/mol dan 19,5538 cm3/mol. Dari grafik tersebut
diperole persamaan garis yaitu y = 2,9553x + 14,27. Volume molal parsial ditentukan
melalui metode grafik sehingga berdasarkan kemiringan grafik, diperoleh nilai slope
sebagai perbandingan antara Δy/Δx, yang nilainya sama dengan tan a, dimana nilai
tersebut sama dengan volume molal parsial yaitu 3,0418 cm3/mol. Berdasarkan hasil
volume parsial yang diperoleh dapat diketahui bahwa dalam setiap penambahan 1
mol NaCl terjadi penambahan volume molal sebesar 3,0418 cm3/mol. Dengan
melihat nilai R2 pada persamaan garis yaitu 0,787 dapat diketahui bahwa angka
tersebut berbeda dari angka ketelitian. Hal ini disebabkan karena ketidaktelitian
praktikan saat penimbangan larutan NaCl, piknometer yang tidak kering dan bersih,
saat pengenceran larutan NaCl serta alat-alat yang digunakan tidak steril.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa volume
5.2 Saran
Saran untuk laboratorium adalah sebaiknya alat yang akan digunakan dalam
peralatan tersebut sehingga waktu yang digunakan dalam percobaan juga efektif dan
efisien.
sehingga kita dapat membandingkan hasil percobaan untuk berbagai macam bahan
yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P. and Paula, J.D., 2006, Physical Chemistry, Eight Edition, Oxford
University Press, New York.
Kuswandi., Anam, K., dan Laksana, Y.P., 2008, Solubilitas Gas CO 2 dalam Larutan
Potassium Karbonat, Jurnal Teknik Kimia, 3(1): 178-186.
Webb, P.A., 2001, Volume and Density Determinations for Particle Technologists,
Micromeritics Instrument Corp, 2(16): 4-6.