Begin With The End in Mind PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 3

BEGIN WITH THE END IN MIND

(Memulai dengan hasil akhir sudah ada di pikiran)

Pak Budi masuk ke sebuah terminal yang ramai di kotanya. Di tangannya


tertenteng sebuah tas tua, jas abu abu yang lusuh membalut tubuhnya yang
mulai renta. Kopiah yang sama tuanya dengan jasnya bertengger di
kepalanya yang sudah beruban. Dia mau menyusul anaknya yang sudah
lama tidak pulang. Isterinya baru saja meninggal dan dia merasa lebih
baik berkumpul dengan anaknya. Sebuah surat berisi alamat terakhir dari
anaknya ada di sakunya.
Dia termangu mangu melihat keramaian terminal itu. Ada bis yang besar
besar, angkot warna warni, becak motor dan becak biasa bahkan dokar
juga ada. Pak Budi pusing dengan semua keramaian itu. Melihat pak Budi
yang kebingungan, seorang petugas terminal berseragam abu abu
menghampirinya :”Mau kemana pak ?”. Dengan tegas pak Budi
menjawab :”Saya mau naik bis Akas”. Dia ingat ketika mengantar
anaknya 10 tahun lalu, si anak itu naik bis Akas yang berwarna abu abu.
Meskipun dia tidak bisa membaca tulisan Akas karena buta huruf, dia tahu
bahwa itu bis Akas dari penuturan anaknya. Si petugas kembali bertanya
:”Iya, bapak naik bis Akas itu mau kemana ?”. Pak Budi kebingungan,
tidak bisa menjawab, hanya matanya jelalatan kesana kemari. Kemudian
dilihatnya sebuah bis berwarna abu abu yang sama persis dengan yang
dinaiki anaknya melintas di dekatnya. Dia pun berlari meninggalkan
petugas itu dan mengejar bis. Seorang penumpang yang melihat kejadian
itu bertanya ke petugas itu :”Kemana bapak tua itu pak ?”. Petugas
menjawab sambil geleng geleng kepala: “Tidak tahu, aneh juga ditanya
kemana kok nggak menjawab. Mungkin orang stress, tetapi sepertinya ke
Malang karena naik bis yang ke Malang”.
Dengan gelisah pak Budi duduk di bis. Baru pertama kali ini dia naik bis.
Kondektur mendekat dan bertanya :”Kemana pak ?”. Pak Budi terdiam
dan dengan kebingungan dia bertanya :”Bis ini kemana pak ?”. Dengan
mengerutkan kening, kondektur menjawab :”Ke Malang pak”. Dengan
gugup pak Budi menjawab :”Iya iya saya ke Malang”. Kondektur
menyobek tiket dan menerima pembayaran. Sambil meninggalkan pak
Budi, dia berkata dalam hati :”Kok aneh, pergi naik bis tapi nggak tahu
kemana tujuannya ?”.

Begin With The End in Mind – dr. Sigit Setyawadi SpOG Page 1
Sesampai di terminal Arjosari Malang, pak Budi turun dari bis. Matanya
nanar melihat keramaian yang luar biasa. Jauh lebih ramai dibanding
terminal Probolinggo tempat dia naik bis tadi. Dengan membawa tas, dia
berjalan kesana kemari sambil sesekali mendongakkan kepalanya, siapa
tahu bisa menemui anaknya, meskipun dia tidak memberi kabar. Lama
sekali dia hilir mudik tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Lagi lagi
seorang petugas yang peka, melihat kegelisahan orang tua ber jas abu abu
lusuh itu. Petugas itupun mendekati pak Budi dan bertanya :”Ada yang
bisa saya bantu pak ?”. Pak Budi ragu ragu karena sebenarnya dia takut
kepada orang yang berseragam. Mereka datang ke desanya hanya untuk
menagih pajak dan menangkap orang. Tetapi karena sudah tidak ada jalan
lain, dia pun menjawab :”Saya mau menemui anak saya, dia dulu naik bis
Akas kesini. Saya tadi juga naik bis Akas dari Probolinggo”. Petugas yang
ramah itu mengangguk angguk :”Alamat anak bapak di Malang ini
dimana ?”. Pak Budi tambah bingung :”Saya tidak tahu, dia cuma pernah
mengirimkan surat ini”. Dengan ragu ragu, takut kalau surat anaknya
diambil petugas, dia mengeluarkan surat itu. Surat yang dulu dibacakan
oleh tetangganya. Itu surat terakhir dari anaknya yang diterima dua tahun
lalu. Surat yang sudah lusuh itu diambil oleh petugas, pak Budi berusaha
menahannya, sehingga terjadilah tarik menarik antara keduanya. Akhirnya
surat itu berhasil di ambil oleh petugas tadi. Dibacanya alamat yang
tertera di belakang surat itu “Suwono, d/a Kantor BRI, jl. Sarapung 4 – 6
Manado 95111”.
Anda mungkin menganggap pak Budi itu orang gila atau orang stress.
Atau mengira saya cuma mengarang cerita ini. Sama sekali tidak. Saya
tidak mengarang cerita ini. Saya melihat sendiri pak Budi pak Budi di
sekitar saya. Sayapun dulu juga salah satu dari pak Budi itu.
Lulus kuliah, Anda melamar pekerjaan dan diterima di sebuah pabrik
terigu. Ibaratnya Anda naik sebuah bis. Setelah beberapa tahun, Anda
tidak suka dengan suasana kerja disitu, Anda pindah kerja menjadi teknisi
di sebuah bengkel milik distributor mobil. Anda sedang pindah ke bis lain
yang menurut Anda lebih enak. Kemudian Anda memutuskan untuk
keluar dan membuka bengkel sendiri, ibaratnya Anda pindah ke taksi.
Begitu seterusnya Anda hanya pindah pindah dan ganti kendaraan. Tanpa
tahu sebenarnya Anda mau kemana ? Dengan keluarga Anda, Anda naik
turun bis, kadang harus jalan kaki karena di PHK, dan naik bis lagi.
Padahal kalau Anda tahu harus ke Manado, sejak awal Anda ke bandara
dan naik pesawat kesana. Mana bisa naik bis ke Manado ?

Begin With The End in Mind – dr. Sigit Setyawadi SpOG Page 2
Itulah sebagian besar dari kita, hanya CARA BEPERGIAN nya yang
dipikirkan, sedang TUJUANNYA tidak pernah dipikirkan. Akibatnya
Anda hanya putar putar kesana kemari, mendirikan usaha bangkrut,
membangun usaha lain bangkrut lagi, menanam jambu, jaya sebentar
kemudian jambu sangat murah, Anda membongkar jambu dan beternak
lele, jaya sebentar kemudian tenggelam lagi. Anda dikunjungi teman yang
menganjurkan Anda beternak udang. Begitu seterusnya dari waktu ke
waktu, dari generasi ke generasi.
Para petugas terminal dan kondektur itu tertawa melihat pak Budi yang
tanpa tujuan. Kehidupan ini mungkin juga sedang menertawakan kita.
Melihat kita berjuang dan terus gagal, gagal dan gagal.
Begin With The End in Mind, atau memulai segala sesuatu dengan
hasil akhir sudah di pikiran kita. Untuk di grup Building The Dream
ini, melewati 2 audio hipnoterapi itu, hasil akhirnya saya tanamkan ke
pikiran bawah sadar Anda. Yaitu penghasilan pasif 100 juta sebulan,
kehidupan yang nyaman dengan rumah besar dan pekarangan seluas 2000
meter pesegi. Ada kolam renang, gazebo, garasi berisi 2 mobil, banyak
beramal dan sebagainya. Sementara disamakan dulu, nanti Anda bisa
memiliki impian sendiri jika sudah terbiasa.
Jika tujuan hidup itu sudah terpatri atau tertanam di pikiran bawah sadar
Anda, maka Mekanisme Sukses Otomatis (MSO) akan membawa Anda ke
tujuan itu dengan cara yang paling cepat, paling mudah dan paling
harmonis dibanding pikiran sadar Anda.
Sayangnya, kebanyakan dari Anda, pikiran sadarnya masih ngotot
mengatakan bahwa kendaraan atau cara yang Anda pakai sekarang ini
adalah kendaraan/cara terbaik menuju ke tujuan itu. Ya tidak apa apa, jika
itu benar, Mekanisme Sukses Otomatis Anda akan membawa Anda
dengan cepat kesana. Sebaliknya, MSO Anda juga yang nanti akan
membelokkan Anda, seandainya dia menganggap bukan itu cara yang
tepat. Percayakan saja pada MSO Anda. Tugas Anda adalah
mempertahankan tujuan di pikiran bawah sadar Anda dengan cara
mendengar dan melihat orang orang yang sudah sampai di tujuan. Melalui
seminar dan CD yang dianjurkan, serap itu sebanyak Anda bisa.
Selamat berproses menuju tujuan hidup Anda,
Surabaya, 31 Oktober 2017
Sigit dan Wati.
Begin With The End in Mind – dr. Sigit Setyawadi SpOG Page 3

Anda mungkin juga menyukai