Laporan Hasil Diskusi PBL Week
Laporan Hasil Diskusi PBL Week
Laporan Hasil Diskusi PBL Week
1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………………………………........2
ISI……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….....3
A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI .............................................................................................................. 3
B. SKENARIO ................................................................................................................................................. ......3
C. DAFTAR UNCLEAR TERM .................................................................................................................................3
D. DAFTAR CUES ..................................................................................................................................................3
E. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE .......................................................................................................................3
F. HASIL BRAINSTORMING ..................................................................................................................................4
G. HIPOTESIS.......................................................................................................................................................16
H. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE ............................................................................................................17
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ........................................................................................................................31
REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................33
TIM PENYUSUN………………………………………………………………………………………………………………………………..………......36
HASIL SKILL LAB……………………………………………………………………………………………………………………………………………38
1
ISI
B. Skenario
“Malnutrisi Gak ya?”
Rumah Sakit “Harapan Kita” merupakan rumah sakit rujukan yang terdiri dari bagian IPD, IKA,
Bedah, Obgyn dengan pasien yang terdiri dari berbagai kelompok usia. Semua pasien yang masuk RS akan
dilakukan skrining gizi sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat kejadian
malnutrisi di Rumah Sakit.
D. Daftar Cues
Seorang ahli gizi mampu melakukan skrining gizi sesuai dengan skrining tools, usia pasien, dan jenis
penyakitnya sebagai salah satu upaya untuk menurunkan tingkat malnutrisi.
2
2. Apa prinsip dari skrining gizi?
3. Siapa yang melakukan skrining gizi?
4. Siapa yang menjadi sasaran skrining gizi?
5. Apa saja skrining tools yang digunakan beserta komponen-komponennya?
6. Apa saja tahapan dalam melakukan skrining gizi?
7. Apa kelebihan dan kekurangan dari skrining tools?
8. Apa sajakah kriteria malnutrisi menurut usia?
9. Apa tanda dan gejala yang terjadi pada pasien malnutrisi?
10. Apa yang dilakukan ketika pasien malnutrisi?
F. Hasil Brainstorming
UNCLEAR TERM
1. Raherni Ovi
IPD
Rusda : ilmu penyakit dalam mempelajari penyakit-penyakit organ dalam tubuh
2. Bella anisha
Rumah Sakit Rujukan
Rizky : rumah sakit yang dituju untuk merujuk jika rumah sakit yang dituju tidak mampu melakukan
penanganan pada pasien sedangkan rumah sakit lain ada yang lebih baik
3. Nia
Malnutrisi
Salwa: keadaan gizi kurang atau gizi lebih karena asupan zat gizi di bawah atau diatas asupan yang
dianjurkan dalam waktu yang lama
4. Zahra
IKA
Laura: ilmu kesehatan anak, membahas tentang bedah anak, yang berhubungan tentang anak
5. Dahlia Incha
Skrining gizi
Bella: sekelompok pemeriksaan individu guna memisahkan individu yang sehat dari individu yang
mengalami kondisi patologi yang belum terdiagnosis atau beresiko tinggi
6. Mariam bella
Obgyn
Putri : tentang kandungan
3
CLUES
1. Nia
Ahli gizi melakukan skrining gizi untuk menurunkan resiko malnutrisi di rumah sakit atau dimana tempat
ia bekerja
2. Emirna
Seorang ahli gizi diharapkan mampu melakukan identifikasi apakah pasien tersebut mengalami
malnutrisi atau risiko malnutrisi sesuai dengan skrining tools dan usia pasien
3. Zahra
Setuju dengan emirna
4. Rusda
Seorang ahli gizi diharapkan melakukan skrining gizi sesuai dengan skrining tool dan usia pasien
5. Dahlia
Seoarang ahli gizi diharapkan mampu melakukan skrining tools sesuai dengan usia, jenis penyakitnya
PROBLEM IDENTIFIKASI
1. Incha
Apa tujuan dilakukan skrining gizi?
- Nanda = sebagai bentuk pengenalan dini terhadap kejadian malnutrisi
- Rusda= untuk memisahkan apakah pasien yang harus diberikan intervensi lebih lanjut dengan yang tidak
- Putri= untuk menandakan pasien mana yang beresiko malnutrisi atau tidak
- Salwa= untuk membedakan pasien yang beresiko atau mengalami malnutrisi atau tidak
- Dahlia= untuk membedakan pasien yang beresiko mengalami malnutrisi atau tidak sehingga dapat
dilakukan intervensi lebih lanjut untuk mencegah adanya komplikasi penyakit tersebut maupun dari
pengobatan
- Mariam= untuk membedakan pasien yang beresiko mengalami malnutrisi atau tidak sehingga pada pasien
yg berisiko atau mengalami malnutrisi dapat dilakukan intervensi lebih lanjut untuk mencegah adanya
komplikasi penyakit tersebut maupun dari pengobatan
2. Putri
Apa prinsip dalam skrining gizi?
- Ovi= untuk membedakan pasien yang terpapar malnutrisi atau tidak
4
- Nia= melakukan skrining gizi dengan menggunakan skrining tools dan dengan mengkategorikan pasien
sesuai dengan kelompok usianya untuk mengetahui resiko malnutrisi atau tidak, spesifik berdasarkan usia
dan jenis kelamin berbeda
- Rusda= harus bisa dilakukan dengan cepat
- Incha= sistematis tahapan urut dari awal sampai akhir, efisien dalam segi waktu
- Putri Afiani: valid, sesuai dengan standar itu benar
- Salwa= reliable, kalau dipakai berulang hasilnya sama
- Zahra= sensitif, mendekati angka sebenarnya
- Laura= presisi, pengukuran dilakukan berulang hasilnya tetap sama
- Emirna= simple, tidak berbelit-belit
3. Siapa yg melakukan skiring gizi?
- Ovi= ahli gizi, karena orang awam tidak dapat mengetahui terindikasi malnutrisi atau tidak
- Nanda= ahli gizi dibantu tenaga kesehatan lainnya misal perawat
4. Salwa
Siapa yang menjadi sasaran skrining gizi?
- Bella= semua pasien karena jika hanya pada sebagian pasien tidak tahu apakah yang lain terindikasi atau
tidak
- Salwa= semua pasien yg baru masuk rumah sakit maksimal diskrining 1x24 jam
5. Emirna
Apa saja skrining tools yang akan digunakan, komponennya apa saja (sesuai umur, penyakit) dan prinsipnya?
- Emirna= NRS 2002 untuk org dewaasa, SPNRS untuk anak-anak, MNA untuk lansia
- Salwa= MUST untuk lansia dan orang dewasa
6. Apa saja tahapan yg dilakukan ahli gizi dalam melakukan skringin gizi?
- Ovi= Melakukan dietary assesment, intervensi, monev
- Zahra= Melakukan dietary assesment, diagnosa, intervensi, monev
- Laura= Meminta perijinan ke pasien apakah boleh melakukan skrining
- Rizky= Bertanya ke rekamedis apa penyakit pasien, bagaimana keluhan, diagnosanya seperti apa agar lebih
mudah menentukan diagnosa gizi
7. Rusda
Apa kelebihan dan kekurangan skrining gizi?
- Bella= kelebihannya dapat mengetahui pasien mana yang terpapar atau tidak, kekuranganya dapat terjadi
bias dan membutuhkan waktu yang lama apabila cakupan sasaran besar
- Dahlia= Kelebihannya proses sederhana dan tidak membuat pasien bingung
5
8. Selvananda
Apa saja kriteria malnutrisi menurut usia?
- Salwa= Apabila hasil BB/TB atau BB/PB <-2 SD atau >+2SD
- Selvananda= Orang dewasa dan lansia pakai IMT <18,5
- Emirna= Orang dewasa perempuan LILAnya <23
- Zahra= Untuk bayi LILAnya <11,5
- Rusda= Orang dewasa untuk perempuan usia subur LILAnya <23
- Nia= Untuk anak <5 th BB/U -3 sampai -2 SD
9. Bella
Apa tanda dan gejala yang dapat terjadi pada pasien malnutrisi?
- Emirna= Nafsu makan menurun, kehilangan berat badan
- Nia= Dehidrasi, mudah terpapar penyakit
- Rizky= Anak anak odem di seluruh tubuh
- Zahra= Pada anak anak terdapat marasmus dan kwasiorkhor
- Rusda= Rambut kemerahan seperti rambut jagung
- Dahlia= Sering mengalami diare
- Laura= Untuk pasien obesitas berat badan melebihi batas normal
10. Ovi
Apa yang dilakukan ketika pasien malnutrisi?
- Bella= Memberikan assesment yang sesuai dengan tingkat penyakitnya
- Emirna= Memperbaiki nafsu makan dan menstabilkan berat badan
- Laura= Memberikan diet sesuai dengan kondisi pasien
- Mariam= Memberikan diet sesuai pasien dan kebutuhan pasien
- Dahlia= Memberikan asuhan gizi yg tepat
- Salwa= Melakukan assassment mendalam untuk menentukan intervensi yang tepat
- Zahra= Untuk pasien gizi buruk diberi makanan bertahap dari cair, lunak, padat
LEARNING OBJECTIVE
1. Apa tujuan dilakukan skrining gizi?
- Mengidentifikasi dengan tepat seseorang yang mengalami malnutrisi atau beresiko atau tidak mengalami
dan menentukan apakah dia membutuhkan assessment yang lebih lanjut (Krauses’s Food and Nutriton
Therapy)
- Untuk memprediksi dampak apakah jadi lebih baik atau buruk sesuai dengan faktor gizi dan mengetahui
dari pengaruh intervensi gizi (kondrup et all.2003)
6
- Skrining yang dilakukan di awal untuk mengetahui intervensi yang akan diberikan pada pasien
- mengidentifikasi pasien atau klien yang menderita malnutrisi atau tidak malnut atau keadaan khusus
(PGRS,2012)
- Untuk mengidentifikasi pada pasien apakah mengalami malnutrisi atau beresiko yang nantinya akan
diberikan intervensi secara tepat (Kemenkes,2003)
- Untuk mengidentifikasi pada pasien apakah mengalami malnutrisi atau beresiko yang nantinya akan
diberikan intervensi secara tepat yang akan dilanjutkan ke assessment (Kondrup et all, 2002 dalam
Kurniasari 2014)
Kesimpulan : untuk mengidentifikasi pada pasien apakah mengalami atau beresiko malnutrisi yang nantinya
akan diberikan intervensi lanjutan secara tepat
Kesimpulan:
Semua tenaga kesehatan bisa melakukan skrinning dengan syarat sudah terlatihsert paham dengan metode dan
skring tools yang digunakan
Kesimpulan:
Skrining gizi dilakukan pada pasien yang baru masuk rumah sakit, baik yang mendapat rawat inap atau rawat
jalan selama 1x24 jam
8
b. STAMP
- Rawat inap, 2-17 thun. Parameternya antroponetri, intake nutrisi, mengidentifikasi keadaan klinis
pasien. Skor 0-1: rendah, 2-3: sedang, >4: tinggi (Mccarthy et al, 2012)
- Sensitifitas 72%,spesifisitas 90% (Mccarthy et al, 2008)
c. PYMS
- Pada anak untuk mengetahui status gizi pasien saat ini. Parameternya BMI , perubahan BB yng tidak
diinginkan, perubahan intake, efek yang diprediksi berdasarkan kondisi anak (Yorkhil et all, 2010)
- 0: tidak beresiko, 1: moderat, >2: high (Moeeni, et al, 2012)
- Spesifitas tinggi 95.4%, sensitifitas rendah 49% (Lina, 2017)
- Sensitifitas adalah kemampuan keakuratan tesnya untuk mendeteksi orang yang beresiko malnutrisi
rendah (Moeeni, Vesal, 2012)
- Spesifisitas tinggi, benar benar bisa mengidentifikasi pasien yang tidak bersiko malnutrisi tinggi
(Gerasimidis et al, 2010)
- Sensitifitas true positif, spesifisitas true negative
d. SGNA
- Usia 30 hari – 17,9 tahun. Parameternya yaitu BB, asupan makan dan gejala GIT (Misrina, 2014)
- Parameternya yaitu kapasitas fungsional anak
- Parameternya aktivitas fisik (Secker et all, 2007)
e. PRNS
- Parameternya yaitu asupan makan dan penyakit. Digunakan pada pasien Usia >1 bulan sampai 18 thun
(Joosten, 2014)
- Parameternya kemapuan makan, kondisi medis. Skoring 0: tidak beresiko, 1-2: resiko sedang, >3: resiko
tnggi (Chourdakis, 2014)
f. MST (malnutrition screening tool)
- Pasien dewasa akut (Misrina, 2014)
- Pasien dewasa rawat inap dan rawat jalan (Herawati, 2014)
- Parameternya penurunan BB, intake makan, nafsu makan (Herawati, 2014)
- Sensitifitasnya 93%, spesifikasinya 93% (Nemo, 2016)
- Tidak bisa digunakan pada pasien kemoterapi dan radioterapi (Arribas dkk, 2016)
- Reliablitias tinggi dengan k =0.88 yang mendekati angka 1
- Skoring 0-1: perubahan asupan makan, 0-4: perubahan BB, resiko malnutris. Dapat digunakan pada
penyembuhan pasien penyakit kanker (Herawati,2014)
g. MUST
9
- Pasien dewasa akut. Parameternya BMI, penurunan BB (Misrina, 2014)
- Parameternya skor efek penyakit akut (Anthony, 2008)
- Sensitifitas 80,6%, spesifisitas 98,7%, reliablitas k= 0.81 (Kondrup et all, 2003)
- tidak efektif untuk pengambilan hasil zat gizi mikro, vitamin dan mineral (BAPEN, 2003)
- 0: tidak bersiko, 1: sedang, >2: resiko tinggi (Kondrup, 2003)
h. SNST
- Mengidentifikasi dewasa heterogen. Parameternya penurunan BB, penyakit, asupan makan
(Neelement, 2008)
- Skoring 0-2: tidak beresiko,3-6: beresiko (Kondrup, 2003)
i. SNAQ
- Dewasa >18 tahun, lansia. Komponennya BB, TB, IMT, % penurunan BB, kepaparan penyakit
(Neelemaat, 2011)
- Pemberian suplemen (Kondrup, 2003)
- Parameternya kesulitan makan(Misrina, 2014)
- Sensitifitas 53- 67%, spesifisitas 94-97%., reliable diakui pada pasien rawat jalan (neelemat et all, 2008)
- <2: gizi kurang, 2-3: baik, >3: malnutrisi parah (Latrobdiba, 2014)
j. SGA
- Pasien dewasa dan bedah GI. Parameternya perubahan BB, pemerikasaan fisik, diet intake (Misrina,
2014)
- Parameternya BB, intake makan, kapasitas fungsional, gejala GI (Nemo, 2017)
- skoring sga A: baik, sga B: ringan, sga C: malnutrisi berat (Nutrition Education Materials Team, 2013)
- Parameternya penyakit yang berhubungan dengan gizi (neelemat, 2008)
k. NRS 2002
- Mendeteksi malnutrisi pada pasien dewasa. Parameternya penurunan BB, IMT, intake per hari,
keparahan penyakit. Skor 1-3, jika total >3: harus diberikan support nutrisi
- Reliabiliitas k= 0.67, praktis, diliat dari 20% pasiean beresiko malnutrisi (Kondrup et all, 2003)
- umur >70 ditambah skor 1 (Anthony, 2008)
- Antropometrinya IMT, penurunan BB, feeding , keparahan penyakit (Kondrup et all, 2003)
- Sensitifitas 62%, spesisifisitas 93,1% (Gus et all, 2009)
- Komponen dasarnya adalah kondisi saat ini (dari IMT), stabil (penurunan BB)
l. GNRI
- Pasien lansia rawat inap rumah sakit. Parameternya BB, TB, serum albumin
- Spesifitas : 87% (Persagi, 2012)
10
m. MNA-SF
- Digunakan pasien lansia untuk mengetahui resiko malnutrisi pada post operasi. Parameternya albumin,
re-albumin, penurunan intake, stress, nafsu makan, masalah neuropsikologis (Misrina, 2014)
- parameternya BMI, weight loss (Myoung Ha, 2015)
- Skoring maks 14, jika kurang maka malnutrisi (Latrobdiba, 2014)
- Alat cukup praktis, hanya butuh 10 menit (Kondru et all, 2003)
- Pasien lansia pada komunitas dan sub-akut (handayani dkk, 2015)
- Sensitifitas 100%, spesifitas 49,4% reliabilitas k=0.46 (Myoung Ha, 2015)
6. Apa saja tahapan yang dilakukan ahli gizi untuk melakukan skrining gizi?
- Pasien masuk, skrining dalam waktu 1x24 jam untuk mendeteksi malnutrisi, jika tidak bersiko maka
akan skrining ulang oleh perawat, jika beresiko sedang akan dilakukan skrining lagi oleh ahli gizi dan jika
malnutrisi maka akan dilakukan assessment (Herawati, 2014).
- Skrining – assament – intervensi – monev (ASPEN, 2011).
- Masuk rumah sakit, diukur BB TB oleh perawat ruangan, hasilnya terdapat skrining rendah sedang dan
tinggi. Ahli gizi masuk ruangan liat hasil skrining. Jika hasilnya sedang sampai tinggi akan dilakukan
assessment oleh ahli gizi (Kemenkes RI, 2014).
- Bila tidak bisa ditimbang maka akan diukur LILA dan tinggi lutut (Kemenkes RI, 2014).
- Habis monev kalau tujuannya tercapai maka terapi dihentikan. Tapi kalau belum tercapai maka akan
dilakukan re-skrining. Kalau udah di reskrining hasilnya beresiko, maka akan mendapat assement lagi,
tapi kalau tidak beresiko maka akan dipulangkan (Mueller, 2011).
- Tahapan awal, akut dalam 24 jam, long-term care pada saat masuk rumah sakit atau 14 hari pertama,
dan home care saat kunjungan tenaga medis (Charney, 2008).
- Yang beresiko dan malnutrisi langsung di assesment mendalam (Brotherthon, 2010).
Kesimpulan : pasien masuk rumah sakit. Skrining pada pasien akut 24 jam, long-term pada saat masuk
rumah sakit atau 14 hari, dan yang home care pada saat kunjungan tenaga medis. Jika pasien terdeteksi
beresiko maka dilakukan assessment mendalam lalu dilakukan diagnose, intervensi lalu monev. Tetapi jika
tidak beresiko di reskrining, . Dan jika hasilnya tetap tidak beresiko dapat dipulangkan.
7. Kelebihan dan kekurangan skrining gizi
a. SNST
- Kelebihan: lebih cepat, sesuai dengan pasien, tidak memerlukan pengukuran antropometri dan IMT.
Kekurangan: Tidak bisa melihat perubahan BB, belum diketahui faktor lanjut usia berpengaruh atau
tidak (Susetowati, 2014).
11
b. MST
- Kelebihan: simple karena pertanyaan hanya bersisi makanan dan penurunan BB, efisiensi waktu karena
hanya butuh 30 detik , sensitif dan akurasi tinggi, tidak tergantung antropometri, direkomendasikan
untuk eldery. Kekurangan: tidak bisa diterapkan pada pasien yang kesulitan komunikasi, subjektif ,
kemungkinan bias (Herawati, 2014).
c. MUST
- Kelebihan: mendeteksi gizi kurang dan lebih, memprediksi lamanya pasien tinggal di ruamah sakit dan
prediksi resiko kematian, sensitive dan subjektif dalam pengkategorian malnutrisi (Kozakova, 2012)
- Kekurangan: tidak dapat digunakan dan tidak valid pada pasien dengan ginjal dan anak, tidak efektif
untuk mendeteksi kekurangan atau kelebihan zat gizi mikro kurang (BAPEN, 2003).
d. NRS 2002
- Kelebihan : cocok untuk penyakit kanker karena ada skor keparahan (Neelemat et all, 2011)
- Kelebihan: mudah, cepat, valid mencangkup pasien lebih luas (Kondrup, 2003)
- Kekurangan: tidak bisa mengelompokkan resiko malnutrisi berat,sedang, ringan, butuh data
antropometri
e. PNRS
- Kelebihan: detail, akurat. Kekurangan: butuh waktu lama (Mulst, 2010)
f. STRONGkids
- Kelebihan: hanya butuh waktu sedikit, menunjukan korelasi kondisi gizi saat ini dengan lama rawat inap
(Mulst, 2010).
g. SGNA
- Kelebihan: spesifisitas tinggi (Mulst, 2010)
- Kekurangan: mahal, sulit dilakukan karena banyak yang diukur, butuh pelatihan lebih untuk petugas yang
melakukan, butuh waktu lama, alatnya banyak (Secker, 2007)
h. PYMS
- Kelebihan: spesifisitas tinggi (Lu Lina, 2017).
- Kelebihan: paling reliable, tidak menimbulkan over diagnosis bisa memfasilitasi tngkat resiko malnutrisi,
ada keparahan penyakit yang tidak terdeteksi, masih belum biasa dilakukan (Moeni, 2012)
i. STAMP
- Kelebihan: tidak butuh ahli khusus bidang gizi, simple, cepat, mudah digunakan (McCarthy, 2012)
- Kekurangan: butuh pemeriksaan lanjut untuk menegakkan keefektifan alat, tidak bisa mendeteksi
defisiensi atau kelebihan vitamin dan mineral (Moeni, 2010).
Kesimpulan :
12
- Skrining tool yang paling efektif pada anak- anak adalah PYMS
- Skrining tool yang paling efektif pada dewasa adalah MST
- Skrining tool yang paling efektif pada lansia adalah MNA-SF
13
2. Mencegah dan mengatasi hipotermi
3. Mencegah dan mengatasi dehidrasi
4. Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit
5. Mengobati infeksi
6. Memperbaiki defisiensi zat gizi mikro
7. Pemberian makanan awal
8. Meningkatkan pemberian makanan untuk tumbuh kejar
9. Stimulasi perkembangan emosional dan sensorik
10. mempersiapkan tindak lanjut di rumah (Kemenkes RI, 2011)
14
G. Hipotesa
16
3. Siapa yang melakukan skrining gizi?
- Tenaga medis (perawat, dokter, ahli gizi) dan tenaga non medis (Susetyowati, 2014)
- Skrining gizi dapat dilakukan oleh tenaga medis baik perawat, ahli gizi, maupun dokter dan juga
tenaga non medis (Herawati, 2014)
- Skrining gizi dapat dilakukan oleh ahli gizi maupun tenaga kesehatan lainnya yang sudah diberikan
pelatihan khusus (Barker, 2011)
- Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining oleh perawat ruangan, dan penetapan
order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter (Kemenkes RI, 2013)
17
Dapat dilihat dari skrining asupan makanan pasien
d. Pengaruh penyakit terhadap asupan zat gizi
Dapat dilihat dari tingkat keparahan penyakit yang diderita pasien, misalnya terjadi penurunan nafsu makan
tetapi ada peningkatan kebutuhan gizi akibat adanya stress metabolic (Kondrup, et all, 2003).
18
Jenis-jenis tools skrining gizi:
Kelompok Validitas (sensitivitas
No. Nama tools Parameter Cut-off Jenis Penyakit
sasaran dan spesifisitas
1. STAMP (Screening Anak-anak - Kebiasaan makan 0 – 1 = resiko rendah Sensitivitas : 72%
Tools for the 2-17tahun - Peningkatan 2 – 3 = resiko sedang Spesifisitas : 90%
Assessment of pertumbuhan (BB >4 = resiko tinggi
Malnutrition in dan TB)
Pediatric) - Kondisi klinik
2. PYMS (Paediatrics 1-17 tahun -IMT Jika score 0 dilakukan Sensitivitas : 95%
Yorkhill -Riwayat kehilangan pengulangan dalam Spesifisitas : 92%
Malnutrition Score) berat badan jangka waktu 1
-Perubahan intake minggu.
makanan Jika score 1 dilakukan
-Keparahan penyakit pengulangan dalam
jangka waktu 3 hari.
Jika lebih dari 2 atau
sama dengan 2
membutuhkan saran
dari ahli gizi.
3. STRONG KIDS Anak usia -Penyakit penyerta 0 = tidak berisiko Sensitivitas 100%
(Screening Tool for 1bulan-16 -Intake zat gizi 1-3 = risiko sedang Spesifisitas 7,7%
Risk on Nutrition tahun -Riwayat dan 4-5 = risiko tinggi
Status and Growth) kehilangan BB
19
-Asesmen klinik
subjektif
4. SGNA (Subjective Anak usia 30 -BB 0-1 = well-nourished -
Global Nutrition hari-17,9 -Asupan makan 2-3 = moderately
Assessment) tahun -Gejala GIT nourished
-Penyakit yang ≥4 = severely
berhubungan dengan nourished
kebutuhan gizi
5. PNRS (Pediatric Usia 1 bulan- -Data asupan 0 = no risk -
Nutritional Risk 17,9 tahun makanan 1-2 = moderate risk
Score) -Kemampuan makan >3 = high risk
-Kondisi medis
6. MST (Malnutrition -Dewasa -Penurunan BB 0-1 = recent intake Sensitivitas 93%
Screening Tool) -Pasien dengan -Penurunan intake 0-4 = recent weight Spesifisitas 93%
perawatan -Penurunan nafsu loss
akut di RS makan >2 = at risk of
malnutrition
7. MUST -Dewasa -Penurunan BB 0 = low risk Sensitivitas 61%
(Malnutrition -Pasien dengan selama 3-6 bulan 1 = medium Spesifisitas 76%
Universal Screening perawatan terakhir >2 = high
Tool) medik akut -IMT
-Efek penyakit akut
20
8. SNST (Simple -Dewasa -Kondisi pasien 0-2 = tidak beresiko -
Nutritional sekarang 3-6 = beresiko
Screening Tool) -Penurunan asupan
-Penurunan BB
-Riwayat penyakit
9. SNAQ (Short Dewasa (≥18 -IMT <2 = nutrisi baik Sensitivitas 53-67%
Nutritional tahun) -BB dan TB 2-3 = malnitrisi sedang Spesifisitas 94-97%
Assessment -% Penurunan BB >3 = malnutrisi berat
Questionnaire) yang tidak diinginkan
-Keparahan penyakit
21
12. MNA-SF (Mini -Lansia -Asupan makanan <11 = beresiko Sensitivitas 97,9%
Nutritional -Penurunan BB malnutrisi Spesifisitas 100%
Assessment Short -Penyakit akut/stress
Form) psikologi
-masalah neurologi
-IMT
13. GNRI (Geriatric -Lansia -serum albumin Spesifisitas 87%
Nutritional Risk -BB
Index) -TB
22
6. Apa saja tahapan yang dilakukan ahli gizi dalam melakukan skrining gizi?
1. Semua pasien baru diukur TB dan BB oleh perawat dalam waktu 24 jam sejak pasien masuk RS.
2. Data BB, TB ditulis di form pengkajian keperawatan awal.
3. Melakukan skrining gizi oleh perawat dengan menggunakan MST (Malnutrition Screening Tools)
untuk menentukan resiko malnutrisi yang terdiri dari dua pertanyaan, yaitu nilai penurunan BB dan
nafsu makan/kesulitan makan
4. Penentuan tingkat resiko malnutrisi pasien berdasarkan nilai skor pertanyaan tersebut. Kategori
tingkat resiko malnutrisi nilai 0-1: rendah, 2-3: sedang, 4-5: tinggi
5. Dietisien yang melakukan pada kunjungan pasien baru melihat hasil skrining gizi dan sattus gizi
6. Bila pasien tidak ditimbang, penentuan status gizi oleh dietisien diukur dengan tinggi lutut untuk
perkiraan TB dan LILA untuk perkiraan BB
7. Dietiesien melakukan assessment pada pasien dengan kriteria resiko malnutrisi sedang dan tinggi
(berdasarkan IMT) dan pasien dengan diagnose penyakit seperti DM, ginjal kronik, kanker, stroke
(Kemenkes RI, 2014).
23
ALGORITMA SKRINING GIZI
Nutritionally-at-Risk
Pasien mempunyai peluang atau berisiko malnutrisi jika mengalami salah satu hal di bawah ini :
a. Malnutrisi aktual atau berpotensi men menjadi malnutrisi (penurunan atau
peningkatan BB>10% dari BB biasanya selama 6 bulan, atau >5% dari BB dalam 1
bulan, atau BB 20% di atas atau di bawah BBI), adanya penyakit kronis, atau
peningkatan kebutuhan metabolik
b. Perubahan diet atau jadwal diet (mendapatkan formula enteral atau parenteral,
mengalami pembedahan, kesakitan, atau trauma)
c. Ketidakcukupan asupan zat gizi, termasuk tidak bisa menerima makanan (terjadi
gangguan kemampuan mencerna atau menyerap makanan dengan baik) lebih dari
7 hari
Stabil Nutritionally-
at-Risk Memberikan asuhan gizi berdasarkan :
- Pendekatan interdisiplin
- Tujuan perawatan : terapi gizi jangka
panjang atau sedang, kebutuhan
edukasi, perencanaan kepulangan
pasien, dan atau pelatihan di rumah
- Mendesain preskripsi diet
- Pemberian formula enteral - parenteral
(Charney and Marian dalam Nutrition Care Process, Handayani dkk, 2015)
24
7. Apa kelebihan dan kekurangan screening tools?
25
(Herawati, 2014 dan komunikasi (Herawati,
Neeleemat, 2010) 2014 dan Neeleemat,
2010).
Murah,sederhana, sesuai
dengan kondisi Tidak dapat mengetahui
masyarakat Indonesia dan perubahan berat badan
8 SNST (Simple Nutritional Screening Tool)
tidak perlu pengukuran ( Susetyowati.2014)
antropometri dan IMT
( Susetyowati.2014)
-Butuh seseorang yang
-Pertanyaan sederhana, bisa berbicara di orang
SNAQ (Short Nutritional Assessment sedikit, tidak perlu banyak, tidak memiliki
9
Questionnaire) perhitungan (Skipper, et tindakan dan intervensi
al, 2012) (Skipper, et al, 2012)
kehilangan BB antropometri.
26
-Membutuhkan waktu
11 NRS-2002 (Nutritional Risk Screening-2002) menilai keadaan gizi (Gur, keterampilan dari
Spesifitasnya tinggi
Mampu memprediksi
resiko penyakit Belum ada studi lanjutan
Sensitivitas adalah kemungkinan kasus terdiagnosa dengan benar atau probabilitas setiap kasus
yang ada teridentifikasi dengan uji skrining (true positive). Sensitivitas merupakan ukuran yang mengukur
seberapa baik sebuah tes skrining mengklasifikasikan orang yang sakit benar – benar sakit (Webb, et.al,
2005). Sensitivitas digambarkan sebagai presentase orang dengan penyakit dengan hasil tes positif juga.
Spesifisitas merupakan ukuran yang mengukur seberapa baik sebuah tes skrining
mengklasifikasikan orang yang tidak sakit sebagai orang yang benar – benar tidak memiliki penyakit pada
kenyataannya (Webb, et.al., 2005). Spesifisitas digambarkan sebagai persentase orang tanpa penyakit yang
secara tes hasilnya pun negatif. Jika sensitivitas rendah berarti bahwa tes akan melewatkan banyak individu
yang memiliki penyakit atau bisa disebut menghasilkan false negatif, sedangkan jika spesifisitas rendah
menunjukkan bahwa tes akan menempatkan banyak orang dalam kelompok berpenyakit meskipun mereka
tidak memiliki penyakit atau bisa disebut menghasilkan banyak false positif (Webb, et al,. dalam Panggayuh,
2015)
27
Pada anak-anak atau bayi :BB/PB atau BB/TB <-3SD
LILA anak-anak usia 6-59 bulan <11,5 cm (Kemenkes RI, 2011)
Pada orang dewasa, penurunan BB>10% dari BB tubuh dalam waktu 3 bulan dan secara tidak
sengaja/tidak diet
Memiliki IMT antara 17-18,5 termasuk malnutrisi ringan, 16-18 malnutrisi sedang, <16
malnutrisi buruk (Ananya Mandal, 2012)
Menurut Ananya Mandal, 2012, tanda dan gejala malnut pada dewasa:
Kelemahan otot dan merasa kelelahan. Otot di tubuh menjadi hilang dan yang tersisa tidak
memiliki energy yang adekuat
Meningkatnya kemungkinan infeksi
Luka menjadi lama penyembuhannya
Menurut Kemenkes RI, 2011 , tanda dan gejala anak gizi kurang dan buruk adalah sebagai berikut:
Gizi Kurang:
LILA >11,5 - <12,5 cm (anak usia 6-59 bulan)
BB/TB <-2SD dan <-3SD
Tidak ada edema
Nafsu makan dan keadaan klinis baik
Mencegah dan mengatasi hipoglikemi. Hipoglikemi adalah keadaan dimana kadar gula darah <54
mg/dl atau ditandai suhu tubuh sangat rendah
Mencegah dan mengatasi hipotermia. Hipotermia adalah keadaan dimana suhu tubuh dibawah
<35 derajat celcius, aksila 3 menit /rektal 1 menit.
Mencegah dan mengatasi dehidrasi, pengelolaannya diberikan cairan resomal.
Koreksi gangguan elektrolit
Mencegah dan mengatasi infeksi. Pemberian antibiotic bila tidak ada komplikasi
Mulai pemberian makan. Pada fase stabilisasi prinsipnya porsi kecil, sering, secara oral / sonde
Koreksi kekurangan zat gizi mikro. Dengan pemberian supplemen multivitamin
Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang biasanya digunakan mainan
Mempersiapkan untuk tindak lanjut dirumah
29
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Tujuan skrining gzi adalah untuk mengidentifikasi pasien apakah mengalami atau beresiko malnutrisi yang
nantinya akan diberikan intervensi lanjutan secara tepat. Prinsip dari skrining gizi adalah cepat, sederhana,
efisien, mampu dilakukan, tidak beresiko, valid dan reliabel.
30
- Kondisi pasien, data yang termasuk dalam komponen ini adalah kehilangan berat badan yang didapat dari
riwayat pasien atau pe ngukuran medis sebelumnya
- Kondisi pasien bisa lebih parah, data yang termasuk dalam poin ini adalah apakah intake makan pasien
menurun, berapa banyak penurunannya dan berapa lama
- Penyakit pasien mempercepat penurunan status gizi pasien, data yang termasuk dalam komponen ini
adalah pada kondisi penurunan nafsu makan, proses penyakit mungkin meningkatkan kebutuhan gizi karena
stres metabolik
Dewasa
- MST
- MUST
- NRS 2002
- SNAQ
- SNST
Lansia
- GNRI
- MNA-SF
31
DAFTAR PUSTAKA
Amelia. 2011. Kajian Penanganan Anak Gizi Buruk dan Prospeknya. Journal PGM. 34(1):1-11
Anggraeni, A. C. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Anthony. 2008. Nutrition fo Screening toolsfo Hospitalized Patients, Nutrition In Clinical Practice, 23(4), pp 383-
382
ASPEN. 2011. ASPEN Clinical Guidlines: Nutrition Screening, Assesmemt, Intervention in Adults. Journal of
Parenteral and Enteral Nutrition. Vol. 35 No. 1
Arisman. 2008. Gizi Dalam Daur Kehidupan Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran: EGC
Arribas, L. dkk. 2016. NUTRISCORE>: A new nutritional screening tool for oncological out patients. Nutrition jurnal
33 (2017) 297-303
Barker, L.A.,Gout, B.S and Croe. 2011. Hospital Malnutrition: Prevalences., Identification And Impact on Patient
and The Health Care System. International Journal of Environmental Research and Public Health
Brotherthon, A & Summonds, N, dkk. 2010. Malnutrition Matters-Meeting Quality Standars in Nutritional Care,
Bapen.
BAPEN. 2003. Malnutrition Universal Screening Tools. (online). www.bapen.org.uk/. Diakses pada 5 September
2017
Baek, Myoung. Ha. 2015. Evaluation of efficavy of Nutritional Screening Tools to Predict Malnutrition in The
elderly at a Geriatric Care Hospital.Nutrition Research and Practice volume 9 no.6: 637-643
Chourdakis, Michael. 2014. Malnutrition Screening Tools in the Pediatric setting. School of Medicine Aristotle
University of Thessaloniki
Charney P, Marian,M. 2008. ADA Pocket Guide to Nutrition Assessment
Charney and Marian. 2009. Nutrition Screening VS Nutrition Assessment Vol. 2 Page 366
Depkes RI. 2014. Pedoman Umum Gizi Seimbang Tahun 2014. Depkes RI: www.depkes.go.id.
Gerasimides et all. 2010. A four Stage evaluation of pediatric Yorkhill Malnutrition Scorein a teritiary pediactric
hospital and a disin Nutr Volume 9:1083
Gus, A.S. et al. 2009. The Efficacy of Nutrition Risk Screening 2002 (NRS-2002) to Decide on The Nutritional
Support in General Surgery Patient. Brastislava Medical Journal. 110(5), PP. 290-292.
Handayani, D, dkk. 2015. Nutrition Care Process. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Herawati,Triwahyu, Arief. A. 2014. Metode Skrining Gizi di RS dengan MST Lebih Efektif dibandingkan SGA. Jurnal
Kedokteran Brawijaya. 28(1):68-71
Irawati, Anies. 2009. Faktor Determinan KEK Pada Ibu Menyusui di Indonesia. 32(2):82-93.
32
Joosten, K.F. M and Hulst, J.M. 2014. Nutrition Screening tools for hospitalized children: Mrthodological
considerations, Clinical Nutrition, Elsevier Ltd, 33(1)
Kemenkes RI. 2011. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Kementrian
RI.
Kemenkes. 2013. Pedoman PGRS. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PGAT). Jakarta: Kemenkes RI
Kemenkes RI. 2012. Pedoman pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: DIrektur Jenderal Bina GIzi dan Kesehatan Ibu
dan Anak
Krisnansari, D. 2010. Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health. 4(1):60-68.
Kurniasari, Fuadiyah Nila dkk. 2015. Nutrition care Proses.malang: Graha Ilmu
Kozakova, R, Jarosova, D, and Zalenikova. 2012. Comparison of Three Screening Tools for Nutritional Status
Assesment of the ederly in their. Biomed Pop Med Fac Univ Palacky Olanak Czech PP. 371-376
Kondrup, J. et all.2003. ESPEN Guidelines For Nutrition Screening 2002. Clinical Nutrition. 22(4), pp 415- 421.
Doi:10.1016/SO201-5614(03) 00098-0
Latrodiba, Zahra Maharani dkk. 2014.SKRINING GIZI. Semarang:Universitas Diponegoro
Liansyah, Tita Menawati. 2015. Malnutrition pada Anak dan Balita. 11(1):1-12
Lu, Lina. 2017. Develompent and validation of Pediatric Nuritional Screening Scores (PNSS) for Hospitalised
Childern.
Mooeni, V dan Day, A.S. 2012. Nutritional Risk Screening Tools in Hospitalised Childern. International Journal of
Child Health and Nutrition, 1, PP. 39-43
Mulst, Jessie, et all. 2010. Dutch National Survey to Test the StrongKids Nutritional. Risk Screening Tool in
Hospitalised Childern. Page 106-111. (online). www.slvuggroepondervoeding.ni/. Diakses pada 5 September
2017.Susetyowati. 2014. Pedoman Simpel Nutrition Screening Tools (SNST). Yogyakarta: UGM
Mahan, L Kathleen, et all. 2011. Krause’sFood and the Nutrition Care Prosess, edition 13. Canada; Elsevier
Mccarthy et al. 2008. Screening For Nutrition risk in Children: the validation of a new tool. J Hum Nutr Diet Volume
6: 395
Mandal, Ananya. 2012. Symtomps of Malnutrition
Nemo. 2016. Validated Malnutrition Screening and Assessment Tools: Comparison Guide Nutrition Screening
Criteria for Risk Parameters Whom Malnutrition. Queensland Government Nutrition Education Materials
Neelemat. F. et all. 2008. Screening Malnutrition in Hospital outpatient. Can the SNAQ Malnutrition screening
tools also be applied to this population?. Clinical Nutrition. 27: 439-446
Neelemat, et al. 2011. Comparison of Five Malnutrition Screening Tols in One Hospital Inpatien Sample. Journalof
Clinical Nursing. 20 (15-16), PP. 2144-2152.
33
Nutrition Education Materials Online Team. 2014. Validated Malnutrition Screening and Assessment Tools.
Comparison Guide
Persagi.2012. Gizi Indonesia. Jakarta; Journal of the Indonesian Nutrition association
Secker et, all. 2007. Subjective Global Nutritional Assesment for Childern. Am Journal Clininical Nutrition. 1083-9
Susetyowati dkk. 2014. Pengembangan Metode skrining gizi untuk pasien dewasa rawat inap. JURNAL GIZI KLINIK
INDONESIA. 8(4): 188-194
Yorkhill, P et all. 2010. Nutritional Screening for PICU. 104
34
TIM PENYUSUN
A. KETUA
M. Rizki Navianto
B. SEKRETARIS
Mariam Bella dan Roudhatus Zahra
D. FASILITATOR
Ibu Eva Putri dan Kak Ken Dwiba
E. PROSES DISKUSI
1. Kemampuan Fasilitator Dalam Memfasilitasi
Fasilitator sudah sangat membantu dalam memfasilitasi jalannya diskusi dan mendorong mahasiswa untuk
berpikir kritis
2. Kompetensi/ Hasil Belajar yang Dicapai Oleh Anggota Diskusi
35
Dapat memahami tujuan dan prinsip skrining gizi
Dapat memahami tahapan atau alur (algoritma) skrining gizi
Dapat mengetahui data atau komponen yang dibutuhkan dalam melakukan skrining gizi
Dapat mengetahui jenis-jenis tools yang digunakan untuk skrining gizi berdasarkan kelompok
sasarannya
Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan setiap tools
Dapat mengetahui parameter dan cut off setiap tools
Dapat mengetahui validitas, sensitivitas, dan spesifisitas setiap tools
Dapat mengetahui tools apa yang sesuai digunakan di Indonesia untuk masing-masing kelompok
sasaran
Dapat mengetahui karakterisitik, serta tanda dan gejala malnutrisi
Dapat mengetahui penanganan lebih lanjut bagi pasien malnutrisi
36
HASIL SKILL LAB
A. WAKTU PELAKSANAAN
Pada hari Selasa, 12 September 2017 pukul 09.00 WIB di gazebo angin, kelompok PBL B mulai mendiskusikan
perencanaan pengerjaan lab skill. Kemudian pada hari Rabu, 13 September 2017 diskusi dilanjutkan melalui media
sosial.
B. PENUGASAN
1. Ny. S usia 43 tahun MRS dengan Myoma Uteri. Pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah, benjolan diperut
kanan keras, perdarahan pervagina ± 1 bulan, dan mengalami anemia dengan Hb 8,9 g/dl. BB 49 kg dengan
TB 155 cm. Saat ini dilakukan operasi pengangkatan myoma. Nafsu makan pasien baik dan tidak ada keluhan
terkait makan.
2. Ny. N usia 66 tahun saat ini sedang mengunjungi poli kemoterapi untuk melakukan kemoterapi ke-2 dengan
diagnose Ca Colon Post Hemikolektomi. BB pasien saat ini adalah 40 kg. Pasien makan dengan makanan
biasa karena tidak ada gangguan pencernaan.
3. An. R laki-laki usia 7 bulan MRS, BB 7,7 kg dan PB 65 cm. MRS dengan keluhan muntah ± 10 kali isi air dan
makanan dan diare 2 kali sehingga didiagnosa GEA + Vomiting + Dehidrasi ringan. Kemudian selain itu, pada
anak R dilakukan operasi kolostomi karena adanya invaginasi.
4. Tn. MSD 55 tahun mengalami Chronic Kidney Disease stage V + Anemia. Saat ini masuk RS dengan kondisi
mual muntah dan lemah sehingga tidak dapat diukur BB dan TB nya. Selain itu nafsu makan juga menurun
sejak 2 minggu terakhir
5. Tn. AK usia 65 th MRS dengan keluhan nyeri perut disertai diare sejak 3 hari sebelum MRS, keluhan disertai
demam, diare, dan nyeri perut serta perut kembung. Ternyata pasien didiagnosa mengalami Apendisitis
Akut, sehingga dilakukan operasi. Berdasarkan hasil pemeriksaan lab, diketahui Hb = 12,0 g/dl, Albumin 3,3
g/dl dan BB saat MRS 57 kg. Pasca operasi pasien mengeluh mual dan nyeri perut sehingga nafsu makannya
pun belum membaik sejak 5 hari sebelum MRS, dimana pasien hanya makan beberapa sendok saja dalam
sehari. Menurut pengakuan ibu pasien, BB pasien biasanya 60 kg saat sebelum sakit.
37
C. HASIL
1. Data Pasien
Nama : Ny. S
Usia : 43 thn
Diagnosa penyakit : Myoma Uteri
Antropometri : BB saat MRS 49 kg, TB saat MRS 155 cm
Intake : Tidak ada data intake makanan
Keluhan : Nyeri perut kanan bawah, benjolan di perut kanan keras, perdarahan pervagina ±
1 bulan, dan mengalami anemia dengan Hb 8,9 gr / dl
Tools : Dalam kasus ini, kami menggunakan tools NRS 2002, karena pasien berumur 43
tahun (masuk dalam kategori NRS 2002) selain itu kelebihan dari alat skrining ini
cocok untuk pasien rawat inap di RS dan menggunakan parameter tingkat
keparahan penyakit dan waktunya cepat. NRS 2002 memiliki sensifitas 62% dan
spesifisitas 93,7%. Dalam kasus ini data yang diketahui hanya berat badan, tinggi
badan, nafsu makan serta adanya tingkat keparahan penyakit. Sehingga, cocok
untuk menggunakan tools NRS 2002.
Tahapan :
38
Penurunan berat badan pasien tidak diketahui
Tidak ada penurunan asupan makan dikarenakan nafsu makan pasien baik dan
tidak ada keluhan terkait makan
39
Usia : jika ≥ 70 tahun skor di atas ditambah 1
Skor ≥ 3 : pasien berisiko malnutrisi dan membutuhkan inisiasi asuhan gizi
Skor <3 : dilakukan rescreening mingguan pada pasien. Jika pasien dijadwalkan untuk operasi, rencana
asuhan gizi bisa dipertimbangkan sebagai pencegahan penurunan status gizi.
Skor 1 : Pasien dengan penyakit kronik masuk rumah sakit dikarenakan komplikasi. Pasien lemah, namun
masih dapat bangun dari tempat tidur. Membutuhkan peningkatan kebutuhan protein, tetapi dapat
dikompensasi secara oral atau melalui suplement dalam kebanyakan kasus.
Skor 2 : Pasien berbaring di tempat tidur karena sakit seperti, pembedahan besar perut. Membutuhkan
peningkatan protein, tetapi dapat dikompensasi, meskipun makanan buatan dalam kebanyakan kasus.
Skor 3 : Pasien dengan perawatan intensif. Membutuhkan peningkatan kebutuhan protein dan tidak dapat
dikompensasi melalui makanan buatan. Pemecahan protein dan kehilangan nitrogen dapat meningkat
signifikan.
HASIL SKRINING :
Berdasarkan hasil skrining yang dilakukan menggunakan NRS 2002, maka dapat diketahui bahwa Ny. S
termasuk dalam kategori tidak beresiko mengalami malnutrisi. Sehingga, rencana asuhan gizi yang akan
dilaksanakan antara lain :
Dilakukan re skrining mingguan
Dikarenakan pasien menjalani operasi besar, kebutuhan protein harus ditingkatkan
Dikarenakan pasien menjalani operasi, rencana asuhan gizi dipertimbangkan sebagai pencegahan
penurunan status gizi
40
2. Data Pasien
Nama : Ny. N
Usia : 66 tahun
Diagnosa Penyakit : Ca Colon Post Hemikolektomi
Antropometri : Berat badan 40 kg
Intake : Makan makanan biasa dan tidak ada gangguan pencernaan
Keluhan :-
Tools : Dalam kasus ini, kami menggunakan tools MST, karena: alat skrining gizi ini
sederhana, mudah, dan cepat karena hanya memiliki 2 pertanyaan yang dapat diselesaikan dalam waktu 30
detik, alat skrining gizi ini memiliki sensitivitas 93% dan spesifisitas 93%. Dalam kasus ini data yang diketahui
hanya berat badan saat ini dan nafsu makan normal karena tidak ada gangguan pencernaan, sehingga lebih
cocok menggunakan MST sebagai alat skrining gizi.
Tahapan :
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan Berat Badan : 40 kg Tanggal : 12 September
Umur : 66 tahun Tinggi Badan : - 2017
Lengkapi formulir dengan mengisi kotak yang ada dengan nomor yang sesuai. Total angka untuk skor hasil
skrining.
41
2. Apakah asupan makan berkurang karena tidak nafsu
makan?
a. Ya 1
b. Tidak 0
Total skor 0
Pasien dengan diagnosis khusus : √ YA TIDAK
HASIL SKRINING
Berdasarkan skrining menggunakan MST (Malnutrition Screening Tool), Ny. N dinyatakan tidak beresiko
malnutrisi karena total skornya 0 yang dapat dilihat dari tidak adanya penurunan Berat Badan dan nafsu
makan yang normal.
3. DATA PASIEN
Nama : An. R (laki-laki)
Usia : 7 bulan
Diagnosa penyakit : GEA (Gastroenteritis Akut) + vomiting + dehidrasi ringan
Antropometri : BB 7,7 kg; PB 65 cm
Intake :-
Keluhan : muntah kurang lebih 10x, isi air dan makanan, dan diare 2x.
Tools : dalam kasus ini, kami menggunakan tools STRONGkids karena usia pasien dalam rentang 1
bulan – 16 tahun. Selain itu, alat skrining ini praktis dan sederhana dalam penggunaannya, dan bisa
mengklasifikasikan tingkat malnutrisi.
Tahapan :
1. Lengkapi formulir dengan mengisi kotak yang ada dengan nomor yang sesuai. Total angka untuk skor hasil
skrining.
Screening risiko malnutrisi:
Skor –> Points
1x/minggu untuk anak usia 1 bulan – 16 tahun.
1) Apakah pasien dalam keadaan status gizi buruk yang dinilai 0 = tidak
0
berdasarkan penilaian klinis subjektif? 1= ya
42
2) Apakah ada penurunan BB atau tidak ada kenaikan BB (bayi 0 = tidak 0
<1 tahun) selama seminggu sampai akhir bulan? 1 = ya
3) Apakah terdapat salah satu dari kondisi tersebut?
- Diare ≥5x per hari dan atau muntah >3x per hari
- Penurunan asupan makan dalam beberapa hari terakhir 0 = tidak 1
- Sudah pernah diberi intervensi gizi 1 = ya
- Ketidakmampuan untuk mengkonsumsi nutrisi yang
adekuat karena sakit.
4) Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatkan 0 = tidak
2
pasien berisiko mengalami malnutrisi? 2 = ya
TOTAL SKOR 3
2. Bandingkan total skor yang di dapat dengan klasifikasi skor tingkat risiko malnutrisi berdasarkan
STRONGkids.
HASIL SKRINING:
Berdasarkan skrining menggunakan STRONGkids, An. R dinyatakan berisiko sedang malnutrisi.
4. Data pasien
Nama : Tn. MSD
Usia : 55 tahun
Diagnosa penyakit : Chronic Kidney Disease Stage 5 + Anemia
Antropometri : Tidak dapat diukur BB dan TB
Intake : Nafsu makan menurun
Keluhan : mual dan muntah
43
Tools : Dalam kasus ini, kami menggunakan tools MNA-SF, karena pasien berusia 55 tahun
(usia lansia masuk dalam kategori MNA-SF) alat skrining gizi ini sederhana, mudah,
dan cepat karena hanya memiliki 6 pertanyaan yang dapat diselesaikan dalam
waktu 5 menit, alat skrining gizi ini memiliki sensitifitas 98 % dan spesifisitas 100 %.
Dalam kasus ini, data yang diketahui hanya nafsu makan dan sehinggamual muntah
lebih cocok menggunakan MNA-SF sebagai alat skrining gizi.
Tahapan :
Lengkapi formulir dengan mengisi kotak yang ada dengan nomor yang sesuai. Total angka untuk skor
hasil skrining.
SKRINING
A Apakah asupan makanan menurun selama 3 bulan terakhir karena kehilangan nafsu makan, masalah
pencernaan, mengunyah atau
kesulitan menelan?
0 = tidak
1 = ya
1
C Mobilitas
0 = Hanya berada di tempat tidur
1 = Bisa bangun dari tempat tidur/kursi tetapi tidak keluar
2 = Keluar
1
44
D Apakah telah menderita stres psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir?
0 = iya 2 = Tidak
0
E Masalah neuropsikologi
0 = Demensia berat atau depresi
1 = Demensia ringan
2
2 = Tidak ada masalah psikologis
F1 Indeks Massa Tubuh (IMT) (berat badan(kg)) / (tinggi badan(m))2
0 = IMT kurang dari 19
1 = IMT 19 sampai kurang dari 21
2 = IMT 21 sampai kurang dari 23
1
3 = IMT 23 atau lebih
HASIL SKRINING
Berdasarkan skrining menggunakan MNA-SF, Tn. MSD dinyatakan malnutrisi. Hal ini disebabkan karena berdasarkan
score MNA-SF ternyata memperoleh nilai 6, yang berarti pasien mengalami malnutrisi. Pada scenario disebutkan
bahwa pasien berumur 55 tahun maka dapat dikategorikan sebagai lansia sehingga kami menggunakan tool MNA-
SF. Untuk IMT pada skenario tidak diketahui tetapi disebutkan bahwa pasien terlihat kurus dilihat dari kondsi pasien
mengalami anemia dan penyakit ginjal serta nafsu makan menurun, dan mual muntah sehingga dapat dikategorikan
sebagai underweight.
45
5. Data Pasien
Nama : Tn. AK
Usia : 65 tahun
Diagnosa penyakit : Apendisitis akut
Antropometri : BB saat MRS 57 kg, BB sebelum sakit 60 kg
TB untuk usia 65 tahun dengan jenis kelamin laki-laki = 168 cm (AKG, 2013)
Asumsi IMT = 19,48
Biokimia : Hb = 12,0 g/dl; Albumin = 3,3 g/dl
Intake : nafsu makan belum membaik sejak 5 hari sebelum MRS, dimana pasien hanya makan
beberapa sendok saja dalam sehari.
Keluhan : nyeri perut disertai diare sejak 3 hari sebelum MRS, keluhan disertai demam, diare, dan nyeri
perut serta perut kembung. Pasca operasi pasien mengeluh mual dan nyeri perut.
Keluhan : dalam kasus ini, kami menggunakan tools MNA-SF, karena alat skrining ini sederhana (hanya
6 pertanyaan), mudah, dan cepat (dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit). Selain itu,
memiliki sensitivitas 98% dan spesifisitas 100%.
Tahapan :
a. Lengkapi formulir dengan mengisi kotak yang ada dengan nomor yang sesuai. Total angka untuk skor hasil
skrining.
No Pertanyaan
A Apakah Terjadi penurunan asupan makan selama 3 bulan terakhir berkaitan dengan
hilangnya nafsu makan, gangguan saluran cerna, kesulitan mengunyah atau kesulitan
menelan?
0 = penurunan asupan makan tingkat berat
1 = penurunan asupan makan tingkat sedang
2 = asupan makan tidak menurun
B Penurunan BB selama 3 bulan terakhir
0 = penurunan BB > 3 kg
1 = penurunan BB tidak diketahui
2 = penurunan BB antara 1 – 3 kg
3 = tidak terjadi penurunan BB
46
C Mobilitas
0 = hanya di atas kasur atau kursi roda
1 = dapat beranjak dari kursi atau kasur, namun tidak mampu beraktivitas normal
2 = mampu beraktivitas normal
D Menderita stress psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir
0 = ya
2 = tidak
E Masalah neuropsikologis
0 = demensia tingkat berat atau depresi
1 = demensia tingkat sedang
2 = tidak ada masalah psikologis
F1 Indeks Massa Tubuh dalam satuan kg/m2
0 = IMT < 19
1 = IMT 19 – 20,9
2 = IMT 21 – 22,9
3 = IMT ≥ 23
Jika data IMT tidak ada, ganti pertanyaan F1 dengan pertanyaan F2. Jangan menjawab
pertanyaan F2 jika pertanyaan F1 sudah terjawab.
F2 Lingkar betis (calf circumference) dalam cm
0 = lingkar betis < 31 cm
3 = lingkar betis > 31 cm
TOTAL
8
SKOR
3. Bandingkan total skor yang di dapat dengan klasifikasi skor tingkat risiko malnutrisi berdasarkan MNA-SF.
Hasil skrining :
Berdasarkan skrining menggunakan MNA-SF, Tn. AK dinyatakan berisiko malnutrisi dengan total skor 8.
47
D. HAMBATAN SAAT SKILL LAB
Terdapat beberapa perbedaan pendapat
Bingung memilih tools yang sesuai
48