Proposal
Proposal
Proposal
Disusun Oleh :
Diajukan kepada PT. INDOMINCO MANDIRI., sebagai syarat untuk melakukan penelitian
guna mencapai gelar Strata-1 (S1) di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, tahun akademik 2018/2019.
Diajukan Oleh :
Nama : Alan Noviter
Nomor Induk Mahasiswa : 111.140.071
Alamat Jurusan : Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta,
Jl. SWK 104 (Lingkar Utara), Condongcatur Yogyakarta,
55283, Indonesia. Telp. ( 0274 ) 486733, ( 0274 ) 486402
Fax. ( 0274 ) 486400
Alamat Rumah : Jl. Pugeran 1 Gg.Derkuku No.09, Maguwoharjo, Yogyakarta.
Email : [email protected]
Telp. 085327912341
Mengetahui, Mahasiswa
Dosen Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
ridho-Nya penulis masih diberi kesehatan dan umur panjang sehingga masih dapat
menyelesaikan Proposal Tugas Akhir yang berjudul “ GEOLOGI DAN POLA SEBARAN
SERTA KEMENERUSAN LAPISAN BATUBARA DAERAH BONTANG, KABUPATEN
KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR”
Proposal ini dibuat untuk memenuhi syarat dalam pengajuan Tugas Akhir tahun ajaran
2018/2019, Jurusan Teknik Geologi, Fakulkas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta, proposal ini dapat selesai karena bantuan banyak pihak, oleh
karena itu, tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberi kesehatan dan kelancaran dalam pembuatan
Proposal Tugas Akhir ini.
2. Orang Tua dan Keluarga yang selalu mendukung dan memberikan kasih sayang
serta semangat tanpa henti.
3. Bapak Dr. Ir. Dwi Fitri Yudiantoro, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Geologi
Universitas Pembangunan Nasioanl “Veteran” Yogyakarta.
4. Bapak Ir, Ediyanto, M.T. selaku Dosen Pembimbing.
5. Teman – teman dari Jurusan Teknik Geologi Angkatan 2014 dan Keluarga
Tambarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang nantinya dapat dijadikan sebagai masukan demi tercampainya kesempurnaan
dalam pembuatan laporan nantinya. Akhir kata, besar harapan penulis agar usulan ini dapat
diterima sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang direncanakan.
Alan Noviter
iii
SARI
iv
DAFTAR ISI
v
BAB 3. DASAR TEORI....................................................................................... 9
3.1 Definisi Batubara .............................................................................................. 9
3.2 Tahap Pembentukan Batubara ........................................................................ 10
3.3 Faktor Pembentuk Batubara............................................................................ 10
3.4 Genesa Batubara ............................................................................................. 11
3.4.1 Coalification........................................................................................... 12
3.5 Tipe Pola Sebaran dan Kemenerusan Batubara .............................................. 13
6.1 Penutup.................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.2. Kolom Stratigrafi daerah Kutai Timur, Cekungan Kutai bagian utara
(Supriatna & Rustandi, 1995; op.cit. Resmawan, 2007). …………………………………. 17
Gambar 4.3 Struktur Geologi Cekungan Kutai (Allen & Chambers, 1998; op.cit.
Sukmayana, 2009)………………………………………………………………………..…19
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diketahuinya secara baik geometri lapisan batubara merupakan hal yang sangat
penting di dalam penentuan sumber daya atau cadangan batubara. Pola sebaran dan
kemenerusan lapisan batubara merupakan parameter di dalam geometri lapisan
batubara. Menurut Kuncoro (2000), pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara
dapat hadir bervariasi, bahkan pada jarak dekat sekalipun.
Pada penentuan sumber daya atau cadangan batubara, apabila ditinjau dari ilmu
hitung biasa adalah persoalan yang sederhana yang dapat dilakukan oleh banyak orang,
akan tetapi apabila kita ingin mencari endapan batubara yang memiliki cadangan
ekonomis maka masalahnya akan menjadi kompleks dan memerlukan kepakaran
tersendiri. Oleh karena itu pemahaman mengenai pola sebaran dan kemenerusan
lapisan batubara sangat penting, perlu dilakukan penelitian mengenai kendali geologi
terhadap pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara.
Litologi
Pengamatan litologi yang dilakukan meliputi pengamatan yang
bersifat makroskopis berupa singkapan ataupun core serta pengamatan
yang bersifat mikroskopis berupa sayatan petrografi dan Analisa maseral.
Struktur Geologi
Struktur geologi akan berhubungan dengan proses-proses
pembentukan batubara. Struktur geologi merupakan salah satu penyebab
metamorfosis organic yang terjadi pada proses evolusi batubara.
3
1.6. Manfaat Penelitian
1. PT. INDOMINCO MANDIRI
3. Mahasiswa
4
BAB 2
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah dengan metode deskriptif yaitu
metode pengamatan pengukuran actual di lapangan dan analitik yaitu metode
pemrosesan data untuk memberikan gambaran actual di lapangan dengan
mengintegrasikan data lapangan dan uji laboratorium. Berikut merupakan tahapan –
tahapan dalam penelitian.
Pada tahap ini terdiri dari Studi Pustaka dan Perizinan, serta Persiapan
Perlengkapan, tahap studi pustaka dimaksudkan untuk mengetahui keadaan geologi
daerah telitian dari studi literature, jurnal, makalah, dan laporan penelitian
terdahulu. Pada tahap ini juga sebagai referensi terhadap tahapan-tahapan yang
akan dilakukan dikemudian hari. Pada tahap perizinan dan persiapan perlengkapan
merupakan tahap awal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian langsung
dilapangan yang meliputi perizinan dan penentuan lokasi, studi pustaka, serta
persiapan perlengkapan lapangan yang dibutuhkan untuk mengetahui keadaaan
geologi daerah penelitian.
5
Obervasi lapangan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi
morfologi daerah penelitian.
Pemetaan geologi dengan lintasan geologi
Pengambilan data-data geologi berupa data litologi, struktur
geologi (kekar, sesar, lipatan, kedudukan lapisan batuan, dan
struktur sedimen), dan kontak antar litologi.
Pengambilan sampel batuan yang bertujuan untuk melakukan
analisa batuan (analisa petrografi). Dokumentasi data-data
lapangan (sketsa dan foto).
Pengumpulan data pemboran dan pengumpulan data untuk
mengetahui tipe pola sebaran dan kemenerusan lapisan batubara.
Tahap pengolahan data adalah tahap analisis data dan analisa sampel
batuan untuk mengetahui aspek-aspek geologi daerah penelitian yang meliputi :
Analisis Petrografi
Analisa petrografi adalah analisa komposisi batuan menggunakan mikroskop
untuk menentukan nama batuan yang lebih akurat untuk kepentingan
penentuan lingkungan pengendapan berdasarkan presentase komposisi batuan.
Analisis Struktur Geologi
Analisa struktur geologi adalah analisa studio data-data struktur geologi
menggunakan proyeksi stereografis, lalu akan diplot ke dalam peta geologi. Analisa
struktur geologi dapat berupa analisa kekar, analisa sesar, analisa lipatan, dan
rekonstruksi lipatan pada penampang geologi dua dimensi.
Analisis Proximate
Berdasarkan Halliburton (2008), merupakan analisa batubara yang paling
mendasar untuk menentukan kandungan moisture, ash, volatile matter dan fixed
carbon. Prosedur standar yang digunakan adalah D-3172 (ASTM standar).
Analisis Ultimate
Berdasarkan Haliburton (2008), merupakan analisa pada batubara untuk
menentukan kandungan hidrogen, karbon, nitrogen, oksigen, total sulfur.
6
Analisis Tebal dan Penampang
Analisa tebal dan penampang sebagai informasi utama dalam melakukan
perhitungan cadangan serta menentukan pola penyebaran batubara.
7
2.4. Bagan Alir Penelitian
Akuisisi data merupakan tahapan perolehan data yang terdiri dari studi
pustaka regional, pemetaan geologi permukaan, dan beberapa data log
bor.
Analisa merupakan tahapan pemrosesan data terhadap hal yang
menyangkut dengan geologi dan batubara lokasi penelitian.
Sintesa merupakan penyimpulan dari berbagai Analisa tersebut dan
mewujudkan dari tujuan yang ingin dicapai.
8
BAB 3
DASAR TEORI
Batubara merupakan suatu sedimen organik yang terbentuk dari pembusukan tumbuhan
atau pohon yang telah mati berjuta tahun yang lalu dan terendapkan di suatu cekungan. Menurut
Thiessen (1947), batubara adalah suatu benda padat yang kompleks, terdiri dari bermacam-
macam unsur, mewakili banyak komponen kimia, dimana hanya sedikit dari komponen kimia
tersebut yang dapat diketahui. Pada umumnya homogen, tetapi hampir semua berasal dari sisa
tumbuhan yang sangat kompleks, terdiri dari bermacam-macam serat dimana setiap serat terdiri
dari beberapa sel. Batubara berasal dari tumbuhan yang mati, kemudian tertutup oleh lapisan
batuan sedimen. Ketebalan timbunan itu lama kelamaan menjadi berkurang karena adanya
pengaruh suhu dan tekanan yang tinggi. Menurut Sukandarrumidi (2009), batubara terbentuk
dengan cara yang sangat kompleks dan memerlukan waktu yang lama dibawah
pengaruh fisika, kimia maupun keadaan geologi. Untuk memahami bagaimana batubara
terbentuk dari tumbuh-tumbuhan perlu diketahui di mana batubara terbentuk dan faktor-
faktor yang akan mempengaruhinya, serta bentuk lapisan batubara. Menjelaskan tempat
terbentuknya batubara dikenal 2 macam teori :
a. Teori insitu
b. Teori Drift
10
3.4 Genesa Batubara
Apabila ada suatu tumbuhan atau pohon yang mati, kemudian jatuh ke tanah
yang kering, maka tumbuhan tersebut akan membusuk dan akhirnya hilang tidak
meninggalkan sisa organik, karena diuraikan oleh bakteri pengurai. Akan tetapi apabila
suatu tumbuhan atau pohon yang sudah mati kemudian jatuh di daerah yang berair seperti
rawa, sungai, atau danau, maka tumbuhan tersebut tidak akan mengalami pembusukan
secara sempurna, karena pada kedalaman tertentu bakteri tidak lagi bisa menguraikan
tumbuhan tersebut baik bakteri aerob maupun anaerob.
Akibatnya sisa tumbuhan tersebut akanterus mengendap membentuk suatu
sediment fossil tumbuhan yang selanjutnya mengalami perubahan fisik dan biokimia serta
di pengaruhi oleh waktu, tekanan, dan temperatur, sehingga membentuk batubara. Proses
pembentukan batubara terjadi beberapa tahap, dan tahapan-tahapan tersebut disebut
coalification. Proses coalification tersebut dimulai dari peat sampai antrasit. Peringkat
batubara merupakan tahapan dari pada pembatubaraan. Berikut adalah peringkat dari
batubara itu sendiri :
1. Peat ( Gambut )
2. Lignit ( Batubara coklat Brown coal )
3. Sub-Bituminus
4. Bituminus
5. Antrasit
Genesa batubara berdasarkan tempat dibedakan menjadi dua
(Sukandarrumidi, 1995) yaitu :
A. Teori Insitu
Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terbentuk di tempat dimana
tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian setelah tumbuhan itu mati,
sebelum terjadi proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sediment dan
mengalami proses coalification. Batubara dengan proses ini penyebarannya luas,
merata dan kualitasnya baik.
B. Teori Drift
Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadi di tempat yang berbeda
dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian
tumbuhan yang telah mati mengalami transportasi oleh media air dan terakumulasi
di suatu tempat, tertutup oleh batuan sediment dan terjadi proses coalification.
Batubara dengan proses drift penyebarannya tidak luas tetapi banyak dan kualitasnya
kurang baik.
11
3.4.1 Coalification
Tahap ke tiga, terjadi perubahan bentuk produk menjadi berupa hidrogel, yang diikuti
oleh proses pemadatan dan konsolidasi dimana bakteri anaerob berhenti bekerja.
Pertambahn beban dari atas (tekanan) menyebabkan gel menjadi padat, air terperas
terbentuk asam humus dengan waktu yang relatif lama (umur geologi) terbentuk lignit.
Tahap terakhir adalah pembentukkan sub-bituminus, bituminus, semi
bituminus, semi antrasit dan antrasit. (Terbentuknya macam-macam batubara tersebut
tergantung tekanan, suhu, dan umur / waktu geologi). Tahapan – tahapan tersebut
dapat dilihat pada gambar 3.1.
12
1. Umur; semakin lama penimbunan material organik maka akan didapatkan
batubara dengan peringkat yang tinggi pula.
2. Temperature; makin tinggi temperature maka makin tinggi peringkat batubara.
3. Tekanan; menyebabkan perubahan fisik, pembentukan struktur (banded), dan
perubahan kimia (aromatisasi).
4. Gradient geothermal; hal tersebut terjadi karena pengaruh dari kedalaman,
aktivitas vulkanik, konduktivitas panas (batulempung dan batupasir berbeda),
bertambahnya T dengan kedalaman.
13
BAB 4
GEOLOGI REGIONAL
14
Gambar 4.1. Fisiografi Cekungan Kutai (Biantoro, 1992).
Fisiografi Cekungan Kutai seperti terlihat pada Gambar 2.1. Cekungan Kutai
merupakan salah satu cekungan Tersier yang terbesar di Indonesia, luasnya 165.000
km2 dan kedalamannya kurang lebih mencapai 14.000 m. Di bagian utara, Cekungan
Kutai dibatasi oleh Sesar Sangkulirang dan Sesar Bengalon, sedangkan dibagian
selatan dibatasi oleh Sesar Adang (Biantoro dkk., 1992).
15
4.2 Stratigrafi Regional
16
Endapan Aluvial (Qal) : Material lepas berupa lempung dan lanau, pasir,
lumpur, dan kerikil, merupakan endapan pantai, rawa, dan sungai.
Gambar 4.2. Kolom Stratigrafi daerah Kutai Timur, Cekungan Kutai bagian utara (Supriatna &
17
Cekungan Kutai terbentuk karena proses pemekaran pada Kala Eosen
Tengah yang diikuti oleh fase pelenturan dasar cekungan yang berakhir pada
Oligosen Akhir. Peningkatan tekanan karena tumbukan lempeng mengakibatkan
pengangkatan dasar cekungan ke arah baratlaut yang menghasilkan siklus regresif
utama sedimentasi klastik di Cekungan Kutai dan tidak terganggu sejak Oligosen
Akhir hingga sekarang (Ferguson & McClay, 1997; op.cit. Resmawan, 2007). Pada
Kala Miosen Tengah pengangkatan dasar cekungan dimulai dari bagian barat
Cekungan Kutai yang bergerak secara progresif ke arah timur sepanjang waktu dan
bertindak sebagai pusat pengendapan. Selain itu juga terjadi susut laut yang
berlangsung terus-menerus sampai Miosen Akhir.
18
Proses pembentukan lipatan di Cekungan Kutai terdapat dua pendapat, yaitu:
Gambar 4.3 Struktur Geologi Cekungan Kutai (Allen & Chambers, 1998; op.cit.
Sukmayana, 2009).
19
BAB 5
20
5.3. Sarana dan Prasarana
1. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan tugas akhir adalah pada PT. INDOMINCO
MANDIRI, secara administratif berada di Kota Bontang, Kabupaten Kutai
Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
2. Sarana dan Prasarana
Selama pelaksanaan tugas akhir, fasilitas, perlengkapan pendukung
yang diperlukan :
A. Perijinan
B. Asuransi
C. Perlengkapan penelitian
1) Peta Topografi daerah telitian.
2) Perlengkapan lapangan.
3) Fasilitas laboratorium.
4) Perlengkapan komputer untuk olah data.
5) Ruang Kerja
3. Data-data perusahaan yang diperlukan untuk kelancaran penelitian, meliputi:
A. Log density (hard dan soft copy) lubang bor dan Log Gamma Ray dari
lapisan batubara yang diteliti.
B. Data hasil analisa proksimat, CV, Mineral Matter lubang bor lapisan
batubara yang diteliti
5.4 Pembimbing
Untuk pembimbing di lapangan diharapkan dapat disediakan oleh
perusahaan sedangkan pembimbing dari UPN “Veteran” Yogyakarta adalah Ir.
Ediyanto, M,T. staff pengajar pada Program Studi Teknik Geologi Universitas
Pembangunan Nasional „Veteran„ Yogyakarta.
21
BAB 6
PENUTUP
6.1 Penutup
22
DAFTAR PUSTAKA
Anggayana, K., 2002. Genesa Batubara, Departemen Teknik Pertambangan,
FIKTM. Institut Teknologi Bandung.
Anggayana, K., dkk, 2011: Batubara Muara Wahau Dan Berau - Kalimantan Timur
Serta Batubara Tanjung Enim - Sumatra Selatan, proceedings, JCM
MAKASSAR, The 36th HAGI and 40th IAGI Annual Convention and
Exhibition.
Chambers L.C., 1995. Tectonic Model for the onshore Kutai Basin, East
Kalimantan,based on an Intergrated Geological and Geophysical
Interpretation. Proceeding Indonesian Petroleum Association Annual
Convention 24th. p.111-128.
Cook, C. Alan., 1999, Coal Geology and Coal Properties. Keira Ville Konsultants.
Australia.
23
Step. Nalendra Jati. 2011. Tipe Pola Sebaran dan Kemenerusan Lapisan Batubara di
Lokasi Penelitian, Sekitar Lokasi, dan Regional. Mahasiswa Pascasarjana.
Magister Teknik Geologi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
24
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURRICULUM VITAE)
Pengalaman Kepanitiaan
Keterampilan Komputer
Kemampuan Lainnya
Alan Noviter