Tugas Makalah Liak
Tugas Makalah Liak
Tugas Makalah Liak
(FIQH MUAMALAH)
(1631700074)
Jerry Despriansyah
(1651700063)
i
KATA PENGANTAR
Akhir kata yang kami ucapkan mohon maaf jika dalam proses penulisan
makalah ini banyak kekurangan disana dan disini. Pikiran kritis dan sumbang
saran sangat diharapkan demi perbaikan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
.BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 9
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam agama yang lengkap dan sempurna telah meletakkan kaedah-kaedah dasar
dan aturan dalam semua sisi kehidupan manusia baik dalam ibadah dan juga
mu’amalah (hubungan antar makhluk). Setiap orang mesti butuh berinteraksi
dengan lainnya untuk saling menutupi kebutuhan dan saling tolong menolong
diantara mereka.
Dalam hal jual beli sungguh beragam, bermacam-macam cara orang untuk
mencari uang dan salah satunya dengan cara Rahn (gadai). Para ulama
berpendapat bahwa gadai boleh dilakukan dan tidak termasuk riba jika memenuhi
syarat dan rukunnya. Akan tetapi banyak sekali orang yang melalaikan masalah
tersebut senghingga tidak sedikit dari mereka yang melakukan gadai asal-asalan
tampa mengetahui dasar hukum gadai tersebut. Oleh karena itu kami akan
mencoba sedikit menjelaskan apa itu gadai dan hukumnya
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian Ar-Rahn
b. Rukun dan Syarat Ar-Rahn
c. Ketentuan umum pelaksanaan Rahn dalam islam
d. Manfaat Rahn
e. Resiko Rahn
f. Berakhirnya Rahn
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hukum meminta jaminan itu adalah mubah berdasarkan petunjuk Allah dalam
al-qur’an sebagai berikut:
(Al-Baqarah:283)
Yang artinya
2
barang tanggungan (oleh yang berpiutang) akan tetapi jika sebagian kamu
mempercayai sebagian yang lain maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya.”
Para ulama sepakat bahwa ar-rahn dibolehkan tetapi tidak diwajibkan, sebab
gadai hanya bersifat jaminan saja jika kedua belah pihak tidak saling
mempercayai.
3
3. Syarat yang terkait dengan utang (al-marhun bih), (a)
merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada yang
memberi hutang , (b) utang itu boleh dilunasi dengan jaminan,
dan (c) utang itu jelas dan tertentu.
4. Syarat yang terkait dengan barang yang dijadikan jaminan (al-
marhun) , menurut ulama fiqh syarat syaratnya adalah sebagai
berikut: (a) barang jaminan itu boleh dijual dan nilainya
seimbang dengan utang, (b) berharga dan boleh dimanfaatkan,
(c) jelas dan tertentu (d) milik sah orang yang berhutang, (e)
tidak terkait dengan hak orang lain (f)merupakan harta utuh
dan (g) boleh diserahkan baik materinya maupun manfaatnya. 1
1
Abdul Rahman Ghazaly, fiqh Muamalah, (Jakarta:Prenada Media Group, 2010)
4
hasilnya menjadi milik bersama. Ketentuan ini dimaksudkan untuk
menghindari harta benda tidak berfungsi atau mubazir.
5
untuk menjual barang gadaianya dan kemudian digunakan untuk melunasi
hutangnya.
D. Manfaat Rahn
Manfaat yang dapat di ambil oleh bank dari prinsip ar-rahn adalah:
E. Resiko Rahn
6
2. Resiko penurunan nilai aset yang ditahan atau rusak.2
F. Berakhirnya Rahn
Untuk menjaga supaya tidak ada pihak yang dirugikan, dalam gadai tidak
boleh ada syarat-syarat, semisal ketika akad gadai diucapkan “apabila
rahin tidak mampu melunasi utangnya hingga waktu yang telah
ditentukan, maka marhun (jaminan) menjadi milik murtahin sebagai
pembayaran utang”, sebab ada kemungkinan pada waktu pembayaran
telah ditentukan untuk membayar utang harga marhun akan lebih kecil
dari pada utang rahin (orang yang memberikan jaminan) yang harus
dibayar, yang mengakibatkan kerugian pada pihak murtahin. Sebaliknya
ada kemungkinan juga harga marhun pada waktu pembayaran lebih besar
jumlahnya dari pada utang yang harus dibayar, yang akibatnya akan
merugikan rahin.
Apabila syarat diatas diadakan dalam akad gadai, akad gadai tetap sah
tetapi syarat-syaratnya batal dan tidak perlu diperhatikan. Apabila pada
waktu pembayaran yang telah ditentukan, rahin belum membayar
utangnya, hak murtahin adalah menjual jaminan atau marhun,
pembeliannya boleh murtahin (orang yang menerima) itu sendiri atau
yang lain tetapi harus dengan harga yang umum berlaku pada waktu itu.
Hak murtahin hanyalah sebesar piutangnya, dengan akibat apabila harga
penjualan marhun lebih besar dari jumlah utangnya, sisanya
dikembalikan pada rahin. Sebaliknya, harga penjualan marhun kurang
dari jumlah utang, rahin masih menanggung pembayaran kekurangannya.
2
Muhammad dan Sholikul Hadi, Pegadaian Syariah, (Jakarta:Salembadiyah, 2003)
http://zezameirisenthia90.blogspot.com/2016/06/makalah-fiqh-muamalah-gadai-rahn.html?m=1
jum’at 14september2018 pukul 23:02
7
Berdasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi yang artinya
“Rahn itu tidak boleh dimiliki, rahn itu milik orang yang menggadaikan.
Ia berhak atas keuntungan dan kerugiannya.”
Setiap ada awal pasti ada akhir, setiap permasalahan pasti ada
penyelesaian. Begitu juga dengan gadai pasti akan ada pula
hapus atau berakhirnya hak gadai. Berakhirnya persetujuan
gadai adalah merupakan rentetan, setelah terlaksananya
persetujuan.3
3
Abdul Grofur Anshor, Gadai Syariah di indonesia, (Yogyakarta:UGM Press)
Ariyantiputri7blogspot.com/2015/10/makalah-rahn-gadai,html?m=1
8
BAB III
Kesimpulan
9
BAB IV
Daftar pustaka
http://zezameirisenthia90.blogspot.com/2016/06/makalah-fiqh-muamalah-gadai-
rahn.html?m=1 jum’at 14september2018 pukul 23:02
Ariyantiputri7blogspot.com/2015/10/makalah-rahn-gadai,html?m=1
10