Definisi
Definisi
Definisi
PENDAHULUAN
timbal-balik. Hal ini menyebabkan setiap gangguan nafas yang terjadi pada
gangguan Tractus respiratorius ini pertama kali ditemukan pada awal tahun 1900.
dapat menyebabkan infeksi kronik Sinus paranasal. Pada tahun 1929, Wasson
lain:3
1
Infeksi jamur
Cystic fibrosis .
Sinobronchial syndrome dapat mengenai segala usia, baik anak maupun dewasa,
namun pada anak peluang terjadinya penyakit tersebut lebih besar. Menurut
sebanyak 2-3 kali. Diperkirakan 0,5-5 % atau 5-10 % infeksi pada Tractus
Dalam referat ini penulis akan mencoba menjelaskan lebih rinci mengenai
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
1. Nasal
Pada bagian luar Nasal yang berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari
bagian luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil. Kerangka tulang yang
rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan pada bagian bawah hidung,
3
Cavum nasi yang berbentuk terowongan dari depan ke belakang dipisahkan
oleh Septum nasi pada bagian tengahnya sehingga menjadi Cavum nasi dextra
dan sinistra. Tiap Cavum nasi memiliki 4 buah dinding, yaitu dinding medial,
frontal dari septum nasi dan meluas sepanjang Proc. posterior diantara bagian-
bagian tulang penyusun Septum nasi (atas), yang terdiri dari Lamina
Pada dinding lateral terdapat 4 buah Conchae, yang paling besar dan
nasalis media dan yang lebih kecil ialah Conchae nasalis superior. Di antara
Conchae nasalis dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang
disebut Meatus nasi.1 Pada bagian bawah sepertiga Conchae nasalis inferior
4
terdapat muara Duktus nasolacrimalis yang membuka ke dalam Meatus nasi
Sinus maxlla, dan Sinus etmoid anterior. Pada bagian bawah Conchae nasalis
pada bagian bawah rongga hidung mendapat perdarahan dari ujung A. palatina
facialis. Pada bagian depan Septum nasi terdapat Plexus Kiesselbach (Little’s
Kiesselbach terletak pada superficial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga
5
Gambar 4. Arteri-arteri rongga hidung; a) dinding lateral Cavitas nasi dextra,
b) Septum nasi pada Cavitas nasi dextra.6
intrakranial.4
6
Persarafan sensorik bagian depan dan atas Cavum nasi didapat dari N.
dari N. opthalmicus (N. V/1). Selain itu, Cavum nasi juga dipersarafi oleh N.
2. Sinus paranasalis
7
Sinus khusus pada Sinus anterior (Maxilla, Frontal dan Ethmoidal), dibentuk
oleh suatu saluran sempit menyerupai labirin. Area tersebut disebut sebagai
Proc. Ucinatus, Hiatus semilunaris, Recessus frontal, Ager nasi dan Bullae
etmoid. 4
Sinus paranasalis terdiri atas 4 pasang yang diurutkan dari yang terbesar, yaitu
Sinus maxillaris
Terdapat dua sinus, Dextra dan Sinistra. Terletak didalam Corpus maxillaris,
8
Processus zygomatico-maxillae. Atap sinus ini dibentuk oleh Fossa orbita
Ekstraksi dari gigi dapat menimbulkan adanya Fistula, yang berujung pada
Sinus frontalis
Ada dua buah, terdapat didalam Os frontale dan dipisah satu sama lainnya
dengan Septum tulang yang sering menyimpang dari median. Setiap sinusnya
berbentuk seperti segitiga dan meluas kearah atas pada ujung medial dan
pada Meatus nasi media. Membran Mucosa sinus in di inervasi oleh Nervus
supraorbitalis.7
Sinus ethmoidalis
ini terpisah dari Orbita oleh selapis tipis tulang, sehingga apabila terjadi
Orbita. Sinus ini dibagi menjadi tiga kelompok yakni Anterior, Media dan
kelompok kedua akan bermuara di Meatus nasi media, pada atau diatas Bullae
9
ethmoidalis. Kelompok Posterior akan bermuara pada Meatus nasi superior.
Membran Mucosa sinus ini di inervasi oleh Nervus ethmoidalis anterior dan
Posterior.
Sinus sphenoidalis
Terdapat dua buah sinus yang terletak didalam Corpus ossis spenoidalis.
ethmoidalis posterior.
3. Pharynx
posterior Cavitas nasi dan Oris, yang memanjang ke inferior melewati Larynx.
10
Anterior dan Margo inferior Vertebrae C6 di Posterior. Pada ujung Inferior-
pencernaan.5
motorik pada Plexus berasal dari N. vagus (N.X) melalui R. pharyngeus. Serat
11
Gambar 10. Persarafan sensorik Pharynx.6
4. Trachea
dalam Thorax, berakhir di Inferior pada level Angulus sterni atau Discus IV
T4-T5 dan terbagi menjadi Bronchus utama dextra dan sinistra. Trachea
5. Bronchus
Pulmo. Saluran ini akan bercabang menjadi dua saluran utama yang dikenal
12
menuju Hilum pulmonal bila dibandingkan dengan Bronchus principalis
sinistra.7
Sinistra dan 3 cabang pada Dextra. Selanjutnya setiap Bronchus lobaris akan
13
bercabang lagi menjadi Bronchus segmentalis (Tertius) yang akan menyuplai
masing Ductus tersebut akan berakhir menjadi 5-6 Saccus alveolus yang
B. Definisi
sinus dan gejala Tractus respiratorius inferior, yang sering dialami oleh anak-
C. Etiologi
14
patogen tersebut proses infeksi dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri
anaerob dan virus (Rhinovirus dan Influeza virus). alergen berupa tungau,
debu rumah, zat iritan, spora jamur, susu, dan lain-lain diketahui juga dapat
terjadi SBS antara lain Cystic fibrosis, Kartagener syndrome, Cilia immotile
Wagener granulomatous.12
D. Epidemiologi
Suzaki dkk (1990) dalam penelitiannya melaporkan dari 307 pasien dengan
ditemukan 32 (10,4 %) pasien mengalami SBS. Penemuan SBS ini juga terjadi
SBS.11
anak-anak, rata-rata mengalami 6-8 kali infeksi saluran nafas atas, sedangkan
15
dewasa hanya sebanyak 2-3 kali. Dimana 5-10 % infeksi yang terjadi pada
anak akan lebih sering mengalami SBS. Dalam penelitian lainnya menyatakan
E. Manifestasi
dan Tractus respiratorius inferior, maka manifestasi yang akan muncul juga
mengikuti lokasi peradangan tersebut. Pada Sinusitis gejala yang muncul dapat
dibedakan menjadi gejala mayor dan minor. Gejala mayor dapat berupa nyeri
dan demam. Sedangkan gejala minor dapat berupa mulut berbau, sakit kepala,
kelelahan, sakit pada gigi, batuk, penurunan pendengaran dan sakit pada
telinga .3
umum adalah munculnya bunyi nafas abnormal seperti wheezing dan ronchi,
nafas menjadi memendek, batuk, takipnue, dan pada kasus berat dapat
F. Patogenesis
Sampai sekarang, SBS masih belum jelas diketahui penyakit manakah yang
mengetahui hal tersebut. Quinn dan Meyer melaporkan bahwa, ketika Iodize
16
oil dimasukan kedalam Cavum nasi seseorang yang tidur, tanpa diindentifikasi
menyebabkan infeksi pada Trachea dan Broncus. Selain rute aspirasi Trachea
ini, jalur limfatik dan rute hematogen juga dapat menjadi rute penyebaran
infeksi pada SBS. Chew dan Bursen juga menjelaskan dalam penelitiannya,
refleks pulmonal dan hal tersebut cukup kuat untuk menyebabkan SBS.
Keadaan ini juga didukung oleh fakta bahwa Tractus respiratorius superior
tiga hal yakni inflamasi, infeksi dan obstruksi, dimana ketiga hal itu saling
akan berinteraksi satu sama lain. Proses infeksi sinus, sebagian besar
ditentukan oleh patensi Ostium, fungsi Cilia dan kualitas sekret. Apabila
infeksi (dapat juga disebabkan alergi atau iritasi) terjadi, maka daerah mukosa
serum, dan berkurangnya pertukaran gas di dalam sinus sehingga PO2 lebih
17
jumlah silia atau gangguan fungsi, berlebihannya produksi, atau perubahan
menghalangi gerakan silia dan fungsi granulosit. Gerakan silia penting untuk
Diketahui sistem imun mencapai efisiensi lengkap pada anak-anak berusia 10-
matang pada usia sekitar 3 tahun dan tingkat IgA pada usia 7 hingga 8 tahun.
Anak-anak juga memiliki 6 hingga 7 infeksi virus per tahun. Infeksi virus
transportasi mukosiliar.10
Pada beberapa anak dengan SBS, hipertrofi Adenoid dan deviasi Septum juga
18
G. Diagnosis
paranasalis dan Tractus respiratorius inferior, maka gejala dan tanda dari
pemeriksaan fisik. Untuk menegakan adanya Sinusitis pada pasien SBS maka
perlu kita mengidentifikasi gejala mayor dan minor yang sering muncul pada
Sinusitis. Gejala mayor dapat berupa nyeri pada wajah, obstruksi Nasal, sekret
sakit kepala, mulut berbau, kelelahan, sakit pada gigi, batuk, dan sakit pada
telinga. Dua gejala mayor atau lebih, atau satu gejala mayor ditambah dua
pemeriksaan radiologi. 3
Pada peradangan Tractus respiratorius dalam hal ini adalah Bronchus gejala
dan tanda yang dapat muncul adalah batuk produktif, purulent dan mudah
meningkat dan dipsneu. Sedangkan tanda yang dapat muncul adalah Barrel
19
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil
1. Sinus
Radiologi Sinus
dan lateral. Posisi digunakan untuk menilai Sinus maxillaris, frontalis dan
Potong yang biasanya digunakan adalah potongan Coronal dan Axial. CT-
tumor. 3, 14
Transiluminasi
adanya cairan di sinus yang sakit, yang akan terlihat lebih gelap bila
20
USG
Dengan pemeriksaan ini dapat dibedakan antara cairan dalam rongga sinus
Sinoskopi
Pemeriksaan mikrobiologi
namun juga dapat berupa atelektasi atau fibrosis Pulmo (khas Bronchitis).
Pada Bronchiectasis, hasil foto rontgen akan tampak seperti sarang lebah
(Honey comb).3
21
H. Tatalaksana
dengan SBS. Terapi antibiotik awal yang dapat digunakan adalah Amoxicilin
yang diberikan selama 10-20 hari. Selain itu obat pilihan pertama lainnya
biasanya dengan antibiotik 70-80 % pasien SBS akan membaik pada hari ke 2-
3 pengobatan Bila tidak ada reaksi dalam 3 hari, perlu diberikan obat
atau Clindamisin. 3
keberhasilan kurang-lebih 80 %. 3, 10
22
BAB III
KESIMPULAN
seperti alergi dan zat iritan juga dapat mengakibat terjadi SBS.
SBS lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan dewasa. Hal ini
dikarena sistem imun pada anak masih belum matang dan sempurna, sehingga
tiga hal yakni inflamasi, infeksi dan obstruksi, dimana ketiga hal itu saling
23