Jurnal Praktikum Kesetimbangan Kimia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

JURNAL PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA

PENENTUAN TITIK BEKU LARUTAN

Oleh :

Nama : Yeni Kartikasari


NIM : 161810301038
Kelompok/Kelas : 2/A
Nama Asisten : Evan Agus Maulana

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Larutan merupakan suatu sistem yang terdiri dari dua atau lebih senyawa
dan tercampur secara homogen. Sifat-sifat fisik larutan dapat mengalami
perubahan ketika zat yang tidak mudah menguap (non volatil) di larutkan ke
dalam suatu pelarut murni. Sifat-sifat tersebut salah satunya adalah penurunan
titik beku. Zat terlarut yang bersifat nonvolatil akan merunkan titik beku
pelarutnya. Hal ini dapat terjadi karena zat terlarut bersifat sukar menguap,
sehingga ketika suhu bernilai 0oC ternyata larutan belum membeku dan tekanan
permukaannya lebih kecil dari 1 atm (Dogra, 1894).
Percobaan dilakukan dengan menggunakan air sebagai pelarut murninya.
Air diukur titik bekunya, kemudian ditambah dengan zat terlarut tertentu. Zat
terlarut yang digunakan berupa garam. Totik beku asam asetat glasial dan naftalen
juga diuji pada percobaan ini hingga kemudian dibandingkan dengan titik beku air
sebagai pelarut murninya. Data yang diperoleh berupa perbedaan suhu antara air
murni dengan campuran air dan zat terlarut didalamnya.
Percobaan ini dilakukan agar praktikan mampu memahami konsep
penurunan titik beku pada larutan dengan menggunakan air sebagai pelarut
utamanya. Aplikasi penurunan titik beku misalnya pada penambahan etilen glikol
sebagai antibeku radiator mobil. Penambahan ini menyebabkan titik beku air
dalam radiator mengalami penurunan, sehingga air tidak mudah membeku.
Praktikan diharapkan mampu menguasai konsep ini serta dapat memanfaatkanya
dalam menyelesaikan permasalahan pada kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada percobaan ini antara lain :
1. Bagaimana cara menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut?
2. Bagaimana cara menentukan berat molekul zat non volatil yang tidak
diketahui?
1.3 Tujuan
Tujuan pada percobaan ini antara lain :
3. Menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut.
4. Menentukan berat molekul zat non volatil yang tidak diketahui
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades memiliki rumus molekul H2O. Produk ini memiliki wujud cair,
tidak memiliki bau, rasa, dan warna. Akuades merupakan senyawa netral dengan
titik didih sebesar 100 oC. Tekanan uap akuades sebesar 2,3 kPa dengan densitas
uap sebesar 0,62. Akuades merupakan produk yang tidak berbahaya. Akuades
tidak bersifat korosif, tidak iritatif dan tidak permeator sehingga tidak berbahaya
jika terjadi kontak mata, kontak kulit, inhalasi, dan tertelan. Pertolongan pertama
yang dilakukan jika terkena akuades, tidak ada, karena akuades tidak berbahaya
(ScienceLab, 2018).
2.1.2 Natriumt klorida (NaCl)
Natrium kloridat memiliki rumus molekul NaCl. Senyawa ini memiliki
wujud padat, berwarna putih, sedikit berbau, dan memiliki rasa saline. Berat
molekul produk ini sebesar 58,44 g/mol dengan pH netral. NaCl memiliki titik
didih 1413 0C dan titik lebur sebesar 801 0C. Senyawa ini mudah larut dalam air
dingin, panas, gliserol, dan amonia. Natrium kloridat sedikit berbahaya jika terjadi
kontak mata, kulit, inhalasi, dan tertelan. Kontak mata diatasi dengan menyiram
mata dengan banyak air minimal 15 menit. Kontak kulit diatasi dengan mencuci
tangan menggunakan air dan sabun, lalu menutupi kulit yang teriritasi dengan
emolien. Korban inhalasi ditolong dengan segera membawanya ke tempat udara
segar, dan dilarang memaksakan muntah bagi korban tertelan, selain dengan
pengarahan tim medis (ScienceLab, t2018).

2.2 Dasar Teori


2.2.1 Larutan
Larutan adalah suatu campuran homogen yang dapat berupa padatan atau
cairan. Larutan merupakan suatu sistem yang terdiri dari dua atau lebih senyawa
dan tercampur secara homogen. Komponen penyusun suatu larutan dapat
dibedakan menjadi zat terlarut dan zat pelarut. Komponen dengan jumlah lebih
kecil pada larutan disebut zat terlarut, sedangkan komponen dengan jumlah lebih
banyak dalam larutan disebut zat pelarut. Zat terlarut biasanya berupa padatan
atau gas, sedangkan zat pelarut biasanya berupa cairan. Hal tersebut biasanya
berlaku pada campuran yang terdiri dari zat padat atau gas dalam zait cair (Bird,
1993).
4.2.2 Sifat Koligatif Larutan
Sifat-sifat fisik larutan dapat mengalami perubahan ketika zat yang tidak
mudah menguap (non volatil) di larutkan ke dalam suatu pelarut murni. Sifat
koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung terhadap jumlah
partikel dalam zat, melainkan tergantung pada jenis partikel yang digunakan. Sifat
koligatif larutan berdasarkan zat terlarutnya, dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Sifat koligatif larutan nonelektrolit
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak megandung ion-ion
didalamnya, sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik. Hal tersebut
disebabkan zat terlarut yang berada dalam larutan tidak mampu terionisasi
menjadi kation dan anionnya, akibat jenis ikatan yang terbentuk adalah ikatan
kovalen. Sifat koligatif pada larutan ini hanya tergantung pada molalitas larutan,
tidak tergantung jumlah ion dan derajat ionisasinya, atau yang biasa disebut
dengan faktor Van’t Hoff. Contoh larutan non elektrolit adalah larutan urea dan
larutan sukrosa (Sumardjo, 2006).
b. Sifat koligatif larutan elektrolit
Larutan elektrolit adalah jenis larutan yang mengandung ion-ion hasil dari
ionisasi zat terlarut di dalam pelarut murni. Keberadaan ion ini menyebabkan
larutan bersifat dapat menghantarkan arus kistrik. Jenis ikatan yang digunakan
pada zat terlarut biasanya adalah ikatan ionik sehingga bisa terurai menjadi ion-
ionnya. Hal tersebut menyebabkan sifat koligatif yang dihasilkan selain
tergantung dengan molalitas, juga tergantung pada jumlah ion dan derajat ionisasi
zat terlarut dalam larutan. Larutan elektrolit biasanya berbentuk asam, basa, atau
garamnya (Sumardjo, 2006).
Sifat koligatif larutan meliputi empat perubahan sifat fisik pelarut murni,
antara lain :
a. Penurunan tekanan uap, yaitu kondisi dimana penambahan zat terlarut
non volatil dapat menyebabkan perubahan tekanan uap larutn akibat hanya
partikel pelarut saja yang dapat berubah menjadi gas dan membentuk tekanan uap
larutan. Partikel zat terlarut yang ditambahkan tetap berada di dalam larutannya,
justru mengahambat penguapan, sehingga tekanan uap larutan lebih kecil
dibandingkan tekanan uap pelarut murninya.
b. Kenaikan titik didih, terjadi ketika kehadiran zat terlarut non volatilme
menyebabkan suhu untuk mendidihkan larutan mengalami peninngkatan. Hal
tersebut terjadi karena penyesuaian sifat larutan agar tekanan uap larutan tetap
sama dengan tekanan uap pelarut murni (1 atm).
c. Penurunan titik beku, terjadi ketika pelarut murni akan membeku apabila
tekanan uapnya sama dengan tekanan uap pelarut murni padat, sehingga kurva
larutan harus bertemu dengan kurva pelarut murni padat dan titik beku larutan
lebih rendah dari titik beku pelarut murni.
d. Tekanan osmosis, adalah tekanan yang diperlukan untuk menghentikan
proses osmosis. Tekanan osmosis dapat berupa tekanan dari luar atau tekanan
hidrostatik larutan.
(Petrucci, 1987).
4.2.3 Penurunan Titik Beku Larutan
Penurunan titik beku larutan merupakan salah satu contoh dari sifat
koligatif. Titik beku yaitu suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan
uap padatannya. Titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni.
Kondisi ini disebabkan karena zat pelarutnya harus membeku terlebih dahulu,
baru zat terlarutnya. Titik beku ini menunjukkan temperatur setimbang dari
larutan dan pelarut padatannya. Larutan akan membeku pada temperatur lebih
rendah dari pelarutnya. Tekanan uap larutan akan selalu lebih rendah dari pada
pelarut murni (Soekardjo,1989).
Zat pelarut yang dimasukkan zat lain yang bersifat non volatil, akan
menyebabkan energi bebas pelarut tersebut akan turun. Penurunan energi bebas
ini mengikuti persamaan Nernst.

Go1 - Gox = RT ln x ............................................................(2.1)


Go1 - Gox = Penurunan energi bebas pelarut

Nilai R = Tetapan gas umum, T= Suhu mutlak, x = Fraksi mol pelarut


dalam larutan. Penurunan energi bebas ini akan menurunkan kemampuan zat
pelarut untuk berubah menjadi fasa uapnya, sehingga tekanan uap pelarut dalam
larutan akan lebih rendah bila dibandingkan dengan tekanan uap pelarut yang
sama dalam keadaan murni (Tim Penyusun, 2018).

Penurunan tekanan uap akan semakin besar jika konsentrasizat terlarut yang
ditambahkan berjumlah besar. Penambahan zat terlarut nonvalil ini akan
menyebabkan peningkatan titik didih dan penurunan titik beku. Hukum Roult
mengatakan bahwa besarnya penurunan tekanan uap larutan, kenaikan titik didih
dan penurunan titik beku larutan yang mengandung zat terlarut yang tidak mudah
menguap dantidak mengalami disosiasi akan sebanding dengan banyaknya
partikel zat terlarut. Besarnya titik beku larutan sebanyak 1 molal disebut
penurunan titik beku molal (Castellan, 1983).
Zat terlarut yang bersifat nonvolatil akan merunkan titik beku pelarutnya.
Hal ini dapat terjadi karena zat terlarut bersifat sukar menguap, sehingga ketika
suhu bernilai 0oC ternyata larutan belum membeku dan tekanan permukaannya
lebih kecil dari 1 atm, sehingga larutan harus dibekukan pada tekanan 1 atm
dengan menurunkan suhu larutannya. Penurunan titik beku larutan dari titik beku
pelarutnya disebut penurunan titik beku (Dogra, 1894).

Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku larutan dan titik beku
pelarut murni. Penurunan titik beku larutan akan semakin besar jika semakin
banyak zat yang akan dilarutkan dalam suatu larutan. Roult mengatakan bahwa
besarnya penurunan titik beku akan sebanding dengan konsentrasi molal dan tidak
bergantung pada jenis zat yang akan dilarutkan (Sumardjo, 2006).

Nilai titik beku larutan Tf lebih rendah dibandingkan dengan titik beku
pelarut murni T0f, sehingga persamaan dari penurunan titik beku larutan dapat
dituliskan menjadi

Tf = T0f - Tf ……………………………………..(2.2)


Penurunan titik beku larutan besarnya tergantung pada fraksi mol pelarut.
Fraksi mol zat pelarut X merupakan fungsi linier fraksi mol zat terlarut X1,
menurut persamaan

X = 1 -X1 .........................................................................(2.3)

Persamaan Tfdapat dinyatakan sebagai fungsi X1 berikut :

Tf = (R (T0f)2 /Hf) .X1 ……………………………….(2.4)


Nilai Hf adalah entalpi pencairan pelarut. Zat terlarut ditambahkan ke
dalam 1000 gram zat pelarut, maka di dapat larutan dengan molalitas m. Sehingga
larutan tersebut mempunyai fraksi mol zat terlarut sebesar

X1 = m / { (1000/M) + m } ……………..………………….(2.5)

Nilai M adalah berat molekul zat pelarut. Untuk larutan encer m mendekati
0 (nol), maka X1 = mM/1000 , sehingga penurunan titik beku larutan dapat ditulis
:

Tf = { R ( Tof )2 M.m} / 1000 Hf ………………………………(2.6)

Kf = {R (Tfo)2 M} / 1000.Hf...................................................(2.7)

Tf = Kf . m …………………………………………………….(2.8)

X1 = m1 / (m1 + m) = (W1/M1) / {( W1/M1 + W/M)}………….......(2.9)


Variabel W1 merupakan berat zat terlarut, M1merupakan BM zat terlarut
dan W merupakan berat pelarut. Larutan encer memiliki nilai (W1/M1)>> (W/M),
sehingga persamaan (2.8) dan persamaan (2.9) dapat ditulis sebagai berikut :
X1 = (W1.M) / (W.M1)..........................................................(2.10)
Tf = (1000/Kf) / M1 x (W1/W)...................................................(2.11)
Kf = (W.M1.Tf) / (1000 W1) .....................................................(2.12)
Persamaan untuk menghitung berat molekul zat terlarut yaitu
M1 = (1000.Kf) / Tf x (W1/W) .............................................(2.13)
(Tim Penyusun, 2018).
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi jika suhu diturunkan. Penurunan
suhu ini akan menyebabkan jarak antarpartikel akan semakin dekat dengan yang
lainnya, sehingga gaya tarik menarik antarmolekul sangat kuat. Partikel dari zat
terlarut akan mengakibatkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut
terhalang, akibatnya untuk dapat lebih mendekatkan jarak antarmolekul
diperlukan suhu yang lebih rendah, sehingga titik beku larutan akan lebih rendah
daripada titik beku pelarut murninya (Achmad, 1996).
4.2.4 Software Logger Lite
Logger Lite adalah software pengumpulan data gratis Vernier Software
yang dirancang untuk digunakan di K-8. Perangkat lunak ini bekerja sangat baik
untuk pengumpulan data dasar. Software ini digunakan untuk melakukan analisis
yang lebih kompleks atau mengumpulkan data dengan sensor tertentu. Logger
Lite memiliki beberapa fitur yang meliputi pencocokan grafik, penggambaran
prediksi, dan pencocokan kurva linier. Software ini memungkinkan pengguna
untuk belajar secara visual dan intuitif, membuat sketsa prediksi sebelum
percobaan, menampilkan animasi real-time yang mampu memberikan visualisasi
yang mampu meningkatkan pemahaman dari pembacaan langsung. Aplikasi ini
juga dapat digunakan sebgaia alat analisis ilmu pengetahuan dan matematika yang
dapat digunakan untuk memeriksa rincian tentang setiap titik data, penghitungan
statistik, dan gambar prediksi ke grafik. Pengguna juga dapat mengamati medan
magnet, gravitasi, dan gaya dengan aktivitas eksplorasi langsung untuk
memperkuat pemahaman tentang konsep ilmiah (Vernier, 2018).
BAB 3. METODE PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
 Beaker glass 100 mL 1 buah
 Beaker glass 250 mL 2 buah
 Beaker glass 150 mL 1 buah
 Beaker glass 600 mL 1 buah
 Beaker glass 1000 mL 1 buah
 Beaker gelas 50 mL 1 buah
 Pengaduk kaca 1 buah
 Termometer 1 buah
 Ball pipet 1 buah
 Pipet volume 10 mL 1 buah
 Botol semprot 1 buah
 Plastik dan karet
 Logger lite 1 buah
 Laptop/PC 1 buah
3.1.2. Bahan
 Akuades
 Garam (NaCl)
 Zat x
 Es batu
3.2. Skema Kerja
3.2.1. Persiapan

Air

 diisi pada beaker gelas 50 mL


 diletakkan pada beaker 100 mL yang telah diisi es batu dan garam
 diukur suhu yang dihasilkan hingga membeku dengan menggunakan
logger lite
 dilakuakn percobaan secara duplo

Hasil

3.2.2. Penentuan Tetatapan Penurunan Titik Beku Molal

NaCl

 ditambahkan ke dalam akuades pada beaker 50 mL hingga larut


 diletakkan pada beaker 1000 mL yang telah diisi es batu dan garam
 diukur suhu yang dihasilkan hingga membeku dengan menggunakan
logger lite
 dilakuakn percobaan secara duplo

Hasil

3.2.3. Penentuan Berat Molekul zat

Zat X

 ditambahkan sebanyak 0,3 gram kedalam larutan NaCl pada percoban


sebelumnnya
 diletakkan pada beaker 1000 mL yang telah diisi es batu dan garam
 diukur suhu yang dihasilkan hingga membeku dengan menggunakan
logger lite
 ditentukan berat molekul

Hasil

Anda mungkin juga menyukai