Persepse Sehat Sakit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KONSEP SEHAT SAKIT

1. Pengertian sehat
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi
juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial
dan spiritual
Berikut ini beberapa definisi sehat menurut para ahli:
A. Sehat menurut WHO (1927)
Sehat adalah keadaan utuh secara fisik, jasmani, metal, dan sosial dan bukan hanya
suatu keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan.
Mengandung 3 karakteristik :
1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan prodiktif
B. Sehat menurut UU No.23/1992 tantang Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial
yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
C. Sehat menurut Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan dinamis antara bentuk dan fungsi
tubuh yang dapat mengadakan penyesuaian sehungga tubuh dapat mengatasi gangguan
dari luar.
D. Sehat menurut Zaidin Ali (1999)
Sehat adalah suatu kondisi keseimbangan antara status kesehatan biologis
(jasmani), psikologis (mental), sosial, dan spiritual yang memungkinkan orang tersebut
hidup secara mandiri dan produktif.
E. Sehat menurut Pender (1982)
Sehat adalah aktualisasi (perwujudan yang diperoleh individu melalui kepuasan
dalam berhubungan dengan orang lain, perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan
diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas
dan integritas structural.
2. Pengertian Sakit
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan,
atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses
penyakit.
Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien dengan Leukemia
yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti bisaanya,
sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk
menjalanai operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi
fisik.

Berikut beberapa definisi sakit menurut para ahli


1. Sakit menurut Parson (1972)
Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk
keadaan organisme sebagai system biologis dan penyesuaian sosialnya.
2. Sakit menurut Bauman (1965)
Seseorang menggunakan tiga criteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
a. Adanya gejala : naiknya temperatur, nyeri
b. Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.
c. Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja, sekolah.
3. Sakit menurut Perkin’s
Sakit adalah sautu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang
sehingga menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani,
rohani, maupun sosial.
4. Sakit menurut Webster’s New Coligiat Act
Sakit adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh melemah.
5. Sakit menurut Zaidin Ali (1998)
Sakit adalah suatu keadaan yang mengganggu keseimbangan status kesehatan
biologis (jasmani), psikologis (mental), sosial, dan spiritual yang mengakibatkan
gangguan fungsi tubuh, produktifitas dan kemandirian individu baik secara keseluruhan
maupun sebagian.

3. Rentang Sehat Sakit


Status kesehatan seseoorang terletak antara dua kutub, yaitu sehat optimal dan
kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian maka kita berada
dalam area sakit (Illness area), dan apabila status kesehatan kita bergerak ke arah sehat
maka kita berada dalam areasehat (Wllness are). Jadi, status kesehatan selalu dinamis dan
berubah setiap saat.
Sesuai dengan rentang sehat-sakit maka status kesehatan dapat dibagi dalam
keadaan optimal sehat atau kurang sehat, sakit ringan atau sakit berat sampai meinggal
dunia. Apabila individu berada dalam area sehat maka dilakukan upaya pencegahan
primer (primary prevention), yaitu perlindungan kesehatan (Health protection) dan
perlindungan khusus (Specific protection) agar terhindar dari penyakit. Apabila individu
berada dalam area sakit maka dilakukan upaya pencegahan sekunder dan tersier, yaitu
dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, pencegahan perburukan penyakit dan
rehabilitasi.
4. Status Kesehatan
Status kesehatan merupakan suatu keadaan kesehatan seseorang dalam rentang
sehat-sakit yang bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh perkembangan, sosial kultural,
pengalaman masa lalu, aharapan seseorang tentang dirinya, keturunan, lingkungan, dan
pelayanan.
A. Perkembangan
Perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah
pertumbuhan dan perkembangan.
B. Sosial dan kultural
Perubahan status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh pemikiran dan keyakinan
sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan.
C. Pengalaman masa lalu
Perubahan status kesehatan dapat dipengaruhi juga oleh pengalaman masa lalu.
Hal ini dapat diketahui jika ada pengalaman kesehatan yang tidak diinginkan atau
pengalaman kesehatan yang buruk sehingga berdampak besar dalam status kesehatan
selanjutnya.
D. Harapan seseorang tentang dirinya
Harapan meruapakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan perubahan
status kesehatan ke arah yang optimal. Harapan ini dapat menghasilkan status kesehatan
ke tingkat yang lebih baik secara fisik maupun secara psikologis.
E. Keturunan
Keturunan juga dapat mempengaruhi terhadap status kesehatan seseorang
mengingat poteni perubahan status kesehhatan telah dimiliki melalui faktor genetik.
F. Lingkungan
Lingkungan yang dimakksud adalah lingkungan fisik seperti sanitasi lingkungan,
kebersihan diri, tempat pembuangan air limbah atau kotoran serta rumah yang kurang
memenuhi persyaratan kesehatan sehingga dapat mempengaruhi perilaku hidup sehat
yang dapat merubah status kesehatan.
G. Pelayanan
Pelayanan kesehatan dapat berupa tempat pelayanan atau sistem pelayanan yang
dapat mempengaruhi status kesehatan.
5. Faktor yang Mempengaruhi Sehat
Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan adalah
faktor-faktor yang berpengaruh baik yang bersifat menunjang ataupun yang berisfat
menghambat terhadap keadaan sehat-sakit.

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan individu yaitu:


A. Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan besar sekali. Hal ini disebabkan
karena faktor-faktor penyebab penyakit dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian penting
dan besarnya pengaruh lingkungan terhadap kesehatan.
B. Faktor Sosial Budaya
Fakrot sosial budaya merupakan faktor kedua yang cukup besar pengaruhnya
terhadap kesehatan. Termasuk ke dalam faktor ini adalah :
1. Tingkah laku, kebisaaan, adat istiadat
2. Kepercayaan, pandangan hidup, nilai-nilai
3. Sosial ekonomi tarap hidup dan penghasilan
4. Demigrafi, kepadatan penduduk
5. Pendidikan
C. Fasilitas kesehatan
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah
1. Lokasi, tempat pelayanan dekat atau dapat dijangkau dan diketahui oleh masyarakat ata tidak
2. Usha informasi dan motivasi
3. Program : apakah meliputi semua kebutuhan kesehatan masyarakat atau tidak.
D. Keturunan
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah :
1. Genetik
2. Struktur tubuh
Keempat faktor di atas dapat menunjang ataupun menghambat kesehatan, sehingga dapat
memudahkan atau menyulitkan timbulnya sehat-sakit, dan juga faktor-faktor tersebut
saling mempengaruhi.

6. Pesnyebab Penyakit
Istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang
menghasilkan berkurangnya kapasitas.
Sumber penyakit manusia 90% berasal dari Usus (Kolon) yang tidakbersih/tidak
sehat. Makanan yang dimakan tiap hari akan meninggalkan sisa pada permukaan dinding
usus. Tumpukan sisa makanan mengendap dari waktu ke waktu yang akan menyebabkan
toxid (bahan beracun). Selanjutnya toxid (bakteri, fungi, dan parasit) akan masuk ke
dalam sistem peredaran darah sehingga menghasilkan toxin(racun) dalam darah.
Penyakit bisa timbul karena terjadi ketidak seimbangan antara :
1. Penyebab penyakit (agent)
Agent adalah penyebab utama penyakit (causaprimer), dimana tanpa kehadirannya
penyakit yang spesifik tidak akan timbul.

Kelompok agent bisa berupa :


a. Elemen gizi
1) Jodium
2) Kekurangan/kelebihan viatamin-vitamin/mineral
b. Kimia eksogen
Zat kimia yang berasal dari luar tubuh, misalnya : obat-obat insektisida, CO, dan lain-lain
c. Kimia endogen
Zat-zat kimia yang berasal dari tubuh manusia, misalnya metabolisme, urium, billirbin,
hormone thyroksin yang berlebihan, dan lain-lain.
2. Lingkungan
Yang termasuk ke dalam faktor lingungan dapat dibedakan atas faktor fisik,
biologis, dan sosial ekonomi.
a. Faktor fisik misalnya geografi, dataran tinggi, daerah rawan dan musim.
b. Faktor biologis misalnya tumbuh-tumbuhan, faktor perantara (lalat, nyamuk, kecoa) dan
binatang berbisa.
c. Sosial ekonomi meliputi perkembangan ekonomi, stktur sosial, politik dan kepadatan
penduduk.

7. Jenis Penyakit / Kronis


Jenis penyakit yang diderita oleh manusia sangat beragam. Ada penyakit yang
disebabkan dari dalam tubuh manusia maupun dari luar tubuh manusia seperti kegagalan
fungsi organ tubuh, bakteri, kuman, racun, virus, jamur, atau keturunan.
Mengapa kita harus mengetahui berbagai jenis penyakit?
Mengetahui berbagai jenis penyakit sangat penting bagi kita agar dapat mencegah
timbulnya penyakit atau dapat segera mengantisipasi ketika melihat gejala-gejala atau
pun menderita penyakit tertentu. Selain itu, sebaiknya, kita pun mengenal sebab-sebab
timbulnya penyakit dan juga gejala-gejala yang tampak saat terjangkit suatu penyakit.
Jenis penyakit yang terjangkit dalam tubuh manusia dalam kurun waktu yang
sangat lama bahkan dapat mengakibatkan kematian, diantaranya:
1. AIDS
2. Kanker
3. Jantung

8. Perilaku Sakit (Sick Role Behaviour)


Perilaku sakit mencakup semua kegiatan yang dilakukan orang sakit untuk
merasakan mendefinisikan, menginterpretasikan gangguan serta mencari pengobatan
yang tepat. Sedangkan perilaku sehat mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh
orang untuk mencegah atau mendeteksi adanya penyakit pada setiap tingkat gangguan.

Gangguan dapat diinterpretasikan berbeda oleh orang yang berbeda, sehingga


mempengaruhi keputusan yang diambil. Lesu ketika bangun tidur, dapat diinterpretasikan
kelelahan oleh orang yang baru bekerja keras; atau gejala flu pada cuaca mendung; atau
penyakit bertambah parah pada orang yang berpenyakit kronis. Interpretasi berbeda akan
menyebabkan tindakan pengobatan yang berbeda. Perilaku sakit merupakan fungsi dari
pengalaman saat itu, pengalaman masa lalu, proses informasi dan proses kognitif.

Menurut Parsons, perilaku spesifik yang tampak bila seseorang memilih peran
sebagai orang sakit, yaitu orang sakit tidak dapat disalahkan sejak mulai sakit,
dikecualikan dari tanggung jawab pekerjaan, sosial dan pribadi, kemudian orang sakit dan
keluarganya diharapkan mencari pertolongan agar segera sembuh.
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang
memantau tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami;
melakukan upaya penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.
Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi
sebagai mekanisme koping.
TAHAP-TAHAP PERILAKU SAKIT
A. Tahap I (Mengalami Gejala
1. Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”
2. Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya
diagnosa tertentu.
3. Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: (a) kesadaran terhadap perubahan fisik
(nyeri, benjolan, dll); (b) evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan memutuskan
apakah hal tersebut merupakan suatu gejala penyakit; (c) respon emosional.
4. Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan dapat mengancam
kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.

B. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)


1. Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat
2. Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau
kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus diistirahatkan dari
kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap perannya.
3. Menimbulkan perubahan emosional
4. Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan kesehatan,
sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan akan tetapi jika gejala
itu menetap dan semakin memberat maka ia akan segera melakukan kontak dengan
sistem pelayanan kesehatan dan berubah menjadi seorang klien.
C.Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
1. Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli,
mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan implikasi
penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan datang
2. Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita suatu
penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa mengancam
kehidupannya. Klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa tersebut.
3. Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan yang telah
ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari sistem pelayanan
kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi pelayanan kesehatan lain
sampai mereka menemukan orang yang membuat diagnosa sesuai dengan keinginannya
atau sampai mereka menerima diagnosa awal yang telah ditetapkan.
4. Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan, mungkin ia akan
mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh diagnosa yang diinginkan
5. Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang mengancam
kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain untuk meyakinkan bahwa
kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya: klien yang didiagnosa
mengidap kanker, maka ia akan mengunjungi beberapa dokter sebagai usaha klien
menghindari diagnosa yang sebenarnya.

D. Tahap IV (Peran Klien Dependen)


1. Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien bergantung pada pada
pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada.
2. Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan dan stress
hidupnya.
3. Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas normalnya
semakin parah sakitnya, semakin bebas.
4. Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal sehari-hari.
Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia bekerja, rumah maupun
masyarakat.
E. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)
1. Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba, misalnya
penurunan demam.
2. Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh perawatan lebih lama
sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada penyakit kronis.
3. Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien melewatinya dengan
kecepatan atau dengan sikap yang sama. Pemahaman terhadap tahapan perilaku sakit
akan membantu perawat dalam mengidentifikasi perubahan-perubahan perilaku sakit
klien dan bersama-sama klien membuat rencana perawatan yang efektif

9. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku sakit

A. Faktor Internal
1. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu
rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika
ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan
segera mencari bantuan. Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat
yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi
dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
2. Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin
mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera
mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan. Sedangkan pada
penyakit kronik bisaany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu
fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan
terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada, maka klien
mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.
B. Faktor Eksternal
1. Gejala yang Dapat Dilihat
Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan
Perilaku Sakit. Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin
akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena
mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.
2. Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru
meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja
Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda
telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan SADARI.
Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A
mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi
atau tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan
bisaa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter
3. Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat,
mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami latar
belakang budaya yang dimiliki klien.
4. Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang bisaanya ia akan lebih cepat tanggap
terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan
ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
5. Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering
mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.
Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar dan
mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur
yang rumit.
6. Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat
peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti
seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam POCO-
POCO dll). Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang, lapangan Bola
Basket, Lapangan Sepak Bola, dll
10. Dampak Hospitalisasi pada Klien dan Keluarga
Tahun 1959, Russel Berton menulis buku tntang hospitalisasi. Dalam pengertian
hospitalisasi diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab yang
bersangkutan dirawat di sebuh institusi seperti rumah perawatan.
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor
yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
1. Lingkungan yang asing
2. Berpisah dengan orang yang berarti
3. Kurang informasi
4. Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5. Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan , semakin sering berhubungan
dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya.
6. Prilaku petugas Rumah Sakit.
Perubahan yang terjadi akibat hospitalisai adalah :
1. Perubahan konsep diri
Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citra
tubuh, perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga diri
dan identitasnya
2. Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebih
rendah dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
3. Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
4. Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis,
tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit
bekerjasama mengatasi masalahnya.
5. Takut dan Ansietas
Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap penyakitnya.
6. Kehilangan dan perpisahan
Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan yang
asing dan jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan, berpisah dengan
pasangan dan terasing dari orang yang dicintai.
11. Peran Perawat terhadap Sehat Sakit (Pencegahan Primer, Sekunder, dan
Tersier)
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari
perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara,
1995:21).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam
praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi
kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara
professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan
sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.

Berikut pendapat tentang peran perawat


A. Peran Perawat (CHS 1989)
Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang terhadap orang lain (dalam hal
ini adalah perawat) untuk berproses dalam sistem sebagai berikut :
1. Pemberi asuhan keperawatan
2. Pembela pasien
3. Pendidik tenaga keperawatan masyarakat
4. Koordinator dalam pelayanan masyarakat
5. Kolaborator dalam membina kerja sama dengan profesi lain dan sejawat
6. Konsultan atau penasihat pada tenaga kerja dan klien

B. Peran perawat (Lokakarya Nasonal 1983)


1. Pelaksanaan pelayanan keperawatan
2. Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan
3. Pendidik dalam keperawatan
4. Peneliti dan pengembang keperawatan
C. Peran Perawat Menurut para Sosiolog
1. Peran terapeutik : kegiatan yang ditujukan langsung pada pencegahan dan pengobatan
penyakit
2. Expressive atau mother substitute role yaitu kegiatan yang bersifat langsung dalam
menciptakan lingkungan dimana pasien merasa aman, diterima, dilindungi, dirawat dan
didukung oleh perawat. Menurut Johnson dan Martin peran ini bertujuan untuk
menghilangkan ketegangan dalam kelompok pelayanan (dokter, perawat, pasien dan lain-
lain)
D. Peran perawat menurut Schulman
Schulman berpendapat bahwa hubungan perawat dan pasien sama dengan hubungan
ibu dan anak antara lain :
1. Hubungan interpersonal disertai dengan kelembutan hati dan rasa kasih sayang.
2. Melindungi dari ancaman bahaya
3. Memberi rasa aman dan nyaman
4. Memberi dorongan untuk mandiri
Selain itu peran yang dijalani seseorang juga bergantung pada status kesehatannya.
Peran yang dijalani sewaktu sehat tentu berbeda dengan peran yang dijalani individu.
Tidak mengherankan jika klien di rumah sakit mengalami perubahan peran. Perubahan
yang terjadi akibat hospitalisasi ini tidak hanya berpengaruh pada individu, tetapi juga
pada keluarga. Perubahan tersebut antara lain :
a. Perubahan Peran
Jika salah seorang anggota keluarga sakit Akan terjadi perubahan peran dalam
keluarga. Sebagai contoh jika yang sakit adalah ayah, peran sebagai kepala keluarga akan
dijalankan oleh ibu. Tentunya perubahan peran ini mengharuskan dilaksanakannya tugas
tertentu, sesuai dengan peran tersebut.
b. Masalah keuangan
Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi keuangan yang sedianya
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga akhirnya digunakan untuk
keperluan klien dirawat. Akibatnya, keluarga mulai mengalami masalah keuangan.
Masalah keuangan ini sangat riskan terutama pada keluarga yang miskin. Dengan
semakin mahalnya biaya kesehatan, beban keuangan keluarga semakin bertamnbah.

c. Kesepian
Suasana rumah akan berubah jika ada salah seorang anggota keluarga yang dirawat.
Keseharian keluarga yang bisaanya dihiasi dengan keceriaan, kegembiraan dan senda
gurau anggotanya, tiba-tiba diliputi oleh kesedihan. Suasana keluargapun menjadi sepi
karena perhatian keluarga terpusat pada penanganan anggota keluarganya yang dirawat.
d. Perubahan Kebisaaan Sosial
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Karenanya, keluargapun
mempunyai kebisaaan dalam lingkup sosialnya. Sewaktu sehat, keluarga mampu
berperan serta dalam lingkungan sosial. Akan tetapi, saat salah seorang anggota keluarga
sakit, keterlibatan keluarga dalam aktivitas sosial di masyarakat pun mengalami
perubahan.
Peran Perawat dalam Konteks Sehat / Sakit tujuannya adalah membantu individu
meraih kesehatan yang optimal dan tingkat fungsi maksimal yang mungkin diraih setiap
individu. Peran perawat dalam konteks sehat atau sakit adalah meningkatkan kesehatan
dan mencegah penyakit. Kaitannya dengan hal tersebut, promosi kesehatan merupakan
suatu upaya mengarahkan sejumlah kegiatan guna membantu klien mempertahankan atau
meraih derajat kesehatan dan tingkat fungsi setinggi-tingginya serta menikmati
kenyamanan. Aktifitas keperawatan yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan klien antara lain : pendidikan dan konseling kesehatan. Lebih lanjut,
pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk melindungi
klien dari ancaman kesehatan potensial. Dengan kata lain, pencegahan penyakit adalah
upaya mengekang perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan penyakit dan
melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih membahayakan. Terdapat 3
tingkat pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupaka pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya patogenik.
Tujuannya adalah untuk mencegah penyakit dan trauma. Sevcara umum, pencegahan
primer meliputi promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific
protection) Promosi kesehatan dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain
pendidikan kesehatan, peningkatan gizi yang tepat, pengawasan pertumbuhan
individu,konseling pernikahan dan p[emerikasaan kesehatan berkala. Perlindungan
khusus dilakukan melalui imunisasi higiene personal, sanitasi lingkungan, perlindungan
bahaya penyakit kerja, avoidment alergic dan nutrisi khusus (misalnya nutrisi untuk ibu
hamil, nutrisi untuk bayi) dan lainnya.

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakaukan pada fase awal patogenik
yang bertujuan untuk mendeteksi dan melakukan interfensi segera guna menghentikan
penyakit pada tahap ini, mencegah penyebaran penyakit menurunkan intensitas penyakit
atau mencegah komplikasi, serta mempersingkat fase ketidakmampuan pencegahan
sekunder dilakukan melalui upaya diagnosis dini / penangan segera, seperti menemukan
kasus, survei penampisan, pemeriksaan selektif.

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier terdiri atas upaya mencegah / membatasi ketidakmampuan serta
membantu memulihkan klien yang tidak mampu agar dapat berfungsi secara optimal.
Langkah pencegahan ini antara lain dilakukan melalui upaya pembatasan
ketidakmampuan (dissability limitation) dan rehabilitasi. Untuk pembatasan
ketidakmampuan, langkah yang bisaa diambil adalah pelatihan tentang cara perawatan
diri dan penyediaan fasilitas. Untuk rehabilitasi, upaya yang dilakukan antara lain
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kondisi klien yang direhabilitasi,
penempatan klien sesuai dengan keadaannya (selektive places), terapi kerja.

12. Contoh Kasus Perilaku Sehat Sakit


Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat
sederhana. Dalam masyarakat tradisional, sistem pengobatan tradisional ini adalah
pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata
social umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli ( tradisional ) adalah rasional dilihat
dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.
Beberapa hal yang berhubungan dengan kesehatan (sehat – sakit) menurut budaya –
budaya yang ada di bbrp tempat di Indonesia diantaranya adalah :

1. Budaya Jawa
Menurut orang Jawa, “sehat “ adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin .
Bahkan, semua itu berakar pada batin. Jika “ batin karep ragu nututi “, artinya batin
berkehendak, raga/badan akan mengikuti. Sehat dalam konteks raga berarti “ waras “.
Apabila seseorang tetap mampu menjalankan peranan sosialnya sehari-hari, misalnya
bekerja di ladang, sawah, selalu gairah bekerja, gairah hidup, kondisii inilah yang
dikatakan sehat. Dan ukuran sehat untuk anak – anak adalah apabila kemauannya untuk
makan tetap banyak dan selalu bergairah main. Untuk menentukan sebab – sebab suatu
penyakit ada dua konsep, yaitu konsep personalistik dan konsep naluralistik. Dalam
konsep personalistik, penyakit disebabkan oleh makhluk supernatural (makhluk gaib,
dewa), makhluk yang bukan manusia (hantu, roh leluhur, roh jahat) dan manusia (tukang
sihir, tukang tenung). Penyakit ini disebut “ ora lumrah “ atau “ ora sabaene “ ( tidak
wajar / tidak biasa ). Penyembuhannya adalah berdasarkan pengetahuan secara gaib atau
supranatural, misalnya melakukan upacara dan sesaji. Dilihat dari segi personalistik jenis
penyakit ini terdiri dari kesiku, kebendhu, kewalat, kebulisan, keluban, keguna-guna, atau
digawe wong, kampiran bangsa lelembut dan lain sebagainya. Penyembuhan dapat
melalui seorang dukun atau “ wong tuwo “.
Pengertian dukun bagi masyarakat Jawa adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati
penyakit melalui “Japa Mantera “, yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien.

Ada beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai nama dan fungsi
masing – masing :
a) Dukun bayi : khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang berhubungan
dengan kesehatan bayi, dan orang yang hendak melahirkan.
b) Dukun pijat/tulang (sangkal putung) : khusus menangani orang yang sakit terkilir, patah
tulang, jatuh atau salah urat.
c) Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna-guna atau “ digawe uwong “.
d) Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena kemasukan roh
halus.
e) Dukun hewan : khusus mengobati hewan.

Sedangkan konsep naturalistik, penyebab penyakit bersifat natural dan


mempengaruhi kesehatan tubuh, misalnya karena cuaca, iklim, makanan beracun, bisa,
kuman atau kecelakaan. Di samping itu ada unsur lain yang mengakibatkan
ketidakseimbangan dalam tubuh, misalnya dingin, panas, angin atau udara lembab. Oleh
orang Jawa hal ini disebut dengan penyakit “ Lumrah “ atau biasa.
Adapun penyembuhannya dengan model keseimbangan dan keselarasan, artinya
dikembalikan pada keadaan semula sehingga orang sehat kembali. Misalnya orang sakit
masuk angin, penyembuhannya dengan cara “ kerokan “ agar angin keluar kembali.
Begitu pula penyakit badan dingin atau disebut “ndrodok” (menggigil, kedinginan),
penyembuhannya dengan minum jahe hangat atau melumuri tubuhnya dengan air garam
dan dihangatkan dekat api . Disamping itu juga banyak pengobatan yang dilakukan
dengan pemberian ramuan atau “dijamoni“. Jamu adalah ramuan dari berbagai macam
tumbuhan atau dedaunan yang di paur, ditumbuk, setelah itu diminum atau dioleskan
pada bagian yang sakit. Di samping itu ada juga ramuan tumbuhan lain sebagai
pelengkap, misalnya kulit pohon randu yang sudah diberi mantera.
Dari perhitungan – perhitungan Jawa , dapat ditarik berbagai jenis penyakit yaitu :
1. Dari Allah
2. Karena perkataannya sendiri
3. Dari jin / setan
4. Dari perbuatan jahat orang lain ( teluh tarangyana ).
Etiologi penyakit menurut primbon ini dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk “
diagnose penyakit “ yang disesuaikan dengan pandangan dan kondisi jaman primbon
tersebut pertama kali ditulis. Sebagai contoh, etiologi penyakit dapat ditentukan
berdasarkan lenggahipun dinten ( tempat duduk hari ). Tempat duduk hari tersebut dapat
dilihat dalam table berikut ini :
Nama Hari dan Tempat duduk penyakit
• Senin : Telinga
• Selasa : Hidung
• Rabu : Perut
• Kamis : Tulang
• Jumat : Mata
• Sabtu : Tungkai
Berdasarkan hari dimulainya sakit juga dapat ditentukan tentang jenis – jenis
penyakit sebagaimana diuraikan dalam Kitab Primbon Betal Jemur Ada Makna, yang
dibuat sebagai berikut :
Nama Hari dan Sebab Penyakit
• Senin : Mempunyai nadzar yang belum dilaksanakan.
• Selasa : Diguna – guna oleh oran lain.
• Rabu : Diganggu oleh makhluk halus/setan.
• Kamis : Terkena tulah dari orang lain.
• Jumat : Diganggu makhluk halus yang ada di kolong rumah.
• Sabtu : Diganggu oleh setan yang berasal dari hutan.
• Minggu : Diganggu oleh makhluk halus / setan
Selain hari – hari biasa , Budaya Jawa juga memiliki hari– hari yang disebut hari
pasaran dengan urutan : Pon, Wage, Kliwon, Legi, Pahing. Adapun beberapa contoh
pengobatan tradisional masyarakat Jawa yang tidak terlepas dari tumbuhan dan buah –
buahan yang bersifat alami adalah :
• Daun dadap sebagai penurun panas dengan cara ditempelkan di dahi.
• Temulawak untuk mengobati sakit kuning dengan cara di parut, diperas dan airnya
diminum 2 kali sehari satu sendok makan, dapat ditambah sedikit gula batu dan dapat
juga digunakan sebagai penambah nafsu makan.
• Akar ilalang untuk menyembuhkan penyakit hepatitis B.
• Mahkota dewa untuk menurunkan tekanan darah tinggi , yakni dengan dikeringkan
terlebih dahulu lalu diseduh seperti teh dan diminum seperlunya.
• Brotowali sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri , peredam panas , dan
penambah nafsu makan.
• Jagung muda ( yang harus merupakan hasil curian = berhubungan dengan kepercayaan )
berguna untuk menyembuhkan penyakit cacar dengan cara dioleskan dibagian yang
terkena cacar.
• Daun sirih untuk membersihkan vagina.
• Lidah buaya untuk kesuburan rambut.
• Cicak dan tokek untuk menghilangkan gatal – gatal.
• Mandi air garam untuk menghilangkan sawan.
• Daun simbung dan daun kaki kuda untuk menyembuhkan influenza.
• Jahe untuk menurunkan demam / panas , biasanya dengan diseduh lalu diminum
ataupun dengan diparut dan detempelkan di ibu jari kaki.
• Air kelapa hijau dengan madu lebah untuk menyembuhkan sakit kuning yaitu dengan
cara 1 kelapa cukup untuk satu hari , daging kelapa muda dapat dimakan sekaligus , tidak
boleh kelapa yang sudah tua.

2. Budaya Sunda
Konsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja, tetapi juga bersifat
sosial budaya. Istilah lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat Jawa Barat ( orang sunda
) adalah muriang untuk demam, nyerisirah untuk sakit kepala, yohgoy untuk batuk dan
salesma untuk pilek/flu. Penyebab sakit umumnya karena lingkungan, kecuali batuk juga
karena kuman. Pencegahan sakit umumnya dengan menghindari penyebabnya.
Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung obat yang ada di
desa tersebut, sebagian kecil menggunakan obat tradisional . Pengobatan sendiri sifatnya
sementara, yaitu penanggulangan pertama sebelum berobat ke puskesmas atau mantri.

a. Pengertian Sehat Sakit


Menurut orang sunda, orang sehat adalah mereka yang makan terasa enak walaupun
dengan lauk seadanya, dapat tidur nyenyak dan tidak ada yang dikeluhkan, sedangkan
sakit adalah apabila badan terasa sakit, panas atau makan terasa pahit, kalau anak kecil
sakit biasanya rewel, sering menangis, dan serba salah / gelisah. Dalam bahasa sunda
orang sehat disebut cageur, sedangkan orang sakit disebut gering.
Ada beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat. Orang disebut sakit
ringan apabila masih dapat berjalan kaki, masih dapat bekerja, masih dapat makan-
minum dan dapat sembuh dengan minum obat atau obat tradisional yang dibeli di warung
. Orang disebut sakit berat, apabila badan terasa lemas, tidak dapat melakukan kegiatan
sehari-hari, sulit tidur, berat badan menurun, harus berobat ke dokter/puskesmas, apabila
menjalani rawat inap memerlukan biaya mahal.Konsep sakit ringan dan sakit berat
bertitik tolak pada keadaan fisik penderita melakukan kegiatan sehari-hari, dan sumber
pengobatan yang digunakan. Berikut beberapa contoh sakit dengan penyebab,
pencegahan dan pengobatan sendiri.

a) Sakit Kepala
Keluhan sakit kepala dibedakan antara nyeri kepala (bahasa sunda = rieut atau
nyeri sirah, kepala terasa berputar/pusing/bahasa sunda = Lieur), dan sakit kepala
sebelah/migraen (bahasa sunda = rieut jangar). Penyebab sakit kepala adalah dengan
menghindari terkena sinar matahari langsung, dan jangan banyak pikiran. Pengobatan
sendiri, sakit kepala dapat dilakukan dengan obat warung yaitu paramek atau puyer
bintang tujuh nomor 16.

b) Sakit Demam
Keluhan demam (bahasa sunda = muriang atau panas tiris) ditandai dengan
badan terasa pegal-pegal, menggigil , kadang-kadang bibir biru. Penyebab demam adalah
udara kotor, menghisap debu kotor, pergantian cuaca, kondisi badan lemah, kehujanan,
kepanasan cukup lama, dan keletihan. Pencegahan demam adalah dengan menjaga
kebersihan udara yang dihisap, makan teratur, olahraga cukup, tidur cukup, minum
cukup, kalau badan masih panas/berkeringat jangan langsung mandi, jangan kehujanan
dan banyak makan sayuran atau buah. Pengobatan sendiri demam dapat dilakukan
dengan obat tradisional, yaitu kompres badan dengan tumbukan daun melinjo, daun cabe
atau daun singkong, atau dapat juga dengan obat warung yaitu Paramek atau Puyer
bintang tujuh nomor 16.

c) Keluhan Batuk
Batuk TBC, yaitu batuk yang sampai mengeluarkan darah dari mulut, batuk
biasa (bahasa sunda = fohgoy), dan batuk yang terus menerus dengan suaranya
melengking (bahasa sunda = batuk bangkong) dengan gejala tenggorokan gatal,
terkadang hidung rapet, dan kepala sakit ). Penyebab batuk TBC adalah karena orang
tersebut menderita penyakit TBC paru, sedangkan batuk biasa atau batuk bangkong
adalah menghisap debu dari tanah kering yang baru tertimpa hujan, alergi salah satu
makanan, makanan basi, masuk angin, makan makanan yang digoreng dengan minyak
yang tidak baik, atau tersedak makanan/keselek. Pencegahan batuk dilakukan dengan
menjaga badan agar jangan kedinganan, jangan makan makanan basi, tidak kebanyakan
minum es, menghindari makanan yang merangsang tenggorokan, atau menyebabkan
alergi. Pengobatan sendiri batuk dapat dilakukan dengan obat warung misalnya konidin
atau oikadryl . Bila batuk ringan dapat minum obat tradisional yaitu air perasan jeruk
nipis dicampur kecap, daun sirih 5 lembar diseduh dengan air hangat setengah gelas atau
rebusan jahe dengan gula merah.

d) Sakit Pilek
Keluhan pilek ringan (bahasa sunda = salesma), yaitu hidung tersumbat atau
berair , dan pilek berat yaitu pilek yang disertai sakit kepala, demam, badan terasa pegal
dan tenggorokan kering. Penyebab pilek adalah kehujanan menghisap debu kotor,
menghisap asap rokok, menghisap air, pencegahan pilek adalah jangan kehujanan, kalau
badan berkeringat jangan langsung mandi, apabila muka terasa panas (bahasa sunda =
singhareab), jangan mandi langsung minum obat, banyak minum air dan istirahat.
Pengobatan sendiri, pilek dapat dilakukan dengan obat warung yaitu mixagrib diminum
3x sehari sampai keluhannya hilang. Dapat juga digunakan obat tradisional untuk
mengurangi keluhan, misalnya minyak kelapa dioleskan di kanan dan kiri hidung.

e) Sakit Panas
Sakit panas adalah sakit yang menyebabkan sekujur tubuh seseorang terasa
panas biasanya yang disertai demam (menggigil). Untuk mengobatinya, orang sunda
biasa dengan menggunakan labu (waluh) yang diparut (dihaluskan), kemudian dibungkus
kain dan di kompreskan ke tubuh orang yang sakit panas tersebut hingga panasnya turun.
Selain itu juga bisa dengan menggunakan kompres air dingin.
Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung atau obat
yang ada di desa tertentu, sebagian kecil menggunakan obat tradisional. Masyarakat
melakukan pengobatan sendiri dengan alasan sakit ringan, hemat biaya dan hemat waktu.
Pengobatan sendiri sifatnya sementara, yaitu penanggulanan pertama sebelum berobat ke
puskesmas atau Mantri. Tindakan Pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan masih
rendah karena umumnya masyarakat membeli obat secara eceran sehingga tidak dapat
memaca keterangan yang tercantum pada setiap kemasan obat.

3. Budaya Batak
Arti “ sakit “ bagi orang Batak adalah keadaan dimana seseorang hanya berbaring,
dan penyembuhannya melalui cara-cara tradisional, atau ada juga yang membawa orang
yang sakit tersebut kepada dukun atau “ orang pintar “. Dalam kehidupan sehari – hari
orang batak, segala sesuatunya termasuk mengenai pengobatan jaman dahulu, untuk
mengetahui bagaimana cara mendekatkan diri pada sang pencipta agar manusia tetap
sehat dan jauh dari mara bahaya.
Bagi orang Batak, di samping penyakit alamiah, ada juga beberapa tipe spesifik penyakit
supernatural, yaitu :
a. Jika mata seseorang bengkak ,orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan yang
tidakbaik ( mis : mengintip ). Cara mengatasinya agar matanya tersebut sembuh adalah
dengan mengoleskan air sirih.

b. Nama tidak cocok dengan dirinya ( keberatan nama ) sehingga membuat orang tersebut
sakit.Cara mengobatinya dengan mengganti nama tersebut dengan nama yang lain , yang
lebih cocok dan didoakan serta diadakan jamuan adat bersama keluarga.
c. Ada juga orang batak sakit karena tarhirim
Misal : seorang bapak menjanjikan akan memberi mainan buat anaknya, tetapi janji
tersebut tidak ditepati. Karena janji tersebut tidak ditepati, si anak bisa menjadi sakit.
d. Jika ada orang batak menderita penyakit kusta, maka orang tersebut dianggap telah
menerima kutukan dari para leluhur dan diasingkan dalam pergaulan masyarakat.
Di samping itu, dalam budaya batak dikenal adanya “kitab pengobatan” yang isinya
diantaranya adalah, Mulajadi Namolon Tuhan Yang Maha Esa bersabda :
“Segala sesuatu yang tumbuh di atas bumi dan di dalam air sudah ada gunanya masing-
masing di dalam kehidupan sehari-hari, sebab tidak semua manusia yang dapat
menyatukan darahku dengan darahnya, maka gunakan tumbuhan ini untuk kehidupanmu“
e. Dappol Siburuk ( obat urut dan tulang )
Asal mula manusia menurut orang batak adalah dari ayam dan burung. Obat dappol si
buruk ini dulunya berasal dari burung siburuk yang mana langsung di praktikkan dengan
penelitian alami dan hampir seluruh keturunan Siraja Batak menggunakan obat ini dalam
kehidupan sehari-hari.
f. Untuk mengobati sakit mata.
Menurut orang batak, mata adalah satu panca indra sekaligus penentu dalam kehidupan
manusia, dan menurut legenda pada mata manusia berdiam Roh Raja Simosimin.
Berdasarkan pesan dari si raja batak, untuk mengeluarkan penyakit dari mata,
masukkanlah biji sirintak ke dalam mata yang sakit . Setelah itu tutuplah mata dan
tunggulah beberapa saat, karena biji sirintak akan menarik seluruh penyakit yang ada di
dalam mata. Gunakan waktu 1x 19 hari, supaya mata tetap sehat. Sirintak adalah
tumbuhan Batak yang dalam bahasa Indonesia berarti mencabut ( mengeluarkan ), nama
ramuannya sama dengan tujuannnya.
Disamping itu, Si Raja Batak berpesan kepada keturunannya, supaya manusia dapat
hidup sehat, maka makanlah atau minumlah : apapaga, airman, anggir, adolorab, alinggo,
abajora, ambaluang, assigning, dan arip-arip. Dalam budaya Batak juga dikenal dengan
adanya charisma, wibawa dan kesehatan menurut orang batak dahulu, supaya manusia
dapat sukses dalam segala hal biasanya diwajibkan membuat sesajen berupa : ayam
merah, ayam putih, ayam hitam, ketan beras ( nitak ), jeruk purut, sirih beserta
perlengkapannya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Secara umum sehat merupakan keadaan yang tidak hanya untuk terbebas dari
penyakit tetapi meliputi seuruh aspek kehidupan manusia. Selain itu juga selain ada sehat
terdapat juga sakit. Sakit secara umum meruapakan keadaan yang tidak hanya terjadinya
proses penyakit tetapi dimana keadaan fisik, emosional, sosial dan perkembangan
seseorang terganggu. Untuk memebedakan anatara sehat dan skit terdapat adanya rentang
sehat sakit.
Sehat juga dipengaruhi oleh beberapa factor. Bukan hanya sehat saja yang
dipengaruhi oleh beberapa factor tetapi juga sakit. Jika kita merasa sakit berarti ada
penyakit yang bersarang di tubuh kita. Sakit itu di timbulkan oleh beberapa penyakit.
Biasanya penyakit di timbulkan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai