Makalah Kafalah
Makalah Kafalah
Makalah Kafalah
Puji dan syukur kehadirat Allah swt. atas limpahan rahnat dan karunianya,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang ditentukan.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan kata atau kalimat dan tata
letak dalam makalah ini tentunya banyak sekali kekurangan, Untuk kebaikan dan
sempurnanya makalah ini, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Dan
akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi pembaca, penyusun dan mahasiswa.
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan. .................................................................................... 11
B. Saran. ............................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.
2
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kafalah
2. Bagaimana landasan hukum kafalah
3. Bagaimana rukun dan syarat-syarat kafalah
4. Apa macam-macam kafalah
5. Bagaimana berakhirnya akad kafalah
3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian kafalah
2. Untuk mengetahui bagaimana landasan hukum kafalah
3. Untuk mengetahui bagaimana rukun dan syarat-syarat kafalah
4. Untuk mengetahui apa macam-macam kafalah
5. Untuk mengetahui berakhirnya akad kafalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kafalah
Kafalah dalam arti bahasa berasal dari kata: kafala, yang sinonimnya:
dhamna, artinya: menanggung: kafalah juga diartikan: adh-dhammu, yakni
mengumpulkan1. Secara terminologis kafalah/dhaman adalah menjamin
tanggungan orang yang dijamin dalam melaksanakan hak yang wajib baik
seketika maupun akan datang.2
Kafalah/dhaman adalah suatu akad antara dua pihak, dimana pihak pertama
menanggung beban dan tanggung jawab pihak kedua untuk menyelesaikan utang,
atau menuntut harta atau menghadirkan orang yang bermasalah dengan pihak
kedua. Dari sini dapat dipahami bahwa kafalah itu ada kalanya menanggung harta
(mal), atau utang atau orang.
1
Ahmad wardi muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: AMZAH, 2010, ), hlm. 433.
2
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: prenadamedia group, 2012), hlm. 305.
5
Utangnya. Kemudian beliau menshalatinya.”( HR.Ahmad,Bukhari dan
Nasa’i)
3. Ijma’ : Bahwa ulama sepakat tentang kafala berdasarkan hadis diatas
6
1) Diketahui oleh kafil.
2) Baligh dan berakal.
3) Diterima oleh makful lah
4) Hadir dimajelis akad , jika tidak ada wakilnya.
D. Macam-macam Kafalah
Kafalah mempunyai beberapa macam diantaranya sebagai berikut :
1. Kafalah bin Nafs
Kafalah bin Nafs merupakan akad memberikan jaminan atas diri
(Personal guarantee). Sebagai contoh, dalam praktek perbankan untuk
kafalah bin nafs adalah seorang nasabah yang mendapat pembiayaan
3
Panji Adam, Fikih Muamalah Malikiyah, (Bandung: Refika Aditama, 2017), hlm.325-326
7
dengan jaminan nama baik dan ketokohan seseorang atau pemuka
masyarakat. Walaupun bank secara fisik tidak memegang barang apapun,
tetapi berharap para tokoh dapat mengusahakan pembayaran ketika
nasabah yang dibiayai mengalami kesulitan.
2. Kafalah bil maal
Kafalah bil maal merupakan jaminan pembayaran barang atau
pelunasan utang.
3. Kafalah bil Taslim
Kafalah ini biasa dilakukan untuk menjamin pengembalian atas
barang yang disewa, pada waktu masa yang disewa telah berakhir.
Jenis pembiayaan ini dapat dilaksanakn oleh bank untuk kepentingan
nasabahnya dalam bentuk kerja sama dengan perusahaan penyewaan
(leasing company).
Jaminan pembayaran dibank dapat berupa deposito/tabungan dan bank
dapat membebankan uang jasa (fee) kepada nasabah itu.
4. Kafalah al Munjazah
Kafalah al Munjazah adalah jaminan mutlak uang tidak dibatasi oleh
jangka waktu dan untuk kepentingan/tujuan tertentu. Salah satu bentuk
kafalah al Munjazah adalah pemberian jaminan dalam bentuk
performance bonds “jaminan prestasi”, suatu hal yang wajib dikalangan
perbankan dan hal ini sesuai dengan bentuk akad ini.
5. Kafalah al Mutlaqah
Kafalah al Mutlaqah adalah bentuk jaminan ini merupakan
penyederhanaan dari kafalah al Munjazah, baik oleh industri perbankan
maupun asuransi.
8
a. Harta diserahkan kepada pemilik hak, yakni orang yang berpiutang
(ad-dayn), baik yang menyerahkannya karena hak penuntutan hutang
adalah dengan pelunasan. Kafalah juga berakhir apabila orang yang
berpiutang menghibahkan hartanya. Disamping itu, kafalah juga
berakhir apabila pemilik hak meninggal dan hartanya diwarisi.
b. Apabila pemilik hak, yakni orang yang berpiutang membebaskan kafil
ataupun ashil. Apabila membebaskan ashil maka kafil bebas karena
hutang merupakan kewajiban ashil bukan kafil dengan kata lain, bila
asal gugur maka furu’pun gugur. Apabila ad-dayn membebaskan kafil
dia bebas dari tuntutan namun tidak bebas dari hutang (ashil belum
bebas dari hutang) karena gugurnya furu’ tidak menggugurkan ashil.
c. Kafil memindahkan hutang kepaa orang lain (hiwalah) dan orang
tersebut menerimanya dengan demikian, kafalah bisa berakhir dengan
adanya hiwalah karena hiwalah mebebaskan dari hutang maupun
keseluruhan.
d. Kafalah berakhir dengan kedamain. Apabila kafil berdamai dengan ad-
dayn, ketika itu kafil dan ashil bebas dengan dua keadaan. Dikatakan:
“saya dan orang yang ditanggung (ashil) berdamai”. Dikatakan “saya
berdamai dengan engkau”.
2. Apabila jenis kafalahnya adalah kafalah bin – nafsi maka kafalah berakhir
karena:
a. Penyerahan diri orang yang dituntut ditempat yang memungkinkannya
unuk dihadapkan dimuka sidang pengadilan. Apabila penyerahan
dilakukan dilapangan ataupun ditempat yang tidak mungkin, terdakwa
dihadapkan dimuka umum siding maka kafil (pinjam) belum bebas
karena tujuan penyerahan belum terwujud
b. Pembebasan terhadap kafil oleh pemilik hak dari kewajiban kafalah
bin nafsi. Tetapi, ashil tidak membebaskan pada kondisi ini karena
pembebasan kafil tidak termasuk pembebasan ashil. Apabila ashil
dibebaskan maka kafil juga bebas.
9
c. Meninggalnya ashil. Apabila ashil meninggal maka kafalah menjadi
berakhir dan kafil terbebas dari tuntutan.Jadi, ashil tidak mungkin
dihadirkan. Demikian pula kafalah berakhir karena meninggalnya
kafil. Akan tetapi, apabila makful lah yang meninggal maka kafalah
bin nafsi tidak gugur dan kedudukannya diduduki oleh ahli waris atau
pemegang wasiat.
3. Apabila jenis kafalah bil ‘ain maka kafalah dapat berakhir karena :
a. Penyerahan benda yang ditanggung (dijamin) apabila barangnya masih
ada, atau persamannya atau hartanya apabila barangnya telah rusak.
b. Pembebasan kafil dari kafalah misalnya, perkaitan pemilik hak “saya
bebaskan engkau dari kafalah”. Demikian pula kafalah dapat gugur
karena pembebasan ashil.4
F. Hikmah Kafalah
Dhaman (jaminan) merupakan salah satu ajaran Islam. Jaminan pada
hakikatnya usaha untuk memberikan kenyaman dan keamanan bagi semua
orang yang melakukan transaksi. Untuk era sekarang ini Kafalah ialah
asuransi. Jaminan atau asuransi telah disyariatkan oleh Islam ribuan tahun
silam. Ternyata, untuk masa sekarang ini kafalah (jaminan) sangat penting,
tidak pernah dilepaskan dalam bentuk transaksi seperti hiutang apalagi
transaksi besar seperti bank, dan sebagainya.Hikmah yang dapat diambil
adalah kafalah mendatangkan sikap tolong menolong, keamanan,
kenyamanan, dan kepastian dalam bertransaksi. Wahbah Azzuhaili
sebagaimana dikutip oleh Abdul Rahman, dkk., mencatat hikmah tasyri dari
kafalah untuk memperkuat hak merealisasikan sikap tolong menolong,
mempermudah transaksi dalam pembayaran hutang, harta, dan pinjaman.
Supaya orang memiliki hak dan ketenangan terhadap hutang yang
dipinjamkan kepada orang lain atau benda yang dipinjamkan. 5
4
Muslich, Fiqh Muamalah, hlm. 339-340.
5
Panji, Fikih Muamalah Malikiyah, hlm. 332.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kafalah/dhaman adalah suatu akad antara dua pihak, dimana pihak
pertama menanggung beban dan tanggung jawab pihak kedua untuk
menyelesaikan utang, atau menuntut harta atau menghadirkan orang yang
bermasalah dengan pihak kedua. Dari sini dapat dipahami bahwa kafalah
itu ada kalanya menanggung harta (mal), atau utang atau orang.
Kafalah dapat dilaksanakan dengan lima bentuk, yaitu, Kafalah Al-
Mu’allaqah, Kafalah Al-Munjazah, Kafalah Bi At-Taslim, Kafalah Bi An-
Nafs, Kafalah Bi Al-Mal
Hukum Kafalah (menanggung seseorang) adalah boleh apabila orang
yang ditanggung memiliki tanggung jawab atas hak Adami (menyangkut
hak manusia).
Jika orang yang menjamin memenuhi kewajibannya dengan membayar
hutang orang yang ia jamin, dan atas perintah/izin yang dijamin, maka ia
boleh meminta kembali uang dengan jumlah yang sama kepada orang
yang ia jamin. Jika tidak atas perintah orang yang dijamin, maka penjamin
(kafil) tidak punya hak untuk minta ganti rugi kepada orang yang dijamin
(makful ‘anhu).
Dengan adanya kafalah pihak yang dijamin/pengelola proyek (makful
‘anhu) dapat menyelesaikan proyek dengan ditanggung pengerjaannya dan
bisa selesai dengan tepat waktu atau efisien dengan jaminan pihak ketiga
(bank/kafil) yang menjamin pengerjaannya. Sedangkan dengan adanya
kafalah pihak yang menerima jaminan/pemilik proyek (makful lahu)
menerima jaminan dari penjamin (dalam hal ini bank/kafil ) bahwa proyek
yang diselesaikan oleh nasabah pengelola proyek tadi dapat selesai dengan
11
tepat waktunya dan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
sebelumnya.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini maupun dalam penyajiannya kami
selaku manusia biasa menyadari adanya beberapa kesalahan, oleh karena
itu kami mengharapkan kritik maupun saran khususnya dari Dosen
Pembimbing Ibu Tri Indah Fadhila Rahma, M.E.I yang bersifat membantu
dan membangun agar kami dapat memperbaikinya di kesempatan lain
12
DAFTAR PUSTAKA
http://fileperbankansyariah.blogspot.com/2011/04/pengertian-al-kafalah-guaranty.html
http://ashabulcoffee.blogspot.com/2014/10/fikih-muamalah-kafalah.html.
http://seruansantri.blogspot.com/2016/11/al-kafalah-fatwa-dan-penerapan-al.html.
13