Laporan Praktikum Pneumatik
Laporan Praktikum Pneumatik
Laporan Praktikum Pneumatik
PNEUMATIK
Disusun oleh:
1. M. Isanaini Hidayatulloh (0514040036)
2. Sundaram (05140400
3. Marrinta Nur Ekarina (05140400
4. Elok Ilhammagda Kusti H. (05140400
5. Priyadi Hadi Sulaksono (05140400
Kelas: K3-4B
Diampu oleh:
Heroe Poernomo
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan anugerah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum pneumatik yang dilaksanakan pada semester 4 ini..
Laporan ini telah kami susun semaksimal mungkin dengan menggunakan banyak
sumber pendukung sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Terlepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasa dalam laporan ini. Oleh karena itu kami sangat mengharap
segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
laporan ini. Akhir kata semoga laporan pneumatik ini dapat memberi manfaat bagi penulis
serta pembacanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2. Bagaimana mahasiswa mengetahui dan memahami komponen-komponen dasar
sistem kontrol pneumatik?
3. Bagaimana memahami simbol standart setiap komponen pneumatik?
4. Bagaimana mahasiswa mampu memahami gambar sistem pneumatik menengah
dan mampu mengimplementasi dalam bentuk rangkaian?
5. Bagaimana mahasiswa merancang dan merakit sistem kontrol kontrol pneumatik
baik berupa : sequence circuit, cascade circuit, maupun logic circuit?
1.4 Manfaat
2
3
BAB 2
DASAR TEORI
Pneumatik merupakan cabang teoritis aliran atau mekanika fluida dan tidak hanya
meliputi penelitian aliran-aliran udara melalui suatu sistem saluran, yang terdiri atas
pipa-pipa, selang-selang, gawai (device) dan sebagainya, tetapi juga aksi dan
penggunaan udara mampat. Udara yang dimampatkan adalah udara yang diambil dari
udara lingkungan yang kemudian ditiupkan secara paksa ke dalam tempat yang
ukurannya relatif kecil.
Adapun ciri-ciri dari perangkat sistem pneumatik yang tidak dipunyai oleh sistem
alat yang lain, adalah sebagai berikut :
1. Sistem pengempaan, yaitu udara disedot atau diisap dari atmosphere kemudian
dimampatkan (dikompresi) sampai batas tekanan kerja tertentu (sesuai dengan
4
yang diinginkan). Dimana selama terjadinya kompresi ini suhu udara menjadi
naik.
2. Pendinginan dan penyimpanan, yaitu udara hasil kempaan yang naik suhunya
harus didinginkan dan disimpan dalam keadaan bertekanan sampai ke obyek
yang diperlukan.
3. Ekspansi (pengembangan), yaitu udara diperbolehkan untuk berekspansi dan
melakukan kerja ketika diperlukan.
4. Pembuangan, yaitu udara hasil ekspansi kemudian dibebaskan lagi ke
atmosphere (dibuang).
Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang
dimampatkan untuk menghasilkan suatu kerja disebut dengan sistem pneumatik. Dalam
penerapannya, sistem pneumatik banyak digunakan sebagai sistem automasi. Dalam
kaitannya dengan bidang kontrol, pemakaian sistem pneumatik sampai saat ini dapat
dijumpai pada berbagai industri seperti pertambangan, perkeretaapian, konstruksi,
manufacturing, robot dan lain-lain. Tenaga fluida adalah istilah yang mencakup
pembangkitan, kendali dan aplikasi dari fluida bertekanan yang digunakan untuk
memberikan gerak. Berikut merupakan contoh sistem pneumatik pada Gambar 2.1
dibawah ini:
5
Pada umumnya pneumatik menggunakan aliran udara yang terjadi karena
perbedaaan tekanan udara pada suatu tempat ke tempat lainnya. Untuk keperluan
industri, aliran udara diperoleh dengan memampatkan udara atmosfer sampai tekanan
tertentu dengan kompressor pada suatu tabung dan menyalurkannya kembali ke udara
bebas. Jenis kompressor terdiri dari dua kelompok antara lain :
1. Kompressor torak yang bekerja dengan prinsip pemindahan yaitu udara
dimampatkan dengan mengisikannya ke dalam suatu ruangan kemudian
mengurangi sis pada ruangan tersebut.
2. Kompressor aliran yang bekerja dengan prinsip aliran udara yaitu dengan
menyedot udara masuk ke dalam pada satu sisi dan memampatkannya
dengan percepatan massa (turbin). Kompressor aliran meliputi kompressor
aliran radial dan kompressor aliran aksial.
…..
6
3. Reducing valve
Sebagai regulator atau pembatas tekanan sistem. Simbol dari reducing valve
ditampilkan pada Gambar 2.4 berikut ini:
…..
…..
…..
7
7. Output (Actuator)
Actuator dapat berupa silinder atau motor. Silinder sendiri dibagi menjadi silinder
kerja tunggal dan kerja ganda. Simbol dari silinder ditampilkan pada Gambar 2.7
berikut ini:
Gambar 2.7 Simbol silinder kerja tunggal (kiri) dan kerja ganda (kanan)
8. Katup logika
Katup logika terdiri dari:
Katup Logika AND (A=X,Y)
Katup Logika OR (A=X+Y)
Simbol dari katup logika and dan or ditampilkan pada Gambar 2.8 berikut ini:
8
sebagai penyimpan tenaga (daya) yaitu dengan cara dikempa atau dimampatkan.Udara
termasuk golongan zat fluida karena sifatnya yang selalu mengalir dan bersifat
compressible (dapat dikempa). Udara sebagai fluida kerja pada sistem pneumatik
memilik karakteristik khusus antara lain :
1. Jumlah udara tidak terbatas
2. Transfer udara relatif mudah dilakukan
3. Dapat dimampatkan
4. Mencari tekanan yang lebih rendah
5. Memberi tekanan yang sama ke segala arah
6. Tidak mempunyai bentuk tetap (menyesuaikan dengan bentuk yang
ditempatinya)
7. Mengandung kadar air
8. Tidak sensitive terhadap suhu
9. Tahan ledakan
10. Kebersihan
11. Kesederhanaan konstruksi
12. Kecepatan
13. Keamanan
9
Dalam sebuah sistem tentunya terdapat keuntungan serta kerugiannya. Berikut ini
merupakan keuntungan dari sistem pneumatik, diantaranya adalah:
10
1. Mendefenisikan langkah kerja (urutan gerakan dengan notasi singkat) sesuai
dengan permasalahannya. Contohnya:
A+ B+ B- A-
2. Membagi kelompok dan pemberian nomor kelompok pada notasi singkat tersebut
dimana tidak terjadi sinyal bentrok. Masing-masing kelompok membutuhkan satu
jalur yang aktif secara bergiliran dengan menggunakan katup 4/2 dan 5/2. Katup
tersebut disebut katup penukar jalur (line changeover valve). Jika jumlah jalur = n,
maka jumlah katup penukar jalurnya (K) = n-1.
3. Setiap jalur tidak boleh ada dua gerakan piston maju mundur contoh jika gerakan
piston A+ B+ B- A- maka harus dipisah menjadi dua jalur yaitu sebagai berikut:
A+ B+ | B- A-
Jalur 1 Jalur 2
11
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Latihan 1
A. Definisi
Sistem kontrol pneumatik dimana instruksi ke output berjalan secara berurutan dan
ada konstruksi yang tumpang tindih.
B. Langkah kerja
Suatu alat pemindah barang berjalan secara otomatis dengan mekanisme sebagai
berikut : jika tombol start ditekan maka piston A maju kemudian disusul piston B maju
kemudian piston A mundur dan disusul piston B mundur. Gambar dari alat pemindah
barang tersebut ditampilkan pada Gambar 3.1 berikut:
3.2 Latihan 2
A. Definisi
Sistem kontrol pneumatik dimana instruksi ke output berjalan secara berurutan dan
ada konstruksi yang tumpang tindih.
B. Langkah kerja
Suatu alat bantu perlobangan dengan mekanisme sebagai berikut; ketika tombol start
ditekan maka piston A maju melakukan pencengkraman benda kerja, kemudian piston
B melakukan perlobangan disusul piston C dan D. Kemudian piston B, C, dan D,
mundur secara bersamaan kemudian disusul piston A. Gambar dari alat bantu
pelobang tersebut ditampilkan pada Gambar 3.2 berikut:
12
1. Buatlah step diagramnya secara lengkap
2. Buatlah rangkaiannya dan rakitlah
3. Jika diinginkan proses tersebut kontinu maka bagaimana rangkaiannya?
3.3 Latihan 3
A. Definisi
Sistem kontrol pneumatik dimana instruksi ke output berjalan secara berurutan dan
ada konstruksi yang tumpang tindih.
B. Langkah kerja
Suatu alat penanda produk dengan langkah kerja sebagai berikut : Produk dimasukkan
ke tumpuan secara manual, kemudian tombol start ditekan maka piston A maju dan
melakukan penandaan kemudian mundur, setelah piston a mundur barru piston B maju
dan kemudian mundur. Gambar dari alat penanda produk (stamping) tersebut
ditampilkan pada Gambar 3.3 berikut:
3.4 Latihan 4
A. Definisi
Sistem kontrol pneumatik dimana instruksi ke output berjalan secara berurutan dan
ada konstruksi yang tumpang tindih.
B. Langkah kerja
Suatu alat pelubang dan penghalusan lubang dengan mekanisme sebagai berikut;
Piston A maju kemudian mencengkram benda kerja kemudian piston B maju
{mengebor} sampai maksimum. Kemudian mundur, kemudian piston C maju
memindahkan benda kerja ke alat penghalus lubang setelah itu piston D bergerak maju
melakukan penghalusan lubang. Setelah selesai piston D mundur disusul piston C
mundur (benda kerja ke posisi semula). Kemudian pencekam benda kerja (piston A)
13
mundur sehingga benda kerja dapat dilepaskan. Gambar dari alat pelubang dang
penghalus lubang tersebut ditampilkan pada Gambar 3.4 berikut:
14
BAB 4
DATA HASIL PRAKTIKUM
4.1 Latihan 1
Berikut ini merupakan data hasil pengamatan dari latihan 1. Untuk mempermudah
persoalan tersebut dijabarkan dalam bentuk deskripsi langkah piston, step diagram
dan rangkaiannya sebagai berikut :
1. Definisi langkah sistemnya adalah :
𝐴+ 𝐵 + 𝐴− 𝐵−
2. Diagram langkah kerja
+ -
A -
B + -
-
3. Rangkaian
A B
𝑆1 𝑆2
𝑆3 𝑆4
Y Z Y
Z
𝑆2
Start
𝑆1 𝑆3
𝑆4
15
4.2 Latihan 2
Berikut ini merupakan data hasil pengamatan dari latihan 2. Untuk mempermudah
persoalan tersebut dijabarkan dalam bentuk deskripsi langkah piston, step diagram
dan rangkaiannya sebagai berikut :
1. Definisi langkah sistem
𝐴 + | 𝐵 + | 𝐶 + | 𝐷 + |𝐵 −|𝐶 −|𝐷 − | 𝐴 −
2. Diagram langkah kerja
A
B
C
D
3. Rangkaian
16
4.3 Latihan 3
Berikut ini merupakan data hasil pengamatan dari latihan 2. Untuk mempermudah
persoalan tersebut dijabarkan dalam bentuk deskripsi langkah piston, step diagram
dan rangkaiannya sebagai berikut :
1. Definisi langkah sistem
𝐴+ 𝐴− 𝐵 + 𝐵 −
2. Definisi langkah sistem
+ --
A
B + --
17
3. Rangkaian
A B
A0 A1 B0 B1
A B A B
Y Y Z
A0
Start
B0
1. 1.
2. 2.
A B
Y Z
A1 B1
18
4.4 Latihan 4
Berikut ini merupakan data hasil pengamatan dari latihan 4. Untuk mempermudah
persoalan tersebut dijabarkan dalam bentuk deskripsi langkah piston, step diagram
dan rangkaiannya sebagai berikut :
1. Deskripsi langkah sistem
𝐴+ 𝐵 + 𝐵− 𝐶 + 𝐷+ 𝐷− 𝐶 − 𝐴−
2. Definisi langkah sistem
+
A −
+
B −
+
C −
+
−
D
19
3. Rangkaian
A B C D
a1 b1 c1
a0 b0 c0 d0
c0 a1 b d0 c1
Start
b1
d1 a0
20
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
iii