Terapi Musik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

A.

PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Musik adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Musik
telah menjadi bagian seni yang mewarnai kehidupan sehari-hari manusia, musik tak
sekedar memberi efek hiburan, tetapi juga mampu membangkitkan gairah dan
semangat hidup manusia untuk memberdayakan serta memaknai hidup ini.
Mendengarkan, menghayati, dan menikmatinya merupakan aktivitas yang
menyenangkan dan bisa membuat manusia merasa nyaman. Efek inilah yang secara
medis dan psikologis menimbulkan reaksi positif bagi kesehatan serta kecerdasan
manusia, baik fisik maupun mental. Menurut Aristoteles, musik mempunyai
kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan
menumbuhkan jiwa patriotisme. Aada banyak manfaat dari musik, seperti
meningkatkan kreatifitas, mengurangi kecemasanan dan stress, meningkatkan
intelegensi, meningkatkan konsentrasi, dan masih banyak lagi yang lain. Musik
sangat berguna untuk menyeimbangkan fungsi otak kita, yaitu otak kiri dan otak
kanan. (Maelani, 2011)
Terapi musik merupakan intervensi yang sedang berkembang di era ini,
sebagai sebuah intervensi sistematis yang membantu klien untuk meningkatkan
kesehatan menggunakan pengalaman musik dan hubungan yang berkembang
diantaranya sebagai kekuatan dinamis perubahan (Bruscia, 2014 dalam (Geraldina,
2017). Treatment dalam terapi musik dilakukan dalam berbagai metode,
diantaranya dengan menyanyi dan bermain instrumen, menulis lagu, memilih lagu,
review kehidupan bermusik (musical life review), terapi musik sebagai hiburan
(music therapy entertainment), guided imagery, improvisasi, dan mendengarkan
musik (Yinger, 2017 dalam (Geraldina, 2017). Musik yang digunakan dalam terapi
musik sendiri disarankan merupakan musik yang lembut dan teratur seperti
instrumentalia dan musik klasik. (Geraldina, 2017)
Salah satu manfaat terapi musik adalah sebagai relaksasi. Dan salah satu
contoh musik yang bisa digunakan untuk relaksasi adalah musik klasik. Don
Campbell, menyatakan bahwa musik klasik dapat memberikan rangsangan, yang
nantinya menghasilkan efek mental dan fisik, yaitu antara lain dapat menutupi
bunyi dan perasaan yang tidak menyatakan, musik dapat memperlambat dan
menyeimbangkan gelombang otak, musik mempengaruhi pernafasan, musik
mempengaruhi denyut jantung, nadi dan tekanan darah, musik mempengaruhi
Konsep dan Aplikasi Terapi Musik | 1
ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh, musik
mempengaruhi suhu badan, musik dapat mengatur hormon-hormon yang berkaitan
dengan stres, musik mengubah persepsi kita tentang ruang, musik mengubah
persepsi kita akan waktu, serta musik meningkatkan daya tahan tubuh. (Santoso,
2013).

II. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengerti bagaimana konsep terapi komplementer
alternatif : terapi music.
2. Mahasiswa mampu mengerti bagaimana langkah dan prosedur terapi musik
yang baik dan benar.
3. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami seperti apa terapi musik dari
berbagai pandangan.

Konsep dan Aplikasi Terapi Musik | 2


B. KONSEP TERAPI KOMPLEMENTER : TERAPI MUSIK
I. Definisi
Musik merupakan hal yang sangat tidak asing bagi semua manusia. Namun,
tidak banyak orang yang tahu bahwasanya musik pun dapat digunakan sebagai
terapi. Dalam sekejap, musik mampu menghibur jiwa. Musik membangkitkan
dalam diri kita semangat untuk berdoa, belas kasih, dan kasih sayang. Definisi
terapi musik sangat beragam dan terus berkembang seiring berjalannya waktu.
(Utomo,2013)
Berikut beberapa definisi terkait terapi musik :
1. Terapi musik adalah profesi di bidang kesehatan yang menggunakan musik
dan aktivitas musik untuk mengatasi berbagi masalah dalam berbagai aspek
seperti aspek fisik, psikologis, kognitif dan kebutuhan sosial individu yang
mengalami cacat secara fisik.
2. Terapi musik merupakan penggunaan musik dalam lingkup klinis,
pendidikan, dan sosial untuk klien yang membutuhkan pengobatan atau
intervensi pada aspek sosial dan psikologis.
3. Menurut Federasi Terapi Musik Dunia (WMFT), terapi musik adalah
penggunaan musik atau elemen musik (suara,irama, melodi dan harmoni)
oleh seorang terapis musik yang telah memenuhi syarat kualifikasi terhadap
klien atau kelompok dalam proses membangun komunikasi, meningkatkan
relasi interpersonal, belajar, meningkatkan mobilitas, mengungkapkan
ekspresi, menata diri atau mencapai tujuan terapi lainnya. ( Djohan, 2006)

II. Manfaat Terapi Musik


Terapi musik ini bertujuan untuk meperbaiki fungsi individu baik melalui
penataan diri maupun dalam relasinya dengan orang lain sehingga dapat mencapai
kualitas hidup yang lebih baik. Peran musik dalam terapi musik bukan seperti obat
yang dapat segera menghilangkan rasa sakit ataupun mengatasi sumber penyakit
(Djohan, 2006).
Berikut manfaat terapi musik :
1. Salah satu manfaat terapi musik adalah sebagai relaksasi untuk
memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan
emosi (Djohan, 2006).

Konsep dan Aplikasi Terapi Musik | 3


2. Musik selain dapat meningkatkan kesehatan seseorang juga dapat
meringankan dari rasa sakit, perasaan‐perasaan dan pikiran yang kurang
menyenangkan serta membantu untuk mengurangi rasa cemas.
3. Musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak, musik
mengu‐ rangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak serta koordinasi
tubuh, musik dapat mengatur hormon‐hormon yang berkaitan dengan stres
dan musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran (Dewi, 2009).

III. Sejarah dan Perkembangan Terapi Musik


Pada awal-awal masa kehidupan masyarakat budaya primitif memiliki
kepercayaan pada sesuatu yang tidak terlihat. Salah satu kepercayaan itu yaitu
percaya akan kekuatan bunyi dan musik. Musik ini diyakini dapat membawa
ketenangan pikiran dan memberikan kenyamanan fisik. Kehadiran musik pada
kehidupan manusia bukanlah hal yang baru. Setiap daerah dan budaya di dunia
memiliki musik yang khusus diperdengarkan atau dimainkan pada saat peristiwa-
peristiwa bersejarah dalam perjalanan hidup anggota masyarakatnya. Ada musik
yang dimainkan untuk mengungkapkan rasa syukur atas kelahiran seorang anak,
ada juga musik yang khusus mengiringi upacara-upacara tertentu seperti
pernikahan dan kematian. (Djohan, 2006)
Musik sering digunakan sebagai pendukung utama untuk melengkapi dan
menyempurnakan beragam bentuk kesenian dalam berbagai budaya. Musik yang
merupakan kombinasi dari ritme, harmonik dan melodi sejak dahulu diyakini
mempunyai pengaruh terhadap pengobatan. Terapi musik adalah keahlian
menggunakan musik dan elemen musik oleh seorang terapis untuk meningkatkan,
mempertahankan dan mengembalikan kesehatan fisik, mental, emosional dan
spiritual. Terapi musik merupakan suatu proses multidisipliner yang harus dikuasai
oleh seorang terapis, namun elemen dasarnya adalah musik itu sendiri. Seorang
terapis harus menguasai teori, melakukan observasi, mengetahui teknik evaluasi
dan pengukuran, mengetahui metode riset dan materi musik. Disamping itu seorang
terapis diwajibkan menguasai setidaknya satu alat musik pokok dan satu pilihan
lainnya. (Djohan, 2006)

Konsep dan Aplikasi Terapi Musik | 4


IV. Jenis Terapi Musik
1. Terapi musik aktif
Terapi musik aktif adalah terapi yang melibatkan terapis dan pasien secara
aktif. Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar main
menggunakan alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu
singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi aktif dengan dunia musik.
Untuk melakukan Terapi Musik aktif tentu saja dibutuhkan bimbingan
seorang pakar terapi musik yang kompeten (Natalina,2013).
2. Terapi musik pasif
Terapi musik yang murah, mudah dan efektif. Pasien tinggal mendengarkan
dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang disesuaikan dengan
masalahnya. Hal terpenting dalam terapi musik pasif adalah pemilihan jenis
musik harus tepat dengan kebutuhan pasien. Oleh karena itu, ada banyak
sekali jenis CD terapi musik yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan
pasien. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa musik memiliki
pengaruh yang kuat pada kehidupan manusia. Para ahli mengemukakan
bahwa musik berpengaruh pada kecerdasan manusia, kesehatan fisik,
mental dan emosional. (Natalina, 2013)

Konsep dan Aplikasi Terapi Musik | 5


C. APLIKASI TERAPI MUSIK : LANGKAH DAN PROSEDUR
I. Proses Terapi Musik
Proses terapi musik berawal dari adanya permintaan untuk memperoleh terapi,
baik dari dokter, psikolog, ahli fisiologi, ahli gangguan wicara, guru, orang tua,
pekerja sosial, atau dari klien yang bersangkutan.
Proses terapi musik menurut Djohan (2005) adalah sebagai berikut.
a. Asesmen
Asesmen merupakan hal yang pertama kali yang harus dipenuhi untuk
memulai suatu tindakan terapi. Di dalam asesmen, terapi musik melakukan
observasi menyeluruh terhadap kliennya, sehingga memperoleh gambaran
lengkap tentang latar belakang, keadaan sekarang, keterbatasan klien dan
potensi – potensi yang masih dapat dikembangkan. Dengan gambaran ini,
terapi musik mengembangkan kerangka asesmen yang kemudian
diterjemahkan ke dalam rencana perlakuan, lengkap dengan estimasi
waktunya.
b. Rencana Perlakuan
Setelah data asesmen terkumpul dan dianalisis, langkah berikutnya adalah
mematangkan rencana perlakuan terapi musik. Terapis musik merancang
rencana perlakuan bagi klien secara bertahap sampai klien dapat meraih
batas keinginan yang ditentukan sebelumnya.
c. Pencatatan
Sebuah proses terapi musik perlu mempertimbangkan riwayat kesehata
klien dari banyak sisi. Selain riwayat sebelum terapi dimulai, seluruh proses
terapi juga harus dicatat. Salah satu metode dokumentasi yang banyak
digunakan di rumah sakit – rumah sakit disebut APIE (Djohan, 2005) yaitu :
A ; Asesmen,
P ; Perencanaan,
I ; Intervensi,
E; Evaluasi.
d. Evaluasi dan Terminasi Perlakuan
Langkah terakhir dalam proses terapi adalah mengevaluasi dan melakukan
terminasi perlakuan. Pada bagian ini, terapis menyiapkan kesimpulan akhir
dari proses perlakuan dan membuat rekomendasi untuk ditindak lanjuti.

Konsep dan Aplikasi Terapi Musik | 6


II. Langkah – langkah dalam Terapi Musik
Menurut Djohan (2006) terapi musik meliputi beberapa langkah dalam
pelaksanaannya yaitu:
a. Pembentukan
Sasaran pembentukan didalam terapi musik diindikasikan melalui target
yang akan dituju. Target harus jelas berdasarkan alasan – alasan dan
informasi yang dikumpulkan dari hasil penilaian.
b. Membangun peralihan
Saat pertama kali bertatap muka dengan klien merupakan awal dari
pengalaman baru, hubungan baru, dan dinamika yang baru pula. Sesi
pertama adalah saat memulai proses membangun kepercayaan dan
hubungan sebagai elemen penting dalam terapi yang efektif.
c. Proses Kegiatan
Seorang terapi dapat mengkombinasikan beberapa kemungkinan untuk
mendapatkan strategi yang paling sesuai. Berbagai strategi dapat dilakukan
dalam terapi musik dengan menggunakan aneka macam genre musik,
pendekatan,
metode sistem dan aliran musik tertentu. Termasuk di dalamnya adalah
menyusun beberapa strategi pendekatan yang diperoleh dari pengalaman
maupun dari hasil penelitian.
d. Observasi Kegiatan
Observasi komprehensif diberikan apabila klien belum dirujuk untuk
menjalani terapi musik dan masih bertanya – tanya tentang manfaat yang
diperoleh dari terapi musik. Laporan komprehensif asesmen sama dengan
garis besar pada observasi awal tetapi lebih mendalam.
e. Evaluasi Terapi
Seorang terapsi sebisa mungkin mencari gambaran yang lengkap dan
menyeluruh mengenai kliennya, meski prosedur terapi dapat dilakukan
dengan sederhana.

Konsep dan Aplikasi Terapi Musik | 7


D. PEMBAHASAN BERBAGAI PANDANGAN
I. Menurut Pandangan Budaya
Di Amerika, penggunaan musik sebagai terapi berkembang pada masa Perang
Dunia I. Musik diputarkan di rumah sakit untuk veteran perang untuk
menyembuhkan trauma perang. Pasien dilibatkan secara aktif maupun pasif dalam
terapi tersebut. Hasil positif menyebabkan lembaga pendidikan dan akademi
mengembangkan program pelatihan kepada para musisi untuk menggunakan musik
sebagai terapi. Lalu berdiri organisasi musik terapi di Amerika yaitu National
Association for Music Therapy, yang lalu melebur menjadi American Music
Therapy Association.
Musik adalah produk dari kepercayaan (beliefs), teknologi, kebiasaan sosial
(social habits), dan psikologi dari budaya tertentu (psychology of a particular
culture) (Walker, 2002). Pada suku Inuit di daerah Artik, Kanada, mempunyai
teknik menyanyi dengan menghembuskan dan menarik nafas. Para gembala di
pegunungan Alpen mengembangkan teknik yodel dalam menyanyi dimana
nyanyian tersebut sahut menyahut dengan gembala lainnya yang letaknya saling
berjauhan. Teknik yodel tersebut berbeda dengan yang dipraktekkan suku Pygmi.
Banyak budaya di Asia, termasuk budaya Jawa, yang menyanyi lewat pangkal
tenggorokan, sehingga menimbulkan suara seolah-olah keluar dari hidung. Teknik
bernyanyi ini jelas berbeda dengan teknik menyanyi opera di musik klasik. Dalam
musik tradisional Jepang, keaslian tidaklah penting, yang penting adalah unsur
holistik dalam musik dan keyakinan dalam mengimitasi sang guru, terutama dalam
proses pembelajaran musik. Dengan mengimitasi sang guru, dasar musik dan gaya
dalam mempertunjukkan musik dapat disamakan. Gaya individual akan muncul
sendiri sesuai dengan kepribadian dari sang murid. Ini menyebabkan tidak ada
istilah ‘kreatif’ dalam musik tradisional Jepang, khususnya dalam hal pembelajaran
(Murao, 2002).
Di Australia, ditemukan bahwa kepribadian sensation seeking, openness, dan
psychoticism tidak menyenangi musik yang tenang (calm). Di Spanyol ditemukan
bahwa kepribadian sensation seeking, openness, dan psychoticism ditambah dengan
kepribadian yang extraversion menyenangi musik yang memiliki nuansa keras
(tense). Namun pada sampel Israel, tidak ditemukan korelasi yang signifikan antara
kepribadian seseorang dengan nuansa musik tertentu. Dapat diterangkan bahwa
Australia dan Spanyol memiliki latar kebudayaan yang hampir serupa yaitu latar
Konsep dan Aplikasi Terapi Musik | 8
belakang budaya Eropa. Meskipun Australia adalah benua yang terletak jauh dari
Eropa, namun sebagian besar penduduknya adalah pendatang dari Eropa (Rawlings,
2002).
Sesuai dengan pernyataan (Senyshyn, 2002) yang menyatakan perlunya
subyektifitas filosofi yang tercermin dalam konstruk diri seseorang, dalam
masyarakat Jawa memainkan musik (dalam hal ini, gamelan) merupakan salah satu
sarana untuk berkumpul dan bersosialisasi, serta hiburan. Oleh karena itu,
ketrampilan memainkan gamelan tidak perlu tinggi, yang terpenting adalah
mewujudkan falsafah, mangan ora mangan, kumpul (makan atau tidak, kumpul).
II. Menurut Pandangan Agama
Agama menjadi salah satu alasan kuat seseorang dalam menentukan pilihan
dan keputusan, termasuk dalam penggunaan terapi musik. Agama memberikan
pandanganya terhadap musik dan menunjukkan bagaimana cara penganutnya
menyikapi musik. Sehingga sebagai tenaga kesehatan harus tau dan memperhatikan
pandangan dari berbagai agama agar dapat memberikan intervensi dengan tepat dan
menghargai pilihan serta keputusan pasien.
Dalam agama Kristen misalnya, musik dikenal sebagai salah satu bagian
penting untuk melaksanakan ritual-ritual keagamaan. John Chrysostom, seorang
pemuka agama Kristen yang hidup pada abad 4 M mengatakan: “Tiada sesuatu,
selain aransemen musik dan nyanyian agama, yang dapat meninggikan derajat
akal, memberinya sayap untuk meninggalkan bumi dan melepaskannya dari
belenggu jasmani serta menghiasinya dengan rasa cinta kepada kearifan”. (Aziz,
2014)
Hal yang sama juga terjadi dalam sejarah agama Hindu di India yang meyakini
bahwa awal kehidupan adalah rūh, dengan itu maka ilmu pengetahuan, kesenian
(termasuk musik), filsafat dan kebatinan diarahkan untuk satu tujuan yang sama,
yaitu kehidupan spiritual. Bahkan dalam sejarahnya, keberadaan musik kuno India,
merupakan salah satu budaya yang diwariskan secara turun temurun oleh pemeluk
agama Hindu. (Aziz, 2014)
Dalam agama Islam, seni musik bukan tergolong hal yang baru. Pada masa
Rosulullah dan para sahabat, secara teori, seni musik belum dikenal masyarakat
Islam, walaupun pada saat itu dalam prakteknya seni sudah lebih dulu di kenal. Hal
ini terlihat dari betapa merdu dan indahnya suara adzan yang dilantunkan oleh
Bilal. Betapa Umar bin Khotob seorang panglima perang yang gagah berani hatinya
Konsep dan Aplikasi Terapi Musik | 9
luluh ketika mendengarkan kemerduan dan keindahan seni bacaan al-Qur’an. Jadi
secara tidak di sadari seni sudah ada dalam sejarah perkembangan agama Islam.
(Saound, 2004)
Saat berurusan dengan seni seseorang tidak dapat mengindari argumen tentang
pandangan islam terhadap seni ini. Padangan tentang musik ini telah diperdebatkan
antara ulama dan teolog. Terdapat 2 pendapat mengenai musik didalam islam. Ada
ulama yang membolehkan namun ada juga yang mengharamkan. Ulama
menghalalkan musik dikembalikan lagi pada tujuan penggunaan musik dan syair –
syair yang dilantunkan. Selama tidak melanggar syariat maka hukumnya halal,
bahkan jika musik dipergunakan dengan bijak, maka akan meberikan manfaat yang
besar seperti sebagai media mendekatkan diri dengan Tuhan, motif ekonomi,
pengembangan diri dan obat dari berbagai penyakit (Saound, 2004).
Al-Kindi dikenal sebagai filsuf pertama yang berasal dari kalangan Islam. Ia
dilahirkan di Kufah pada 801 Masehi dan wafat pada 873 Masehi. Al-Kindi
merupakan tokoh islam pertama yang memanfaatkan musik sebagai media terapi
untuk menghilangkan penyakit (Saound, 2004). Al-kindi percaya bahwa musik
dapat memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, serta spiritual. Terapi musik
tersebut dipraktikkan oleh al-Kindi untuk menyembuhkan salah satu pasiennya
yang menderita quadriplegia atau tetraplegia. Yakni sebuah kelumpuhan yang
disebabkan oleh cedera, atau penyakit yang diderita manusia dan mengakibatkan
hilangnya fungsi gerak badan.

III. Menurut Pandangan Kesehatan


Terapi musik sebenarnya sudah diperkenalkan oleh Florence Nightingale pada
pertengahan tahun 1800an. Nightingale berpendapat bahwa musik dapat membantu
proses penyembuhan di rumah sakit, yang pada saat itu pasiennya merupakan
tentara yang terluka dalam Perang Crimean. Rangsangan dari terapi musik ini
memiliki efek biologis terhadap perilaku manusia yang melibatkan fungsi pada
bagian otak tertentu (memori, proses belajar, serta beberapa motivasi dan kondisi
emosional). Presepsi auditory terhadap musik terjadi di pusat auditory lobus
temporal otak, kemudian sinyal akan diteruskan ke thalamus, otak tengah, pons,
amigdala, medulla, dan hipotalamus (Fatmawati, 2017). Berdasarkan penelitian
musik dengan tempo antara 56-60 ketukan per menit (musik tempo lambat/musik
klasik) menyebabkan orang yang mendengarkannya mengalami relaksasi, dan
Konsep dan Aplikasi Terapi Musik | 10
mampu menurunkan detak jantung. Pada saat seseorang mendengarkan musik
klasik serotonin akan memberikan efek untuk meningkatkan reflex baroreseptor
dan endorphin memberikan efek terhadap suasana hati. Peningkatan serotonin dan
endorphin dapat menghasilkan efek relaksasi yang membuat tenang. Sedangkan,
meningkatnya baroreseptor akan berdampak pada sistem kardiovaskuler dimana
terjadi efek inotropoik dan kronotropoik negatif yang merupakan efek terjadinya
vasodilatasi sehingga menurunkan tekanan darah.

Ketukan musik yang relatif lambat (56-60 ketukan per menit) dapat
menyebabkan jantung menyesuaikan berdenyut 56 sampai 60 denyutan per menit.
Jika jantung berdenyut kisaran 60 denyutan per menit, maka hal itu
mengindikasikan seseorang dalam kondisi rileks, dengan demikian detak jantung
lebih lambat sehingga dapat menenangkan pikiran, stress yang berdampak
ketegangan fisik berkurang, dan membantu tubuh menyembuhkan dirinya serta
mengurangi ketegangan otot, meningkatkan gerakan tubuh dan koordinasi melalui
sistem saraf otonom. Mendengarkan musik klasik juga memicu pelepasan stress-
released hormones dan pelepasan hormon katekolamin ke dalam pembuluh darah.
Ketika katekolamin dalam plasma darah menjadi rendah, tubuh akan mengalami
relaksasi, denyut jantung berkurang, dan tekanan darah menjadi turun (Setiawan &
Sulistyarini, 2015). a. Selain itu, musik dapat meningkatkan serotonin dan
pertumbuhan hormon yang sama baiknya dengan menurunkan hormon ACTH
(hormon stres) (Adhe Primadita, 2012).

Konsep dan Aplikasi Terapi Musik | 11


DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. (2014). Tasawuf dan Seni Musik. Tajdid, 57-85.

D.Johan. (2005). Psikologi musik. Yogyakarta : Buku Baik Yogyakarta.

D.Johan. (2006). Terapi musik. Yogyakarta : Galang Press.

Dewi, MP. (2009). Studi Metaanalisis: Musik Untuk Menurunkan Stres. Jurnal psikologi.
Vol 36. No 2. Hlm 106-115.

Djohan. (2006). Terapi Musik, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Galangpress.

Dona Amelia, M. T. (2013). Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Depresi. Jurnal
Psikologi Universitas Padjajaran, Bandung, 1-5.

Fatmawati, A. (2017). Gending Jawa sebagai Terapi Musik- Efektifkah?: Kajian Literatur.
Presiding Seminar Nasional, 133-137.

Geraldina, A. M. (2017). Terapi Musik: Bebas Budaya atau Terikat Budaya?. Buletin
Psikologi ISSN 0854-7106 Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 1-9.

Larasati, D. M. (2017). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Kecemasan Sebelum


Bertanding Pada Atlet Futsal Putri Tim Muara Enim United. Jurnal Olahraga
Fakultas Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta , 24.

Maelani. (2011). Manfaat Terapi Musik Klasik. Jurnal Penelitian Sekolah Tinggi llmu
Musik Klasik Yogyakarta, 1-2.

Murao, T. (2002). What is Creativity in Japanese Traditional Music, 7th International


Conference in Music Perception and Cognition.

Natalina, Dian. (2013). Terapi Musik Bidang Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media

Primadita, A. (2012). Efektivitas Intervensi Terapi Musik Klasik Terhadap Stress Dalam
Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa PSIK UNDIP Semarang.

Rawlings, D. Z.-V. (2002). Personality and Liking Music Excerpts Categorised According
to ‘Mood Quality’: A Cross-Cultural Study, 7 in Music Perception and Cognition.
Sidney.

Konsep dan Aplikasi Terapi Musik | 12


Santoso, A. W. (2013). Studi Pengembangan Terapi Musik Islami Sebagai Relakasi Untuk
Lansia. Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 03, No. 01, 65-75.

Saound, R. (2004). The Arab Contribution to Music of The western World. FSTC, 1-26.
Senyshyn, Y. (2002). A Philoshopical Approach to Music and Performance Vis-À-Vis
Discursive Psychology, Social Contruction, Perception and Preference, 7
International Conference in Music Perception and Cognition. Sidney.

Setiawan, A., & Sulistyarini, T. (2015). Efektifitas Terapi Musik Klasik dan Relaksasi
Napas Dalamm Terhadap Penurunan Tekanan Darah. Jurnal Penelitian
Keperawatan, 1(1), 21-33

Utomo, AW & Santoso Agus. (2013). Studi Pengembangan Terapi Musik Islami Sebagai
Relaksasi Untuk Lansia. Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam. Vol. 03. No. 01.
Hal. 62-75.

Walker, R. 2. (2002). Culture is The Real Driver in Music Perception, 7th International
Conference in Music Perception and Cognition. Sydney.

Konsep dan Aplikasi Terapi Musik | 13

Anda mungkin juga menyukai