Naskah Skripsi
Naskah Skripsi
Naskah Skripsi
SKRIPSI
Oleh :
Ayub Immaduddin Mooduto
NIM : 471 414 018
Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui Mengetahui
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Ilmu Dan Teknologi Kebumian Teknik Geologi
iii
ABSTRAK
Geologi, Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian, Fakultas Matematika dan Ilmu
Provinsi Gorontalo, secara geografis terletak pada koordinat 0 ° 41’ 58” LU – 0° 44’
54” LU dan 122° 55’ 25” BT – 123° 00’ 22” BT. Tujuan penelitan ini untuk
Stratigrafi, Struktur Geologi Dan Sejarah Geologi, Metode yang digunakan dalam
atas Empat satuan Bentuklahan yaitu Satuan Perbukitan Vulkanik, Satuan Perbukitan
daerah penelitian terbagi atas Empat satuan dengan urutan dari tua ke muda yaitu
Satuan Andesit (Miosen Tengah), Satuan Diorite (Miosen Akhir), satuan Granit
(Pliosen Awal) dan Satuan Endapan Aluvial (Pliosen-Holosen). Struktur geologi yang
berkembang di daerah penelitian berupa Sesar Geser Mengiri Dan Kekar Gerus.
iv
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“Tidak ada rasa bersalah yang dapat mengubah masa lalu dan tidak ada
“Tidak ada yang mudah, tapi tidak ada yang tidak mungkin”
-Napoleon Bonaparte
-Nelson Mandela
Dengan menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam karena atas izin rahmat dan
karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Geologi Daerah
Provinsi Gorontalo” ini dalam keadaan sehat wal afiat. Shalawat serta salam tak lupa
pula saya hanturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, karena berkat beliau lah
ummat manusia di bawa dari zaman kebodohan menuju ke zaman penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Skripsi Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Yang Harus Dipenuhi untuk
mencapai gelar Sarjana Satu (S1) pada Program Studi Teknik Geologi, Jurusan Ilmu
Universitas Negeri Gorontalo. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis
senantiasa selalu mencurahkan doanya serta memberikan doa dan semangat yang tiada
disampaikan oleh saya sebagai penulis kepada Bapak Ahmad Zainuri, S.Pd, M.T
selaku pembimbing I, Bapak Ronal Hutagalung S.T, M.T selaku pembimbing II, yang
vii
telah meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan arahan kepada
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Dengan segala kerendahan hati penulis
1. Dr. Eduart Wolok, S.T, M.T, selaku Rektor Universitas Negeri Gorontalo
2. Prof. Dr. Astin Lukum, M.Si, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam dan Dr. Djuna Lamondo, M.Si.. selaku Wakil Dekan I
3. Dr. Sunarty S. Eraku, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu dan Teknologi
4. Ronal Hutagalung, S.T, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Geologi
5. Intan Noviantari Manyoe S.Si, M.T. selaku Penasehat Akademik (PA) yang
Gorontalo.
Gorontalo.
viii
9. Pihak-pihak yang telah membantu guna kelancaran penelitian dan penyusunan
Penulis sadar Skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar supaya kedepannya
bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya, karena sebuah kesalahan adalah awal sebuah
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT .......................................................................................................... v
x
2.1. Landasan Teori ............................................................................................... 13
xi
3.3.1. Kekar ........................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1. Pola aliran dasar dan ubahan (Howard, 1967) ................................ 19
GAMBAR 2.4. Bentuk tubuh intrusif dan ekstrusif (Noor, 2012) ........................... 25
GAMBAR 2.5. Klasifikasi batuan beku IUGS (Le Bas dan Streckeisen, 1991) ..... 26
GAMBAR 2.6. Penampang fasies dasar batuan gunungapi yang berkaitan dengan
pusat gunung api (Williams dan MacBirney,1979 dalam Bronto 2006) .................. 28
GAMBAR 2.7. Model fasies gunungapi (Vessel dan Davies, 1981 dalam Hartono,
2010) ..................................................................................................................... 29
GAMBAR 2.8. Hubungan sesar dan stress yang bekerja (Anderson. 1951) ............ 30
GAMBAR 2.9. Hubungan struktur lipatan,sesar dan kekar (Moody and Hill,1956) 31
GAMBAR 2.12. Peta Geologi Regional daerah penelitian (dimodifikasi dari peta
Geologi Regional lembar Tilamuta & lembar Kotamobagu skala 1:250.000 oleh
Apandi & Bachri, 1997) ......................................................................................... 39
GAMBAR 2.13. Tiga lempeng besar yang membentuk Pulau Sulawesi (Hall and
Wilson. M.E.J,2000) .............................................................................................. 41
GAMBAR 2.14. Peta Tektonik Pulau Sulawesi (Hall and Wilson, 2000 dalam
Amstrong,2012) ..................................................................................................... 42
xiii
GAMBAR 3.3. Satuan Dataran Fluvial .................................................................. 48
GAMBAR 3.11. (A) Singkapan satuan diorit, (B) tampak dekat singkapan ............ 58
GAMBAR 3.14. (A) Singkapan satuan granit, (B) tampak dekat singkapan ........... 62
GAMBAR 3.17. (A) Satuan endapan aluvial,(B) tampak dekat material lepas........ 66
GAMBAR 3.19. kenampakan kekar gerus (shear joint) pada stasiun AM.3 ............ 69
GAMBAR 3.20. (A) Pengolahan diagram Rosette, (B) pengolahan Stereonet ...... 70
GAMBAR 3.21. Kenampakan bidang sesar di daerah penelitian ............................ 70
GAMBAR 3.22. Hasil analisa sesar ...................................................................... 71
GAMBAR 3.23. Potensi mineralisasi daerah penelitian ......................................... 73
GAMBAR 3.24. Hulu sungai dominan berukuran Kerikil sampai bongkah .......... 74
GAMBAR 4.1. Terbentuknya satuan andesit ......................................................... 75
GAMBAR 4.2. proses struktur geologi pada satuan andesit ................................... 76
GAMBAR 4.3. Terbentuknya satuan Diorit ........................................................... 77
GAMBAR 4.4. Terbentuknya satuan Granit ........................................................... 77
GAMBAR 4.5. Terbentuknya satuan endapan aluvial ............................................ 78
xiv
DAFTAR TABEL
TABEL 2.2. Simbol warna berdasarkan kelas genetik, (Zuidam, 1985) .................. 17
xv
BAB I
PENDAHULUAN
cukup pesat didalam dunia pendidikan. Penguasaan ilmu geologi didukung oleh
beberapa disiplin ilmu lain yang berhubungan dengan ilmu kebumian, seperti,
Peran ahli geologi saat ini sangatlah dibutuhkan dalam memberikan sumbangan
pemikiran, baik dalam bentuk data dan informasi kebumian maupun aplikatif di
informasi berupa data-data geologi yang dibutuhkan untuk dijadikan dasar dalam
kondisi geologi pada skala yang diinginkan. Peta geologi harus dapat menjelaskan
penjelasan tentang satuan batuan pada peta, dan penampang bawah permukaan.
Kegiatan pemetaan geologi ini sangatlah diperlukan untuk daerah yang masih
1
2
Saat ini Provinsi Gorontalo hanyalah memiliki informasi Geologi berupa Peta
Geologi Regional dengan Skala 1:250.000 yang hanya dikategorikan sebagai peta
tinjau. Oleh karena itu diperlukannya pemetaan geologi semi-detail hingga detail
guna untuk menggali informasi geologi yang lebih detail seperti melakukan
tatanan Geologi yang menarik untuk diteliti karena tersusun oleh batuan yang
berumur Tersier sampai Kuarter yakni, batuan vulkanik, batuan terobosan, serta
pola struktur berupa sesar yang melengkapi proses geologi daerah tersebut.
Kelulusan Pendidikan strata satu (S-1) Pada Program Studi Teknik Geologi,
Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah untuk mengetahui kondisi
Geologi dan Sejarah Geologi.. Hasil akhir dari penelitian ini yakni meliputi peta
lintasan, peta geomorfologi, peta struktur geologi dan peta geologi dengan
skala 1:25.000.
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka dapat disusun batasan masalah yang
2. Pembagian ciri litologi, umur dan hubungan tiap satuan batuan, lingkungan
dan Kabupaten Gorontalo. Lokasi penelitian terdiri dari 3 kecamatan dan 4 desa
Gorontalo Utara dan tiga desa lainnya yakni, desa Daenaa yang terletak di
terletak pada 00° 41’ 58” LU – 00° 44’ 54” LU dan 122° 55’ 25” BT – 123° 00’ 22”
BT dengan luas ±40 km2.Untuk menuju lokasi penelitian dapat ditempuh dengan
Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian (Dimodifikasi dari Google Map dan Peta RBI
Bakosurtanal, 1991)
5
antara N 0°19’ – N 1°15’ dan E 121°23’ – E 123°43’. Dari posisi tersebut wilayah
ini berbatasan langsung dengan dua Provinsi, yaitu Provinsi Sulawesi Tengah di
sebelah barat dan Provinsi Sulawesi Utara di sebelah timur. Sedangkan di sebelah
utara berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi dan di sebelah selatan dibatasi
Kehutanan. 2013).
6
- Administrasi
dan 4 desa yakni Kecamatan Kwandang yang terdiri dari desa Bualemo dan
kecamatan Limboto Barat yang terdiri dari desa Daena’a, dan Kecamatan Limboto
- Topografi
meter diatas permukaan laut, kabupaten Gorontalo terletak antara 00° 24’ - 10° 02’
Lintang Utara (LU) dan 121°5 9’ - 123° 32’ Bujur Timur (BT). Luas wilayah
daratan Kabupaten Gorontalo, adalah seluas 2.125,47 km2 (Badan Pusat Statistik
rata + 15,2 meter diatas permukaan laut (diambil dari ketinggian kantor camat
PODES 2014), terletak pada 10° 7’ 55” Lintang Utara dan 00° 41’ 23” Lintang
7
Selatan , serta 121° 58’ 59” − 123 ° 16’29” Bujur Timur. Luas wilayah Gorontalo
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari lima tahapan
yakni Tahap Persiapan, Tahap Penelitian Lapangan, Tahap Analisa dan Pengolahan
inilah yang membuat perencanaan awal agar nantinya pada saat penelitian lapangan
segala proses di dalamnya terencana dengan baik. Adapun tahap persiapan ini
- Studi Pendahuluan
awal mengenai peta geologi regional lembar limboto & kotamobagu, interpretasi
peta topografi, interpretasi citra satelit, sehingga menghasilkan peta yang bisa
dijadikan perkiraan awal dalam melakukan survey lapangan seperti peta Geologi
tentatif, peta geomorfologi tentatif, dan peta pola aliran sungai yang bisa membuat
perencanaan awal terkait lintasan dan titik yang akan di tuju dalam melakukan
pengambilan data.
8
- Administrasi
Pada tahap ini berbagai admistrasi yang harus dilengkapi sebelum melakukan
tugas akhir.
adalah : Peta dasar topografi, Kompas geologi, Palu geologi, GPS (Global
lapangan , Alat Tulis Geologi, HCl, Clipboard, Komparator, Rol meter, dan
Kamera.
Tahap ini bisa juga disebut sebagai tahap pemetaan geologi.Pada tahap ini
stratigrafi.
- Observasi geomorfologi
menentukan bentuk lahan apa saja yang terdapat di daerah penelitian . Data-data
lokasi singkapan berada, dimensi dan arah singkapannya, tingkat pelapukan dan
- Struktur geologi
(struktur bidang dan struktur garis) yang diamati pada singkapan dan/atau batuan
bidang sesar, slickendside, kekar (shear fracture, gash fracture) dan lineasi mineral.
- Pengamatan stratigrafi
awal hubungan stratigrafi antar batuan, serta ada tidaknya sisipan dan perselingan
batuan. Data tersebut nantinya dapat membantu kita dalam menentukan satuan
Kegiatan ini dilakukan untuk mendandai titik-titik mana saja yang telah
penyebaran batuan.
stratigrafi dan didapat sebuah kumpulan data-data lapangan yang bersifat data
Pada tahapan ini dilakukan analisia dan pengolahan data mentah yang telah
diambil dari lapangan. Tahapan ini mencakup dua analisa yakni analisa studio dan
- Analisa Petrografi
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui komposisi mineral dan jenis batuan
dari pengamatan sayatan tipis sampel batuan yang diperoleh dari lapangan. Hasil
dari analisa ini adalah penamaan batuan yang bisa menjadikan dasar untuk
- Analisa Studio
Pada tahapan ini mengolah hasil data yang telah diambil dari lapangan untuk
diolah menjadi peta, seperti peta lintasan, peta geomorfologi, peta pola aliran
sungai, peta struktur geologi dan peta geologi. Pada tahap analisa ini mendapatkan
hasil seperti penentuan Bentuk lahan, analisa dari data struktur geologi dan
penentuan urutan batuan atau strata dari batuan yang ada di lokasi penelitian,
sehingga data-data yang telah diolah tersebut akan diolah lagi dan disajikan dalam
Pada tahap ini dilakukan penyajian data berupa Peta dengan Skala 1:25.000,
seperti Peta Lintasan, Peta Geomorfologi, Peta pola aliran sungai, Peta struktur
geologi, Peta Geologi dan Kolom stratigrafi yang memuat informasi serta
yang telah disajikan tersebut penulis dapat menyimpulkan sejarah geologi mulai
dari awal hingga saat ini yang terjadi pada lokasi penelitian.
Tahap ini merupakan tahap akhir dari rangkaian Tugas Akhir berupa
pelaporan ilmiah hasil akhir dari seluruh tahapan penelitian yang telah di lakukan
sebelumnya, dan tersaji dalam bentuk skripsi yang berjudul “Geologi Daerah
TINJAUAN PUSTAKA
Geomorfologi berasal dari bahasa Yunani yang lebih kurang dapat diartikan
1983). Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Verstappen (1983), yaitu
ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi yang di dalamnya tercakup
3 unsur yaitu:
a. Relief : besar kecilnya perbedaan tinggi rendahnya suatu tempat yang relatif
13
14
pola kontur tertentu pada suatu daerah. Aspek morfologi ini dibagi menjadi 2,
yaitu:
tinggi suatu daerah dengan daerah lainnya serta tingkat kemiringan lereng
Kemiringan Kemiringan
No. Relief
lereng (%) lereng (°)
1 Datar atau hampi datar, tidak ada erosi yang besar, dapat 0–2 0–2
diolah dengan mudah dalam kondisi kering.
batuan.
yang bekerja membentuk morfologi suatu daerah, serta hasil perkembangan lahan
yang berbeda.
a. Proses eksogen
Proses eksogen adalah proses yang dipengaruhi oleh faktor–faktor dari luar
bumi, seperti iklim dan biologi. Proses yang dipengaruhi oleh iklim dikenal
sebagai proses fisika dan proses kimia, sedangkan proses yang dipengaruhi oleh
biologi biasanya terjadi akibat dari lebatnya vegetasi, seperti hutan atau semak
b. Proses endogen
Proses endogen adalah proses yang dipengaruhi oleh tenaga dari dalam
bumi, sehingga merubah bentuk permukaan bumi. Proses dari dalam kerak
bumi tersebut antara lain kegiatan tektonik yang menghasilkan patahan (sesar),
Menurut Verstappen (1983) dan Van Zuidam (1985) bahwa proses endogen
saling berhubungan.
3. Morfoaransemen yaitu susunan dan hubungan berbagai bentuk lahan dan proses
pembentuknya.
18
pada suatu daerah tanpa mempedulikan apakah alur-alur tersebut merupakan alur
berikut :
2. Paralel, pola aliran yang mempunyai arah relatif sejajar, mengalir pada
daerah dengan kemiringan lereng sedang sampai curam, dapat pula pada
yang membentuk sudut siku – siku, lebih banyak dikontrol oleh faktor
5. Radial, pola ini dicirikan oleh suatu jaringan yang memancar keluar dari
tererosi puncaknya atau struktur basin dan mungkin intrusi stock, bertipe
atau danau – danau kecil, biasanya terbentuk pada daerah rawa atau karst
topografi.
bertekstur kasar, batuan beku atau pada batuan berlapis yang memiliki
Gambar 2. 1 Pola aliran dasar (A) dan ubahan (B dan C) (Howard, 1967)
20
daerah itu telah mengalami perubahan morfologi dari morfologi aslinya. Tingkat
kedewasaan suatu daerah dapat ditentukan dengan melihat keadaan bentang alam
dan stadia sungai yang terdapat di daerah tersebut. Pembentukan morfologi suatu
daerah biasanya dikontrol oleh beberapa faktor seperti struktur geologi, litologi, dan
selesai. Seiring proses pengangkatan tersebut, proses erosi juga terus bekerja secara
bersamaan. Proses erosi bekerja pada saat dan setelah terjadinya pengangkatan
suatu daerah dan secara terus-menerus akan sampai pada proses pendataran.
a. Stadia muda
Stadia ini dicirikan oleh gradien sungai yang besar, arus sungai masih deras,
lembah sungai atau chanel berbentuk “V”, erosi vertikal lebih besar dari pada erosi
lateral sehingga sungai masih mengalami proses pendalaman, masih sering di temui
air terjun akibat adanya sesar, kadang-kadang terdapat danau, keadaan permukaan
yang masih rata, pada umumnya sedikit sekali perajangan sungai serta susunan
b. Stadia dewasa
Stadia dewasa dicirikan oleh gradien sungai yang sedang, aliran sungai sudah
mulai agak berkelok-kelok atau sungai memiliki meander meander, sudah tidak
dijumpai air terjun maupun danau, erosi vertikal berimbang dengan erosi lateral,
lembahnya sudah mulai berbentuk “U”, lembah yang besar dan dalam, reliefnya
relatif curam, stratigrafinya sudah agak kacau serta proses erosi yang dominan.
c. Stadia tua
Stadia ini dicirikan oleh erosi lateral lebih kuat daripada vertikal, lembah
bebentuk “U” dan semakin bertambah lebar, tidak dijumpai meander lagi karena
kelokan sungainya telah tersambung dan terbentuk danau tapal kuda, arus sungai
tidak kuat. Kelanjutan dari proses–proses yang bekerja pada stadia dewasa yaitu
keadaan permukaan semakin rendah, reliefnya relatif datar serta lembah sungai
Stadia ini dicirikan oleh perkembangan permukaan yang relatif datar kembali
dan terlihat adanya perajangan – perajangan sungai kembali. Kemudian akan terjadi
proses yang sama lagi seperti proses yang terjadi mulai dari stadia muda sampai
stadia tua.
22
Peta geomorfologi adalah peta yang menggambarkan bentuk lahan, genesa beserta
1. Aspek-aspek utama lahan atau terrain yang disajikan dalam bentuk simbol
huruf dan angka, warna, pola garis dan hal itu tergantung pada tingkat
bentuk asalnya (struktural, denudasi, fluvial, marin, karts, angin dan es).
Batuan Beku adalah batuan yang berasal dari proses pendinginan dan penghabluran
lelehan batuan didalam bumi yang berasal dari magma. (Djauhari Noor, 2010)
susunan kimiawi batuan, tekstur batuan, susunan mineralogi, dan bentuk tubuh
batuan di dalam kerak bumi. Klasifikasi batuan beku terdiri dari batuan beku asam,
batuan beku ntermediate, batuan beku basa, dan batuan beku ultra basa/ultra mafik.
Menurut Noor (2012), perubahan sifat batuan yang terbentuk dari sumber
magma yang sama diakibatkan oleh diferensiasi magma dan asimilasi magma.
24
ditunjukkan dalam deret reaksi Bowen. Pada penurunan temperatur magma maka
mineral yang pertama kali yang akan terbentuk adalah mineral olivin, kemudian
mafik). Pada seri reaksi yang menerus (mineral felsik), pembentukan mineral
Gambar 2.3 Seri reaksi Bowen bersamaan dengan penurunan temperatur magma
(Busch, 2014)
25
Menurut Noor (2012), pada bukunya beliau membagi tubuh batuan beku
menjadi dua Berdasarkan tempat pembekuannya, yakni (dapat dilihat pada gambar
2.3) :
1). Batuan beku intrusif yakni sutau proses terobosan oleh magma pada perlapisan
permukaan bumi). Contohnya berupa siil, laccolith, lapolith, dike, batholit dan
lainnya.
2). Batuan beku ekstrusif batuan yang terbentuk terdiri dari semua mineral yang
batuan piroklastik.
Batuan beku di alam sangat banyak jenisnya, oleh karena itu untuk
sering digunakan dalam penamaan batuan beku yaitu berdasarkan golongan tekstur
(afanitik dan faneritik) dan kandungan mineral kuarsa (Q), atau mineral felspatoid
Gambar 2.5 Klasifikasi batuan beku IUGS (Le Bas dan Streckeisen, 1991)
27
menjadi 3 zona, yakni yakni Zona Pusat (Central Zone dari dalam sekitar 0,5 hingga
zona pusat), dan Zona Distal (Distal Zone berkisarlebih daripada 5hingga 15 dari
zona pusat) (dalam Bronto, 2006). Zona tersebut mempunyai fasies yaitu:
2. Zona Proksi disusun oleh aliran lava dan bahan piroklastika, sertaperselingan
3. Zona Distal disusun olehmaterial hasil pengerjaan ulang bahan asal gunungapi.
28
Gambar 2.6. Penampang fasies dasar batuan gunungapi yang berkaitan dengan
menjadi empat kelompok diperkenalkan olehnya yakni fasies inti gunungapi (fasies
1. Fasies pusat gunungapi disusun oleh lava, endapan jatuhan (endapan blok
3. Fasies tengah disusun oleh endapan lahar (endapan aliran rombakan) dan
4. Fasiesdistal dikuasai oleh endapan pasir fluvial, breksi dan konglomerat yang
Gambar 2.7. Model fasies gunungapi. (A) tampak atas, (B) penampang melintang x-
mendekati sumber, struktur penunjuk arus purba menjauhi pusaterupsi, orientasi sumbu
tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Deformasi
batuan merupakan perubahan bentuk dan ukuran pada batuan yang diakibatkan dari
gaya yang berkerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah
30
ilmu yang mempelajari tentang bentuk–bentuk kerak bumi yang diakibatkan oleh
adanya proses gerak pada bumi sehingga menghasilkan struktur geologi berupa
lipatan, patahan, kekar dan sebagainya. Sesar merupakan struktur rekahan yang
struktur bidang, yang kenampakan dilapangan berupa bidang maupun jalur sesar.
dinamika pergerakan sesar dengan prinsip tegasan utama, yang dibagi menjadi tiga
jenis sesar yang utama, sesar normal, sesar mendatar, dan sesar anjak. Hubungan
antara jenis sesar dan stress yang bekerja, dimana jika gaya utama yang bekerja
pada bidang horizontal (σ1 dan σ3) akan membentuk sesar mendatar. Gaya utama
bekerja pada bidang vertikal σ1 dan pada bidang horizontal σ3 maka yang akan
terbentuk adalah sesar normal. Jika gaya utama bekerja pada bidang horizontal σ1
dan pada bidang vertikal σ3 maka yang akan terbentuk adalah sesar.
Gambar 2.8. Hubungan sesar dan stress yang bekerja (Anderson. 1951)
31
pada pendekatan melalui permodelan menurut Moody dan Hill (1956) (Gambar
Gambar 2.9. Hubungan struktur lipatan, sesar dan kekar (Moody and Hill, 1956)
(struktur primer) dan kekar terbentuk setelah terbentuknya batuan atau dikenal
joint, extension dan release joint. Hubungan antara pola tegasan dan bentuk kekar
dimana tegasan utama maximum (σ1) membagi sudut lancip yang dibentuk oleh
kedua shear joint, sedangkan tegasan utama minimum (σ3) membagi sudut tumpul
32
yang dibentuk oleh shear joint, dan tegasan utama menengah (σ2) berada pada pusat
Dalam mempelajari struktur yang berkembang pada suatu daerah dan untuk
Diagram
klasifikasi
Sesar
translasi
Urutan
penamaan
Sesar
mengalami deformasi atau pada kondisi tertentu, misalnya pada tepi cekungan atau
Sebuah garis jurus (stike line) dapat didefinisikan sebagai sebuah garis
horizontal yang terletak pada suatu struktur bidang.Sebuah garis jurus pada
Kemiringan sebenarnya (true dip) dari suatu struktur bidang adalah sudut
antara struktur bidang tersebut dan sebuah bidang horizontal yang diukur pada
yang tepat tegak lurus dengan garis jurus. Pada sebuah struktur bidang,
dan arah kemiringan sebenarnya merupakan arah yang tepat tegak lurus
(downslope).
2. Struktur Garis
(plunge) dan arah penunjaman (trend). Jika struktur garis tersebut terbentuk pada
34
sebuah struktur bidang yang kedudukannya diketahui, maka orientasi struktur garis
tersebut dapat diwakili oleh sebuah angka yang disebut pitch. Struktur garis
merupakan suatu garis yang kedudukannya dapat mengikuti suatu bidang dan dapat
juga berdiri sendiri. Garis adalah unsur geometris yang ditimbulkan oleh adanya
sepanjang titik. kedudukan struktur garis dinyatakan dengan istilah yaitu trench,
bearing, plunge, dan rake/ picth. Seperti halnya struktur bidang , struktur garis
dibedakan menjadi:
a. Struktur garis riil, adalah struktur garis yang arah dan kedudukannya dapat
b. Struktur garis semu, adalah semua struktur garis yang arah atau kedudukannya
batuan dan struktur geologinya, Gorontalo dapat dibedakan ke dalam empat zona
Brahmantyo, 2010)
35
hingga 2 juta tahun yang lalu). Umumnya terdiri dari batuan beku intermedier
hingga asam, yaitu batuan-batuan intrusif berupa diorit, granodiorit, dan beberapa
granit. Batuan lainnya merupakan batuan sedimenter bersumber dari gunung api
yaitu Eosen – Oligosen (kira-kira 50 juta hingga 30 juta tahun yang lalu) dan intrusi-
intrusi diorit, granodiorit, dan granit berumur Pliosen. Batuan gunung api tua
umumnya terdiri dari lava basalt, lava andesit, breksi, batu pasir dan batu lanau,
Zona terakhir adalah zona yang relatif terbatas di Dataran Pantai Pohuwato.
Dataran yang terbentang dari Marisa di timur hingga Torosiaje dan perbatasan
dengan Provinsi Sulawesi Tengah di barat, merupakan aluvial pantai yang sebagain
Teluk Tomini.
Stratigrafi daerah penelitian ini merujuk pada Apandi dan Bachri (1997)
formasi batuan yang terdapat pada daerah penelitian dari tua ke muda, yaitu, satuan
endapan danau (Qpl), satuan Batugamping Terumbu (Ql), dan aluvium dan
Breksi,tuf, dan lava bersusunan andesit, dasit, dan riolit. Menurut Apandi
dan Bachri (1997) zeolit dan kalsit sering dijumpai pada kepingan batuan penyusun
37
breksi. Tuf umumnya bersifat dasitan, agak kompak dan berlapis buruk di beberapa
tempat. Di daerah pantai selatan dekat Bilungala, satuan ini dikuasai oleh lava dan
breksi yang umumnya bersusunan dasit dan dicirikan oleh warna alterasi kuning
sampai cokelat, mineralisasi pirit, perekahan yang intensif, serta banyak dijumpai
dijumpai pada lava. Tebal lapisan diperkirakan lebih dari 1000 meter, sedang
Diorit, diorit kuarsa, granodiorit, dan granit. Menurut Apandi dan Bachri
(1997) diorit kuarsa banyak dijumpai di daerah S.Taludaa dengan keragaman diorit,
granodiorit, dan granit. Sedang granit utamanya dijumpai di daerah S.Bone. Satuan
pecahan batuan gunung api hijau. Batugamping ini sebagian membentuk lensa-
lensa di dalam Formasi Tapadaka dan sebagian terlihat berganti fasies ke arah
Satuan ini terdiri dari Breksi Gunungapi, Aglomerat, Tuf, Tuf lapili dan
lava. Breksi gunungapi berwarna kelabu, tersususn oleh kepingan Andesit dan
Basalt, berukuran kerikil sampai bongkah. Tuf dan Tuf lapili berwarna kuning
38
kecoklatan berbutir halus sampai kerikil, umumnya lunak dan berlapis. Lava
daerah lembar tilamuta (Bahri, dkk, 1994) sehingga umurnya diduga Pliosen Awal.
Plistosen (Trail, 1974., dalam Bachri, S., 1989), terdiri dari kalkarenit, kalsirudit
koral yang berwarna putih dan pejal.Ketebalan satuan ini beragam, dari 100 m
hingga 200 m.
tumbuhan dan lignit. Batupasir berbutir halus sampai kasar serta kerikil dijumpai di
beberapa tempat. Satuan ini termampatkan lemah, tebalnya menurut data bor
Gambar 2.12. Peta Geologi Regional daerah penelitian (dimodifikasi dari peta
Geologi Regional lembar Tilamuta & lembar Kotamobagu skala 1:250.000 oleh
merupakan salah satu margin aktif yang paling rumit dalam jangka waktu geologi,
struktur dan juga tektonik. Wilayah ini merupakan pusat pertemuan tiga lempeng
konvergen, karena interaksi tiga kerak bumi utama (lempeng) di masa Neogen.
termasuk subduksi dan zona tumbukan, sesar dan thrust. Saat ini sebagian besar
struktur Neogen dan beberapa struktur pra-Neogen masih tetap aktif atau aktif
40
Trench / Minahasa Trench), Sesar Gorontalo, Sulu Thrust, dan tumbukan ganda laut
merupakan zona subduksi konvergen antara Laut Sulawesi dan Lengan Utara
yang relatif tua (dying subduction) yang robekannya berkembang ke arah timur
- Sesar Gorontalo
kenampakan empat segmen sesar (Hall and Wilson, 2000 dalam Amstrong,2012).
Bagian tengah dari utara Pulau Sulawesi terbagi kedalam tiga block yang kecil.
Pada bagian timur dari lengan utara Pulau Sulawesi diberi nama Block Manado,
yang bebas dari pengaruh North Sula Block. Sehingga secara geologi jelas terlihat
menjadi tiga mandala, yakni; Mandala barat sebagai jalur magmatic yang
merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda; Mandala tengah berupa batuan
malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia; dan
Mandala timur berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera yang
busur magmatik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bagian utara dan barat.
41
bertemunya tiga lempeng besar yakni Lempeng Eurasia bergerak kearah selatan–
bergerak kearah Barat. Hal tersebut melahirkan kondisi geologi Sulawesi sangat
kompleks dan beragam yang terdiri dari kompleks metamorf, ofiolit, busur
vulkanik, granitoid dan Cekungan sedimen, (Van Leeuwen & Muhardjo. 2005).
Gambar 2.13. Tiga lempeng besar yang membentuk Pulau Sulawesi (Hall and
Wilson. M.E.J,2000)
Timur yang menunjam kearah barat dan menghasilkan lajur gunungapi kuarter yang
memiliki kedalaman sekitar 150 km. Zona tunjaman yang berada disebelah utara
dan timur dari lengan utara ini berpotensi menimbulkan gempa dan reaktivitas
struktur di lengan utara, termasuk reaktifitas sesar Gorontalo. Sesar ini merupakan
sesar menganan yang sebagaimana ditunjukkan oleh bentuk garis pantai di sekitar
42
Merujuk pada Afandi dan Bachri (1997) Sesar mendatar terbesar adalah
pergeseran menganan. Beberapa zona sesar naik bersudut sekitar 30o dapat
Gambar 2.14. Peta Tektonik Pulau Sulawesi (Hall and Wilson, 2000 dalam
Amstrong,2012)
BAB III
pada peta topografi dan penentuan kemiringan sudut lereng juga menjadi
43
44
klasifikasi Van Zuidam (1983) yang telah disesuaikan dengan kondisi geomorfologi
pada daerah penelitian. Daerah Bualemo dan sekitarnya secara umum memiliki luas
Satuan ini memiliki ciri umum berupa lereng yang umumnya landai hingga
sangat curam. Pola lereng satuan ini mengarah ke segala arah dan memiliki kelas
relief dari bergelombang hingga berbukit. Satuan ini memiliki luas sebesar 18.8
Km² yang mencakup 48.1% dari seluruh luas area lokasi penelitian.
Litologi penyusun satuan ini yakni Andesit, dan Diorit. Pola aliran sungai
yang di dapat pada satuan geomorfologi yakni pola aliran dendritik dan trellis
dengan bentuk lembah berbentuk huruf V. pada satuan ini juga banyak struktur
berupa kekar. Satuan ini diberi warna merah (Mars Red) pada peta geomorfologi
daerah penelitian. Berikut adalah bentang alam satuan perbukitan vulkanik pada
gambar 3.1.
45
tampak jauh
satuan
perbukitan
vulkanik
tampak dekat
satuan
perbukitan
vulkanik
Satuan ini memiliki ciri umum berupa lereng yang umumnya landai hingga
agak curam. Pola lereng satuan ini mengarah ke segala arah dan memiliki kelas
relief dari bergelombang hingga berbukit. Satuan ini memiliki luas sebesar 12.7
Km² yang mencakup 32.3% dari seluruh luas area lokasi penelitian.
Litologi penyusun satuan ini yakni Andesit, dan Diorit. Pola aliran sungai
yang di dapat pada satuan geomorfologi yakni pola aliran dendritik dan trellis
dengan bentuk lembah berbentuk huruf V hingga hampir U. pada satuan ini juga
banyak struktur berupa kekar dan juga terdapat sesar. Satuan ini diberi warna ungu
46
(Dark Amethyst) pada peta geomorfologi daerah penelitian Berikut adalah bentang
Satuan ini memiliki ciri umum berupa lereng yang umumnya landai hingga
curam. Pola lereng satuan ini mengarah relatif Utara-Timur dan memiliki kelas
relief dari berombak hingga bergelombang. Satuan ini memiliki luas sebesar 6.3
Km² yang mencakup 16.1% dari seluruh luas area lokasi penelitian.
Litologi penyusun satuan ini yakni Granit. Pola aliran sungai yang di dapat
pada satuan geomorfologi yakni pola aliran dendritik dan trellis dengan bentuk
lembah berbentuk huruf V hingga hampir U. pada satuan ini juga banyak struktur
berupa kekar. Proses erosi pada satuan ini cukup kuat sehingga pelapukan dari
batuan pada satuan ini menjadi material lepas dan tertransportasi sampai
terendapkan menjadi endapan aluvial, Satuan ini diberi warna coklat (Cherrywood
47
Brown) pada peta geomorfologi daerah penelitian. Berikut adalah bentang alam
Satuan ini memiliki ciri umum pada peta berupa pola kontur yang renggang,
memiliki lereng yang umumnya hampir datar, dan kelas relief dari datar hingga
hampir datar. Satuan ini memiliki luas area sebesar 1.2 Km² yang mencakup 3.5%
Litologi pada satuan ini yakni berupa material lepas yang terendapkan
diakibatkan oleh proses erosional hingga struktur geologi. Pola aliran sungai yang
di dapat pada satuan geomorfologi yakni pola aliran trellis dengan bentuk lembah
48
berbentuk huruf hampir U. pada satuan ini juga banyak struktur berupa kekar. Pada
satuan ini terdapat beragam material lepas berupa batuan andesit, granit dan diorite
yang mengalami aktivitas struktur geologi dan proses erosional, , Satuan ini diberi
warna biru (Cretan Blue) pada peta geomorfologi daerah penelitian Berikut adalah
3.1.2. Sungai
struktur geologi dan jenis litologi di wilayah aliran sungai, sehingga suatu pola
49
dapat menggambarkan karakter litologi dan peran kontrol struktur geologi pada
daerah penelitian.
klasifikasi Howard (1967). Dari hasil analisis peta topografi, di daerah penelitian
terdapat dua macam pola pengaliran yaitu Dendritik dan Trellis (Gambar 3.3).
sungai (anak sungai) saling berhubungan dengan sungai induk atau sungai
bualemo, sungai lembetue dan sungai liloda’a yang berada di desa tilihuwa.
seperti trail. Pola pengaliran ini dicirikan oleh sungai yang mengalir ke
dalam sungai utama hampir tegak lurus pada batuan resisten dengan suatu
pengaliran ini berada di sekitar Sungai lanula dan sungai lilodaa di desa
Sungai pada daerah penelitian termasuk dalam tipe genetik yang konsekuen
yakni, sungai yang berkembang dan mengalir searah lereng topografi aslinya karena
1. Stadia Muda
Ciri stadia ini dijumpai di sungai marisa. pada bagian hulu sungai terlihat
jelas morfologi yang masih merapat. Berdasarkan identifikasi lapangan, sungai ini
terbentuk akibat proses struktur geologi dan proses erosi secara vertikal yang
membuat sungai ini terbentuk. Sungai ini juga menampilkan bentuk lembah yang
berbentuk huruf “V” serta lebar sungai yang masih sempit. Contoh sungai dengan
2. Stadia Dewasa
Ciri stadia ini dijumpai di desa polohungo. Pada bagian hilir sungai terlihat
sangat jelas bahwa pada sungai tersebut sudah terdapan endapan alluvial yang
menandakan bahwa daerah ini memiliki tingkat pelapukan yang cukup signifikan
karena litologi sekitar sudah mengalami proses pelapukan. Sungai ini juga
menggambarkan bentuk lembah yang hampir menyerupai huruf “U” dan lebar
sungai ini relatif lebih luas dikarenakan adanya pengikisan yang cukup signifikan
dari arus sungai tersebut terhadap dinding sungai. Contoh sungai dengan stadia
Penamaan satuan batuan didasarkan pada atas data yang diperoleh di lapangan
berupa ciri-ciri fisik batuan, variasi litologi, dan dominasi litologi yang terdapat di
berpedoman pada data yang diperoleh di lapangan berupa ciri-ciri fisik batuan,
variasi litologi, dan dominasi litologi di lapangan, dan didasarkan atas konsep
satuan batuan didasarkan pada susunan batuan yang dominan, kedudukan stratigrafi
intrusi, dan batuan sedimen yang berupa material lepas Berdasarkan hal tersebut,
penulis mengurutkan satuan litologi daerah penelitian dari tua ke muda yaitu :
Satuan Andesit, Satuan Diorit, Satuan Granit dan Satuan Endapan Aluvial. Berikut
Satuan andesit ini merupakan satuan yang tertua pada daerah penelitian.
Satuan ini juga termasuk dalam formasi bilungala vulkanik (Tmbv). Secara
megaskopis, Sampel batuan andesite ini memiliki ciri berwarna abu-abu kehitaman,
bertekstur afanitik dan memiliki struktur masif. Batuan telah mengalami ubahan
yang didentifikasi dari terbentuknya mineral sekunder yang berwarna kehijauan dan
Pada peta geologi daerah penelitian, Satuan ini diberi warna merah (mars
red). Satuan ini menempati sekitar 19.3% dari luasan daerah penelitian. Satuan ini
hanya ditemukan pada bagian utara daerah penelitian yang khususnya hanya pada
terdapat urat-urat kuarsa yang berukuran halus. Satuan ini umumnya tersingkap di
bagian sungai hingga di pinggiran sungai marisa. Satuan ini hanya berjumlah
sedikit dikarenakan satuan ini hanya sebagai sisa akibat dari intrusi diorit dan
granodiorit. Dari hasil rekonstruksi penampang geologi, satuan ini hanya memiliki
ketebalan sekitar ±250 meter. Berikut adalah kenampakan dari satuan andesit :
kecoklatan, tekstur porphyritic tersusun oleh fenokris (75%) dan massa dasar
mikrokristalin (25%). Fenokris terdiri dari mineral plagioclase dan pyroxene pada
dan berbentuk prismatik euhedral – subhedral. Batuan telah lapuk sekitar 10% yang
diidentifikasi dengan kehadiran mineral oksida utamanya pada mineral mafic yaitu
pyroxene dan berupa butiran halus di permukaan batuan. Terdapat pula vein quartz
berukuran halus yang hadir berasosiasi dengan mineral opaque. Pada satuan ini juga
terbentuk mineral sekunder seperti mineral klorit yang Berwarna hijau muda,
kemudian kuarsa yang Hadir mengisi rekahan berupa urat yang berukuran 0.01 –
0.05 mm berwarna transparent, setelah itu mineral opak yang Berwarna hitam,
isotrop sebagian berbentuk euhedral (pyrite?), dan yang terakhir mineral lempung
yang berwarna coklat, ber butir halus pada permukaan mineral plagiocase.
Satuan ini merupakan salah satu jenis batuan vulkanik hasil dari produk
gunungapi bilungala. Hal ini didukung dengan adanya informasi geologi regional
yang menjadi acuan awal dan data-data lapangan. Satuan litologi ini terbentuk di
permukaan bumi, hal ini diperkuat dengan tekstur batuan bersifat afanitik, yang
di dalam bumi.
57
Kotamobagu (S. Bachri, Sukido dan N. Ratman, 1993), bahwa satuan ini
satuan litologi ini pada kala Miosen Tengah (S. Bachri, Sukido dan N. Ratman,
1993),
Satuan ini merupakan satuan yang sama dengan satuan diorite. Satuan ini
memiliki ciri fisik berwarna putih bintik hitam bertekstur phaneritic dan struktur
massive. Tersusun oleh dominan mineral felsic yang terdiri dari mineral feldspar
Pada peta geologi daerah penelitian, Satuan ini diberi warna merah muda
(Fuchsia Pink). Satuan ini menempati sekitar 50.7% dari luasan daerah penelitian.
Satuan ini umumnya menyebar ke segala arah di desa tilihuwa dan bualemo. Satuan
ini dapat di jumpai khususnya pada sungai lilodaa, sungai lanula dan sungai
hingga di dalam sungai. Satuan ini menerobos satuan andesit yang menyebabkan
satuan andesit di beberapa titik tersebut hancur. Bukti dari satuan ini menerobos
tubuh batuan satuan andesit adalah di dapatkan bukti berupa xenolith andesit pada
singkapan batuan diorit. Dari hasil rekonstruksi penampang geologi, satuan ini
58
memiliki ketebalan sekitar ±300 meter. Berikut adalah kenampakan dari satuan
diorit :
mineral alkali feldspar, plagioclase, biotite, quartz dan horblende. Mineral quartz
dan alkali feldspar membentuk tekstur graphic, sedangkan eksolusi mineral alkali
alterasi yang diidentifikasi dengan kehadiran mineral sekunder sericite, chlorite dan
epidote. Selain itu terdapat mineral sekunder seperti klorit Berwarna hijau muda,
Transparat, berupa serabut halus pada permukaan mineral feldspar, setelah itu
terdapat mineral opak Berwarna hitam, isotrop berukuran mineral 0,03 - 0,2 mm,
sebagian berbentuk euhedral (pyrite?), serta epidot Sebagai mineral ubahan pada
yang menggantikan seluruh dan sebagian hornblende, berwarna coklat, relief tinggi,
Satuan ini merupakan salah satu jenis batuan intrusi. Pembentukan satuan
litologi ini merupakan hasil dari penunjaman dari utara ke selatan di laut Sulawesi
yang dikenal dengan jalur tunjaman Sulawesi utara (Simandjuntak, 1986), yang
magmatik dari satuan Diorit Bone. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan satuan
ini merupakan satuan batuan plutonik yang terbentuk di dalam permukaan bumi
dan menerobos satuan andesit, satuan ini tersingkap di tebing sungai marisa, sungai
61
dan tinggi ± 3 meter dan terdapat struktur geologi berupa kekar gerus.
Kotamobagu (S. Bachri, Sukido dan N. Ratman, 1993), bahwa satuan ini
dikesebandingkan dengan formasi batuan Diorit Bone (Tmb). Umur dari satuan
litologi ini pada kala Miosen akhir (S. Bachri, Sukido dan N. Ratman, 1993),
Satuan ini merupakan satuan yang termasuk dalam kategori batuan intrusi
juga sama halnya dengan diorit. Ciri fisik dari satuan granite ini berwarna putih
mineral felsic yang terdiri dari mineral feldspar dan quartz serta mineral mafic yaitu
biotite.
Pada peta geologi daerah penelitian, Satuan ini diberi warna merah muda
(Rhodolite rose). Satuan ini menempati sekitar 26.3% dari luasan daerah penelitian.
Satuan ini umumnya menyebar ke arah relative utara selatan pada bagian timur yang
berada di desa Polohungo. Satuan ini dapat di jumpai khususnya pada sungai
biyonga beserta anak sungai biyonga. Satuan ini umumnya tersingkap di bagian
satuan ini berasal dari magma yang bersifat asam dan mengintrusi tubuh batuan
satuan diorite dan andesit. Hal ini menyebabkan bahwa terjadinya asimilasi magma
awal dengan batuan samping yang diterobos. Magma awal yang bersifat asam
magma tadi. Satuan ini memiliki ketebalan sekitar ±250 meter. Berikut adalah
Tampak
jauh
singkapan
satuan
granit
Tampak
dekat
singkapan
satuan
granit
mineral sekunder berupa klorit Berwarna hijau muda, berserabut dan terkumpul
pada permukaan mineral feldspar serta mineral opak yang Berwarna hitam, isotrop
Satuan ini merupakan salah satu jenis batuan intrusi. Pembentukan satuan
litologi ini merupakan hasil dari penunjaman dari utara ke selatan di laut Sulawesi
yang dikenal dengan jalur tunjaman Sulawesi utara (Simandjuntak, 1986), yang
magmatik dari satuan Diorit Bone. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan satuan
ini merupakan satuan batuan plutonik yang terbentuk di dalam permukaan bumi
65
dan menerobos satuan andesit dan diorit, satuan ini tersingkap di tebing sungai
Kotamobagu (S. Bachri, Sukido dan N. Ratman, 1993), bahwa satuan ini
dikesebandingkan dengan formasi batuan Diorit Bone (Tmb). Umur dari satuan
litologi ini pada kala Pliosen awal (S. Bachri, Sukido dan N. Ratman, 1993),
merupakan material lepas berukuran pasir, kerikil sampai bongkah yang juga karena
akibat aktivitas sungai dan endapan hasil rombakan dari batuan disekitarnya yang
umumnya berupa material lepas yang terdiri dari batuan granit, diorit, dan andesit
tanggung dan pasir tersusun atas pecahan batuan, mineral mafik, kuarsa, plagioklas,
ortoklas.
bagian timur daerah penelitian tepatnya pada morfologi dataran desa Bilungala dan
sebagian dijumpai dekat pantai Bilungala. Satuan ini menempati luas kurang lebih
66
3.6% daerah penelitian dan ditandai dengan warna abu-abu pada Peta Geologi.
Satuan ini tersingkap cukup baik di sungai Biyonga desa Polohungo dan
membentuk horison dengan ketebalan lapisan sekitar 1-3 m dari dasar sungai.
Berdasarkan ciri fisik di lapangan maupun berdasarkan peta geologi lembar Tilamuta
(S.Bachri, Sukido dan N. Ratman, 1993), bahwa satuan ini di kesebandingkan dengan
formasi Aluvium yang berumur holosen. (S.Bachri, Sukido dan N. Ratman, 1993)
hal ini dapat mengindikasikan bahwa endapan ini sudah berada jauh dari sumbernya
Satuan ini juga mengerosi satuan dibawahnya yang disebabkan oleh proses
pengendapan aluvial yang masih terus berlangsung hingga saat ini, sehingga
hubungan satuan batuan ini tidak selaras dengan satuan batuan yang lebih tua.
pengendapan yang masih berlangsung hingga saat ini dan satuan ini disetarakan
dengan formasi endapan danau pada peta geologi lembar Kotamobagu (S. Bachri,
Struktur geologi yang terdapat pada daerah penelitian adalah dampak dari
aktivitas vulkanik dan tektonik regional. Struktur yang terbentuk pada daerah
penelitian adalah kekar dan sesar. Didasarkan pada interpretasi kelurusan serta
pengukuran struktur bidang dan struktur garis secara langsung pada daerah
menggunakan software berupa Dips 6.0 yang kemudian dianalisa untuk penamaan
struktur geologi tersebut. Hasil pengolahan data struktur kemudian digambar pada
peta geologi dan juga sebagai dasar dalam pembuatan peta pola struktur geologi
daerah penelitian.
Tujuan dari pengukuran struktur ini adalah untuk mengetahui arah umum,
3.3.1. Kekar
Kekar adalah struktur rekahan yang terbentuk pada batuan yang belum
mengalami deformasi dan kekar merupakan struktur yang paling banyak dijumpai
pada batuan. Penentuan penamaan kekar mengacu pada klasifikasi Anderson, E.M.,
1905. Kekar yang dijumpai pada daerah penelitian tepatnya pada stasiun AM. 1.3
berupa kekar berpasangan (shear fracture) dan kekar tunggal (gash fracture).
3.18).
69
menggunakan software Dips 6.0. seperti pengolahan kekar gerus (shear joint) pada
stasiun AM. 3 Pengolahan data struktur geologi menghasilkan M1= 351/72°, M2=
35/69° dan BB = 203/20° yang kemudian menjadi dasar penentuan arah tegasan,
A B
gejala-gejala atau tanda-tanda yang lengkap, bahkan ada yang mempunyai beberapa
gejala saja, seperti hanya berupa kelurusan sungai dan pola kontur. Dengan
yaitu secara tidak langsung melalui interpretasi kelurusan pada peta topografi
kususnya pola kontur dan kelurusan sungai, serta secara langsung yang dilakukan
Sesar ini berada pada satuan batuan intrusi diorit dengan arah utara-selatan,
ditandai dengan adanya kelurusan pada sungai. Data lain berupa arah bidang sesar
dan sudut rake. Hasil pergerakan sesar tersebut didapat dengan arah
N 312°E/74°NE dan sudut rake 13°. Berdasarkan data yang didapat bahwa sesar
Pertama pada kala miosen awal setelah terbentuknya satuan batuan andesit
proses struktur geologi bekerja pada bagian utara daerah penelitian yang
pelapukan dan perubahan bentuk morfologi satuan tersebut. Hasil dari struktur
geologi ini membentuk left slip fault, salah satunya sesar sungai marisa. Kemudian
yang kedua pada kala miosen tengah setelah terbentuknya satuan batuan diorit
72
Penelitian membentuk normal left slip fault salah satunya sesar Ayungola’a, dan
rekahan yang diakibatkan oleh sesar ini membentu cabang dari anak-anak sungai
Kemudian pada kala miosen akhir yang di mana terjadi penunjaman dari utara ke
selatan an di laut sulawesi yang dikenal sebagai jalur tunjaman Sulawesi Utara
menghasilkan satuan batuan granit yang menerobos zona-zona lemah pada batuan
andesit dan diorit sehingga terendapkan satuan batuan granit yang terbentuk pada
kala miosen akhir. Proses struktur geologi terus berlanjut hingga membuat rekahan-
1. Mineralisasi
Pada lokasi penelitian terdapat sebuah potensi sumberdaya yang unik berupa
dengan adanya vein kuarsa dan beberapa mineral sekunder seperti klorit,mineral
mineral yang berasosiasi dari emas. yang dapat menguntungkan bagi masyarakat
tampak urat kuarsa dan mineral pirit yang terkandung dalam batuan yang
Terlihat
kenampakan
vein kuarsa
pada
singkapan
batuan diorit
Terlihat kenampakan
urat kuarsa pada batuan
diorit (di dalam garis),
dan kenampakan
mineral sekunder
berupa pyrite (di dalam
lingkaran) yang
merupakan mineral
yang berasosiasi
dengan mineral
ekonomis yakni emas
Lokasi penelitian di dominasi oleh batuan beku. Hal ini bisa digunakan untuk
menjadikan lokasi ini sebagai tempat untuk mengangkut material berupa material
tambang. Terlebih lagi pada saat ini pembangunan di provinsi Gorontalo sedang
penambangan batu tersebut. Selain itu juga material-material lepas yang berukuran
kerikil hingga Bongkah bisa juga diangkut sebagai bahan baku untuk pembangunan
Hulu sungai
tampak
dominan
berukuran
Kerikil sampai
bongkah
. Hilir sungai
tampak
dominan
berukuran
Pasir-kerakal
SEJARAH GEOLOGI
Peristiwa sejarah geologi daerah penelitian terbentuk atas empat orde. Orde
pertama terjadi pada kala miosen tengah ditandai dengan . Tunjaman di Laut
Sulawesi, atau disebut juga Tunjaman Sulawesi Utara, diduga tunjaman ini telah
salah satunya tersusun satuan batuan andesit, dan juga merupakan satuan tertua di
lokasi penelitian.
pelapukan dan perubahan bentuk morfologi satuan tersebut. Hasil dari struktur
geologi ini membentuk sesar, salah satunya sesar sungai marisa yang berada
79
76
Kemudian pada orde kedua kembali terjadi aktivitas magmatik pada dapur
magma gunung api bilungala yang menerobos batuan induk atau satuan andesit
yang telah mengalami pelapukan atau satuan batuan andesit yang berada dalam
zona lemah sehingga Magma tersebut menerobos zona lemah pada batuan induk
yakni satuan batuan andesit. satuan yang menerobos ini adalah satuan batuan diorit
resistensi batun sehingga pada lokasi Penelitian terbentuk sesar Ayungola’a, dan
rekahan yang diakibatkan oleh sesar ini membentu cabang dari anak-anak sungai
Kemudian pada orde ketiga pada kala miosen akhir proses penunjaman
menghasilkan satuan batuan granit yang menerobos zona-zona lemah pada batuan
andesit dan diorit sehingga terendapkan satuan batuan granit yang terbentuk pada
yang mengalami proses erosional secara vertikal tadi terlepas dari batuan induk
Proses ini termasuk pada orde keempat yakni pada kala pliosen – Holosen
di mana proses erosi vertikal yang menyebabkan batuan terlepas dari batuan induk
terendapkan menjadi satuan endapan aluvial di mana material tersebut terdiri dari
satuan batuan yang ada di lokasi penelitian. Endapan aluvial pada lokasi penelitian
ini berukuran dari pasir hingga bongkah. Endapan aluvial ini dapat ditemukan di
bagian timur lokasi penelitian tepatnya di sungai biyonga desa polohungo. Proses
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan pengolahan data yang didapatkan, maka
2. Stratigrafi daerah penelitian dibagi atas empat satuan litologi yang diurutkan
dari tua ke muda yakni, satuan andesit, satuan diorit, satuan granit dan satuan
endapan aluvial
3. Struktur Geologi daerah penelitian di dominasi oleh sesar geser mengiri dan
kekar gerus
4. Sejarah Geologi daerah penelitian dimulai pada kala miosen tengah dimana
terendapkan satuan tertua yakni satuan andesit. kemudian pada kala miosen
akhir terbentuk satuan diorit yang menerobos satuan andesit. Setelah terbentuk
satuan diorite pada kala pliosen awal terbentuk satuan granit yang menerobos
zona lemah dari tubuh batuan satuan andesit dan diorit. Proses struktur geologi
tidak resisten sehingga terjadi proses erosi vertikal yang signifikan dan
79
80
6. Potensi Geologi potensi geologi daerah penelitian dibagi atas dua yakni
mineral ekonomis yang kemungkinan bisa menjadi mineral yang berharga dan
berharga jual tinggi. Kemudian juga pada daerah endapan aluvial bisa
dijadikan tambang galian C yang berukuran Pasir hingga bongkah dan bisa
dijadikan sebagai bahan dasar dalam pembangunan dalam skala kecil seperti
Publications. London
Utara.
Le Bass. M.J, & Streckeisen. A.L. 1991. The IUGS of Igneous Rocks. Jurnal of
Bogor
Press
Jakarta. Indonesia.
Deskripsi Petrologi :
memiliki struktur batuan yang masif. Mneral penyusun batuan ini adalah piroksen
30%, hornblende 25%, biotit 20%, dan plagioklas 25%. Terdapat juga mineral
sekunder berupa klorit dan pyrite. Batuan telah mengalami ubahan yang
dan terdapat urat-urat kuarsa yang berukuran halus ± 1 mm. batuan ini termasuk
Deskripsi Petrologi :
struktur batuan yang masif. Mneral penyusun batuan ini adalah plagioklas 40%,
hornblende 20%, biotit 30%, dan kuarsa 10%. Terdapat juga mineral sekunder
berupa klorit dan pyrite. Batuan telah mengalami ubahan yang didentifikasi dari
terbentuknya mineral sekunder yang berwarna kehijauan (klorit) dan terdapat urat-
urat kuarsa yang berukuran halus. batuan ini termasuk dalam jenis batuan
Deskripsi Petrologi :
faneritik dan memiliki struktur batuan yang masif. Mneral penyusun batuan ini
adalah kuarsa 40%, plagioklas 30%, hornblende 15%, dan orthoklas 15%. Terdapat
juga mineral sekunder berupa klorit dan pyrite. Batuan telah mengalami ubahan
(klorit) dan mineral yang berwarna kuning keemasan (pyrite). batuan ini termasuk
Mikroskopis :
Mineralogi :
Deskripsi Mineralogi
Clay minerals 2% coklat, ber butir halus pada permukaan mineral plagiocase.
Kode sampel : AM. 2.12
Mikroskopis :
Mineralogi :
Deskripsi Mineralogi
Mikroskopis :
Deskripsi Mineralogi
136 75 279 80
249 86 275 85
58 62 281 86
114 84 300 85
65 87 306 84
120 88 284 85
AM. 2.11
59 80 335 85
118 88 305 84
60 82 286 75
121 85 266 80
48 79
125 70
Pitch : 13°
Netslip : 136°
Pitch : 31°
Netslip : 236°
A. Identitas
Ayub Immaduddin Mooduto, lahir di Jakarta pada
tanggal 06 September 1996. Anak pertama dari tiga
bersaudara, anak dari pasangan Mochammad Zain
Mooduto dan Shintawaty, beragama Islam. Menjadi
mahasiswa Strata satu (S1) di Universitas Negeri
Gorontalo dengan nomor registrasi 471414018 pada
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA), Jurusan Ilmu Dan Teknologi Kebumian
Program Studi Teknik Geologi angkatan 2014.
E-mail : [email protected]
Alamat : Kelurahan Tenilo Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo.
B. Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal
1. Tamat dari Sekolah Dasar Negeri 46 Kota Selatan, Kota Gorontalo pada
tahun 2008
2. Tamat dari Madrasah Tsanawiyah Hubulo Pada Tahun 2011
3. Tamat dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Gorontalo pada tahun
2014
4. Mendaftar dan diterima menjadi mahasiswa S1 Program Studi Teknik
Geologi pada tahun 2014
Pendidikan Non Formal
1. Peserta Masa Orientasi Mahasiswa Baru (MOMB) kurikulum
2014/2015 Universitas Negeri Gorontalo
2. Peserta pelatihan komputer dan internet oleh PUSTIKOM Universitas
Negeri Gorontalo tahun 2014
3. Peserta Course & Excursion “Surface Exploration for Geothermal
Resource” oleh SM-IAGI Universitas Negeri Gorontalo
4. Peserta “Convergent Day” oleh Laboratorium Teknik Geologi
Universitas Negeri Gorontalo pada tahun 2016
5. Peserta Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Karangsambung Oleh
Universitas Negeri Gorontalo
6. Peserta Kuliah Kerja Sibermas (KKS) pengabdian masyarakat di desa
Bohulo oleh Universitas Negeri Gorontalo
7. Peserta seminar “Hulu Migas Goes to Campus” oleh SKK-MIGAS pada
tahun 2017
8. Peserta Workshop “J-Resources Ride To Campus” oleh MGEI
Universitas Negeri Gorontalo pada tahun 2018
9. Peserta “Petroleum Inspiring Talk & Trip” (PITT) di Kabupaten Blora,
Jawa Timur oleh PEM AKAMIGAS CEPU pada tahun 2018
10. Peserta magang Survey & GIS di PT. Palma Group pada tahun 2018
11. Peserta training Job Safety Analysis For Mining, Oil And Gas Industry
oleh PT.Solusimaxi pada tahun 2018
12. Peserta “Career, Training & Counseling” oleh UPT. PKM Universitas
Negeri Gorontalo tahun 2020
C. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi (HMTG)
Universitas Negeri Gorontalo pada tahun 2015
2. Panitia kegiatan “Convergent Day” oleh Himpunan Mahasiswa Teknik
Geologi dan Laboratorium Teknik Gelogi Universitas Negeri
Gorontalo pada tahun 2016
3. Kepala divisi Penalaran Keilmuan Organisasi Himpunan Mahasiswa
Teknik Geologi (HMTG) Universitas Negeri Gorontalo Pada Tahun
2017
4. Panitia kegiatan “Closing Academic Year” oleh Himpunan Mahasiswa
Teknik Geologi Laboratorium Teknik Gelogi Universitas Negeri
Gorontalo pada tahun 2017.
PETA LINTASAN
NTASAN
PETA GEOMORFOLOGI
PETA STRUKTUR GEOLOGI
PETA GEOLOGI