LP III Asma

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN ASMA


DI RUANG IGD RSUD TUGUREJO
SEMARANG

Disusun oleh :

SITTI HARDIANTI HAMIDU

G3A017214

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATDARURATAN SISTEM

PERNAFASAN : ASMA

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai dengan

inflamasi saluran napas dan spasme akut otot polos bronkiolus. Kondisi ini

menyebebkan produksi mukus yang berlebihan dan menumpuk,

penyumbatan aliran udara, dan pnurunan ventilasi alveolus (Corwin, 2009)

Asma adalah obstruksi akut pada bronkus yang disebabkan oleh

penyempitan yang intermiten pada saluran napas di banyak tingkat

mengakibatkan terhalangnya aliran udara. (Stein J.H., 2001 : 126)

2. Etiologi

Secara etiologis asma dibagi dalam 3 tipe :

a. Asma tipe non atopik (intrinsik)

Pada golongan ini, keluhan tidak adanya hubungan dengan

paparan (exposure) terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah :

1) Serangan timbul setelah dewasa.


2) Pada keluarga tidak ada yang menderita asma.
3) Penyakit infeksi sering menimbulkan serangan.
4) Ada hubungan dengan pekerjaan dan beban fisik.
5) Rangsangan / stimuli psikis mempunyai peran untuk menimbulkan
serangan reaksi asma.
6) Perubahan-perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik
merupakan keadaan yang peka bagi penderita.
b. Asma tipe atopik (ekstrinsik)

Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan

(exposure) terhadap alergen yang spesifik. Kepekaan ini biasaanya

ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronkial. Pada tipe ini

mempunyai sifat-sifat :

1) Timbul sejak kanak-kanak

2) Pada famili ada yang mengidap asma

3) Ada eksim waktu bayi

4) Sering menderita rinitis

5) Di Inggris penyebabnya house dust mite, di USA tepung sari bunga

rumput

c. Asma Campuran (mixed)

Pada golongan ini, keluhan diperberat oleh faktor-faktor

intrinsik maupun ekstrinsik. (Alsagaff, H. dkk.1993 : 2)

3. Tanda Gejala

a. Dispnea yang bermakna

b. Batuk, terutama di malam hari

c. Pernapasan yang dangkal dan cepat


d. Mengi yang dapat terdengar pada auskultasi paru. Biasanya mengi

hanya terdengar saat ekspirasi, kecuali kondisi klien parah

e. Peningkatan usaha bernapas, ditandai dengan retraksi dada, disertai

perburukan kondisi, napas cuping hidung.

f. Kecemasan, yang berhubungan dengan ketidakmampuan mendapat

udara yang cukup

g. Udara terperangkap karena obstruksi aliran udara, terutama terlihat

selama ekspirasi pada pasien asma. Kondisi ini terlihat dengan

memanjangnya waktu ekspirasi

h. Diantara serangan asmatik, individu biasanya asimtomatik. Akan tetapi,

dalam pemeriksaan perubahan fungsi paru mungkin terlihat bahkan

diantara serangan pada pasien yang memiliki asma

Corwin (2009).

4. Patofisiologi

Asma adalah obstruksi jalan napas difus reversibel. Obstruksi

disebabkan oleh satu atau lebih dari yang berikut ini :

a. Kontraksi otot yang mengelilingi bronki, yang menyempitkan jalan

napas.

b. Pembengkakan membran yang melapisi bronki.

c. Pengisian bronki dengan mukus yang kental.

Selain itu otot – otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar;

sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi,


dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti

dari perubahan ini tidak diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah

keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf otonom.

Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang

buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE)

kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap

antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan

pelepasan sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan

prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS –

A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos

dan kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan

membran mukosa, dan pembentukan mukus yang sangat banyak.

Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial

diatur oleh impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis. Pada asma

idiopatik atau nonalergi, ketika ujung saraf pada jalan napas dirangsang

oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan,

jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini

secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang

pembentukan mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan

asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.

Selain itu reseptor α dan β-adrenergik dari sistem saraf simpatis

terletak dalam bronki. Ketika reseptor α-adrenergik dirangsang, terjadi


bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β-adrenergik yang

dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α dan β-adrenergik

dikendalikan terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi

reseptor-alfa mengakibatkan penurunan cAMP, yang mengarah pada

peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast

bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor-beta mengakibatkan peningkatan

tingkat cAMP, yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan

menyebabkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan ialah bahwa penyekatan

β-adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya, asmatik

rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi

otot polos. (Smeltzer, S.C., 2001 : 611-612)

5. Pemeriksaan Penunjang

Unsur-unsur yang harus dinilai adalah obstruksi aliran udara dan

pertukaran gas :

a. Spirometri di tempat tidur atau pengukuran laju ekspirasi puncak

(PEFR)

Spirometri akan memberikan volume ekspirasi paksa dalam 1

detik (FEV 1.0) tetapi pasien yang menderita bronkospasme akut

mungkin tidak dapat melakukan manuver ekspirasi paksa secara

lengkap. Karena usaha ini akan memperberat gejala.

b. Analisa gas darah arteri


Bila PaCO2 normal (30-40 mmHg) atau meningkat dapat segera

mengalami kegagalan. Pernapasan akut dan harus dirawat di rumah

sakit tanpa ditunda lagi.

c. Pulasan sputum dengan gram atau wright dapat mematikan adanya

infeksi saluran napas bagian bawah kalau terdapat banyak leukosit dan

patogen yang terutama terdiri atas bakteri. (Stein, J.H., 1998 : 128-129)

6. Pathways

Zat allergen masuk ke dalam tubuh melalui


pernapasan, mulut dan kontak kulit

Reaksi tubuh terhadap allergen

Tubuh tidak tahan terhadap allergen

Kontraksi otot polos pernapasan

Bronkospasme

Penyempitan saluran pernapasan Produksi sputum berlebih

Hambatan aliran Gangguan ventilasi Resiko tinggi


pernapasan (hipoventilasi) infeksi

Distraksi ventilasi Jalan napas tidak


yang tidak rata dan efektif
sirkulasi paru

Penurunan sirkulasi Batuk


Gangguan difusi gas di
darah, dispnea,
tingkat alveoli
wheezing, anoreksia Gangguan pemenuhan
dan kelemahan istirahat tidur
sianosis

hipoksia
Perubahan nutrisi kurang Intoleransi
dari kebutuhan tubuh aktivitas
ansietas
Imunitas
B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, nomor register, tanggal
masuk, dan semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien
saat pengkajian.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama
3) Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau
pernah di riwayat sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita
penyakit tertentu.

2. Pengkajian Fokus
a. Airway (jalan nafas), periksa kepatenan jalan napas klien apakah ada
sumbatan berupa benda asing, darah, terjadi bronkospasme, sputum
maupun lendir.
b. Breathing (pernafasan), periksa pola napas klien apakah klien
mengalami sesak dengan aktifitas maupun tanpa aktifitas, dan apakah
klien menggunakan otot tambahan. Periksa frekuensi, irama nafas
klien, kedalaman, apakah ada batuk, dan bunyi nafas klien.
c. Circulation (sirkulasi), periksa nadi, irama, denyut dan tekanan darah
klien. Bagaimana kondisi ekstremitas klien, apakah teraba hangat atau
dingin. Periksa juga warna kulit, pengisian kapiler, adanya edema, dan
bagaimana pola eliminasi klien. Inspeksi adanya abnormalitas pada
daerah abdomen, cek turgor kulit klien, dan ukur suhu klien. Kaji
adanya nyeri dan apakah terdapat luka pada kulit klien
d. Disability, periksa fungsi neurologi dan fungsi sensori motorik klien
dengan mengukur tingkat kesadaran klien, kondisi pupil, reaksi
terhadap cahaya, keadaan umum klien, GCS, dan kaji adanya kejang
dan ukur kekuatan otot klien

3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d hambatan jalan napas berupa
bronkospasme
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungkan dengan gangguan suplai
oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme broncus),
kerusakan alveoli.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia /
mual-muntah.
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret), tidak
adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan
pada lingkungan, proses penyakit kronis, malnutrisi).

4. Intervensi Dan Rasional


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d hambatan jalan napas berupa
bronkospasme

1) Kriteria hasil :

a) Mendemonstrasikan batuk efektif.

b) Mencari posisi yang nyaman untuk memudahkan peningkatan

pertukaran udara.

c) Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.


2) Intervensi :

a) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol

batuk;

(1) Napas dalam dan perlahan sambil duduk setegak mungkin.

(2) Gunakan napas diafragmatik.

(3) Tahan napas selama 3-5 detik dan kemudian hembusan

sebanyak mungkin melalui mulut (sangkar iga bawah dan

abdomen harus turun).

(4) Ambil napas kedua, tahan dan batuk dari dada (bukan dari

belakang mulut / tenggorokan) dan menggunakan napas

pendek, batuk kuat.

(5) Demonstrasikan pernapasan pursed-lip.

b) Pertahankan hidrasi adekuat : meningkatkan masukan cairan 2

sampai 4 liter per hari bila tidak dikontra indikasi penurunan

curah jantung/gagal ginjal.

c) Auskultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan.

d) Dorong / berikan perawatan mulut.

3) Rasional :

a) Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif,

menimbulkan frustasi.

(1) Duduk tegak menggeser organ abdominal menjauhi paru

memungkinkan ekspansi lebih besar


(2) Pernapasan diafragmatik menurunkan frekuensi pernapasan

dan meningkatkan ventilasi alveolar.

(3) & (4) Peningkatan volume udara dalam paru meningkatkan

pengeluaran sekret.

(5) Pernapasan pursed-lip memanjangkan ekshalasi untuk

menurunkan udara yang terperangkap

b) Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan

sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.

c) Pengkajian ini membantu mengevaluasi keberhasilan tindakan

d) Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan

mencegah bau mulut.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungkan dengan gangguan suplai

oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme broncus),

kerusakan alveoli.

1) Hasil yang diharapkan :

a) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat

dengan AGD (Analisa Gas Darah) dalam rentang normal dan

bebas gejala distres pernafasan.

b) Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat

kemampuan atau situasi

2) Intervensi keperawatan :

a) Kaji frekwensi kedalaman pernafasan


b) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih

posisi yang mudah untuk bernafas.

c) Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk istirahat tidur

d) Awasi tanda-tanda vital.

3) Rasional

a) Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat

keterlibatan paru dan status kesehatan umum.

b) Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan

pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi (rujuk pada DK

: bersihan jalan nafas tak efektif).

c) Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi

oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.

d) Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan

kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia /

mual-muntah.

1) Kriteria hasil :

a) Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang

tepat.

b) Menunjukkan perilaku / perubahan pola hidup untuk

meningkatkan dan/atau mempertahankan berat badan yang tepat.

2) Intervensi :
a) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini

b) Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan tempat

khusus untuk sekali pakai dan tisu

c) Berikan makanan porsi kecil tapi sering

d) Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat

3) Rasional :

a) Sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat.

b) Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah pencegahan utama

terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah

dengan peningkatan kesulitan napas.

c) Membantu untuk meningkatkan kalori total

d) Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas

abdomen dan gerak diafragma, dan dapat meningkatkan

dispnea.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret), tidak

adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan pada

lingkungan, proses penyakit kronis, malnutrisi).

1) Kriteria hasil :

Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan

resiko infeksi.
2) Intervensi :

a) Awasi suhu

b) Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan

sputum.

c) Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.

d) Kolaborasi : Berikan antimikrobial sesuai indikasi

3) Rasional :

a) Demam dapat terjadi karena infeksi / dehidrasi

b) Mencegah penyebaran patogen melalui cairan

c) Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan

menurunkan tahanan terhadap infeksi.

d) Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi

dengan kultur dan sensitivitas atau diberikan secara profilaktik

karena resiko tinggi.

C. DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi ke-3. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Nurarif, A.H & Kusuma, H (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC Edisi Revisi. Penerbit Mediaction
Jogja : Jogjakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Penerbit Dewan Pengurus Pusat PPNI : Jakarta Selatan
LAPORAN KASUS PASIEN KELOLAAN

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.S No.Register :-
Usia : 50 tahun Tanggal masuk : 02 Agustus 2018
Jenis kelamin : Perempuan Diagnosa medik : Asma Attack

2. RIWAYAT KESEHATAN :
a) Keluhan utama : Sesak napas
b) Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh sesak napas sudah 2 hari karena kecapekan dan
dada sakit sehingga keluarga klien memutuskan untuk membawa klien
ke IGD RSUD Tugurejo Semarang. Menurut keluarga klien, klien
memiliki riwayat Asma sejak kecil. Klien mengalami penurunan nafsu
makan, BB terakhir klien 57 kg.

3. PENGKAJIAN FOKUS
a) Airway (jalan nafas) : terdapat sumbatan berupa bronkospasme
b) Breathing (pernafasan),
- Sesak, saat aktivitas meningkat
- Frekuensi : 32x/menit
- Irama : tidak teratur, pernafasan dalam
- Batuk non produktif
- Bunyi nafas : wheezing
- SPO2 : 88%
c) Circulation (sirkulasi)
- Sirkulasi perifer
Nadi : 122x/menit
Irama : tidak teratur
Denyut : kuat
TD : 157/108 mmHg
Ekstremitas : hangat
Kulit : pucat
CRT : <3 detik
- Edema (-)
- BAK : 6x/hari, volume banyak, warna kuning jurnih, rasa
sakit (-)
- BAB : 1x perhari
- Turgor : baik
- Mukosa : lembab
- Suhu : 37,6°c
- Nyeri dada (-)
d) Disability
- Kesadaran : cm
- Pupil : isokor
- Reaksi terhadap cahaya
Ka (+) ; Ki (+)
GCS :E4 M6 V5
- Kekuatan otot : 5

4. ANALISA DATA
No Hari/ Data Problem Kemungkinan
Tanggal Penyebab
1 Kamis, DS : Bersihan Hambatan upaya
02 - Klien mengeluh sesak saat jalan nafas napas
Agustus aktivitas meningkat tidak (bronkospasme)
2018 DO : efektif
- RR : 32x/menit
- Irama : tidak teratur,
pernafasan dalam
- Batuk non produktif
- Bunyi nafas : wheezing
- SPO2 : 88%
2 Kamis, DS : Risiko Penurunan nafsu
02 - Klien mengalami Perubahan makan
Agustus penurunan nafsu makan nutrisi
2018 DO : kurang
- BB :57 kg, dari
- BAB : 1x perhari kebutuhan
tubuh

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas
(bronkospasme)
C. PERENCANAAN
No Tujuan dan Kriteria Intervensi Paraf
Dx Hasil
1 Setelah dilakukan asuhan 1. Berikan O2
keperawatan selama 1x1 2. Anjurkan klien untuk istirahat
jam klien menunjukkan dan nafas dalam
keefektifan jalan nafas 3. Posisikan klien untuk
dengan Kriteria Hasil: memaksimalkan ventilasi
 Mendemonstrasikan 4. Monitor status dinamik
batuk efektif 5. Monitor respirasi dan status O2
 Menunjukan jalan 6. Berikan obat bronkodilator
nafas yang paten sesuai indikasi
 Saturasi O2 dalam
batas normal
 Tidak ada sesak
2 Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kebiasaan diet, masukan
keperawatan selama makanan saat ini dan catat
1x24 jam nafsu makan derajat kerusakan makanan
klien meningkat dengan 2. Sering lakukan perawatan oral,
kriteria hasil : buang secret, berikan wadah
 Berat badan dalam khusus untuk sekali pakai
rentang normal

D. IMPLEMENTASI
No Hari/ Jam Implementasi Respon Paraf
D Tgl
X
1 Kamis, 18.20 1. Berikan O2 S : klien
2. Anjurkan klien mengatakan sesak
02
untuk istirahat dan yang dialaminya
Agustu nafas dalam berkurang
3. Posisikan klien O:
s 2018
untuk - RR = 28x/mnt
memaksimalkan - SPO2 = 94%
ventilasi
4. Monitor status
dinamik
5. Monitor respirasi
dan status O2
18.21 6. Berikan obat O:
bronkodilator sesuai - RR = 24x/mnt
indikasi (Pulmicort - SPO2 = 98%
& Combivert

Kanis, 1. Kaji kebiasaan diet, S : klien


masukan makanan mengeluh nafsu
02
saat ini dan catat makan klien
Agustu derajat kerusakan menurun karena
makanan sesak yang
s 2018
2. Sering lakukan dialaminya
perawatan oral,
buang secret,
berikan wadah
khusus untuk sekali
pakai

E. EVALUASI
No Hari/ Jam Evaluasi Paraf
DX Tgl
1 Kamis, S : klien mengatakan sesak yang dialaminya
sedikit berkurang
02-08
O : RR = 24x/menit, SPO2 98%
2018 A : masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi
2 Kamis, S : klien mengatakan masih tidak mau makan
O : klien tamapak mengalami sesak napas
02-
A : masalah belum teratasi
082018 P : lanjutkan intervensi

F. KESIMPULAN
Klien dipindahkan ke bangsal untuk perawatan lebih lanjut karena
kondisi klien tidak memungkinkan untuk dibawa pulang
LAPORAN ANALISA SINTESA I
TERAPI INHALASI, PEMBERIAN NEBULIZER

Nama Mahasiswa : Indah B.Rahayu Ruang : IGD


NIM : G3A017094 Tanggal : 08-11-2017

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.E No.Register :
Usia : 62 tahun Tanggal masuk : 08-11-2017
Jenis kelamin : Perempuan Diagnosa medik : Asma

2. DIAGNOSA MEDIS
Asma

3. DASAR PEMIKIRAN

Asma adalah penyakit jalan napas yang disebabkan oleh spasme bronkus
karena berbagai penyebab, misalnya alergen, infeksi, dan latihan. Spasme
bronkus meliputi konstriksi otot polos, edema mukosa dan mukus berlebihan
dengan perlengketan di jalan napas pada thap lanjut. Terjadinya bronkospasme
pada asma mengakibatkan jalan napas tidak efektif sehingga oksigen yang
seharusnya masuk kedalam paru-paru dan kemudian dialirkan kesuluruh tubuh
menjadi tidak adekuat
4. ANALISA SINTESA
Infeksi, alergen & latihan

Spasme bronkus

Konstriksi otot polos, edema mukosa, mukus berlebih

Bersihan jalan napas tidak efektif

Terapi inhalasi : nebulizer

5. TINDAKAN KEPERAWATAN YANG DILAKUKAN


Terapi inhalasi : nebulizer

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas
(bronkospasme)

7. DATA FOKUS
Ny.E, 62 tahun datang ke IGD RSUD Tugurejo Semarang dengan sesak
napas sudah 2 hari karena kecapekan dan dada sakit. Klien memiliki riwayat
Asma sejak kecil.

8. PRINSIP TINDAKAN
a. Mencuci tangan
b. Menyiapkan alat-alat dan bahan (mesin nebulizer, masker dan obat)
c. Posisikan klien fowler/duduk.
d. Ajarkan klien untuk menghirup yang benar
9. TUJUAN TINDAKAN
Tujuan terapi inhalasi : nebulizer adalah mengurangi dan mengatasi
bronkospasme

10. BAHAYA YANG MUNGKIN TERJADI AKIBAT TINDAKAN TERSEBUT


DAN PENCEGAHANNYA
a. Keracunan oksigen bila diberikan dengan fraksi lebih 50% terus menerus
selama 1-2 hari
b. Retensi gas karbondioksida dan atelataksis

11. EVALUASI
a. Sesak nafas berkurang
b. RR 24x/menit
c. SPO2 98%
LAPORAN ANALISA SINTESA II
POSISI SEMI FOWLER

Nama Mahasiswa : Indah B.Rahayu Ruang : IGD


NIM : G3A017094 Tanggal : 08-11-2017

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.E No.Register :
Usia : 62 tahun Tanggal masuk : 08-11-2017
Jenis kelamin : Perempuan Diagnosa medik : Asma

2. DIAGNOSA MEDIS
Asma

3. DASAR PEMIKIRAN

Asma adalah penyakit jalan napas yang disebabkan oleh spasme bronkus
karena berbagai penyebab, misalnya alergen, infeksi, dan latihan. Spasme
bronkus meliputi konstriksi otot polos, edema mukosa dan mukus berlebihan
dengan perlengketan di jalan napas pada thap lanjut. Terjadinya bronkospasme
pada asma mengakibatkan jalan napas tidak efektif sehingga oksigen yang
seharusnya masuk kedalam paru-paru dan kemudian dialirkan kesuluruh tubuh
menjadi tidak adekuat
4. ANALISA SINTESA
Infeksi, alergen & latihan

Spasme bronkus

Konstriksi otot polos, edema mukosa, mukus berlebih

Bersihan jalan napas tidak efektif

Sesak

Posisi semi fowler

5. TINDAKAN KEPERAWATAN YANG DILAKUKAN


Mengatur posisi klien dengan posisi semi fowler dengan derajat
kemiringan 45°

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas
(bronkospasme)

7. DATA FOKUS
Ny.E, 62 tahun datang ke IGD RSUD Tugurejo Semarang dengan sesak
napas sudah 2 hari karena kecapekan dan dada sakit. Klien memiliki riwayat
Asma sejak kecil.

8. PRINSIP TINDAKAN DAN RASIONAL


a. Mencuci tangan
Rasional : mengurangi penyebaran bakteri dan penularan penyakit
b. Tinggikan kepala tempat tidur 45°
Rasional : mengurangi tekanan dari abdomen dan diafragma, membuat
oksigen dalam paru-paru semakin meningkat sehingga
memperingan kesukaran napas

9. TUJUAN TINDAKAN
Tujuan pemberian posisi semi fowler adalah untuk mengurangi tekanan
dari abdomen dan diafragma, membuat oksigen dalam paru-paru semakin
meningkat sehingga memperingan kesukaran napas.

10. EVALUASI
a. Sesak nafas berkurang
b. RR 24x/menit
c. SPO2 98%
LAPORAN ANALISA SINTESA III
TEKNIK NAPAS DALAM

Nama Mahasiswa : Indah B.Rahayu Ruang : IGD


NIM : G3A017094 Tanggal : 26-10-2017

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.E No.Register :
Usia : 62 tahun Tanggal masuk : 08-11-2017
Jenis kelamin : Perempuan Diagnosa medik : Asma

2. DIAGNOSA MEDIS
Asma

3. DASAR PEMIKIRAN

Asma adalah penyakit jalan napas yang disebabkan oleh spasme bronkus
karena berbagai penyebab, misalnya alergen, infeksi, dan latihan. Spasme
bronkus meliputi konstriksi otot polos, edema mukosa dan mukus berlebihan
dengan perlengketan di jalan napas pada thap lanjut. Terjadinya bronkospasme
pada asma mengakibatkan jalan napas tidak efektif sehingga oksigen yang
seharusnya masuk kedalam paru-paru dan kemudian dialirkan kesuluruh tubuh
menjadi tidak adekuat
4. ANALISA SINTESA
Infeksi, alergen & latihan

Spasme bronkus

Konstriksi otot polos, edema mukosa, mukus berlebih

Bersihan jalan napas tidak efektif

Sesak

Latihan napas dalam

5. TINDAKAN KEPERAWATAN YANG DILAKUKAN


Latihan napas dalam

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas
(bronkospasme)

7. DATA FOKUS
Ny.E, 62 tahun datang ke IGD RSUD Tugurejo Semarang dengan sesak
napas sudah 2 hari karena kecapekan dan dada sakit. Klien memiliki riwayat
Asma sejak kecil.

8. PRINSIP TINDAKAN
a. Mencuci tangan
b. Atur posisi penderita dengan posisi duduk di tempat tidur atau dikursi.
c. Letakkan satu tangan penderita di atas abdomen (tepat di bawah iga) dan
tangan lainnya pada tengah-tengah dada untuk merasakan gerakan dada
dan abdomen saat bernafas.
d. Tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada dan
abdomen terasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap tertutup selama
inspirasi, tahan nafas selama 2 detik.
e. Hembuskan nafas melalui bibir yang dirapatkan dan sedikit terbuka sambil
mengencangkan (mengkontraksi) otot-otot abdomen dalam 4 detik.
f. Lakukan pengulangan selama 1 menit dengan jeda 2 detik setiap
pengulangan, ikuti dengan periode istirahat 2 menit.
g. Lakukan dalam lima siklus selama 15 menit
(Brunner, 2002).

9. TUJUAN TINDAKAN
Latihan pernafasan dirancang dan dijalankan untuk mencapai ventilasi
yang lebih terkontrol dan efisien

10. EVALUASI
a. Sesak nafas berkurang
b. RR 24x/menit
c. SPO2 98%

Anda mungkin juga menyukai