Terapi Musik
Terapi Musik
Terapi Musik
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Musik adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Musik
telah menjadi bagian seni yang mewarnai kehidupan sehari-hari manusia, musik tak
sekedar memberi efek hiburan, tetapi juga mampu membangkitkan gairah dan
semangat hidup manusia untuk memberdayakan serta memaknai hidup ini.
Mendengarkan, menghayati, dan menikmatinya merupakan aktivitas yang
menyenangkan dan bisa membuat manusia merasa nyaman. Efek inilah yang secara
medis dan psikologis menimbulkan reaksi positif bagi kesehatan serta kecerdasan
manusia, baik fisik maupun mental. Menurut Aristoteles, musik mempunyai
kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan
menumbuhkan jiwa patriotisme. Aada banyak manfaat dari musik, seperti
meningkatkan kreatifitas, mengurangi kecemasanan dan stress, meningkatkan
intelegensi, meningkatkan konsentrasi, dan masih banyak lagi yang lain. Musik
sangat berguna untuk menyeimbangkan fungsi otak kita, yaitu otak kiri dan otak
kanan. (Maelani, 2011)
Terapi musik merupakan intervensi yang sedang berkembang di era ini,
sebagai sebuah intervensi sistematis yang membantu klien untuk meningkatkan
kesehatan menggunakan pengalaman musik dan hubungan yang berkembang
diantaranya sebagai kekuatan dinamis perubahan (Bruscia, 2014 dalam (Geraldina,
2017). Treatment dalam terapi musik dilakukan dalam berbagai metode,
diantaranya dengan menyanyi dan bermain instrumen, menulis lagu, memilih lagu,
review kehidupan bermusik (musical life review), terapi musik sebagai hiburan
(music therapy entertainment), guided imagery, improvisasi, dan mendengarkan
musik (Yinger, 2017 dalam (Geraldina, 2017). Musik yang digunakan dalam terapi
musik sendiri disarankan merupakan musik yang lembut dan teratur seperti
instrumentalia dan musik klasik. (Geraldina, 2017)
Salah satu manfaat terapi musik adalah sebagai relaksasi. Dan salah satu
contoh musik yang bisa digunakan untuk relaksasi adalah musik klasik. Don
Campbell, menyatakan bahwa musik klasik dapat memberikan rangsangan, yang
nantinya menghasilkan efek mental dan fisik, yaitu antara lain dapat menutupi
bunyi dan perasaan yang tidak menyatakan, musik dapat memperlambat dan
menyeimbangkan gelombang otak, musik mempengaruhi pernafasan, musik
mempengaruhi denyut jantung, nadi dan tekanan darah, musik mempengaruhi
Konsep dan Aplikasi Terapi Musik | 1
ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh, musik
mempengaruhi suhu badan, musik dapat mengatur hormon-hormon yang berkaitan
dengan stres, musik mengubah persepsi kita tentang ruang, musik mengubah
persepsi kita akan waktu, serta musik meningkatkan daya tahan tubuh. (Santoso,
2013).
II. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengerti bagaimana konsep terapi komplementer
alternatif : terapi music.
2. Mahasiswa mampu mengerti bagaimana langkah dan prosedur terapi musik
yang baik dan benar.
3. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami seperti apa terapi musik dari
berbagai pandangan.
Ketukan musik yang relatif lambat (56-60 ketukan per menit) dapat
menyebabkan jantung menyesuaikan berdenyut 56 sampai 60 denyutan per menit.
Jika jantung berdenyut kisaran 60 denyutan per menit, maka hal itu
mengindikasikan seseorang dalam kondisi rileks, dengan demikian detak jantung
lebih lambat sehingga dapat menenangkan pikiran, stress yang berdampak
ketegangan fisik berkurang, dan membantu tubuh menyembuhkan dirinya serta
mengurangi ketegangan otot, meningkatkan gerakan tubuh dan koordinasi melalui
sistem saraf otonom. Mendengarkan musik klasik juga memicu pelepasan stress-
released hormones dan pelepasan hormon katekolamin ke dalam pembuluh darah.
Ketika katekolamin dalam plasma darah menjadi rendah, tubuh akan mengalami
relaksasi, denyut jantung berkurang, dan tekanan darah menjadi turun (Setiawan &
Sulistyarini, 2015). a. Selain itu, musik dapat meningkatkan serotonin dan
pertumbuhan hormon yang sama baiknya dengan menurunkan hormon ACTH
(hormon stres) (Adhe Primadita, 2012).
Dewi, MP. (2009). Studi Metaanalisis: Musik Untuk Menurunkan Stres. Jurnal psikologi.
Vol 36. No 2. Hlm 106-115.
Dona Amelia, M. T. (2013). Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Depresi. Jurnal
Psikologi Universitas Padjajaran, Bandung, 1-5.
Fatmawati, A. (2017). Gending Jawa sebagai Terapi Musik- Efektifkah?: Kajian Literatur.
Presiding Seminar Nasional, 133-137.
Geraldina, A. M. (2017). Terapi Musik: Bebas Budaya atau Terikat Budaya?. Buletin
Psikologi ISSN 0854-7106 Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 1-9.
Maelani. (2011). Manfaat Terapi Musik Klasik. Jurnal Penelitian Sekolah Tinggi llmu
Musik Klasik Yogyakarta, 1-2.
Natalina, Dian. (2013). Terapi Musik Bidang Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media
Primadita, A. (2012). Efektivitas Intervensi Terapi Musik Klasik Terhadap Stress Dalam
Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa PSIK UNDIP Semarang.
Rawlings, D. Z.-V. (2002). Personality and Liking Music Excerpts Categorised According
to ‘Mood Quality’: A Cross-Cultural Study, 7 in Music Perception and Cognition.
Sidney.
Saound, R. (2004). The Arab Contribution to Music of The western World. FSTC, 1-26.
Senyshyn, Y. (2002). A Philoshopical Approach to Music and Performance Vis-À-Vis
Discursive Psychology, Social Contruction, Perception and Preference, 7
International Conference in Music Perception and Cognition. Sidney.
Setiawan, A., & Sulistyarini, T. (2015). Efektifitas Terapi Musik Klasik dan Relaksasi
Napas Dalamm Terhadap Penurunan Tekanan Darah. Jurnal Penelitian
Keperawatan, 1(1), 21-33
Utomo, AW & Santoso Agus. (2013). Studi Pengembangan Terapi Musik Islami Sebagai
Relaksasi Untuk Lansia. Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam. Vol. 03. No. 01.
Hal. 62-75.
Walker, R. 2. (2002). Culture is The Real Driver in Music Perception, 7th International
Conference in Music Perception and Cognition. Sydney.