Kelompok 2 PMV 1-3 Baru
Kelompok 2 PMV 1-3 Baru
Kelompok 2 PMV 1-3 Baru
KIMIA FISIKA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 :
1. RAMDHAN ANGGARA P NPM : 08.2019.1.01843
2. ALMA THALIA OKTAVIANI NPM : 08.2019.1.01848
3. KATHERINE PUTRI IM NPM : 08.2019.1.01851
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Kelompok 2
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Dasar Teknik Kimia
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat Nya dan atas
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Fisika yang
berjudul Adsorpsi Isotermis. Laporan praktikum ini dibuat untuk memenuhi tugas
Praktikum Kimia Fisika. Di samping itu, kami juga berharap laporan praktikum ini
mampu memberikan kontribusi dalam menunjang pengetahuan para mahasiswa
khususnya dan pihak lain pada umumnya.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini, kami tidak dapat menyelesaikannya
dengan baik dan benar tanpa adanya bantuan dorongan dari berbagai pihak yang
berupa petunjuk, bimbingan, pengarahan maupun fasilitas yang di peroleh. Untuk
itu pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hati
penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Erlinda Ningsih, S.T., M.T. selaku dosen pengampu.
2. Asisten laboratorium kimia fisika 2021.
3. Teman-teman yang membantu kami baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Untuk lebih menyempurnakan laporan praktikum ini, kami memerlukan kritik
dan saran dari pembacanya, sehingga dapat digunakan untuk membantu
memperbaiki laporan praktikum ini. Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam
penyusunan laporan praktikum ini terdapat kesalahan dan harapan kami semoga
laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penyusun
ABSTRAK
Volume molal parsial merupakan kontribusi pada volume dari satu komponen
dalam sampel terhadap volume total. Tujuan dari praktikum molal parsial pada
kesempatan kali ini yaitu untuk mengetahui densitas sampel berbagai konsentrasi,
mengetahui hubungan volume seluruh larutan dengan konsentrasi larutan,
mengetahui hubungan antara volume molal nyata dengan akar molalitas suatu larutan
dan yang terakhir adalah mengetahui parsial molal volume, V1 dan V2. Bahan-bahan
yang digunakan adalah Na2SO4, NaCl dan Gula. Prosedur kerjanya ialah pertama,
membuat larutan Na2SO4, NaCl dan Gula 3 M. Selanjutnya melakukan pengenceran
ketiga larutan tersebut pada konsentrasi ¾, ½, ¼, 1/8, 1/16. Kesimpulan dari
praktikum parsial molal volume adalah densitas suatu larutan berbanding lurus
dengan konsentrasi larutan, volume molal parsial pelarut air berbanding lurus dengan
konsentrasi larutan sedangkan volume molal parsial zat terlarut berbanding terbalik
dengan konsentrasi larutan, volume molal nyata berbanding terbalik dengan nilai
akar molalitas, volume seluruh larutan berbanding lurus dengan konsentrasi larutan.
Semakin besar nilai dari akar molal dan volume, maka nilai dari regresi dan molalitas.
Kata kunci: Konsentrasi, Molal, Parsial
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................ i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Percobaan ............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
2.1 Kelarutan ......................................................................................................... 3
2.2 Asam Oksalat .................................................................................................. 3
2.3 Enthalpi ........................................................................................................... 4
2.4 Natrium Hidroksida......................................................................................... 5
2.5 Titrasi .............................................................................................................. 5
2.6 Panas Pelarutan ............................................................................................... 6
BAB III METODE PERCOBAAN .................................................................... 7
3.1 Skema Penentuan Kelarutan sebagai Fungsi Suhu .................................. 7
3.2 Alat dan Bahan Pecobaan ........................................................................ 8
3.3 Gambar Alat ............................................................................................. 8
BAB IV DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN ...................... 9
4.1 Data Hasil Percobaan ............................................................................... 9
4.2 Data Hasil Perhitungan ............................................................................ 9
4.3 Data Hasil Perhitungan ............................................................................ 11
4.4 Pembahasan dan Diskusi.......................................................................... 11
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 15
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 15
5.2 Saran ................................................................................................................ 15
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Kelarutan sebagai Fungsi Suhu......................... 10
Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan Kelarutan sebagai Fungsi Suhu ...................... 10
Tabel 4.3 Data Hasil Perhitungan Kelarutan sebagai Fungsi Suhu ...................... 10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Skema Percobaan Kelarutan sebagai Fungsi Suhu .......................... 7
Gambar 3.2 Tabung Reaksi ................................................................................. 8
Gambar 3.3 Thermometer.................................................................................... 8
Gambar 3.4 Piknometer 10 ml ............................................................................ 9
Gambar 3.5 Pipet Volume ................................................................................... 9
Gambar 3.6 Buret ................................................................................................ 9
Gambar 3.7 Batang Pengaduk ............................................................................. 9
Gambar 3.8 Klem dan Statif ................................................................................ 9
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara Suhu dan Densitas..................................... 12
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Suhu dan Kelarutan .................................. 13
Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara 1/T dan 1/S ............................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam mempelajari ilmu kimia ada banyak sekali cabang-cabang ilmu yang
dapat dipelajari, salah satunya adalah ilmu kimia fisika. Dalam dunia perkuliahan
terutama jurusan teknik kimia, ilmu kimia fisika sangat penting untuk dipelajari dan
menjadi mata kuliah wajib. Ilmu kimia fisika dibagi menjadi dua tahap, yaitu kimia
fisika 1 dan kimia fisika 2. Ilmu kimia fisika 2 ada banyak sekali sub bab yang
diajarkan, salah satunya yaitu sub bab parsial molal volume.
Parsial molal volume dapat diartikan sebagai sumbangsih suatu zat dalam suatu
campuran pada suatu volume total. Misalkan pada teh manis, Volume total dari
pelarut atau air merupakan volume partial dari larutan teh tersebut. Untuk
menentukan partial molal volume dapat dilakukan dengan cara analisa kualitatif.
Kita dapat menghitung banyaknya suatu zat dalam suatu campuran dengan proses
perhitungan secara matematis. Volume molar parsial suatu larutan adalah
kontribusi pada volume dari satu komponen dalam sampel terhadap volume total.
Tujuan dari percobaan volume molal parsial adalah untuk menentukan volume
molal parsial suatu larutan dalam berbagai konsentrasi yang dilakuan dengan cara
mengukur berat jenis suatu larutan dengan meggunakan piknometer. Berdasarkan
teori tersebut, untuk mengetahui metode-metode penentuan volume molar parsial
yang merupakan sifat dari thermodinamika molal parsial utama, maka praktikum
ini dilakukan untuk mempermudah dalam memahami teori yang sudah dipaparkan,
serta menganalisa kejadian-kejadian atau data yang berbeda antara hasil di lapangan
dengan yang ada dalam teori.
Salah satu sifat molar parsial yang ada yaitu sifat molal parsial yang lebih
mudah digambarkan dengan volume molal parsial, yaitu kontribusi pada volume
dari suatu komponen dalam sampel terhadap volume total. Dengan adanya
praktikum ini diharapkan kami dapat memahami materi partial molal volume dan
diharapkan materi yang telah dipelajari ini dapat diamalkan di dunia kerja maupun
di dalam kegiatan lainnya yang tentunya berkaitan dengan materi yang telah
dipelajari.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum parsial molal volume adalah:
1.Mengetahui densitas sampel dengan berbagai konsentrasi.
2. Mengetahui hubungan volume seluruh larutan dengan konsentrasi larutan.
3. Mengetahui hubungan antara volume molal nyata dengan akar molaritas
suatu larutan.
4. Mengetahui volume parsial molal, V1 dan V2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Parsial Molal Volume
Volume molal parsial merupakan kontribusi pada volume dari satu komponen
dalam sampel terhadap volume total. Volume molal partial merupakan komponen
suatu campuran yang berubah-ubah tergantung pada komposisinya berubah dari a
murni ke b murni. Perubahan lingkungan molekuler dan perubahan gaya-gaya yang
bekerja antara molekul tersebut, sehingga menghasilkan variasi sifat
thermodinamika campuran saat komposisinya berubah. (Putri. 2015)
Densitas merupakan pengukuran massa setiap satuan volume benda. Massa
jenis suatu benda berbanding lurus dengan massa setiap volume. Massa jenis
ratarata suatu benda ialah total massa dibagi dengan total volume suatu benda.
Densitas = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
Massa dan volume meruaan sifat ekstensif yang tergantung pada jumlah materi
yang diamati. Untuk menghitung densitas suatu zat dapat dilakukan dengan
membagi massa suatu zat dengan volumenya yang merupakan sifat intensif. Sifat
intensif tidak tergantung pada jumlah suatu materi yang diamati. (Putri. 2015)
Molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol solute per kg solven dalam
kilogram.
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Molalitas =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Jika ada larutan 1,00 molal maka mengandung 1,00 mol solute tiap 1,00 kg
solven (Brady, 1992).
Molalitas adalah mol zat terlarut per kilogram pelarut (mol.kg-1). Molalitas
dilambangkan dengan m, 1 molal = 1mol.kg-1. Perbedaan penting antara konsentrasi
molar dan molalitas adalah dalam hal volume larutan. Molalitas didefinisikan
sebagai massa pelarut. Perbedaan yang perlu diingat adalah bahwa konsentrasi
molar bervariasi. Untuk larutan encer dalam air, nilai-nilai numerik dari molaritas
dan konsentrasi molar berbeda sangat sedikit dan memiliki massa mendekati 1 kg
,untuk larutan air terkonsentrasi dan untuk semua larutan dengan kerapatan yang
berbeda dari 1 g.mL.
Laboratorium Dasar Teknik Kimia
FTI─ITATS
3
Laporan Praktikum Parsial Molal Volume
atau
δv δv δv δv
𝑑𝑉 = 𝑑𝑇 + 𝑑𝑃 + 𝑑𝑛𝑖 + 𝑑𝑛2 + ⋯. (3)
δni δni δni δni
Pada suhu dan tekanan tetap, dari persamaan (1) dan (3) didapat:
𝑑𝑉 = V1dn1 + v2dn2 + ….. (4)
Volume molal parsial akan tetap pada kondisi dimana komposisi, suhu, dan
tekanan tetap. Integrasi persamaan (4) pada kondisi tersebut memberikan:
𝑑𝑉 = n1V1 + n2V2 + ….. = tetapan (5)
Jika n1 = n2 maka tetapan akan sama dengan 0.
Contoh perhitungan volume molal parsial :
Misalkan akan dicari volume molal parsial zat terlarut dalam pelarut air
sebanyak 1000 gram, maka:
𝑉 = n1V1 + n2V2 (6)
1000 gram air = 55.51 mol
Dimana V adalah volume seluruh larutan, n1 adalah jumlah mol air dengan
volume molal parsial V1, dan n2 adalah jumlah mol zat terlarut dengan volume
molal parsial V2. Jika V0 adalah volum molal air murni, dan φ adalah volume molal
nyata untuk zat terlarut, maka:
V = n1V01 + n2 φ (7)
Diketahui pula bahwa,
1000+mM2 1000 (8)
V= 𝑛1 =
ρ larutan ρa
Dimana M2 adalah berat molekul solute, ρ larutan adalah massa jenis larutan
dan ρa adalah massa jenis air murni. Dari persamaan (8) didapat :
𝜑= 1
(𝑀2
1000 ρ larutan− ρa
ρ larutan 𝑚
( ρa
))
1000 W−Wo
= 1 (𝑀2 ( )) (9)
ρ larutan 𝑚 Wo−We
= 𝜑 − 𝑁2 (δV ) P, T, N1
δN2
δV
= 𝜑 − 𝑚( ) (10)
δN2
Pada umumnya untuk larutan elektrolit sederhana, volume molal parsial nyata
(apparent molal volum) adalah linier terhadap √m. prediksi Debye-Huckel untuk
larutan encer sesuai dengan perilaku ini karena :
𝑑φ 𝑑φ 𝑑(√𝑚) 1 𝑑φ
= 𝑥 = 𝑥 (12)
𝑑𝑚 𝑑(√𝑚) 𝑑𝑚 2(√𝑚) 𝑑(√𝑚)
𝑉2 = φ + √𝑚 𝑑φ
(13)
2 𝑑(√𝑚)
Dari persamaan (13) dapat dibuat grafik φ vs √m yang linier, sehingga didapat
gradient dφ/d(√m). pada √m = 0 nilai φ = φ0 . selanjutnya dari kedua nilai tersebut
dapat dihitung V1 dan V2 (Tim Kimia Fisika, 2014).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan Partial Molal Volume
3.1.1 Skema Percobaan Partial Molal Volume Larutan NaCl
Gambar 3.1 Skema percobaan penentuan Partial molal volume larutan NaCl
3.1.2 Skema Percobaan penentuan Partial Molal Volume larutan Gula
Gambar 3.2 Skema Percobaan Penentuan Partial Molal Volume larutan Gula
3.2.1 Alat:
1. Piknometer 10 ml 1 buah
2. Piknometer 25 ml 1 buah
5. Pengaduk 1 buah
6. Neraca 1 buah
3.2.2 Bahan:
1. NaCl
2. Gula
3. Na2SO4
4. Aquades
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
4.1.1 Data Hasil Percobaan Standarisasi NaOH
Tabel 4.1 Data Percobaan Standarisasi NaOH
No Massa Asam V titrasi Warna awal Warna
Oksalat akhir
1 2.0 8,2 Tidak Berwarna Merah muda
2 2,0 8,3 Tidak Berwarna Merah muda
3 2,1 8,3 Tidak Berwarna Merah muda
4.1.2 Data Hasil Percobaan Kelarutan sebagai Fungsi Suhu
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Kelarutan sebagai Fungsi Suhu
No Suhu Titrasi Ke- Volume Warna Warna
(oC) 1 2 3 rata – awal akhir
rata
1 25oC 5,9 5,5 5,7 5,7 Tidak Merah
Berwarna muda
2 20oC 4,4 5,2 5,7 4,9 Tidak Merah
Berwarna muda
3 15oC 3,7 3,4 3,6 3,6 Tidak Merah
Berwarna muda
4 10oC 3,6 3,6 3,7 3,6 Tidak Merah
Berwarna muda
5 5oC 2,6 2,6 2,6 2,6 Tidak Merah
Berwarna muda
6 0oC 2,6 2,4 2,4 2,5 Tidak Merah
Berwarna muda
4.1.3 Data Hasil Percobaan Densitas Asam Oksalat
Tabel 4.3 Data hasil Percobaan densitas asam oksalat
No Suhu Massa Pikno Massa Pikno + Massa
(K) Kosong (gr) Larutan Larutan
298,15 22,2 11,0
1 11,2
293,15 22,2 11,0
2 11,2
288,15 22,2 11,0
3 11,2
283,15 22,2 11,0
4 11,2
278,15 22,2 11,0
5 11,2
NaOH 3,9041
4.2.2 Data Hasil Perhitungan Kelarutan sebagai Fungsi Suhu
Tabel 4.5 Data Hasil Perhitungan Kelarutan sebagai Fungsi Suhu
No Suhu Kelarutan ln S 1/S 1/T ∆H Densitas
(K) (mmol/L) (gr/m3)
1 298,15 1112,67 7,0145 0,000899 0,003354 1,0038
2 293,15 956,50 6,8633 0,001045 0,003411 1,0038
3 288,15 702,74 6,5550 0,001423 0,003470 1,66 1,0038
4 283,15 702,74 6,5550 0,001423 0,003532 x 10- 1,0038
5 278,15 507,53 6,2197 0,001970 0,003595 3 1,0038
6 273,15 488,01 6,1903 0,002049 0,003661 1,0046
4.3 Pembahasan dan Diskusi
Kelarutan merupakan jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut
sampai membentuk larutan jenuh. Pada percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu
yang pertama adalah larutan asam oksalat jenuh dibuat di dalam tabung reaksi pada
suhu ruangan (273,15 K). Cara pembuatan asam oksalat jenuh dengan cara padatan
asam oksalat di tambahkan ke dalam larutan tersebut, akan tetapi padatan asam
oksalat tersebut tidak larut dalam aquadest setelah diaduk selama kurang lebih 5
menit. Tabung reaksi yang berisi larutan asam oksalat ditempatkan dalam ice bath
dan di ukur suhu asam oksalat yang ada pada tabung reaksi dalam ice bath hingga
mencapai suhu 298,15 K, 293,15 K, 288,15 K, 283,15 K, 278,15 K dan 273,15 K,
suhu larutan asam oksalat di jaga agar tetap stabil pada temperatur yang telah
ditentuan tersebut hingga 5 menit.
Pembuatan ice bath dengan cara es batu ditempatkan di dalam wadah dan
ditaburi dengan garam yang cukup. Jika suhu turun di bawah 273,15 K, kemudian
tabung reaksi di keluarkan dari ice bath dan juga sebaliknya, prosedur tersebut agar
kristal asam oksalat mendapatkan waktu yang cukup untuk mengendap. Es batu
berperan sebagai media untuk mengatur suhu keseimbangan yang akan dicapai.
Fungsi garam adalah untuk mengubah fase es batu dari padatan menjadi cairan,
akan tetapi ketika mencair, suhu dari air (es batu yang sudah mencair) tetap sama
dengan suhu es batu ketika masih berbentuk padatan.
Hal yang dilakukan setelah itu adalah piknometer distadarisasi dengan cara
piknometer kosong ditimbang dan kemudian diisi dengan aquadest dan piknometer
yang berisi aquadest ditimbang dan dicatat hasilnya kemudian dihitung untuk
mendapatkan volume aquadest yang sesungguhnya. Hal tersebut bertujuan untuk
mengetahui volume piknometer yang sebenarnya karena volume piknometer sangat
berpengaruh terhadap densitas asam oksalat yang digunakan pada praktikum kali
ini. Setelah itu kita juga harus menstandarisasi larutan NaOH untuk mengetahuhi
konstrasi sesungguhnya yang telah di buat dengan cara asam oksalat ditimbang
sebanyak 2 gram kemudian dilarutkan dengan aquadest kemudian di titrasi dengan
larutan NaOH dan dicacat hasilnya kemudian dihitung untuk mengetahui konstrasi
sebenarnya NaOH. Setelah melakukan standarisasi piknometer dan juga larutan
NaOH dapat dilakukan percobaan analisa kelarutan sebagai fungsi suhu dengan
cara asam oksalat jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian diambil
sebanyak 45 ml kemudian ditunggu hingga mencapai suhu yang diinginkan pada
praktikum kali ini suhu yang diinginkan sebesar 298,15 K, 293,15 K, 288,15 K,
283,15 K, 278,15 K dan 273,15 K. Jika sudah tepat pada suhu tersebut asam oksalat
jenuh dimasukkan didalam piknometer dan ditimbang untuk mengetahui hasil dari
densitasnya. Dan juga larutan asam oksalat jenuh yang telah sesuai suhu yang
diinginkan dimasukkan didalam erlenmeryer sebanyak 10 ml. Kemudian di tittrasi
dengan larutan NaOH dengan perubahan warna dari tidak berwarna sampai menjadi
warna merah muda. Dilakukan sebanyak suhu yang dikehendaki kemudian dicatat
dan dihitung untuk mendapatkan hasil dari tujuan praktikum ini.
1,016
1,014
Densitas (gr/cm3)
1,012
1,01
1,008
1,006
1,004
1,002
1
273,15 278,15 283,15 288,15 293,15 298,15
Suhu (K)
1200
1000
Kelarutan S,(mmol/L)
800
600
400
200
0
273,15 278,15 283,15 288,15 293,15 298,15
Suhu, T(K)
Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Suhu (T) dan Kelarutan (S)
Berdasarkan Gambar 4.2 hubungan suhu dengan kelarutan dapat diketahui
bahwa suhu larutan berbanding lurus kelarutan suatu zat, artinya semakin besar
suhu dari suatu larutan, maka nilai kelarutannya juga semakin besar. Hal ini
disebabkan karena ketika suhu dari larutan semakin besar, maka jarak antar partikel
yang ada dalam larutan semakin jauh, sehingga memudahkan partikel yang ada
dalam larutan tersebut untuk larut. Menurut Sukardjo, (1997), kelarutan suatu zat
akan bertambah seiring dengan meningkatnya suhu, pada jenis padatan yang bisa
larut dalam cairan, maka kenaikan temperatur akan sangat berdampak pada
kenaikan kelarutan.
1200
1000
Kelarutan S,(mmol/L)
800
600
400
200
0
273,15 278,15 283,15 288,15 293,15 298,15
Suhu, T(K)
Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara 1/T dan 1/S
Berdasarkan Gambar 4.3 bahwa nilai 1/T berbanding lurus dengan nilai
1/S, apabila nilai 1/T semakin besar, maka nilai dari 1/S juga semakin besar. Hal
ini dapat terjadi karena semakin besar suhu dari larutan, maka endapan yang
dihasilkan juga semakin banyak, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai
kelarutannya juga semakin besar. Dari grafik tersebut dapat diketahui nilai y =
0,0002x – 0,0006. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk menghitung panas
pelarutan. Menurut Silbey, (1996), panas pelarutan didefinisikan sebagai perubahan
entalpi yang menyertai reaksi kimia pada pelarutan mol zat terlarut dalam mol
pelarut pada tekanan dan suhu sama. Pada umumnya proses pelarutan bernilai
positif, hal itu sesuai dengan persamaan Van’t Hoff yang menyatakan semakin
tinggi temperatur maka semakin tinggi pula zat yang larut. Sedangkan pada zat yang
memiliki panas pelarut yang negatif atau bersifat eksoterm maka semakin tinggi
temperatur dalam suatu reaksi menyebabkan semakin berkurangnya zat yang dapat
larut. Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh nilai slope yaitu sebesar 0,0002
sehingga kita dapat menghitung nilai panas pelarutan dengan persamaan ln 𝑆= ∆𝐻
1/𝑇 𝑅
dan diperoleh nilai dari panas pelarutan sebesar 1,6628 x 10-3 kJ/gmol.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada praktikum ini sebagai berikut:
1. Kelarutan asam oksalat pada setiap suhunya sebesar 112,6 mmol/L dalam
suhu 250C, 956,5 mmol/L dalam suhu 200C, 702,74 mmol/L dalam suhu
150C dan 100C, sebesar 502,53 mmol/L pada suhu 50C, dan sebesar 488,01
mmol/L pada suhu 00C.
2. Panas pelarutan dari praktikum kali ini adalah 1,6628 x 10-3 kJ/gmol
3. Hubungan dari temperatur kelarutan dengan kelarutan adalah berbanding
lurus dengan pengartian semakin tinggi suhu dari larutan maka nilai
kelarutan dari larutan tersebut juga akan mengalami kenaikan.
5.2 Saran
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada praktikum ini sebagai berikut:
1. Sebaiknya membuat larutan sendiri dalam melakukan sebuah analisa.
2. Menggunakan alat pelindung diri yang benar saat praktikum sedang
berlangsung.
3. Menimbang dengan presisi yang benar supaya di dapatkan hasil yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqie. M. Fatah. 2018. Laporan Magang di PT. Garuda Food. Semarang:
Universitas Sebelas Maret.
Basuki, Atastrina Sri. 2003. Buku Panduan Praktikum Kimia Fisika. Depok:
Laboratorium dasar proses kimia departemen Teknik gas dan petrokimia
fakults Teknik universitas Indonesia.
Nisa. 2020. Pengaruh Peambahan Sukrosa Pada Asam Borat Umpan Siap Pakai
terhadap Mortalitas Kecoa.Yogyakarta: Poltekes Yogyakarta
Putri, Berta yuda sisilia. 2015. Jurnal Praktikum Kimia Fisika II Volume Molal
Parsial. Jember: Universitas Jember.
Tim Kimia Fisika. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisik 2. Jember : Universitas
Jember.
APPENDIKS
A. Perhitungan Standarisasi Piknometer
Diketahui:
T H2O = 30˚C
Berat piknometer dan H2O = 11,2 gram
Massa piknometer = 22,0 gram
Ditanya: Hitung ρ air 30˚C?
Dijawab:
ρ air 30°C = 0,99568 gram/cm3 (Appendiks A.2-3 Geankoplis, 2003)
B. Perhitungan Volume Piknometer Sesungguhnya
Diketahui:
Massa pikno kosong = 11,2 gram
Massa (pikno + H2O) = 22,0 gram
ρ air 30˚C = 0,99568 gram/cm3
Ditanya: Hitung volume pikno sesungguhnya ?
Dijawab:
m = massa (pikno + H2O) – massa pikno kosong
= 20,0 – 11,2
= 10,8 gram
𝑚
ρ =
𝑣
10,8
0,99568 =
v
10,8
V =
0,99568
V = 10,85 mL
C. Perhitungan Densitas Asam Oksalat
Diketahui:
Volume pikno = 10,85 mL
Massa piknometer = 11,2 gram
Ditanya: Hitung densitas asam oksalat ?
Dijawab:
Laboratorium Dasar Teknik Kimia
FTI─ITATS
1
Laporan Praktikum Parsial Molal Volume
= 3,8715 M
Volume NaOH yang digunakan = 8,3 mL
Konsetrasi NaOH = 𝑚𝑔 𝐻2𝐶2𝑂4
𝐵𝐸 𝐻2𝐶2𝑂4 𝑥 𝑉
= 3,8248 M
Volume NaOH yang digunakan = 8,3 mL
Konsetrasi NaOH = 𝑚𝑔 𝐻2𝐶2𝑂4
𝐵𝐸 𝐻2𝐶2𝑂4 𝑥 𝑉
= 4,0161 M
Jadi, konsentrasi asam oksalat yang sebenarnya adalah 3,9041 M
D. Perhitungan Mol Asam Oksalat
Diketahui:
C2H2O4 2H+ + C2O4−
Valensi asam (a) =2
NaOH Na+ + OH−
Valensi basa (b) =1
Molar NaOH =5M
Ditanya: Hitung mol C2H2O4 ?
Dijawab:
Pada suhu 25˚C
a x V1 x M1 = b x V2 x M2
a x n1 = b x n2
2 x n1 = 1 x 5,7 x 3,9041
n1 = 11,1267 mmol
6. Suhu 50C
𝑛 𝐻2𝐶2𝑂4
S=
𝑉𝐻2𝐶2𝑂4
4,8801𝑚𝑚𝑜𝑙
=
10 𝑚𝑙
4,8801 𝑚𝑚𝑜𝑙
=
0,01 𝐿
= 488,01 mmol/L
ln S = ln 488,01 = 6,19034 mmol/L
LAMPIRAN