Retribusi Di Pelabuhan Gilimanuk
Retribusi Di Pelabuhan Gilimanuk
Retribusi Di Pelabuhan Gilimanuk
Senin, 19 september 2016. Sehari setelah saya resmi menjadi alumni ITS, saya
harus pulang ke Bali untuk melengkapi berkas-berkas lamaran pekerjaan. Untuk
pulang ke Bali saya harus memilih alat transportasi yang digunakan, pilihannya
adalah pesawat, kereta, dan bus. Akhirnya pilihan saya jatuh pada bus, ya
karena harga tiketnya yang paling murah hahaha.
Dalam perjalanan yang menempuh 6 jam perjalanan darat untuk sampai di
ketapang, saya menghabiskan waktu dengan tiduran saja di bus, karena ya
memang ga bisa melakukan sesuatu di bus, masak mau main futsal.
Akhirnya sampai juga di pelabuhan ketapang, pelabuhan penyeberangan antara
pulau Jawa dengan Bali. Bus memasuki kapal ferry, ferry pun berlayar
terombang-ambing oleh gelombang. Ferry membutuhkan waktu tempuh selama
45 menit untuk sampi dan sandar di pelabuhan Gilimanuk.
Bus pun turun dari kapal, melanjutkan perjalanan. Mata saya menatap keluar
jendela melihat aktifitas di pelabuhan gilimanuk yang hiruk pikuk ,lalu lalang
orang-orang yang kelihatannya ruwet mengurus urusan masing-masing. Namun
mata saya tertuju pada satu orang, orang yang mengenakan baju hitam
bertuliskan salah satu merk bus, ahh itu kan kenek bus yang saya naiki, si kenek
mengahmpiri pos pemeriksaan surat-surat kendaraan, masuk ke dalam kantor
dan mengurusi surat-surat, tak begitu lama si kenek keluar dari kantor, saat
keluar dari kantor ada beberapa petugas yang mendekati si kenek tersebut,
,umgkim karena sudah kebiasaan kemudian si kenek menyalami petugaspetugas yang menghampiri dirinya, hmmm salam tempel rupanya pikir saya.
Setelah lolos dari pos keamaan surat-surat kendaraan bus pun melaju kembali
dengan sangat pelan, karena masih ada pemeriksaan ktp bagi penumpang di
depan sana. Si kenek? Ah dimana si kenek, dia belum naik ke bis lagi, mata saya
pun mencoba menyelediki keberadaan si kenek di luar sana, menghemparkan
pandangan jauh di hiruk pikuknya pelabuhan Gilimanuk, saya masih terduduk di
bangku bis saya menatap di balik kaca bus, mencari sosok yang berkapal gundul
dan memakai baju hitam. Ahh ketemu, itu dia si kenek, dia berjalan kaki sambil
sedikit berlali, mata saya pun mulai mengawasinya. Sampailah si kenek di
sebuah pos lagi, pos pemeriksaan KTP yang baru tapi belum di operasikan,
disana ada petugas yang berjaga, si kenek pun menghampiri pos tersebut, tanpa
basa basi, si kenek langsung bersalaman dengan seorang petugas disana,
hmmm salam tempel lagi pikir saya. Setelah bersalaman si kenek langsung
menuju bus lagi, dan menyuruh semua penumpang untuk keluar karena ada
pemeriksaan KTP. Sudah cukup ternyata retibusi liar di Gilimanuk, karena si
kenek telah kembali ke bus yang iya operasionalkan.
Penumpag turun, memperlihatkan KTP nya satu per satu, kemudian naik lagi ke
bus., didalam perjalanan pikiran saya menghayal dengan liarnya, pertanyaan
pertanyaan tumbuh satu persatu. Ah retribusi liar di Indonesia ini sudah menjadi
hal yang lumrah, tapi pertanyaannya adalah kenapa bisa jadi selumrah itu? Yaa
karena mereka juga butuh makan, butuh uang untuk membeli makanan
tepatnya. Mungkin itu yang disebut uang keamanan, tapi uang keamanan dari
siapa? Bukannya mereka yang akan bikin rusuh bila tidak diberikan uang?
Atau.... sebentar kembali lagi ke belakang tentang retribus liar.
Retibusi liar bisa dilakukan oleh petugas resmi maupun orang-orang ga jelas di
pinggir jalan, kita mulai dari petugas resmi.
Petugas resmi, kenapa melakukan retribusi liar? Mungkin gajinya kurang
mencukupi, atau kerja yang mereka lakukan tida sebanding dengan gajinya,
untuk menambah uang makan mereka maka mereka melakukan retribus liar.
Pertanyaannya kenapa mereka petugas resmi dengan kerja seperti itu akan
tetapi mendapatkan gaji yang tidak sebanding dengan kerjanya? Mungkin
pemerintah pusat kekurangan pemasukan sehingga harus menekan gaji-gaji
pegawainya, kelanjutannya kenapa pemasukan pemerintah bisa kekurangan?
Karena masyarakat yang tidak rajin membayar pajak, seperti si bus itu, mungkin
tidak pernah bayar pajak surat2 resminya, ya berarti titik awalnya berada di si
bus itu dong yang tidak membayar pajak tepat waktu? Kalo si bus sudah
membayar pajak? Ya berarti sesuatu yang salah terjadi di pemerintah pusat,
dibawa kemana hasil-hasil pajak dari masyarakat yang semisal sudah membayar
pajak dengan tepat waktu? Hmmmm mungkin juga salahnya dari si petugas ,
sudah diberikan gaji yang sepadan dari kerjanya, tapi masi mengeluh
kekurangan, sifat alami manusia bukan, yang selalu merasa kurang dan ingin
lebih. Perlu revolusi mental memang untuk mengatasi hal-hal seperti ini di
masyarakat luas, seperti saya ini si penulis, mungkin saat ini saya bisa berkata
seperti ini, karena masih bujang, uda, idealisnya masih kuat, mungkin juga nanti
beda lagi, ketika idealisnya mulai luntur, memiliki keluarga dan lain sebagainya.