Bab I ..

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Manuaba, 2010:164)
Menurut Varney Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir
dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan
kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada
serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. (Varney, 2008:672)
Persalinan dikatakan normal apabila janin dalam presentasi belakang
kepala, tidak ada komplikasi-komplikasi dan persalinan diselesaikan dengan
tenaga ibu sendiri, lama persalinan tidak boleh lebih dari 24 jam.(Oxorn,
2010:103)
Tahapan persalinan meliputi Kala I, yaitu pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Persalinan kala I dibagi
menjadi tiga tahap yaitu; fase laten (pembukaan 0-3 cm), fase aktif
(pembukaan 4-7cm) dan fase transisi (pembukaan 8-10). (Lowdermilk,
2013:378) Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga perturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam
(Manuaba, 2012:173), Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks
sudah lengkap (10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi (Nurasiah, 2014:5),
Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir spontan dan berakhir
dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi
lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan dari fundus uteri. (Nurasiah,
2014:6), Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. (Manuaba, 2012:174)
2

Pada kehamilan dan persalinan rasa nyeri diartikan sebagai sebuah


“sinyal” untuk memberitahukan kepada ibu bahwa dirinya telah memasuki
tahapan proses persalinan. Menurut Cunningham (2004), nyeri persalinan
sebagai kontraksi myometrium, merupakan proses fisiologis dengan intensitas
yang berbeda pada masing-masing individu (Judha. dkk, 2020:74)
Rasa nyeri yang dialami selama persalinan bersifat unik pada setiap ibu
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain budaya, takut, kecemasan,
pengalaman persalinan sebelumnya, persiapan persalinan dan dukungan
(Perry&Bobak, 2004 dalam Judha. dkk, 2020:74)
Rasa nyeri merupakan salah satu mekanisme pertahanan alami dari tubuh
manusia, yaitu suatu peringatan akan adanya bahaya. Association For The
Study Of Pain mendefinisikan bahwa nyeri merupakan pengalaman emosional
dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan
secara aktual atau potensial atau menunjukkan adanya nyeri. Nyeri merupakan
mekanisme protektif bagi tubuh dan menyebabkan individu bereaksi untuk
menghilangkan rangsangan nyeri tersebut (Guyton, 1995 dalam Judha. dkk,
2020:73)
Nyeri persalinan yang timbul semakin sering dan semakin lama dapat
menyebabkan ibu bersalin gelisah, takut dan stres yang berakibat pelepasan
hormon berlebihan seperti adrenalin, katekolamin dan steroid. Hormon ini
dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan vasokontriksi
pembuluh darah yang berakibat berkurangnya aliran darah dan oksigen ke
uterus sehingga dapat menyebabkan terjadinya iskemia uterus, hipoksia janin
dan membuat impuls nyeri bertambah banyak (Bobak, 2014 dalam
Joharmi,2020). Nyeri menyebabkan aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi
dan menyebabkan persalinan lama sehingga dapat mengancam kehidupan
janin dan ibu, serta menyebabkan peningkatan tekanan darah sistol sehingga
berpotensi terjadinya syok kardiogenik (Istiqomah.dkk, 2022)
Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun
janin, beratnya cedera terus meningkat dengan semakin lamanya proses
persalinan. Terdapat kenaikan pada insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan,
3

infeksi, kelelahan ibu dan shock. Semakin lama persalinan bahaya bagi janin
terjadi keadaan asfiksia, trauma secebri yang disebabkan oleh penekanan pada
kepala janin, pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran yang mengakibatkan
terinfeksinya cairan ketuban, dan keluarnya meconium atau air ketuban yang
tercampur meconium pervaginam pada presentasi kepala.
(Oxorn,2010:616:111)
World Health Organization (WHO) melaporkan Indonesia menjadi
negara dengan angka kematian ibu terbesar ketiga di kawasan Asia Tenggara
setelah Myanmar dan Laos yaitu mencapai 177 per 100.000 kelahiran hidup.
(WHO, 2019) Setiap harinya di tahun 2017, sekitar 810 wanita meninggal
akibat masalah atau komplikasi kehamilan dan persalinan yang sebenarnya
dapat dicegah. Salah satu komplikasi pada persalinan adalah persalinan lama,
analisis data World Health Organization menunjukkan pada tahun 2017
persalinan lama menjadi penyebab langsung komplikasi persalinan dengan
jumlah kejadian sebesar 69.000 atau 2,8% kematian dari semua kematian ibu
di seluruh dunia. (Annisya, 2020:1)
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2017) menyebutkan
persalinan lama menjadi komplikasi persalinan yang paling banyak dilaporkan
yaitu sebesar 41%. Dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2012)
menyebutkan wanita dengan komplikasi saat persalinan dilaporkan paling
banyak mengalami persalinan lama sebanyak 35% kelahiran, disusul ketuban
pecah dini 15%, pendarahan berlebihan 8% dan demam sebanyak 8%.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga 2011 persalinan lama
menjadi komplikasi penyebab kematian ibu nomor 5 di Indonesia (Annisya,
2020:2)
Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2017 jumlah
kematian ibu maternal yang terlaporkan sebanyak 696 orang (76.03/100.000
Kelahiran hidup) Pada umumnya kematian ibu terjadi pada saat melahirkan
(60,87%), waktu nifas (30,43%) dan waktu hamil (8,70%).(Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Barat, 2017:15)
4

Angka Kematian Ibu (AKI) untuk Kabupaten Bandung tahun 2017


mengalami kenaikan sebanyak 46 kasus dari 62.844 kelahiran hidup dengan
data sebelumnya pada tahun 2015 sebanyak 38 kasus dari 63.021 kelahiran
hidup. (Profil Kesehatan Kabupaten Bandung, 2018:35)
Begitupun dengan angka kematian bayi Menurut World Health
Organization (WHO) setiap tahunnya ada 120 juta bayi baru lahir didunia.
Secara global terdapat 4 juta bayi (33%) yang lahir mati dalam usia 0 sampai
dengan 7 hari (perinatal), dan terdapat 4 juta bayi (33%) yang lahir mati dalam
usia 0 sampai dengan 28 hari (neonatal). Dari 120 juta bayi yang dilahirkan,
terdapat 3,6 juta bayi (3%) yang mengalami asfiksia, dan hampir 1 juta bayi
asfiksia (27,78%) yang meninggal. (Murniati.dkk, 2021:32)
Dalam Sustainable Depelovment Goals (SDGs) Indonesia menargetkan
pada tahun 2030 Angka Kematian Neonatal (AKN) menurun menjadi 12 per
1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Neonatal
(AKN) di Indonesia sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian
Bayi (AKB) sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Kematian Neonatal
menyumbang lebih dari setengahnya kematian bayi (59,4%). Penyebab
terbanyak kematian neonatal tersebut adalah asfiksia bayi baru lahir,
prematuritas, bayi berat lahir rendah, dan infeksi (Kemenkes RI, 2014). Angka
kejadian asfiksia di Indonesia yang disebabkan oleh penyakit ibu di antaranya
preeklamsia dan eklamsi sebesar (24%), anemia (10%), infeksi berat (11%),
sedangkan pada faktor persalinan meliputi partus lama atau macet sebesar (2,8
– 4,9%), persalinan dengan penyulit (seperti letak sungsang, kembar, distosia
bahu, vakum ekstraksi, forsep) sebesar (3 – 4%). (Murniati.dkk, 2021:33)
Di Provinsi Jawa Barat tahun 2017 terdapat 3.077 bayi meninggal,
meningkat 5 orang dibanding tahun 2016 yang tercatat 3.072 kematian bayi.
(Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2017:11) Tahun 2018 jumlah kematian
bayi di Kabupaten Bandung berjumlah 204 kasus dengan penyebab terbanyak
Asfiksia sebanyak 45 kasus (22,06%), BBLR sebanyak 98 kasus (48,04%),
Tetanus Neonatorum sebanyak 2 kasus (0,98%) Kelainan kongenital sebanyak
5

18 kasus (8,82%), Ikterus sebanyak 1 kasus (0,49%), Sepsis sebanyak 8 kasus


(3,92%), Pneumonia sebanyak 2 kasus (0,98%), Diare sebanyak 1 kasus
(0,49%) dan sebab lain sebanyak 29 kasus (14,22%) dengan jumlah bayi lahir
mati sebanyak 77 kasus. (Profil Kesehatan Kabupaten Bandung, 2018:32)
Penatalaksanaan pada nyeri persalinan dapat dilakukan dengan berbagai
metode, yaitu secara farmakologi dan non farmakologi dapat membantu
wanita dan pasangan untuk menghadapi ketidaknyamanan saat melahirkan.
(Lowdermilk, 2013:322).
Salah satu non farmakologi yang dapat diterapkan yaitu aromaterapi,
aromaterapi menggunakan suatu minyak yang terbuat dari tanaman, bunga,
tumbuhan herbal, dan pohon untuk mengobati serta menyeimbangkan tubuh,
pikiran maupun jiwa. Minyak tersebut mempunyai konsentrat tinggi dan isi
yang kompleks. Beberapa minyak aromaterapi dapat membantu tonus uterus,
meningkatkan kontraksi, mengurangi nyeri, mengurangi ketegangan,
menghilangkan rasa takut dan cemas, serta meningkatkan perasaan sejahtera
(Lowdermilk, 2013:332). Sari tumbuhan aromatik yang dipakai diperoleh
melalui berbagai macam cara pengolahan dan dikenal dengan nama “minyak
esensial” (Sulistyowati, 2018:32)
Minyak esensial dapat diberikan lewat kertas tissue, kedua belah tangan
(dalam keadaan emergensi), alat penguap (vaporizer), dll. Proses melalui
penciuman merupakan jalur yang sangat cepat dan efektif untuk
menanggulangi masalah gangguan emosional seperti stres atau depresi, juga
beberapa macam sakit kepala. Ini disebabkan rongga hidung mempunyai
hubungan langsung dengan sistem susunan saraf pusat yang bertanggung
jawab terhadap kerja minyak esensial. Hidung sendiri bukan merupakan organ
penciuman, tapi hanya merupakan tempat untuk mengatur suhu dan
kelembaban udara yang masuk dan sebagai penangkal masuknya benda asing
melalui pernafasan. Bila minyak esensial dihirup, molekul yang mudah
menguap akan membawa unsur aromatik yang terdapat dalam kandungan
minyak tersebut ke puncak hidung. Rambut getar yang terdapat didalamnya,
yang berfungsi sebagai reseptor, akan menghantarkan pesan elektrokimia ke
6

susunan saraf pusat. Pesan ini akan mengaktifkan pusat emosi dan daya ingat
seseorang yang selanjutnya akan mengantarkan pesan balik ke seluruh tubuh
melalui sistem sirkulasi. Pesan yang diantar ke seluruh tubuh akan
dikonversikan menjadi suatu aksi dengan pelepasan substansi neurokimia
berupa perasaan senang, rileks atau tenang. (Sulistyowati, 2018:37)
Minyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri atas beberapa
kandungan. Menurut penelitian, dalam 100 gram bunga lavender tersusun atas
beberapa kandungan, seperti: minyak esensial (1-3%), alpha-pinene (0,22%),
camphene (0,06%), betamyrcene (5,33%), p-cymene (0,3%), limonene
(1,06%), cineol (0,51%), linalool (26,12%), borneol (1,21%), terpinen-4-ol
(4,64%), linalyl acetate (26,32%), geranyl acetate (2,14%), dan caryophyllene
(7,55%). Kandungan utama dalam minyak lavender adalah linalool asetat yang
mampu mengendorkan dan melemaskan sistem kerja urat-urat syaraf dan otot-
otot yang tegang. Oleh karenanya, beberapa tetes minyak lavender dapat
membantu menanggulangi insomnia, memperbaiki mood seseorang,
menurunkan tingkat kecemasan, meningkatkan tingkat kewaspadaan, dan
tentunya dapat memberikan efek relaksasi. (Sulistyowati, 2018:46)
Skala pengukuran nyeri dapat dilakukan dengan berbagai pengukuran,
dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengukuran nyeri menurut
Smeltzer, S.C Bare B.G yaitu skala penilaian numerik ( Numerical Ratting
Scale ). Numerical Ratting Scale (NRS) adalah alat ukur tingkat nyeri dimana
cara penilaian dengan meminta pasien untuk menilai rasa nyeri yang dirasakan
sesuai dengan level/tingkatan rasa nyerinya. Pada metode ini intensitas nyeri
akan ditanyakan kepada pasien, kemudian pasien diminta untuk menunjuk
angka sesuai dengan derajat/tingkat nyeri yang di rasakan. Derajat nyeri
diukur dengan skala 0-10 (Loretz, 2005). Tingkat nyeri diukur atasa dasar :
tidak nyeri 0, nyeri sedang 1-5 dan nyeri sangat hebat 6-10 ( Rejeki,
2020:24 ).
Penelitian yang dilakukan oleh Amalia Istiqomah, dkk (2022) yang
berjudul pengaruh aromaterapi lavender dan serai merah terhadap penurunan
intensitas nyeri persalinan kala 1 fase aktif pada ibu primipara di dapatkan
7

hasil Rata-rata intensitas nyeri persalinan sesudah dilakukan pemberian


aromaterapi lavender menjadi 5,14 dari 8, sedangkan rata-rata intensitas nyeri
persalinan pada kelompok serai merah sesudah dilakukan intervensi menjadi
6,14 dari 7,86. Hal ini menunjukan bahwa aromaterapi lavender lebih efektif
dibandingkan serai merah terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan.
Pemberian aromaterapi lavender lebih efektif mengurangi nyeri persalinan
pada fase akselerasi persalinan kala I pada 20 sampel di klinik Dhiaulhaq
Magelang Jawa Tengah, Ika fitria Ayuningtyas, dkk (2021) menyimpulkan
bahwa Pemberian aromaterapi lavender efektif pada pengurangan nyeri
persalinan pada fase akselerasi persalinan kala I. Pada penelitian Eka wulan
Novita Darmawan, dkk ( 2022) mengatakan bahwa ada perbedaan skor
sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender (<0,05) dengan rata-rata
pada kelompok intervensi terjadi penurunan (1,13) sedangkan pada kelompok
kontrol terjadi peningkatan nilai rata-rata nyeri persalinan (2,13) yang artinya
ada perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi. Sehingga aromaterapi lavender berpengaruh dalam menurunkan
intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif.

1.2 Identifikasi Masalah


Praktik Mandiri Bidan Yuli Apolia, A.Md.Keb adalah sebuah praktik
mandiri bidan tingkat bidan delima yang menerima pelayanan pemeriksaan
pada ibu hamil, imunisasi pada bayi dan wanita usia subur, pelayanan
keluarga berencana dan pelayanan persalinan dengan jumlah penolong
persalinan 2 orang bidan yang bekerja selama 24 jam penuh. Praktik Mandiri
Bidan Yuli Apolia beralamat di Komplek Cincin Permata Indah Blok D
no.284 RT 002 RW 011 Desa Cingcin Kecamatan Soreang Kabupaten
Bandung Kode Pos 40921 Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis di Praktek
Mandiri Bidan Yuli Apolia tercatat pada tahun 2020-2021 jumlah persalinan
sebanyak 421 persalinan dengan jumlah total kasus ditangani sebanyak 339
(80,52%) dan jumlah total kasus rujuk 82 (19,48%). Berdasarkan data pasien
8

diagnosa data pasien rujukan didapatkan kasus ketuban pecah dini (KPD)
sebanyak 15 kasus (18,29%), kasus asfiksia sebanyak 6 (7,32%), kasus kala II
memanjang sebanyak 17 (20,73%), kasus premature kontraksi sebanyak 1
(1,22%), kasus hipertensi (PEB) 9 (10,98%), kasus fase aktif memanjang
sebanyak 12 (14,63%), kasus ketuban dengan mekonium sebanyak 5 (6,10%),
riwayat SC sebanyak 3 (3,66%), kasus sungsang sebanyak 3 (3,66%), kasus
sifilis sebanyak 2 (2,44%), kasus susp oligohidramnion sebanyak 1 (1,22%),
kasus postmature sebanyak 3 (3,66%), kasus susp serotinus sebanyak 2
(2,44%), kasus inversio uteri sebanyak 1 (1,22%), dan kasus anemia sebanyak
2 (2,44%).
Wawancara awal dengan bidan yang bertugas, sebagian besar ibu di
rujuk karena tidak kooferatif, gelisah, tidak dapat mengkontrol emosi, tidak
dapat menahan nyeri saat terjadi kontraksi, mengejan saat terjadi kontraksi di
saat pembukaan belum lengkap sehingga kelelahan pada saat di pimpin
persalinan. Serta bidan mengatakan saat proses persalinan belum pernah ada
yang menggunakan aromaterapi lavender untuk mengatasi rasa nyeri dan
gelisah pada saat proses persalinan, dengan demikian ibu bersalin yang tidak
tahan terhadap nyeri persalinan memilih cara yang cepat dan gampang untuk
menghilangkan nyeri dengan memilih persalinan secio secarea.
Alasan peneliti memilih metode non farmakologi (aromaterapi lavender)
bagi ibu bersalin yang mengalami nyeri akibat persalinan, karena metode non
farmakologi (aromaterapi lavender) belum banyak digunakan untuk
penatalaksanaan pada ibu bersalin yang mengalami nyeri. Selain sederhana,
aman dan relatif tidak mahal juga membuat ibu bersalin merasa dapat
mengontrol persalinannya karena ia dapat memilih tindakan terbaik untuk
dirinya. (Lowdermilk, 2013:325)
Oleh karena fenomena di atas, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai “ pengaruh aromaterapi lavender essential oil
terhadap penurunan nyeri persalinan pada kala I di PMB Yuli Apolia
kabupaten bandung tahun 2022 ” .
9

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dipaparkan diatas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh
aromaterapi lavender essential oil terhadap penurunan nyeri persalinan pada
kala I fase aktif di PMB Yuli Apolia Kabupaten Bandung Tahun 2022 ?”

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aromaterapi
lavender essential oil terhadap penurunan nyeri persalinan pada kala I
fase aktif di PMB Yuli Apolia Kabupaten Bandung Tahun 2022
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum di
berikan aromaterapi lavender essential oil Di PMB Yuli Apolia
Kabupaten Bandung Tahun 2022
2. Mengetahui gambaran nyeri persalinan kala I fase aktif sesudah
diberikan aromaterapi lavender essential oil Di PMB Yuli Apolia
Kabupaten Bandung Tahun 2022
3. Mengetahui pengaruh aromaterapi lavender essential oil terhadap
penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif di PMB Yuli Apolia
Kabupaten Bandung Tahun 2022

1.5 Hipotesis Penelitian


Terdapat pengaruh aromaterapi lavender essential oil terhadap nyeri
persalinan kala I fase aktif di PMB Yuli Apolia Kabupaten Bandung Tahun
2022
10

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan kajian lebih
mendalam, sekaligus mengembangkan keilmuan di bidang kesehatan
ibu dan anak, serta dapat memberikan informasi untuk pengembangan
penelitian lebih lanjut.
1.6.2 Manfaat Praktis
A. Bagi Responden
Dapat memberikan pengetahuan dan mambantu klien untuk
mengurangi rasa nyeri dalam persalinan kala I fase aktif dengan
menggunakan aromaterapi lavender essential oil terhadap nyeri
persalinan sehingga menjadi bahan pertimbangan dalam
memutuskan persalinan dengan secsio cesarea.
B. Bagi Bidan
Dapat meningkatkan pelayanan dan mengaplikasikan dalam
pelayanan asuhan kebidanan yang diberikan kepada masyarakat
khususnya mengenai metode non farmakologi pada persalinan
dengan menggunakan aromaterapi lavender essential oil terhadap
penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif sehingga klien dapat
meminimalisir nyeri persalinan.
Dapat menjadi bahan masukan bagi PMB agar menerapkan
metode non farmakologi pada persalinan kala I fase aktif dengan
menggunakan aromaterapi lavender essential oil terhadap
penurunan nyeri persalinan.
C. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
dan menjadi referensi yang dapat membantu terkait pengaruh
11

aromaterapi lavender essential oil terhadap nyeri persalinan kala I


fase aktif.

Anda mungkin juga menyukai