Praktikum 1&2 (Widiya Aprilianti)
Praktikum 1&2 (Widiya Aprilianti)
Praktikum 1&2 (Widiya Aprilianti)
A. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dengan rasa tanggung jawab, cermat, dan seksama mampu dan
terampil membuat larutan pereaksi dari zat padat atau laruan pekatnya melalui
penimbangan dan pengukuran volume serta larutan standar melalui
pengenceran dengan alat tepat sesuai posedur mutu laboratorium.
Mahasiswa dengan rasa tanggung jawab, cermat, dan seksama mampu dan
terampil melakukan standarisasi lautan kerja dengan larutan standar primer
melalui titrasi dan perhitungannya secara tepat sesuai prosedur mutu
laboratorium.
B. Prinsip Dasar
Asidi dan alkalimetri adalah analisis kuantitatif volumetri berdasarkan reaksi
netralisasi. Reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat
netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam)
dengan penerima proton (basa) (Shochichah, 2010).
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri
merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan
menggunakan baku basa (Shochichah, 2010).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titrat ataupun
titran.Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan.Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya (Day, dkk. 2001).
Zat yang digunakan sebagai penitrasi disebut zat baku atau zat standar. Zat baku
dapat dikelompokkan menjadi zat baku primer dan zat baku sekunder. Suatu zat
dimasukkan ke dalam kategori zat baku primer bila memenuhi syarat antara lain
memiliki kemurnian tinggi (~ 100 %), mudah dimurnikan, stabil dalam waktu lama,
stabil dalam bentuk larutannya dalam waktu penyimpanan relatif lama (~ 6 bulan),
dan memiliki massa molekul relatif yang pasti. Zat baku primer tidak memerlukan
pembakuan, artinya bila ditimbang secara kuantitatif, maka konsentrasinya dalam
larutan yang dibuat secara kuantitatif pula, akan dapat dipastikan melalui perhitungan.
Beberapa zat baku primer yang umum digunakan untuk titrasi penetralan adalah
asam oksalat (COOH)2 . 2 H2O, natrium oksalat Na2C2O4, boraks (Na2B4O7 .10H2O),
natrium karbonat (Na2CO3 anhidrat). Semua zat baku primer memiliki tingkat
kemurnian pro analisa (p.a). Zat baku sekunder seperti HCl, NaOH, KOH, H 2SO4, bila
akan digunakan sebagai penitrasi harus dibakukan dahulu menggunakan penitrasi
larutan zat baku primer. Zat baku sekunder tidak stabil, agak sukar dimurnikan, dan
tidak tahan lama dalam bentuk larutannya, sehingga bila akan digunakan sebagai
standar, maka perlu dibakukan dahulu.
Titrasi penetralan memerlukan zat yang dapat menunjukkan berakhirnya reaksi
penetralan. Zat penunjuk tersebut dinamakan indikator. Dalam titrasi penetralan,
indikatornya dinamakan indikator asam basa. Indikator asam-basa dapat berubah
warna pada daerah pH tertentu. Tabel 1.1 berikut menunjukkan beberapa indikator
asam basa yang dapat digunakan untuk titrasi penetralan.
Titrasi asam lemah oleh basa kuat umumnya memiliki pH titik ekivalen sekitar
6-7 (titik akhir titrasi > 7). Dari tabel di atas, maka indikator yang dapat digunakan
diantaranya adalah brom timol biru, fenol merah dan fenolftalin. Pada penggunaan
indikator fenolftalin, titrasi selesai bila terjadi perubahan warna larutan dari tidak
berwarna menjadi merah muda (Rhiatra, 2013).
Titran ditambahkan titrat sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan
ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan
ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi
dihentikan, kemudian kita mencatat volume titrat yang diperlukan untuk mencapai
keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi
titrat maka kita bisa menghitung kadar titran (Shochichah, 2010).
1 Buret + statif - 1
2 Pipet Volume 25 mL 1
10 mL 1
3 Corong - 1
4 Erlenmeyer 250 mL 6
5 Pipet Tetes - 3
6 Beaker glass 100 mL 4
Bahan :
Bahan yang diperlukan untuk pembuatan larutan kerja
No. Bahan
1 Lautan NaOH
2 Larutan HCl
3 Larutan CH3COOH
4 Larutan C2H2O4 0,1 M
6 Larutan Na2B4O7 0,1 M
7 Indikator PP
8 Indikator MO
9 Aquades
D. Cara Kerja
Pembuatan Larutan
No Nama larutan Deskripsikan cara membuat larutan
NaOH 1). 1 gram padatan NaOH dilarutkan dalam aquades
1 Konsentrasi : 0,1 M 2). Kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 250 mL
Volume : 250 mL 3). Ditambah lagi aquades hingga tanda batas
4). Dihomogenkan
CH3COOH 1). 1,1484 mL larutan CH3COOH pekat dimasukkan
2 Konsentrasi : 0,1 M kedalam labu ukur 200 mL
Volume : 200 2). Kemudian ditambah kan aquades hingga tanda
batas
3). Dihomogenkan
HCl 1). 0,8289 mL larutan HCl pekat dimasukkan kedalam
3 Konsentrasi : 0,1 M labu ukur 100 mL
Volume : 100 mL 2). Kemudian ditambah kan aquades hingga tanda
batas
3). Dihomogenkan
CuSO4. 5H2O 1). 0,0125 gram padatan CuSO4 dilarutkan dalam
4 Konsentrasi : 0,001 M aquades,
Volume : 50 mL 2). Kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL
3). Ditambah lagi aquades hingga tanda batas
4). Dihomogenkan
C2H2O4. 2H2O 1). 0,63 gram padatan C2H2O4 dilarutkan dalam
5 Konsentrasi : 0,1 M aquades,
Volume : 50 mL 2). Kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL
3). Ditambah lagi aquades hingga tanda batas
4). Dihomogenkan
Na2B4O7. 10 H2O 1). 1,9068 gram padatan Na2B4O7 dilarutkan dalam
6 Konsentrasi : 0,1 M aquades,
Volume : 50 mL 2). Kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL
3). Ditambah lagi aquades hingga tanda batas
4). Dihomogenkan
Standarisasi larutan
Standarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan larutan asam oksalat 0,1 M
Masukkan erlenmeyer
Masukkan erlenmeyer
10 mL larutan NaOH
Masukkan erlenmeyer
F. Perhitungan
Pembuatan Larutan
Larutan NaOH
Perhitungan teoritis padatan NaOH yang diperlukan untuk membuat 250 mL
larutan NaOH 0,1 M :
𝑔𝑟 1000
M = 𝑀𝑟 𝑥 𝑉
𝑔𝑟 1000
0,1 M = 𝑥
40 250
gr = 1 gram
Perhitungan nyata Molar NaOH yang diperoleh, dengan padatan NaOH 1,0954
gram :
𝑔𝑟 1000
M = 𝑥
𝑀𝑟 𝑉
1,0854 1000
= 𝑥
40 250
= 0,10854 M
Larutan CH3COOH
Perhitungan teoritis larutan CH3COOH pekat yang diperlukan untuk membuat
200 mL larutan asam asetat 0,1 M :
% . 𝜌 .10
M = 𝑀𝑟
99,8 . 105 . 10
= 60
= 17,415
M1V1 = M2V2
17, 415 . V1 = 0,1 . 200
V1 = 1,1484 mL
% . 𝜌 .10
M = 𝑀𝑟
99,8 . 105 . 10
= 60
= 17,415
M1V1 = M2V2
17, 415 . 1 = M2 . 200
M2 = 0,0870 M
Larutan HCl
Perhitungan teoritis larutan HCl pekat yang diperlukan untuk membuat 100 mL
larutan HCl 0,1 M :
% . 𝜌 .10
M = 𝑀𝑟
37 . 1,19 . 10
=
36,5
= 12,0630
M1V1 = M2V2
12,0630 . V1 = 0,1 . 100
V1 = 0, 8289 mL
Perhitungan nyata Molar HCl yang diperoleh, dengan HCl pekat 0,8 mL :
% . 𝜌 .10
M = 𝑀𝑟
37 . 1,19 . 10
= 36,5
= 12,0630
M1V1 = M2V2
12,0630 . 0,8 = M2 . 100
M2 = 0,0965
Larutan CuSO4
Perhitungan teoritis padatan CuSO4 yang diperlukan untuk membuat 50 mL
larutan CuSO4 0,001 M :
𝑔𝑟 1000
M = 𝑀𝑟 𝑥 𝑉
𝑔𝑟 1000
0,001 M = 𝑥
250 50
gr = 0,0125 gram
Perhitungan nyata Molar CuSO4 yang diperoleh, dengan padatan CuSO4 0,0194
gram :
𝑔𝑟 1000
M = 𝑀𝑟 𝑥 𝑉
0,0194 1000
= 𝑥
250 50
= 0,0015 M
Larutan C2H2O4
Perhitungan teoritis padatan C2H2O4 yang diperlukan untuk membuat 50 mL
larutan C2H2O4 0,1 M :
𝑔𝑟 1000
M = 𝑀𝑟 𝑥 𝑉
𝑔𝑟 1000
0,1 M = 𝑥
126 50
gr = 0,63 gram
𝑔𝑟 1000
M = 𝑀𝑟 𝑥 𝑉
0,6359 1000
= 𝑥
126 50
= 0,1009 M
Larutan Na2B4O7
Perhitungan teoritis padatan Na2B4O7 yang diperlukan untuk membuat 50 mL
larutan Na2B4O7 0,1 M :
𝑔𝑟 1000
M = 𝑀𝑟 𝑥 𝑉
𝑔𝑟 1000
0,1 M = 𝑥
281,37 50
gr = 1,9068 gram
Standarisasi Larutan
Standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat 0,1 M
∑ Vt−Vo
Volume Rata-rata = 3
20,8+20,9+20
= 3
= 20,5666 ml
Konsentrasi larutan NaOH
pp
NaOH (aq) + C2H2O4 (aq) Na2C2O4 (aq) + 2H2O (aq)
MO
2HCl (aq) + Na2B4O7. 10 H2O (aq) 2NaCl (aq) + H3BO3
Cara pembuatan larutan asam asetat dan standarisasinya
Pembuatan larutan asam asetat 200 mL 0,1 M secara teoritis dibutuhkan 1,1484 mL
larutan asam asetat pekat. Tetapi kenyataannya praktikan hanya dapat mengambil 1
ml asam asetat pekat. Oleh karena itu konsentrasi CH3COOH sehingga pada saat titrasi
standarisasi larutan CH3COOH dilakukan dengan menggunakan larutan standar primer
larutan NaOH 0,097 M dengan indikator fenophtalein (indikator PP). Indikator
fenophtalein digunakan karena trayek pH nya antara 8,3-10,0, mendekati range pH
garam basa yang dihasilkan, sehingga titik akhir titrasi dapat terbentuk dan diamati.
Reaksi yang terjadi antara asam asetat dan NaOH menghasilkan gram yang bersifat
basa. Dari percobaan volume CH3COOH yang diperlukan untuk titrasi sebanyak 22 mL
dan dapat diketahui konsentrasi hasil titrasi nya sebesar 0,04 M. Hasil ini terlampau
jauh dari konsentrasi yang praktikan targetkan yaitu 0,1 M dan konsentrasi
perhitungan nyata 0,0870 M. Hal ini dapat disebabkan karena pada saat pembuatan
larutan kurang teliti ketika pengambilan larutan pekat. Reaksi yang terjadi yaitu
pp
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) CH3COONa (aq) + H2O (aq)
H. Simpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembuatan larutan kerja yang dilakukan dilapangan mendekati hasil teoritis
2. Hasil standarisasi larutan sudah mendekati konsentrasi teoritis
I. Daftar Pustaka
Day, R.A. and Underwood, AL. (2001). Quantitative Analysis. India: Prentice Hall.
Prasetya, A., T. 2019. Petunjuk praktikum kimia analisis intrumen. Semarang : UNNES
Shochichah, 2010. Standarisasi Larutan NaOH dan Penentuan Asam Cuka Perdagangan.
Http://shochichah.blogspot.com. Diakses pada 27 maret 2019, pukul 09.46
WIB.
Tim Praktikum Kimia Dasar ITB. (2003). Petunjuk Praktikum Kimia Dasar- 2. Dept.
Bandung: Kimia FMIPA ITB.