Laporan Akhir Pkpa Industri
Laporan Akhir Pkpa Industri
Laporan Akhir Pkpa Industri
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Oleh
Fitriani Jati Rahmania, S. Farm
260112170572
Ikhsan Rambia, S.Si., Apt Dr. Nyi Mekar Saptarini, M.Si., Apt
Sertifikat Kompetensi Apoteker No. : NIP. 19761016 200604 2 001
13.8037/PP.IAI/XII/2013
PERNYATAAN
1) Laporan Akhir Studi Profesi Apoteker ini adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik apapun baik di Universitas
Padjadjaran maupun di perguruan tinggi lain,
3) Dalam Laporan Akhir Studi Profesi Apoteker ini tidak terdapat karya atau
pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara
tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan
disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka,
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
akhir Praktik Kerja Profesi Apoteker di PT. Triman Pharmaceutical Industry yang
berlangsung dari tanggal 2 Juli hingga 31 Juli 2018. Laporan ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Profesi Apoteker
di Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran.
Penyusunan laporan akhir praktik kerja profesi apoteker ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ajeng Diantini, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi,
Universitas Padjadjaran.
2. Ibu Dr. Ida Musfiroh, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran.
3. Bapak Ikhsan Rambia, S.Si., Apt., selaku pembimbing PKPA PT. Triman
Pharmaceutical Industry
4. Ibu Dr. Nyi Mekar Saptarini, M.Si., Apt selaku pembimbing dari Universitas
Padjadjaran.
5. Ibu Diana Erosita S.Farm., Apt selaku pembimbing teknis PKPA dan seluruh
karyawan di PT. Triman Pharmaceutical Industry atas bimbingan dan kerja
samanya.
6. Seluruh keluarga dan sahabat yang selalu memberikan doa dan semangat.
7. Seluruh pihak yang telah membantu penulis hingga laporan ini selesai.
Penulis mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam laporan akhir
studi profesi apoteker serta membutuhkan saran – saran yang membangun.
Penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya.
Jatinangor, Agustus 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………… ii
PERNYATAAN………………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR………………………………………………… iv
DAFTAR ISI………………………………………..………………… v
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………. vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………. viii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………. ix
BAB I PENDAHULUAN………………………………………….…. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………….… 1
1.2 Tujuan Pkpa Industri……………………………………… 2
1.3 Manfaat Pkpa Industri…………………………………….. 3
BAB II KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN………………….. 4
2.1 PROFIL TEMPAT PKPA…………………………………. 4
2.1.1 Sejarah Pt. Triman Pharmaceutical
Industry…………………………….......………….... 4
2.1.2 Struktur Organisasi………………...............………... 4
2.1.3 Visi Dan Misi………………………....…………...... 5
2.2 KEGIATAN PKPA INDUSTRI…………………………… 6
2.2.1 Personalia…………………………………………… 6
2.2.2 Bangunan Dan Fasilitas…………………………...… 7
2.2.3 Air Untuk Industri Farmasi…………………………. 9
2.2.4 Sarana Penunjang…………………………………… 12
2.2.5 Flow Material………………………………….…… 15
2.2.6 Pemastian Mutu………………………………..…… 15
2.2.7 Produksi…………………………………………..… 17
2.2.8 PPIC Dan Pergudangan……………………………… 21
2.2.9 Research And Development………………………… 22
2.2.10 Pengawasan Mutu…………………………..……... 23
2.2.11 Validasi……………………………………….....… 29
2.2.12 Penanganan Limbah……………………….………. 36
2.2.13 Registrasi………………………………………….... 39
BAB III SIMPULAN DAN SARAN…………………………………... 41
3.1 Simpulan…………………………………………………… 41
3.2 Saran……………………………………………………….. 41
BAB IV TUGAS KHUSUS………………………………………......... 42
4.1. Validasi Proses Produk (VPP) Tablet Antasida Doen 400
Mg………………………………………………………… 42
4.1.1 Pendahuluan VPP……………………..…………….. 42
4.1.2 Tujuan VPP…………………………………………. 42
4.1.3 Jenis VPP...………………………………………...... 43
4.1.4 Protokol VPP...……………………………………… 43
4.1.5 Hasil VPP……………………………………….….... 44
v
4.1.6 Analisis Statistik Validasi Proses………….………. 49
4.2. Validasi Metode Analisis (VMA) Meffu Dmp Kaplet……. 53
4.2.1 Pendahuluan VMA………………………….………. 53
4.2.2 Hasil VMA…………………………………………... 54
4.2.3 Kesimpulan VMA…………………………………… 66
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 67
LAMPIRAN…………………………………………………………… 68
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Logo PT. Triman Pharmaceutical Industry…………………….…….... 4
2.2 Alur Pengolahan Air Murni.......................................................…………...........10
2.3 Diagram alir instalasi pengolahan air limbah…………………..…….. 37
4.1 Pola Pengambilan Sampel pada V-Mixer.......…………………..…….......48
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kelas Kualitas Udara menurut ISO 8573-1:2010…………........…...........14
2.2 Kriteria Penerimaan Akurasi………………………………….......…........32
2.3 Kriteria Penerimaan Presisi…………………………………….......….....34
2.4 Kriteria Penerimaan Spesifitas………………………………….....…......34
2.5 Kriteria Penerimaan Kesesuaian Sistem………………………......…......35
2.5 Atribut Kualitas Udara Bertekanan…………………………….......…......20
4.1 Hasil Perolehan Tahap Pengemasan………………………….......….........49
4.2 Rekapan Statistik Validasi Proses Antasida Doen…………........…...........52
4.3 Elemen Data Untuk Validasi Metode Analisis……………….......….........54
4.4 Hasil Uji Akurasi Sampel Meffu DMP Kaplet……………….......…........55
4.5 Hasil Uji Keterulangan Sampel Meffu DMP Kaplet……..….......…..........57
4.6 Hasil Uji Presisi Sampel Meffu DMP Kaplet……...............….....…...........58
4.7 Hasil Uji Linearitas Standar Meffu DMP Kaplet…….............….....….......59
4.8 Hasil Uji Kekuatan Standar Meffu DMP Kaplet…….............….....….......60
4.9 Hasil Uji Kekuatan Sampel Meffu DMP Kaplet…….............…...................62
4.10 Hasil Uji Ruggedness Sampel Meffu DMP Kaplet…….......….......…......64
4.11 Hasil Uji Spesifisitas Meffu DMP Kaplet…….....…...…......….......…......65
4.12 Hasil Uji Batas Deteksi dan Batas Kuantifikasi Standar Meffu
DMP Kaplet…….............................................................................….....…......65
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 STRUKTUR ORGANISASI PT. TRIMAN………………….... 68
2 ALUR PROSES PRODUKSI…………………....………….….. 69
3 ALUR PENERIMAAN BARANG PPIC…………………........ 71
4 ALUR PENYIAPAN BAHAN AWAL UNTUK PRODUKSI... 72
5 ALUR PEMBUATAN PRODUK BARU ATAU
PENGEMBANGAN PRODUK…………………...................... 73
BAB I
PENDAHULUAN
10
tujuan penggunaannya. Aspek dalam CPOB meliputi seluruh kegiatan produksi
dan pengendalian mutu untuk memastikan obat yang dihasilkan mencapai standar
mutu yang dipersyaratkan dalam izin edar serta spesifikasi produksi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian, Industri Farmasi menjadi salah satu tempat bagi apoteker untuk
melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang meliputi pembuatan obat,
pengendalian mutu, pengawasan, pengadaan, penyimpanan, dan distribusi obat.
Pekerjaan kefarmasiaan dalam produksi sediaan farmasi harus memenuhi
ketentuan CPOB yang ditetapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Pelaksanaan CPOB di industri merupakan tugas dan tanggung jawab seorang
Apoteker. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian, Industri Farmasi harus memiliki tiga orang Apoteker
sebagai penanggung jawab masing-masing pada bidang pemastian mutu,
produksi, dan pengawasan mutu. Selain dalam tiga bidang tersebut, Apoteker di
industri farmasi juga berperan dalam berbagai bidang lainnya, diantaranya bidang
Research and Development (R&D) dan bidang Production Planning and
Inventory Control (PPIC) (BPOM RI, 2012).
Peran Apoteker dalam hal ini diantaranya adalah melakukan penerapan
prinsip-prinsip CPOB dan menangani permasalahan yang terjadi di industri
farmasi yang berkaitan dengan produk yang akan diproduksi. Oleh karna itu
diperlukan apoteker yang memiliki kompetensi yang baik dan dapat bersifat
profesional maka diperlukan pengetahuan, pengalaman, serta kompetensi di
bidang industri farmasi maka Program Studi Profesi Apoteker Universitas
Padjadjaran menjalin kerjasama dengan PT Triman Pharmaceutical Industry
dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dilaksanakan pada
tanggal 2 Juli 2018 hingga Agustus 2018.
11
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab apoteker dalam industri farmasi.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki pengetahuan, keterampilan, wawasan, dan
pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di industri farmasi.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari
penerapan Good Manufacturing Practice (GMP) dan Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB) baik dari segi teori dan penerapannya.
4. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di industri.
5. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.
12
BAB II KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN
13
5
satu dengan lain, diberi wewenang penuh, dan sarana yang cukup agar dapat
melakukan tugasnya secara efektif dan efisien.
PT. Triman Pharmaceutical Industry dipimpin oleh Direktur Utama Bapak
Drs. Iswanto Wangsaputra, Apt. yang dibantu oleh Direktur Operasional Bapak
James Setia Darma. Terdapat 2 bagian yang bertanggung jawab kepada Direktur
Operasional yaitu Plant Manager Bapak Ikhsan Rambia, S.Si., Apt. dan Kepala
Bagian Umum dan Personalia Bapak Usep Gunawan.
Terdapat 7 bagian yang dibawahi oleh Plant Manager Bapak Ikhsan
Rambia, S.Si., Apt. yaitu bagian Quality Assurance (QA) yang dikepalai oleh Ibu
Luly Ginayanti, S.Farm., Apt., bagian Produksi yang dikepalai oleh Ibu Aidah,
S.Farm., Apt., bagian Quality Control yang dikepalai oleh Ibu Linda J. S.,
S.Farm., Apt., bagian Research and Development yang dikepalai oleh Ibu Diana
E.P., S.Farm., Apt., bagian Production Planning and Inventory Control yang
dikepalai oleh Ibu Innarti S., S.Farm., Apt., bagian Registrasi yang dikepalai oleh
Bapak Amir S., A.Md., dan bagian Teknik yang dikepalai oleh Bapak Ujang
Supriatno. Untuk bagan struktur organisasi PT. Triman Pharmaceutical Industry
dapat dilihat pada Lampiran 1.
B. Misi
1. Meningkatkan kepatuhan ke c-GMP.
2. Membangun jaringan yang kuat di seluruh dunia untuk memperluas pasar.
3. Memiliki teknologi dan proses efisiensi tinggi dengan kepatuhan penuh
terhadap standar terkini dan regulasi.
14
6
15
7
16
8
17
9
reaksi, adisi atau absorpsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau
kemurnian di luar dari batas yang telah ditentukan. Peralatan yang digunakan oleh
PT Triman Pharmaceutical Industry sudah terkualifikasi dan terkalibrasi sehingga
memenuhi persyaratan CPOB.
18
10
Pengambilan sampel pada instalasi pengolahan air murni terdiri dari 9 titik
antara lain :
a. titik 1 (air tanah, sebelum masuk tangki penampungan air tanah), diperiksa
setiap 6 bulan sekali.
b. titik 2 (setelah masuk tangki penampung air tanah), diperiksa setiap 1 bulan
sekali.
c. titik 3 (air keluar sistem ultraviolet sebelum masuk tangki penampung aqua
demineralisata grade 1), diperiksa setiap 1 bulan sekali
d. titik 4 (air keluar tangki penampungan aqua demineralisata grade 1 sebelum
masuk sitem reverse osmosis), diperiksa setiap 1 bulan sekali)
e. titik 5 (setelah sistem reverse osmosis), diperiksa setiap 1 bulan sekali.
f. titik 6 (ruang granulasi basah titik 1), diperiksa setiap 1 bulan sekali (lengkap)
dan diperiksa setiap hari (pH dan konduktivitiasnya).
g. titik 7 (ruang granulasi basah titik 2), diperiksa setiap 1 bulan sekali (lengkap),
dan diperiksa setiap hari (pH dan konduktivitiasnya)
h. titik 8 (ruang granulasi kering), diperiksa setiap 1 bulan sekali (lengkap) dan
diperiksa setiap hari (pH dan konduktivitiasnya)
19
11
i. titik 9 (ruang cuci alat), diperiksa setiap 1 bulan sekali (lengkap), dan diperiksa
setiap hari (pH dan konduktivitiasnya).
Pemeriksaan parameter air dilakukan rutin harian (pH dan konduktivitas)
dan bulanan (lengkap). Berikut merupakan persyaratan air murni:
1. Parameter Kimia
a. pH 5,0 – 7,0
b. Tidak terdapat klorida, sulfat, kalsium, karbon dioksida, zat mudah
teroksidasi dan logam berat dalam air
c. Total organik karbon, syarat <500 ppb
d. Amonia < 0,3 bpj
20
12
21
13
22
14
23
15
24
16
25
17
2.2.7 Produksi
Produksi merupakan kegiatan utama dari perusahaan industri farmasi.
Produksi harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan harus memenuhi
kriteria dan ketentuan CPOB sehingga menjamin produk yang dihasilkan
26
18
27
19
kesesuaian bahan, identitas, GMP, nomor analisa, dan memastikan status bahan
release, selanjutnya jika telah memenuhi syarat personil penimbangan akan
melakukan verifikasi yaitu mengecek kesesuaian bahan dengan permintaan
pada CPB (catatan pengolahan batch), identitas bahan, label release). Bahan
yang akan ditimbang sesuai tercantum pada batch produk yang akan
diproduksi. Timbangan yang akan digunakan harus memiliki label kalibrasi
alat dan dilakukan verifikasi tiap harinya terhadap timbangan, suhu, dan RH
ruangan setiap hari di ruang penimbangan dengan kondisi kebersihan ruangan
yang terjaga dan alat yang bersih dan label bersih. Bahan awal yang telah
selesai ditimbang simpan diruangan staging.
3. Pencampuran
Hal harus diperhatikan dalam tahap awal pencampuran yaitu kesiapan
jalur, kebersihan ruangan, suhu dan kelembaban ruangan dan alat yang
digunakkan terdapat label bersih. Pencampuran terbagi atas dua tahap,
pencampuran basah dan pencampuran kering. Khusus pada pencampuran
basah, air yang digunakan adalah air murni yang telah melewati proses
pengolahan. Sebelum dicampur, personil bagian pencampuran akan mengecek
kembali berat bahan awal.
Parameter pada tahap pencampuran antara lain suhu, kelembaban,
pemerian dan berat larutan (larutan pengikat pada pencampuran basah),
keseragaman ukuran partikel, distribusi ukuran partikel, dan hasil perolehan
granul kering. Kemudian dilakukan sampling oleh IPC untuk pemeriksaan
kadar air dan kadar zat aktif produk antara, dan jika memenuhi spesifikasi dan
pemberian keputusan released oleh QC dan dilanjutkan ke tahap pencetakkan.
4. Pencetakan
Hal yang perlu diperhatikan sebelum pencetakkan yaitu massa cetak
harus telah mendapatkan label release dari QC. Pada proses pencetakan terdiri
dari tablet, kaplet dan suppositoria dilakukan oleh operator yang sudah terlatih,
sebab pencetakan merupakan bagian kritis dalam suatu produksi sediaan padat.
Parameter yang diperhatikan, antara lain suhu, kelembaban, kecepatan
kompresi tablet/kaplet, gaya tekanan kompresi. Untuk suppositoria perhatikan
28
20
29
21
30
22
31
23
7. Bila trial skala pilot berhasil, produk dapat didaftarkan ke BPOM untuk
mendapatkan izin edar melalui tahap pra-registrasi dan registrasi dengan
melengkapi dokumen yang dibutuhkan yaitu laporan validasi proses, laporan
validasi metode analisis, CoA produk trial skala pilot dan dokumen lainnya
jika dibutuhkan seperti data produk inovator, inkompatibilitas dan
pengembangan produk. Setelah tahap registrasi berhasil, akan didapat
Approveable Letter (AL).
8. Setelah mendapatkan AL dapat dilanjut ke trial skala produksi minimal 3 bets
dengan pembuatan CPB dan validasi proses produksi. Hasil trial skala
produksi dilaporkan ke BPOM dan jika disetujui akan didapat Nomor Izin
Edar (NIE).
Bagian Research and Development juga bertugas untuk membuat
spesifikasi bahan aktif baru, bahan tambahan (eksipien), dan produk baru serta
laporan pemeriksaannya. Apabila terdapat penambahan spesifikasi produk, maka
bagian Research and Development akan melakukan pengujian kembali dari skala
lab dan akan diamsukkan ke spesifikasi sebagai tambahan untuk data pengujian.
Selain validasi proses dan validasi metode analisis, bagian R&D juga bertugas
dalam melakukan validasi pembersihan.
Uji stabilitas juga dilakukan pada saat skala pilot yaitu uji stabilitas
dipercepat yang dilakukan selama 6 bulan diharapkan dapat memperkirakan masa
kadaluarsa obat tersebut. Umumnya menggunakan 2 batch skala pilot. Data
stabilitas juga dibutuhkan untuk registrasi, sehingga bagian Research and
Development selalu menyediakan dokumen untuk registrasi serta berperan dalam
pembuatan CPB untuk bagian produksi. Alur Pembuatan Produk Baru atau
Pengembangan Produk dapat dilihat pada Lampiran 5.
32
24
untuk proses produksi serta tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan
dinyatakan memenuhi syarat. Pengawasan mutu di PT. Triman Pharmaceutical
Industry memiliki tugas antara lain:
a. Sampling dan pemeriksaan bahan baku
Bahan baku terdiri dari zat aktif dan bahan tambahan (eksipien) digunakan
dalam proses produksi suatu produk farmasi. Pengambilan sampel dan
pemeriksaan bahan baku bertujuan untuk memastikan mutu bahan baku yang
merupakan hal yang sangat berpengaruh pada mutu produk, tahapan untuk
pengambilan sampel yaitu :
1. Pemeriksaan pada saat penerimaan dari supplier secara fisik diperiksa
kesesuaiannya dengan CoA (Certificate of Analysis) berupa nama
material, synonym, no bets, tanggal kadaluarsa dan nama pembuat sesuai
dengan list supplier di PT.Triman Pharmaceutical Industry, jika sudah
sesuai, maka bahan baku dapat digunakan untuk sampling.
2. Pengambilan sampel yang dilakukan di gudang penyimpanan bahan awal
diruangan khusus pengambilan sampel (sampling booth) oleh personil
dari lab QC,
3. Untuk bahan baku (zat aktif dan eksipien), sampel diambil dari setiap
wadah untuk uji identitas sedangkan untuk penentuan kadar diambil
1+√N dari jumlah sampel yang datang. Sampel diambil menggunakan
sample thief pada bagian atas, tengah, dan bawah pada posisi diagonal.
Setelah sampel diambil kemudian dimasukan kedalam wadah yang diberi
label dan disimpan di lab QC ditempat penyimpanan sampel bahan awal
yang belum dianalisa dan untuk bahan awal yang telah diambil
sampelnya di simpan kembali ke gudang penyimpanan bahan awal dan
diberi label sampel telah diambil. Bahan awal yang belum atau sedang
diperiksa oleh QC diberi label identitas dengan status “Karantina”.
4. Pemeriksaan terhadap sampel bahan baku tersebut dilakukan sesuai
dengan parameter dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Adapun
parameter yang diperiksa diantaranya yaitu identifikasi, penetapan kadar,
33
25
logam berat, loss on drying, sulfated ash, bulk density, tapped density,
reaksi warna, ukuran partikel, impurities, dan mikrobiologi.
5. Jika bahan baku yang telah memenuhi spesifikasi maka QC akan
menyetujui dan memberi label „Released‟ warna hijau. Bahan baku yang
sudah diberi label hijau tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk
proses produksi. Namun jika tidak memenuhi spesifikasi maka QC akan
memberikan label „rejected‟ warna merah pada bahan awal. Bahan baku
dengan status „rejeceted‟ tidak dapat digunakan untuk proses produksi,
harus dikembalikan ke supplier atau dimusnahkan.
b. Pemeriksaan Bahan Kemas
Bahan Kemas berfungsi sebagai identitas produk dan untuk melindungi
produk dari pengaruh lingkungan agar stabilitas dan kualitas produk tetap
terjaga. Kemas Primer yaitu bahan pengemas yang bersentuhan langsung
dengan produk dan dapat mempengaruhi stabilitas serta kualitas produk
secara langsung misalnya botol, blister, dan strip. Sedangkan Kemas
Sekunder yaitu bahan pengemas yang tidak bersentuhan langsung dengan
produk misalnya outer box, brosur, dan lain sebagainya.
Sama halnya dengan bahan baku, bahan kemas juga harus diperiksa
terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengambilan sampel untuk bahan kemas,
apabila jumlah kemasan ≤ 4 maka pengambilan sampel dilakukan pada setiap
kemasan, jika > 4 maka pengambilan sampel dilakukan berdasarkan jumlah
yang telah ditentukan. Bahan kemas diambil secara acak/random. Adapun
parameter yang diperiksa yaitu:
1) Brosur dan label, meliputi jumlah, ukuran, warna, gambar, dan kebenaran
redaksional.
2) Karton pengemas, meliputi jumlah, ukuran, tekstur bahan, warna,
gambar, tulisan.
3) Botol, meliputi jumlah, kebocoran, ketebalan, kebersihan, dan ukuran.
4) foil, meliputi jumlah dan ukuran, ketebalan, dan tekstur bahan.
Jika bahan kemas telah memenuhi spesifikasi maka bagian QC
langsung memberikan status „Released‟ dengan label hijau pada masing –
34
26
masing wadah bahan kemas tersebut. jika ditemukan kecacatan > 10% angka
pelulusan maka bahan kemas direject. Namun, terdapat kemungkinan
diluluskan dengan penyimpangan jika parameter yang menyimpang tidak
mempengaruhi kualitas produk obat.
c. Pemeriksaan produk antara, produk ruahan dan produk jadi
Sebelum dilakukan pemeriksaan produk jadi, pemeriksaan produk
antara dan produk ruahan yang dilakukan sampling setelah proses
pencampuran dan sebelum dilakukan proses pengemasan. Produk antara dan
ruahan diambil setiap lot saat awal produksi dan akhir produksi.
Sampling produk ruahan pada produk rutin dilakukan pada 3 titik
(atas, tengah, dan bawah), sedangkan untuk produk yang sedang divalidasi
diambil pada 10 titik. Sampling produk ruahan dilakukan sekali setiap
pengerjaan produk ruahan selesai dilakukan. Kemudian diperiksa kadar air
dan keseragaman kandungannya. Jika reject maka diberitahukan kepada
operator agar dilakukan rework. Jika release maka dilanjutkan ke proses
pencetakan. Untuk pemeriksaan produk antara yang dilakukan terdiri dari
pemeriksaan kadar air dan kadar zat aktif. Sedangkan pemeriksaan produk
ruahan yang dilakukan adalah IPC (organoleptis, keseragaman bobot,
ketebalan, keregasan, kekerasan, waktu hancur) dan pada pengemasan primer
(pemeriksaan kebocoran strip dan penandaan). Untuk uji kebocoran pada
kemas primer, sampling dilakukan setiap jam dan diambil secara acak
sebanyak 5 kemasan. Jika terdapat kebocoran pada mouthseal botol plastik
maka dilakukan sealing ulang. Jika terdapat kebocoran pada strip atau blister
maka dilakukan sampling ulang dan jika 2 kali pengujian ditemukan
kebocoran maka proses pengemasan primer dihentikan kemudian dilakukan
perbaikan pada mesin sebelum melanjutkan proses pengemasan.
Untuk pemeriksaan produk jadi, pengambilan sampel dilakukan pada
saat proses pengemasan. Sampel dibawa ke laboratorium QC untuk dilakukan
analisis. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri dari kebenaran proses dan
kelengkapan kemasan (jumlah isi, cetakan nomor bets, dan tanggal
kadaluarsa). Disamping itu juga dilakukan pemeriksaan pada tablet yaitu:
35
27
36
28
37
29
2.2.11 Validasi
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
setiap bahan, proses, prosedur kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme
yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil
38
30
yang diinginkan yaitu sesuai CPOB. Validasi merupakan bagian penting dari
program pemastian mutu sebagai upaya untuk memberikan jaminan terhadap
khasiat, kualitas dan keamanan setiap produk-produk industri farmasi. CPOB
mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu
dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan, dan proses yang
dapat mempengaruhi mutu obat hendaklah divalidasi. Seluruh kegiatan validasi
dilakukan secara terencana. Perencanaan validasi dirinci dengan jelas dan
didokumentasikan dalam Rencana Induk Validasi (RIV). Terdapat 3 Jenis validasi,
yaitu:
A. Validasi Proses
Validasi proses merupakan tindakan pembuktian bahwa proses yang
dilakukan dalam batas parameter yang ditetapkan dapat bekerja secara efektif
dan memberikan hasil yang dapat terulang, dengan begitu produk jadi yang
dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang ditetapkan
sebelumnya. Setiap perubahan terjadi dalam proses, peralatan, dan bahan
hendaklah dilakukan validasi ulang untuk menjamin produk yang dihasilkan
tetap memenuhi persyaratan mutu meskipun terjadi perubahan. Proses dan
prosedur produksi secara rutin divalidasi kembali dan atau peninjauan ulang
secara kritis untuk memastikan bahwa proses dan prosedur tersebut tetap
mampu memberikan hasil yang diinginkan. Terdapat 3 jenis validasi
berdasarkan waktu pelaksanaanya, yaitu :
1) Validasi Prospektif, validasi proses dilakukan sebelum produk diproduksi
dengan persyaratan hasil pengolahan 3 batch berurutan memenuhi
parameter yang disetujui.
2) Validasi Retrospektif, validasi proses dilakukan pada produk yang telah
beredar dipasaran. Validasi retrospektif tidak berlaku bila terjadi
perubahan pada formula produk, peralatan yang digunakan dan prosedur
pembuatannya. Validasi proses dilakukan terhadap 10 – 30 batch
berurutan yang dapat mewakili semua bets yang telah dibuat untuk
menjamin konsistensi proses.
39
31
40
32
3) Metode Plasebo
Metode plasebo dilakukan dengan cara membuat produk tanpa zat aktif
dengan peralatan yang sudah dibersihkan kemudian dianalisa. Metode ini
tidak disarankan karena reprodusibilitasnya rendah.
C. Validasi Metode Analisis
Validasi metode analisis merupakan cara untuk mengkonfirmasi prosedur
analisis, yang didasarkan pada pengujian parameter-parameter pengujian yang
digunakan sudah sesuai dengan tujuan penelitian dan memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan. Validasi metode analisis berlaku untuk identifikasi,
penetapan kadar dan pengujian impuritas (BPOM RI, 2012). Validasi metode
analisis berlaku untuk proses baru, perubahan proses dan validasi ulang.
Parameter Validasi Metode Analisis yaitu:
a. Akurasi
Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis
dengan kadar analit yang sebenarnya. Cara penentuan Akurasi dapat
dilakukan dengan berbagai metode yaitu:
1) Metode simulasi (Spiked-placebo recovery): Sampel dibuat dengan
menambahkan analit yang ke dalam matriks sampel (plasebo) kemudian
dianalisis kadarnya.
2) Metode penambahan baku (Standard addition method): untuk sampel
yang tidak tersedia atau memungkinkan dibuat matriks. Akurasi
dinyatakan sebagai recovery kadar analit yang ditambahkan pada
produk jadi yang sudah mengandung analit.
3) Analisis kadar analit dengan metode yang sudah divalidasi terhadap
sampel (larutan baku) yang telah diketahui kadarnya.
4) Membandingkan hasil analisis analit dengan metode yang divalidasi
terhadap hasil dengan metode standar (cara grafik).
Kriteria penerimaan untuk uji akurasi dapat dilihat pada Tabel 2.2.
41
33
b. Presisi
Presisi adalah tingkat kesesuaian antara hasil analisis yang dilakukan
berulang kali terhadap sampel ganda atau beberapa sampel yang homogen.
Presisi metode analisis dinyatakan sebagai simpangan baku relatif (SBR)
atau koefisien variasi (KV). Terdapat 3 jenis presis, yaitu:
a. Keterulangan (Repeatability)
Keterulangan adalah kemampuan metode untuk memberikan hasil
analisis yang sama untuk beberapa sampel yang kadarnya sama yang
dilakukan oleh satu orang analis pada waktu tertentu. Keterulangan
diukur terhadap 6 jenis sampel dengan konsentrasi sama (100% dari
konsentrasi sebenarnya) atau 3 jenis sampel dengan konsentrasi 80, 100
dan 120% dari konsentrasi sebenarnya yang ditetapkan masing-masing
sebanyak 3 kali.
b. Presisi antara (Intermediate precision)
Presisi antara adalah pengukuran kinerja metode di mana sampel-sampel
diuji dan dibandingkan oleh analisis yang berbeda, menggunakan
peralatan berbeda dan pada hari yang berbeda. Presisi antara tidak perlu
diuji jika kajian reprodusibilitas telah dilakukan.
c. Ketertiruan (Reprodusibilitas)
Uji ketertiruan dilakukan dengan cara menyiapkan sampel yang homogen
dan stabil, lalu diuji oleh beberapa laboratorium. Hasil ini akan
memperlihatkan adanya galat acak yang disebabkan oleh sampel dan
42
34
c. Spesifitas
Spesifitas adalah kemampuan suatu metode analisis untuk mendeteksi analit
dengan komponen lain yang menyertai misalnya hasil penguraian atau
ketidakmurnian yang dilakukan secara kuantitatif. Uji spesifitas dilakukan
dengan mengukur 3 larutan dengan konsentrasi yang berbeda masing-
masing sebanyak 3 kali. Konsentrasi yang digunakan adalah 75, 100 dan
150%. Kriteria penerimaan untuk uji spesifisitas dapat dilihat pada Tabel
2.4.
Tabel 2.4 Kriteria Penerimaan Spesifitas
Parameter Konsetrasi Analit Kriteria Penerimaan
10%≤ x ≤ 100% 98,0 – 102,0%
1%≤ x ≤ 10% 97,0 – 103,0%
Presisi 0,1% ≤ x ≤ 1% 95,0 – 105,0%
0,01%≤ x ≤ 0,1% 90,0 – 107,0%
0,001%≤ x ≤ 0,01% 80,0 – 110,0%
d. Linieritas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Penentuan
linieritas dilakukan dengan mengukur minimal 5 konsentrasi masing-masing
dengan 3 kali pengujian. Derajat Linieritas dihitung dengan persamaan
Y = a + bx, dimana kriteria penerimaan sebagai berikut:
i. Koefisien korelasi (r) ≥ 0,99
ii. Intersep Y < 2%
iii. Plot konsentrasi vs area < 5%.
43
35
44
36
dalam kondisi prima dan hasilnya dapat dipercaya sehingga data analisis
yang dihasilkan valid. Uji kesesuaian sistem dilakukan dengan melakukan
pengukuran minimal 5 kali terhadap sampel dengan konsentrasi 100%.
Kriteria penerimaan untuk uji kesesuaian sistem dapat dilihat pada Tabel
2.5.
45
37
Sumber NaOH
air limbah atau HCl
bak bak
bak aerasi bak sedimentasi bak penampungan
ekualisasi netralisasi
filter
Water
Treatment
Plan (WTP) Utility
46
38
47
39
dapat menghisap dan menyimpan debu yang dapat digunakan sesuai kebutuhan.
Selain itu tersebut diatas debit angin masuk dan pertukaran udara diatur untuk
menjamin bahwa debu yang ada di ruangan selalu mengalir keluar melalui sistem
udara keluar (exhaust). Sistem pengendalian udara pun dibuat/ didesain
sedemikian rupa agar koridor bertekanan lebih tinggi dari pada ruang-ruang
produksi sehingga debu dari dalam ruang produksi tidak akan keluar ke koridor
dan mengkontaminasi ruangan lain.
2.2.13 Registrasi
Registrasi merupakan proses pendaftaran dan evaluasi obat untuk
mendapatkan izin edar. Sebelum obat diedarkan, obat wajib memiliki izin edar
yang didapat dengan melakukan registrasi obat yang diajukan kepala badan oleh
perusahaan pendaftar. Ada 3 macam registrasi obat, yaitu :
1. Registrasi baru, merupakan registrasi obat yang belum mendapat izin edar di
Indonesia.
2. Registrasi ulang, merupakan registrasi produk lama yang ingin
memperpanjangan masa berlaku izin edar. Diajukan 6 bulan sebelum nomor
izin edar produk tersebut berakhir.
3. Registrasi variasi, merupakan registrasi untuk produk yang telah memiliki
izin edar namun terjadi perubahan aspek seperti : perubahan formulasi,
metode, proses pembuatan, spesifikasi untuk obat dan bahan baku, wadah,
kemasan dan penandaan. Permohonan registrasi variasi diajukan dengan
mengisi formulir dan melampirkan dokumen registrasi variasi terkait
perubahan yang diajukan.
Alur Registrasi Obat terdiri dari 2 tahap:
1. Tahap Pra Registrasi, permohonan registrasi baru obat copy khususnya untuk
obat wajib uji Bioekivalensi harus melewati tahap pra registrasi yaitu dengan
pengajuan izin edar beserta memberikan dokumen yang dibutuhkan seperti
spesifikasi zat aktif dan eksipien, spesifikasi produk jadi, Certificate of
Analysis (CoA) zat aktif, protokol validasi proses produksi, CPB skala pilot
dan protokol validasi metode analisis. Bila dokumen yang dibutuhkan
48
40
49
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang telah
dilaksanakan di PT. Triman Pharmaceutical Industry pada periode Maret – April
2018, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Mahasiswa memahami tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung jawab
apoteker dalam industri farmasi khususnya posisi 3 personil kunci
berdasarkan CPOB yaitu di bidang produksi, pengawasan mutu dan
pemastian mutu.
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman praktis, pengetahuan serta wawasan
untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di industri farmasi.
3. Mahasiswa mempunyai kesempatan untuk mempelajari prinsip CPOB dari
segi teori dan penerapannya.
4. Mahasiswa memiliki gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan
kefarmasian di industri farmasi.
5. Mahasiswa mempunyai persiapan dalam menghadapi dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang profesional.
3.2 Saran
Berdasarkan kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker yang telah dilakukan,
disarankan PT. Triman Pharmaceutical Industry untuk terus mempertahankan
kualitas produk, personil, maupun lingkungannya dengan tetap menerapkan
CPOB. Serta terus berupaya meningkatkan kesadaran seluruh personel akan
pentingnya penerapan CPOB dalam segala aspek yang berkaitan dengan proses
produksi dan menjalin kerjasama dalam bidang pendidikan untuk kemajuan dan
perkembangan industri farmasi di Indonesia.
41
50
BAB IV
TUGAS KHUSUS
4.1.2. Tujuan
Tujuan pelaksanaan validasi proses:
a. Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur produksi yang
berlaku dan digunakan dalam proses produksi (Batch Processing
Record), senantiasa mencapai hasil yang diinginkan terus menerus.
b. Mengurangi problem yang terjadi selama proses produksi
c. Memperkecil kemungkinan terjadinya proses ulang (reworking process).
42
51
43
52
44
53
45
3. Pencampuran Basah
Pengadukan hasil pencampuran bahan kering dengan larutan pengikat dan
dilakukan pendataan parameter yaitu: Pemerian, Waktu mixing dan Kecepatan
putar.
54
46
7. Lubrikasi
Pencampuran granul dengan fase luar dalam V-Mixer kemudian diambil
sampel pada 10 titik dalam V-Mixer untuk dilakukan penentuan kadar air dan
keseragaman kadar granul tiap zat aktif (Aluminium Hidroksida dan
Magnesium Hidroksida) untuk tiap batch. Titik pengambilan dapat dilihat
pada Gambar 4.1.
55
47
dan adanya proses lubrikasi yang dilakukan menghasilkan massa cetak yang
homogen.
8. Pencetakan Tablet
Dilakukan pencetakan tablet yang diikuti dengan pengujian evaluasi tablet
diantaranya:
a. Kadar zat aktif Alumunium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida
(dilakukan per hari pencetakan, kanan dan kiri alat @ 20 Tablet)
Kadar zat aktif Aluminium Hidroksida dalam Tablet Antasida Doen pada
ketiga batch berturut-turut adalah 106.23% (SBR 0.45%), 104.76% (SBR
0.27%) dan 103.20% (SBR 0.31%) dan kadar zat aktif Magnesium
Hidroksida pada ketiga batch berturut-turut adalah 97.95% (SBR 0.87%),
97.35% (SBR 0.30%) dan 98.23% (SBR 0.66%). Simpangan baku kadar
pada masing-masing batch kurang dari 2%, menunjukkan bahwa kadar
zat aktif yang dihasilkan seragam. Rata-rata kadar Aluminium
Hidroksida tablet dari ketiga batch adalah 104.73% ± 1.35 dengan
simpangan baku relatif 1.29% dan Magnesium Hidroksida dari ketiga
batch adalah 97.49% ± 0.68 dengan simpangan baku relatif 0.69%.
Simpangan baku kadar dari ketiga batch kurang dari 2%, menunjukan
proses pencetakan memberikan keterulangan yang baik.
b. Keseragaman sediaan (dilakukan per hari pencetakan, kanan dan kiri
alat @ 10 Tablet). Keseragaman Sediaan dibagi 2, yaitu:
i. Keragaman bobot, bila tablet mengandung zat aktif 50 mg atau
lebih yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan
ii. Keseragaman kandungan, untuk tablet dengan dosis kecil yaitu <
50 mg atau < 50% dari bobot satuan sediaan.
Produk Antasida Doen memiliki kandungan zat aktif Alumunium
Hidroksida 200 mg dan Magnesium Hidroksida 200 mg sehingga
dilakukan pengujian keragaman bobot.
c. Bobot Tablet (dilakukan tiap 1 jam pencetakan, kanan dan kiri alat @ 20
Tablet)
56
48
57
49
58
50
rata-rata proses dibandingkan dengan batas spesifikasi. Makin tinggi nilai Cpk
makin kecil presentasi produk yang terletak di luar batas spesifikasi. Perhitungan
Cp dan Cpk menggunakan program Minitab®. Interpretasi hasil dari Kapabilitas
proses yaitu:
1. Kapabilitas Proses Potential (Cp) :
Cp > 1.33 : Kapabilitas proses sangat baik
1.0≤ Cp ≤ 1.33 : Kapabilitas proses baik
Cp < 1.00 : Kapabilitas proses rendah / kurang baik
2. Kapabilitas Proses Real (Cpk) :
Cpk > 1.33 : Jika terjadi peningkatan variasi di masa mendatang, kecil
kemungkinannya menyimpang dari spesifikasi (proses menjadi lebih murah
untuk diproduksi)
1.1 ≤ Cpk < 1.3 : Kondisi ideal, variasi dalam batas yang diizinkan
1.0 ≤ Cpk < 1.1 : Perubahan sedikit dalam proses produksi mengakibatkan
munculnya penyimpangan.
0.9 ≤Cpk < 1.0 : Produk cacat (penyimpangan produk) kadang kala
muncul,proses harus diperiksa lebih ketat untuk mengeliminasi produk cacat.
Cpk < 0.9 : Produk cacat (penyimpangan produk) terjadi secara teratur,
proses tidak terkontrol, harus diperiksa bagaimana proses kerja, atau desain
spesifikasi perlu ditinjau ulang.
59
51
60
52
61
53
senyawa mayor dari suatu obat atau senyawa aktif yang meliputi
farmasetika. Pada kategori ini, prosedur analitik terbagi menjadi dua tipe,
3. Kategori tipe III yaitu prosedur analitik yang dilakukan untuk mengetahui
identifikasi.
Elemen data yang dibutihkan untuk Validasi Metode Analisis dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
62
54
Tabel 4.3. Elemen Data untuk Validasi Metode Analisis (USP ed 37, 2014)
63
55
1. Akurasi
Uji akurasi atau kecermatan dilakukan untuk mengetahui apakah metode
analisis yang digunakan dapat menghasilkan perolehan kembali (recovery)
yang memenuhi syarat. Dengan kata lain, uji akurasi dilakukan untuk
mengetahui kedekatan antara konsentrasi sampel yang diuji dengan
konsentrasi analit yang terdeteksi pada instrumen. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan larutan sampel dengan kadar 80%, 100% dan 120%.
Larutan sampel dibuat dengan menambahkan sejumlah Paracetamol standar,
Chlorphenamine Maleate standar, Dextromethorphan HBr standar dan
Phenylephrine HCl standar yang ditimbang ke campuran plasebo sehingga
menghasilkan campuran kadar yang diinginkan. Plasebo yang dibuat sesuai
dengan bobot per kaplet. Kriteria penerimaan dimana nilai recovery 98-102%.
Uji Akurasi dilakukan 3 kali untuk masing-masing konsentrasi. Hasil uji
akurasi dapat dilihat pada Tabel 4.4.
64
56
Konsentrasi
Larutan Konsentrasi Recovery Rata-rata
Teoritis AUC
Sampel (mg/mL) (%) recovery
(mg/mL)
0.0048240 43.2565 0.0048921 101.41
Dextromethorphan HBr
0.0239120 42.3049 0.023541 98.45
80% 0.0239120 42.2180 0.023493 98.25
0.0239120 42.1163 0.023436 98.01
98.42%
0.0301200 53.1765 0.029570 98.17
100% 0.0301200 53.3502 0.029666 98.49
SD: 0.280
0.0301200 53.3565 0.029670 98.50
SBR: 0.28%
0.0361800 64.1784 0.035671 98.59
120% 0.0361800 64.0203 0.035583 98.35
0.0361800 64.4349 0.035813 98.99
Phenylephrine HCl
0.0119560 52.9675 0.011890 99.45
80% 0.0119560 53.0678 0.011912 99.63
0.0119560 52.7415 0.011839 99.02
99.62%
0.0150600 66.7579 0.014967 99.38
100% 0.0150600 67.0413 0.015030 99.80
SD: 0.289
0.0150600 67.0845 0.015040 99.87
SBR: 0.29%
0.0180900 80.4716 0.018027 99.65
120% 0.0180900 80.5914 0.018054 99.80
0.0180900 80.6984 0.018078 99.93
Hasil dari uji akurasi sampel menunjukkan metode yang digunakan telah
memenuhi persyaratan akurasi dengan besaran nilai recovery untuk parameter
akurasi antara 98-102%.
2. Presisi Keterulangan
Keterulangan adalah suatu keadaan dimana hasil uji yang diperoleh
dengan menggunakan metode yang sama pada laboratorium yang sama
dikerjakan oleh operator yang sama serta peralatan yang sama pada interval
waktu yang singkat. Keterulangan dilakukan dengan menggerus 20 tablet dan
ditimbang sebanyak 10 kali seberat 60 mg kemudian diperiksa larutan sampel
sebanyak 1 kali dari masing-masing larutan. Kriteria penerimaan yaitu nilai
RSD ≤ 2.0 %. Uji keterulangan dapat dilihat pada Tabel 4.5. Dari hasil yang
didapat dengan nilai RSD < 2% menunjukkan metode yang digunakan
memenuhi persyaratan keterulangan.
65
57
66
58
Konsentrasi
Konsentrasi Recovery Rata-rata
Penimbangan Teoritis AUC
(mg/mL) (%) kadar
(mg/mL)
60.44 0.0151100 66.6569 0.014944 98.90
59.93 0.0149825 66.4432 0.014897 99.43
60.14 0.0150350 67.0124 0.015024 99.93
3. Presisi Antara
Presisi antara menyatakan presisi yang dilakukan pada laboratorium yang
sama pada hari yang berbeda oleh analis yang berbeda. Tujuan parameter ini
adalah untuk memastikan pada laboratorium yang sama metode akan
menyediakan hasil yang tidak berbeda nyata. Uji presisi antara dilakukan
pada larutan sampel konsentrasi 100% sebanyak 6 kali pemeriksaan dengan
dua analis berbeda. Kriteria penerimaan dengan nilai RSD ≤ 2.0%. Hasil uji
presisi antara dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel. 4.6. Hasil Uji Presisi Antara sampel Meffu DMP Kaplet
Analis I Analis II
Konsentrasi Konsentrasi
AUC RSD AUC AUC RSD AUC
(mg/mL) (mg/mL)
Paracetamol
1.003667 11599.1748 1.0113333 11758.5342
1.0036667 11631.2041 1.0113333 11728.332
1.0036667 11646.0723 1.0113333 11721.6641
0.147 0.145
1.0036667 11644.7178 1.0113333 11725.6328
1.0036667 11636.3203 1.0113333 11712.5332
1.0036667 11633.2323 1.0113333 11712.6729
Chlorphenamine Maleate
0.0040147 35.8453 0.0040453 35.7318
0.0040147 35.7565 0.0040453 35.5175
0.0040147 36.0173 0.0040453 35.6561
0.248 0.202
0.0040147 35.8649 0.0040453 35.5838
0.0040147 35.8104 0.0040453 35.6083
0.0040147 35.9014 0.0040453 35.6163
Dextromethorphan HBr
0.0301100 53.5237 0.0303400 55.5002
0.0301100 53.7089 0.0303400 55.1984
0.0301100 53.8936 0.260 0.0303400 55.3558 0.286
0.0301100 53.8674 0.0303400 55.5423
0.0301100 53.8644 0.0303400 55.5045
67
59
Analis I Analis II
0.0301100 53.7793 0.0303400 55.6494
Phenylephrine HCl
0.0150550 66.6370 0.0151700 66.4929
0.0150550 66.7751 0.0151700 66.5331
0.0150550 66.6320 0.0151700 66.4484
0.165 0.043
0.0150550 66.8928 0.0151700 66.5068
0.0150550 66.8490 0.0151700 66.4789
0.0150550 66.8190 0.0151700 66.5018
68
60
Kurva kalibrasi untuk masing-masing zat dapat dilihat pada lampiran 1. Dari hasil
2
uji liniearitas didapat nilai r untuk masing-masing zat yaitu Parasetamol =
0.9998333, Chorphenamine Maleate = 0.999871, Dextromethorphan HBr =
0.9999499 dan Phenylephrine HCl = 0.999824 sehingga uji linearitas memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
5. Robustness/Kekuatan
Robustness merupakan ukuran kemampuan metode untuk tak terpengaruh
dan bertahan terhadap pengaruh kecil. Uji kekuatan dilakukan dengan
menguji larutan standar dan sampel pada konsentrasi 100% dengan
mengganti kondisi HPLC yang dapat mempengaruhi hasil analisis seperti
komposisi fase gerak atau laju alir yang digunakan. Uji ini untuk mengetahui
apakah metode masih dapat digunakan bila terjadi perubahan dalam kondisi
yang digunakan. Hasil uji kekuatan larutan standar dapat dilihat pada Tabel
4.8 dan Hasil uji kekuatan larutan sampel dapat dilihat pada Tabel 4.9. Warna
merah pada tabel menandakan hasil masuk dalam rentang persyaratan.
Kriteria penerimaan yaitu nilai recovery antara 98-102%. Perubahan kondisi
yang dilakukan yaitu:
a. Komposisi fase gerak
asetonitril : dapar sitrat pH 2.6 (15:85) dan asetonitril : dapar sitrat pH
2.6 (25:75)
b. Laju alir 1.5 ml/menit dan 2.0 ml/menit.
69
61
Konsentrasi Konsentrasi
Kondisi AUC Recovery (%)
Teoritis (mg/mL) (mg/mL)
(15:85) 1.0044000 11419.8564 0.9814769 97.718
1.0044000 11390.3359 0.9789188 97.463
1.0044000 11820.1465 1.0161648 101.171
Fase gerak
1.0044000 11826.0039 1.0166724 101.222
(25:75)
1.0044000 11830.0352 1.0170217 101.257
1.0044000 9151.3887 1.029265 102.476
Laju alir
1.0044000 9212.4863 1.036136 103.160
1.5 ml/min
1.0044000 9256.4053 1.041076 103.652
1.0044000 8628.0117 0.7395445 73.630
Laju alir
1.0044000 8668.8496 0.7430834 73.983
2.0 ml/min
1.0044000 8680.0049 0.7440500 74.079
Chlorphenamine Maleate
0.0041000 41.1978 0.004661 113.673
Fase gerak
0.0041000 41.3709 0.004680 114.148
(15:85)
0.0041000 41.3966 0.004683 114.218
0.0041000 41.0934 0.004649 113.386
Fase gerak
0.0041000 40.8198 0.004618 112.636
(25:75)
0.0041000 40.8179 0.004618 112.631
0.0041000 26.8536 0.003047 76.183
Laju alir
0.0041000 26.9471 0.003058 76.446
1.5 ml/min
0.0041000 27.0815 0.003073 76.824
0.0041000 25.1942 0.002861 71.517
Laju alir
0.0041000 25.1545 0.002856 71.406
2.0 ml/min
0.0041000 25.2847 0.002871 71.772
Dextramethophan HBr
0.0301200 55.2537 0.030722 101.998
Fase gerak
0.0301200 55.2004 0.030692 101.900
(15:85)
0.0301200 54.9302 0.030542 101.402
0.0301200 92.1723 0.051195 169.972
Fase gerak
0.0301200 91.7167 0.050943 169.133
(25:75)
0.0301200 102.4341 0.056886 188.866
0.0301200 41.6948 0.023202 77.033
Laju alir
0.0301200 41.7769 0.023248 77.184
1.5 ml/min
0.0301200 42.2361 0.023503 78.030
0.0301200 38.6062 0.021490 71.347
Laju alir
0.0301200 38.7728 0.021582 71.653
2.0 ml/min
0.0301200 38.9613 0.021687 72.000
Phenylephrine HCl
0.0151440 66.1926 0.014841 97.998
Fase gerak
0.0151440 66.0882 0.014818 97.845
(15:85)
0.0151440 65.5350 0.014694 97.029
0.0151440 67.7710 0.015193 100.324
Fase gerak
0.0151440 67.8217 0.015204 100.399
(25:75)
0.0151440 67.8159 0.015203 100.390
70
62
Konsentrasi Konsentrasi
Kondisi AUC Recovery (%)
Teoritis (mg/mL) (mg/mL)
0.0151440 53.3342 0.011971 79.051
Laju alir
1.5 ml/min 0.0151440 54.8582 0.012312 81.297
0.0151440 54.5646 0.012246 80.864
0.0151440 51.2871 0.011515 76.035
Laju alir
2.0 ml/min 0.0151440 50.0853 0.011246 74.264
0.0151440 51.8941 0.011650 76.929
Tabel 4.9. Hasil Uji Kekuatan Larutan Sampel Meffu DMP Kaplet
Konsentrasi Konsentrasi
Kondisi AUC Recovery (%)
Teoritis (mg/mL) (mg/mL)
Parasetamol
1.0036667 11401.1416 0.9798551 97.628
Fase gerak
1.0036667 11403.625 0.9800703 97.649
(15:85)
1.0036667 11389.4141 0.9788389 97.526
1.0036667 11845.9834 1.0184037 101.468
Fase gerak
1.0036667 11829.2861 1.0169568 101.324
(25:75)
1.0036667 11837.4043 1.0176603 101.394
1.0036667 9284.2793 1.044211 104.040
Laju alir
1.0036667 9293.5000 1.045248 104.143
1.5 ml/min
1.0036667 9301.2578 1.046120 104.230
1.0036667 8728.1182 0.7482194 74.549
Laju alir
1.0036667 8749.4492 0.7500679 74.733
2.0 ml/min
1.0036667 8772.6846 0.7520814 74.933
Chlorphenamine Maleate
0.0040147 41.3024 0.004672 116.382
Fase gerak
0.0040147 41.1549 0.004656 115.969
(15:85)
0.0040147 41.2999 0.004672 116.375
0.0040147 40.7779 0.004613 114.913
Fase gerak
0.0040147 40.8255 0.004619 115.046
(25:75)
0.0040147 40.8555 0.004622 115.130
0.0040147 26.9979 0.003064 76.309
Laju alir
0.0040147 26.9775 0.003061 76.252
1.5 ml/min
0.0040147 27.0372 0.003068 76.419
0.0040147 25.2289 0.002865 71.353
Laju alir
0.0040147 25.2905 0.002872 71.526
2.0 ml/min
0.0040147 25.3979 0.002884 71.827
Dextramethophan HBr
0.0301100 54.6760 0.030401 101.338
Fase gerak
0.0301100 54.7007 0.030415 101.383
(15:85)
0.0301100 54.2823 0.030183 100.610
0.0301100 91.3881 0.050761 169.202
Fase gerak
0.0301100 93.3805 0.051866 172.885
(25:75)
0.0301100 91.6428 0.050902 169.673
71
63
Konsentrasi Konsentrasi
Kondisi AUC Recovery (%)
Teoritis (mg/mL) (mg/mL)
0.0301100 41.9278 0.023332 77.772
Laju alir
0.0301100 42.0393 0.023393 77.978
1.5 ml/min
0.0301100 42.0667 0.023409 78.029
0.0301100 44.0034 0.024483 81.609
Laju alir
0.0301100 43.2212 0.024049 80.163
2.0 ml/min
0.0301100 39.1555 0.021794 72.647
Phenylephrine HCl
0.0150550 65.1623 0.014611 97.051
Fase gerak
0.0150550 65.792 0.014751 97.984
(15:85)
0.0150550 65.1668 0.014612 97.057
0.0150550 67.3900 0.015108 100.353
Fase gerak
0.0150550 67.4114 0.015113 100.384
(25:75)
0.0150550 67.4785 0.015128 100.484
0.0150550 54.1940 0.012163 80.793
Laju alir
0.0150550 53.8233 0.012081 80.243
1.5 ml/min
0.0150550 54.0357 0.012128 80.558
0.0150550 52.6852 0.011827 78.556
Laju alir
0.0150550 52.0458 0.011684 77.609
2.0 ml/min
0.0150550 50.1853 0.011269 74.851
Dari hasil pengujian kekuatan, tidak ada kondisi yang memenuhi persyaratan
recovery untuk ke-empat zat aktif baik pada larutan standar maupun sampel. Hal
ini menunjukkan bahwa metode peka terhadap variasi kondisi analisis sehingga
kondisi tersebut harus dikendalikan dan bila terjadi perubahan kondisi pada
metode yang digunakan maka hasil yang didapat tidak dapat diterima.
6. Ruggedness/ketangguhan
Ruggedness dilakukan dengan menganalisis larutan sampel 100% yang
dianalisis selama 5 hari berturut-turut. Kriteria penerimaan dengan melihat
RSD kadar yaitu ≤ 2.0 %. Analisis ruggedness untuk mengetahui hingga
berapa hari metode masih memberikan hasil yang diinginkan dengan
menggunakan larutan sampel yang sama. Hasil uji ruggedness dapat dilihat
pada Tabel 4.10. Warna merah pada tabel menandakan hasil masuk dalam
rentang persyaratan.
72
64
Tabel 4.10. Hasil Uji Ruggedness Larutan Sampel Meffu DMP Kaplet
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
Parasetamol
AUC 11699.116 11719.498 11942.633 11895.689 11804.414
Konsentrasi
1.005677 1.007443 1.026779 1.022711 1.014801
(mg/ml)
Recovery
100.487 100.664 102.596 102.189 101.399
(%)
Chlorphenamine Maleate
AUC 35.1107 34.8084 35.3236 35.1534 34.9318
Konsentrasi
0.003976 0.003942 0.004000 0.003981 0.003956
(mg/ml)
Recovery
99.599 98.737 100.199 99.719 99.095
(%)
Dextromethorphan HBr
AUC 53.8312 53.3278 53.6159 53.1534 53.0799
Konsentrasi
0.029933 0.029654 0.029813 0.029557 0.029516
(mg/ml)
Recovery
99.803 98.872 99.378 98.549 98.414
(%)
Phenylephrine HCl
AUC 65.9777 65.6714 74.7864 73.9922 78.135
Konsentrasi
0.014793 0.014725 0.016759 0.016581 0.017506
(mg/ml)
Recovery
98.699 98.242 111.814 110.631 116.799
(%)
7. Spesifisitas/Selektifitas
Uji spesifisitas dilakukan dengan tujuan untuk melihat kemampuan
metode analisis yang digunakan untuk membedakan antara zat atau senyawa
yang dianalisis dengan senyawa lainnya yang terdapat dalam matriks sampel.
Pengujian dilakukan dengan melihat kromatogram yang dihasilkan pada
pengukuran larutan standar, larutan sampel, blanko pelarut dan plasebo. Hasil
uji spesifisitas dapat dilihat pada Tabel 4.11.
73
65
Tabel 4.12. Hasil Uji Batas Deteksi dan Kuantifikasi Larutan Standar Meffu DMP
X Y Yi Y-Yi (Y-Yi)2 LOD LOQ
Parasetamol
0 0 93.83864 -93.8386 8805.6904
0.7084 8318.1426 8268.6117 49.53089 2453.3093
0.8116 9557.3477 9459.5160 97.83173 9571.047 2.10 x
0.9080 10686.460 10571.950 114.5092 13112.357 0.0242 10-5
mg/ml
1.0096 11767.357 11744.390 22.96697 527.48162 mg/mL
1.1092 12886.840 12893.751 -6.91172 47.771929
1.2128 14016.318 14089.272 -72.9533 5322.1834
74
66
4.2.3. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh, metode analisa untuk penetapan
kadar Paracetamol, Chlorphenamine Maleate, Dextromethorphan HBr dan
Phenylephrine HCl pada Meffu DMP Kaplet memenuhi persyaratan parameter
validasi dan dinyatakan telah valid.
75
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2012. Cara Pembuatan Obat yang Baik.
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik
Indonesia No.36 Tahun 2009 Tentan Tenaga Kesehatan. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.1799/Menkes/XII/2010 tentang Industri Farmasi. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Priyambodo B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Global Pustaka Utama.
Yogyakarta.
67
76
LAMPIRAN 1
STRUKTUR ORGANISASI PT. TRIMAN
Luly G., S.Farm, Apt Aidah, S.Farm, Apt Linda J.S, S.Farm, Apt Diana E.P, S.Farm, Apt Innarti S, S.Farm, Apt Amir S, A.Md Ujang Supriatno Usep Gunawan
Kepala Bagian Kepala Bagian Kepala Bagian Kepala Bagian Kepala Bagian Kepala Bagian Kepala Bagian Kepala Bagian
QA Produksi QC R&D PPIC Registrasi Teknik Umum & Personalia
68
77
LAMPIRAN 2
ALUR PROSES PRODUKSI
Released Rejected*
Pencampuran
Kadar Air 3 Titik
Basah
Kadar Air dan
kadar zat aktif Pencampuran Released Rejected*
Kering
Kekerasan,
Setiap 60
Rejected* Released Bobot dan
menit Ketebalan
IPC
Awal dan
Friabilitas
Pencetakan tengah danWH
Kadar, Keseragaman
Sampling
Sediaan dan Disolusi
Released Rejected*
69
78
Produk Ruahan
Uji Kebocoran
Pengemasan Primer IPC
Setiap 60 menit
Released Rejected*
Rejected* Released
Penandaan, Indentitas
Pemeriksaan QA
dan Catatan Pengolahan
Released Rejected*
Pemasaran
70
79
LAMPIRAN 3
ALUR PENERIMAAN BARANG PPIC
Barang Masuk
Bahan
Ruang Karantina
Bahan Kemas
- PPIC menyiapkan
Batch Record
- Diberi No. Batch, Expired
Pengeluaran Bahan
date, Manufacturing date,
Baku, Bahan Kemas
Harga eceran tertinggi
- Menyiapkan Form
Pengeluaran bahan
baku dan bahan kemas
- Form tersebut diberi Yang telah release
nomor analisa oleh QC
71
80
LAMPIRAN 4
ALUR PENYIAPAN BAHAN AWAL UNTUK PRODUKSI
Form pengeluaran
Diperiksa dan bahan baku
ditandatangani
kepala bagian
PPIC, Produksi,
QC dan Plant
Manager
Dikembalikan
Pelaksana gudang
kepada bagian
mempersiapkan
PPIC
bahan baku dan
bahan kemas
Yang telah
diluluskan oleh
QC :
- Kesesuaian Diserahkan pada Kelebihan bahan
fisik bagian penimbangan baku
- Nomor analisa
- Jumlah
- identitas bahan
- Status Release
Form pengeluaran
bahan baku dan Bahan baku: 3
bahan kemas rangkap
ditandatangani oleh Bahan kemas: 2
petigas gudang yang rangkap
menyerahkan barang.
72
LAMPIRAN 5
ALUR PEMBUATAN PRODUK BARU ATAU PENGEMBANGAN
PRODUK
Validasi Proses
Pengujian Parameter Fisik, Produksi 3
Kadar, Disolusi dan Bets
Stabilitas Skala Produksi
Nomor Izin
Edar
73