180730091007-2.faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ruptur Perinium

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Esti Nugraheny dkk, Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Rupture Perineum.....

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA


RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN NORMAL

Esti Nugraheny, Histya Heriyat


Akademi Kebidanan Ummi Khasanah, Jl. Pemuda Gandekan Bantul
Email:nugraheny.esti @gmail.com

Abstrak: Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Rupture Perineum pada Ibu Bersalin Normal.
Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan. Penyebab kematian ibu yang
tertinggi adalah perdarahan yang salah satu penyebabnya yaitu rupture perineum dengan angka kejadian 16%.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya rupture perineum pada
ibu bersalin normal di BPM Anastasia Darwati Jetis Bantul pada bulan Januari-Desember 2016 berdasarkan
faktor ibu dan janin. Penelitian bersifat deskriptif kuantitatif dengan pendekatan retropektif. Populasi dalam
penelitian ini adalah ibu bersalin normal pada bulan Januari – Desember 2016 berjumlah 85 orang. Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling dari 85 persalinan normal 72 orang mengalami rupture
perineum. Instrumen yang digunakan berupa check list dan teknik analisis data menggunakan analisis univariat.
Hasil : Sebagian besar ibu bersalin mengalami rupture perineum derajat dua. Faktor penyebab terjadinya
berdasarkan urutan yang tertinggi yaitu: 1) riwayat persalinan dengan perlukaan perineum 73,1%; 2) multiparitas
72,2%; 3) partus presipitatus 6,9%; 4) usia < 20 tahun atau > 35 tahun 9,7%; 5) berat badan bayi 3500 gram -
4000 gram 4,2%, dan 6) kelainan presentasi muka 2,8%. Simpulan: faktor penyebab terjadinya rupture perineum
yang paling dominan berdasarkan faktor ibu adalah riwayat persalinan dengan perlukaan perineum, sedangkan
berdasarkan faktor janin adalah berat badan bayi. Diperlukan deteksi dini yang komprehensif sebagai upaya
preventif terjadinya rupture perineum akibat faktor riwayat persalinan sebelumnya.

Kata Kunci: Rupture perineum, Riwayat persalinan, Berat Badan Bayi, Ibu Bersalin.

Abstract: Factors Affecting the Perineum Rupture in Normal Maternal Mothers. Rupture of the perineum
is a tear that occurs in the perineum during labor. The highest cause of maternal death is bleeding which one of
the causes is rupture perineum with an incidence rate of 16%. The purpose of this research is to find out the
factors that influence the occurrence of rupture perineum in normal maternal mothers at BPM Anastasia Darwati
Jetis Bantul in January-December 2016 based on maternal and fetal factors. The research is descriptive
quantitative with retropective approach. The population in this study was normal maternal mothers in January -
December 2016 amounted to 85 people. The sampling technique used a total sampling of 85 normal deliveries of
72 people undergoing rupture of the perineum. Instruments used in the form of check list and data analysis
techniques using univariate analysis. Results: Most maternal women undergo a second degree of perineal
rupture. Factors that cause on the basis of the highest order are: 1) history of labor with perineal injury 73.1%; 2)

9
10 Jurnal Ilmu Kebidanan, Jilid
Esti 4,
Nugraheny
Nomor 1,dkk, 9-16 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Rupture Perineum..... 10
hlm Faktor-

multiparity 72.2%; 3) Partus precipitate 6.9%; 4) age <20 years or> 35 years 9.7%; 5) baby weight 3500 gram -
4000 gram 4.2%, and 6) 2.8% facial presentation disorder. Conclusion: the most dominant cause of rupture
perineum based on maternal factors is history of labor with perineal injury, whereas based on fetal factor is
infant weight. Comprehensive early detection is required as a preventive effort for perineal rupture due to prior
birth history factors.

Keywords: Rupture perineum, Birth History, Baby Weight, Maternal Mother

Asuhan persalinan normal bertujuan tahun 2015 mengalami penurunan sebanyak


menjaga kelangsungan hidup dan mencapai 16,43%. Penyebab langsung kematian ibu terkait
derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan persalinan dan kehamilan di Kabupaten Bantul
bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan pada tahun 2015 yaitu perdarahan sebanyak
komprehensif dengan intervensi yang seminimal 36%, pre eklamsi berat sebanyak 36%, TB paru
mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas sebanyak 18%, dan emboli air ketuban sebanyak
pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal 9% (Dinkes Bantul, 2016).
(Saifudin, 2010). Menurut World Health Proses kehamilan dan persalinan adalah
Organization (WHO), (2016) 99% kematian ibu suatu proses alamiah yang terjadi pada seorang
terjadi di negara berkembang. Rasio kematian perempuan. Kehamilan dan persalinan
ibu di negara – negara berkembang adalah merupakan proses yang sangat rentan terhadap
239/100.000 kelahiran hidup versus 12/100.000 terjadinya komplikasi yang dapat membahayakan
kelahiran hidup di negara maju. Hampir 75% ibu maupun bayi dan merupakan salah satu
penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan penyebab kematian ibu (Mochtar, 2011).
(WHO, 2016). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil
Berdasarkan Survei Demografi konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
Kesehatan Indonesia (SDKI) melaporkan bahwa atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan
tahun 2015, kasus kematian ibu mengalami lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau
penurunan 305/100.000 kelahiran hidup di tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba,
bandingkan dengan tahun 2012 sebesar 2010).
359/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, Pada pasca persalinan, sulit untuk
2015). Penurunan AKI juga terjadi di provisi menentukan terminologi berdasarkan batasan
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan kala persalinan yang terdiri dari kala I sampai
kabupaten Bantul. Pada tahun 2012 di DIY yaitu kala IV (Prawirohardjo, 2008). Pada periode
sebasar 87,3/100.000 menjadi 0/100.000 pada pasca persalinan dapat terjadi berbagai macam
tahun 2013 dan 2014 (Dinkes DIY, 2015). komplikasi seperti perdarahan. Perdarahan
Sedangkan di kabupaten Bantul pada tahun 2014 obstetrik yang menyebabkan kematian maternal
sebesar 104,7/100.000 kelahiran hidup menjadi terdiri atas solusio plasenta 19%, rupture
87,5/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. perineum termasuk rupture uteri 16%, plasenta
Hal ini menunjukkan bahwa angka kematian ibu
Esti Nugraheny dkk, Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Rupture Perineum..... 11

previa 7% dan atonia uteri 15% (Saifuddin, mempengaruhi terjadinya rupture perineum pada
2010). ibu bersalin normal di BPM Anastasia Darwati
Rupture perineum adalah perlukaan jalan Jetis Bantul.
lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi, baik
menggunakan alat maupun tidak menggunakan METODE
alat (Wiknjosastro, 2008). Rupture perineum Penelitian ini bersifat deskriptif
terjadi hampir pada semua persalinan pertama kuantitatif dengan pendekatan retropektif.
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Pendekatan retrospektif yaitu penelitian yang
Rupture perineum dibagi atas empat tingkat yaitu bertolak dari efek (outcome of interest) atau
derajat I sampai derajat IV (Saifuddin, 2010). variabel terikat, kemudian dilakukan penelusuran
Adanya Rupture perineum dan jahitan perineum ke belakang untuk mencari bukti - bukti
menyebabkan terjadinya kecemasan pada ibu pemaparan atau faktor risiko yang berhubungan
khususnya pada masa nifas (Sundari dan dengan efek tersebut atau variabel bebasnya
Yuniarsih, 2016). (Sulistyaningsih, 2011). Penelitian dilakukan di
Faktor-faktor yang menyebabkan BPM Anastasia Darwati Jetis Bantul. Waktu
terjadinya rupture perineum terdiri atas faktor ibu penelitian berlangsung pada bulan Februari-Juli
dan faktor janin. Faktor ibu terdiri dari partus 2017. Sampel dipilih secara total sampling yaitu
presipitatus, umur ibu, paritas, riwayat persalinan pasien yang mengalami rupture perineum.
dengan perlukaan perineum dan episiotomy Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap
(Wiknjosastro, 2008; Oxorn dan Forte, 2010). mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Faktor janin terdiri dari berat badan bayi, Sampel kasus yang diambil berdasarkan data
kelainan presentasi, ekstraksi forsep, distosia rekam medis, ibu yang bersalin normal dengan
bahu, anomali kongenital (Hidrocephalus) ruptur perineum di BPM Anastasia Darwati Jetis
(Saifuddin, 2010; Manuaba, 2010; Rosmawar, Bantul pada tahun 2016 sebanyak 72 orang.
2013). Metode pengumpulan data dalam
Berdasarkan studi pendahuluan yang penelitian ini dengan metode dokumentasi
dilakukan di BPM Anastasia Darwati Jetis berupa data sekunder yaitu, data yang diperoleh
Bantul, dari 85 ibu bersalin normal pada Januari- dari rekam medik ibu bersalin normal dengan
Desember 2016, ditemukan 72 orang (84,7%) rupture perineum pada bulan Januari-Desember
mengalami rupture perineum. Tingginya angka 2016. Instrumen yang digunakan untuk
kejadian rupture perineum di BPM Darwati dan pengumpulan data berupa check list. Daftar cek
mengingat pentingnya masalah dikarenakan berisi semua aspek yang diamati pada rekam
perdarahan merupakan penyebab kematian ibu medis yaitu tentang 1) partus presipitatus, 2)
tertinggi di Indonesia, maka peneliti tertarik umur ibu, 3) paritas, 4) riwayat persalinan
untuk melakukan penelitian yang bertujuan dengan perlukaan perineum, 5) berat badan bayi,
untuk mengetahui faktor - faktor apa saja yang dan 6) kelainan presentasi. Teknik analisis data
12 Jurnal Ilmu Kebidanan , Esti
JilidNugraheny dkk,
4, Nomor 1, 9- 16 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Rupture Perineum..... 12
hlmFaktor-

dalam penelitian ini menggunakan analisis HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
Ruptur Frekuensi %
Perineum
Tabel 1.Distribusi frekuensi Ruptur Perineum
Derajat I 9 12,5 pada ibu bersalin normal di BPM
Anastasia Darwati Jetis Bantul
Derajat II 61 84,7 periode Januari-Desember 2016
(Sumber : Data Rekam Medik BPM Anastasia
Derajat III 2 2,8 Darwati Jetil Bantul Periode Bulan Januari –
Desember 2016)
Total 72 100
Dari tabel 1. di atas diketahui bahwa dari
univariat yaitu dengan menganalisis tiap variabel
72 responden, frekuensi terbesar adalah pada ibu
dari faktor penyebab (Notoadmojo, 2010).
bersalin yang mengalami rupture perineum
derajat dua yaitu sebanyak 61 orang (84,7%).

Tabel 2. Distribusi frekuensi faktor penyebab terjadinya rupture perineum pada ibu bersalin
normal di BPM Anastasia Darwati Jetis Bantul periode Januari – Desember 2016

Indikasi Frekuensi %

Partus Presipitatus :
Ya 5 6,9
Tidak 67 93,1
Umur Ibu :
< 20 tahun 3 4,2
20 – 35 tahun 65 90,3
.>35 tahun 4 5,5
Paritas :
Primipara 20 27,8
Multipara 52 72,2
Riwayat Persalinan dengan perlukaan perineum:
Ya 73,1
Tidak 38 26,9
14
Berat Badan Bayi :
< 2500 gram 7 9,7
2500 - 3500 gram 62 86,1
3500 - 4000 gram 3 4,2
Kelainan Presentasi :
Presentasi muka dagu 2 2,8
Tidak mengalami kelainan 70 97,2

(Sumber : Data Rekam Medik BPM Anastasia Darwati Jetil Bantul Periode Bulan Januari –
Desember 2016).

Berdasarkan tabel di atas diketahui 5 orang (6,9%). Berdasarkan faktor umur


bahwa dari 72 responden, faktor penyebab sebagian besar ibu berumur 20 – 35 tahun yaitu
terjadinya rupture perineum di BPM Anastasia sebanyak 65 orang (90,3%). Berdasarkan paritas
Darwati yaitu faktor partus presipitatus sebanyak diketahui sebanyak 52 orang (72,2%) multipara.
Esti Nugraheny dkk, Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Rupture Perineum..... 13

Berdasarkan riwayat persalinan dengan Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa


perlukaaan perineum diketahui bahwa sebagian 6,9% ibu bersalin yang mengalami rupture
besar 38 orang (73,1%) memiliki riwayat rupture perineum dengan partus presipitatus. Hal ini
perineum. Berdasarkan berat badan bayi dimungkinkan terjadi karena adanya tekanan
diketahui bahwa dari 72 responden, persentase yang kuat dalam waktu yang singkat yang dapat
terbesar pada bayi dengan berat 2500 – 3500 menyebabkan perlukaan pada jalan lahir
gram yaitu sebanyak 62 orang (86,1%). khususnya pada serviks, vagina dan perineum
Berdasarkan kelainan presentasi diketahui (Wiknjosastro, 2008).
sebanyak 2 orang dengan penyulit muka dagu Faktor lainnya yang dianalisis secara
didepan (2,8%). deskriptif yaitu faktor umur ibu. Umur
merupakan umur individu yang terhitung mulai
PEMBAHASAN saat dilahirkan sampai saat melahirkan anak
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa terakhirnya. Berdasarkan hasil penelitian
gambaran kejadian rupture perineum, dari 72 ibu diketahui sebagian besar responden yang
bersalin yang mengalami ruptur perineum melahirkan berusia 20 - 35 tahun sebanyak 65
sebagian besar yaitu 61 responden (84,7%) orang (90,3%). Besarnya responden yang
mengalami rupture perineum derajat dua. melahirkan usia produktif menandakan bahwa
Adapun ibu bersalin yang mengalami rupture masyarakat sudah mengikuti anjuran pemerintah.
perineum derajat tiga sebanyak 2 orang (2,8%). Pasangan usia subur (PUS) sebaiknya
Hal ini disebabkan karena melahirkan berat bayi melahirkan pada usia 20 – 35 tahun. Hal ini
> 3500 gram dan telah ditangani dengan proses dikarenakan pada usia < 20 tahun fungsi
rujukan. Kejadian ruptur perineum derajat tiga reproduksi belum berkembang dengan sempurna.
perlu penanganan segera karena rupture Pada usia > 35 tahun fungsi reproduksi
perineum merupakan salah satu faktor penyebab mengalami penurunan. Sehingga pada usia < 20
terjadinya perdarahan pasca persalinan yang tahun dan > 35 tahun sering dijumpai kehamilan
dapat menyebabkan kematian pada ibu bersalin. dan persalinan dengan komplikasi yang dapat
Hal ini sesuai dengan kajian pustaka yang meningkatkan kejadian kematian ibu
mengatakan bahwa robekan perineum (Siswosudarmo dan Emilia, 2008). Dalam
merupakan salah satu trauma yang paling sering penelitian ini peneliti melihat faktor umur tidak
dialami oleh wanita saat proses persalinan memengaruhi kejadian rupture perineum pada
(Wiknjosastro,2008; Sondakh,2013). Data inipun ibu bersalin berdasarkan analisis deskriptif,
ditunjang dengan hasil penelitian sebelumnya karena kejadian rupture perineum spontan bisa
yang menunjukkan bahwa sebagian besar 72,3% terjadi pada semua kategori umur. Hanya saja
ibu bersalin mengalami robekan perineum yang lebih berisiko untuk mengalami rupture
spontan (Prawitasari, 2015). perineum adalah ibu berusia pre produktif dan
ibu berusia post produktif. Berdasarkan data
14 Jurnal Ilmu Kebidanan, Esti
JilidNugraheny
4, Nomor 1,dkk, 9-16 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Rupture Perineum..... 14
hlmFaktor-

diketahui kejadian rupture perineum berdasarkan melembutkan jaringan ikat apabila dilakukan
faktor umur < 20 tahun atau > 35 tahun sejumlah pemijatan di area perineum secara rutin.
9,7%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Peningkatan elastisitas perineum akan mencegah
Rosmawar (2013) yang melaporkan bahwa tidak terjadinya rupture perineum maupun episiotomi
ada hubungan antara umur dengan kejadian (Aprilia, 2010).
rupture perineum. Tidak ada hubungan antara Berdasarkan hasil penelitian diketahui
umur dengan rupture perineum disebabkan terdapat 38 orang (73,1%) yang mengalami
karena faktor elastisitas perineum seseorang riwayat persalinan dengan perlukaan perineum.
berbeda – beda, pemilihan posisi persalinan dan Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh
cara meneran pada saat persalinan juga antara riwayat perlukaan perineum dengan
memengaruhi terjadinya rupture perineum kejadian rupture perineum berdasarkan analisis
(Siswosudharmo dan Emilia, 2008). deskriptif. Hal ini sejalan dengan penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebelumnya yang menyatakan bahwa riwayat
bahwa sebagian besar responden yang persalinan mencakup episiotomi, ekstraksi
mengalami rupture perineum merupakan cunam, ekstraksi vakum dan riwayat rupture
multipara yaitu sebanyak 52 orang (72,2%). Hal sebelumnya berpengaruh terhadap terjadinya
ini bertentangan dengan literatur sebelumnya rupture perineum (Bone 2012; Rosmawar, 2013).
yang menyatakan bahwa primipara mempunyai Pemeriksaan pada daerah perineum bertujuan
risiko rupture lebih tinggi, karena belum pernah untuk menemukan adanya jaringan parut akibat
mempunyai pengalaman dalam persalinan laserasi yang pernah terjadi sebelumnya atau
dibandingkan pada multipara ataupun grande bekas episiotomi, juga adanya penipisan, fistula,
multipara (Wiknjosastro, 2008). Namun hasil massa, lesi dan peradangan. Kadang – kadang
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang setelah mengalami suatu persalinan traumatik
dilakukan oleh Prawitasari (2015) yang disertai laserasi yang mengenai sfingter anus,
mengatakan tidak terdapat hubungan antara otot belum benar – benar pulih. Jaringan parut
paritas dengan ruptur perineum. Hal ini pada jalan lahir akan menghalangi atau
disebabkan tidak selalu ibu dengan paritas sedikit menghambat kemajuan persalinan, sehingga
(primipara) mengalami rupture perineum dan episiotomy pada kasus ini dapat dipertimbangkan
paritas banyak (multipara dan grande multipara) (Prawirohardjo, 2008).
tidak mengalami rupture perineum. Hal ini Berdasarkan hasil penelitian dari 72 ibu
dimungkinkan karena setiap ibu mempunyai bersalin yang mengalami rupture perineum
tingkat elastisitas perineum yang berbeda – dengan berat badan bayi 3500 garam – 4000
beda. Semakin elastis perineum maka gram sebanyak 3 orang (100%). Proses
kemungkinan tidak akan terjadi rupture persalinan dengan berat badan bayi besar dapat
perineum. Pada bulan – bulan terakhir kehamilan menimbulkan adanya kerusakan jaringan dan
akan terjadi peningkatan hormone yang dapat robekan jalan lahir. Semakin besar berat badan
Esti Nugraheny dkk, Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Rupture Perineum..... 15

bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko DAFTAR RUJUKAN


terjadinya rupture perineum. Hal ini dikarenakan Aprilia, Y. 2010. Rileks, Nyaman, dan Aman
perineum tidak cukup kuat menahan regangan Saat Hamil & Melahirkan. Jakarta:
kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar Gagas Media.
(Mochtar, 2011). Penelitian ini juga sesuai Bone S. 2012. Gambaran Angka – Angka
dengan penelitian sebelumnya yang Kejadian Ruptur Perineum. 3(2):12-19.
menunjukkan bahwa dari 41 ibu yang mengalami Dinkes Bantul. 2016. Dinas Kesehatan Bantul.
ruptur perineum, 65,8% melahirkan dengan berat Profil Kesehatan Bantul 2016. Dinas
bayi 2500 gram – 4000 gram (Prawitasari, 2015). Kesehatan Bantul, Agustus 19, 2016.
Berdasarkan hasil tabel 2 di atas Diunduh 21 January 2017.
menunjukkan bahwa dari 72 responden yang http//www.dinkes.bantulkab.go.id.
mengalami kelainan presentasi muka dagu di Dinkes DIY .2015. Profil Kesehatan Tahun 2015
depan sebanyak 2 orang (2,8%). Hal ini sesuai Kota Yogyakarta. Dinas Kesehatan DIY,
dengan pendapat Oxorn dan Forte (2011) yang Maret 15, 2015. Diunduh 21 Januari
mengatakan bahwa salah satu faktor janin yang 2017.http://www.depkes.go.id.
memengaruhi terjadinya rupture perineum adalah Kemenkes RI. 2015. Peraturan Menteri
kelainan presentasi. Kesehatan RI No 97 Tahun 2015.
Kemenkes RI. Diunduh 21 January 2017.
KESIMPULAN http://www.kesga.kemkes.go.id
Sebagian besar ibu bersalin mengalami Manuaba, I. A. 2010. Ilmu kebidanan, penyakit
rupture perineum derajat dua. Faktor penyebab kandungan, dan KB untuk pendidikan
terjadinya rupture perineum pada ibu bersalin bidan. Jakarta: EGC.
normal berdasarkan faktor ibu yang paling Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obstetri : obstetri
dominan adalah riwayat persalinan dengan fisiologi, obstetri patologi. Jakarta: EGC.
perlukaan perineum. Faktor penyebab terjadinya Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian
ruptur perineum pada ibu bersalin normal Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
berdasarkan faktor janin yang paling dominan Oxorn, H. & Forte, W.R. 2010. Imu Kebidanan:
adalah berat badan bayi. Tenaga kesehatan Patologi & Fisiologi Persalinan .
diharapkan lebih memperhatikan faktor - faktor Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica
resiko yang dapat mempengaruhi kejadian (YEM).
rupture perineum sehingga kejadian rupture Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan Ed. 4.
perineum spontan dapat dicegah. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Prawitasari, Yugistyowati, Sari. 2015. penyebab
Terjadinya Ruptur Perineum Paada
Persalinan Normal di RSUD Muntilan
Esti 4,
16 Jurnal Ilmu Kebidanan, Jilid Nugraheny
Nomor 1,dkk, 9-16 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Rupture Perineum..... 16
hlm Faktor-

Kabupaten Magelang. Journal Ners and


Midwifery Indonesia. Vol 3, No2. 2015-
77-81
Rosmawar, C. 2013. Faktor - Faktor yang
Mempengaruhi Terjadinya Laserasi
pada Persalinan Normal di Puskesmas
Tanah Jambo Aye Panton Labu. 2(1):
27-40.
Saifuddin, A. B. 2010. Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT
Bina Pustaka.
Sundari S & Yuniarsih V. Hubungan Jahitan
Perineum dengan Tingkat Kecemasan
Ibu dalam Melakukan Hubungan Sexsual
Pasca Melahirkan. Jurnal Ilmu
Kebidanan. Jilid 3, No 1, Desember
2016; 21-26.
Siswosudarmo, R. & Emilia, O. 2008. Obstetri
Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Cendika
Press
Sulistyaningsih. 2011. Metodelogi Penelitian
Kebidanan Kuantitatif - Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sondakh. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta:
Erlangga
WHO 2016, November. Retrieved Desember 15,
2016. from Maternal mortality:
http//www.who.int
Wiknjosastro,H.2008. Ilmu Kandungan
Ed.2.Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai