8467 - Laporan Kelompok III Benjolan Payudara
8467 - Laporan Kelompok III Benjolan Payudara
8467 - Laporan Kelompok III Benjolan Payudara
LAPORAN TUTORIAL
BENJOLAN PAYUDARA
Disusun Oleh :
Ketua : Micheel Sarah (14000002)
Sekretaris : Putri Rahmi Maharani (14000014)
Anggota : Timothy Sabatta Sianturi (14000004)
Widya G. Simanjuntak (14000006)
Eva Rehulina Simarsoit (14000008)
Efrison Marudut T. S (14000012)
Kartini Masniari Siburian (14000017)
Butet Desniar Gultom (14000019)
Hotdia Novinia Siahaan (14000010)
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga laporan
tutorial I di Blok XIX ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan pemicu tentang
Benjolan Payudara. Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing selama tutorial ini berlangsung dan teman-teman kelompok III yang telah ikut
berpartisipasi ambil bagian dalam penyelesaian laporan ini.
Kami menyadari bahwa apa yang ada dalam laporan ini masih jauh dari sempurna . Untuk
itu, perlu adanya kritik dan saran yang membangun sangat membantu dalam penyempurnaan
laporan ini. Kami berharap semoga laporan ini ada manfaatnya bagi kita semua yang
membacanya.
Daftar Isi
Bab 1. Pendahuluan
1.1 Pemicu.
1.2 Unfamilliar terms.
1.3 Masalah.
1.4 Analisis Masalah.
1.5 Hipotesa.
Bab 3. Kesimpulan
3.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pemicu
Seorang perempuan berusia 39 tahun datang ke puskesmas bersama suaminya dengan keluhan
benjolan di payudara kanan sudah dialami kurang lebih satu tahun. Benjolan membesar lebih
cepat 1 bulan belakangan ini tanpa diikuti rasa sakit. Pada pemeriksaan fisis diagnostic
ditemukan benjolan berukuran 2x3 cm, konsistensi keras, nyeri tekan, dan fluktuasi negative
didaerah kuadran lateral atas. Pada pemeriksaan palpasi aksila kanan teraba kelenjar 1 cm.
Pasangan ini mempunyai 1 anak berusia 4 tahun.
Apakah yang terjadi pada perempuan ini?
More Info:
1. Riwayat keluarga : adik ibunya meninggal karena sangkaan tumor payudara (Ca).
2. Pemeriksaan mamografi tidak menunjukkan gambaran malignan.
3. Pada USG dijumpai tumor yang solid sebesar 2x2 cm.
1.3 Masalah
1. Benjolan membesar di payudara kanan atas.
2. Benjolan yang semakin membesar 1 bulan terakhir tanpa rasa sakit.
3. Pembesaran kelenjar getah bening aksila kanan.
1.4 Analisis Masalah
Benjolan Payudara
Infeksi Pertumbuhan
abnormal sel
Tanda-tanda
Ganas Jinak
inflamasi Soma
1.5 Hipotesa
Benjolan payudara yang dianggap ganas.
2 Histologi Payudara
PEMBAHASAN
1. Tumor ganas tumbuhnya infiltratif yaitu tumbuh bercabang menyebuk ke dalam jaringan
sehat sekitarnya, menyerupai jari kepiting (sehingga disebut kanker). Karena itu tumor
ganas biasanya sukar digerakkan dari dasarnya. Tumor jinak tumbuhnya ekspansif, yaitu
mendesak jaringan sehat sekitarnya sehingga jaringan sehat yang terdesak membentuk
simpai/kapsul dari tumor, maka dikatakan tumor jinak umumnya bersimpai/berkapsul.
Karena tidak ada perutmbuhan infiltratif biasanya tumor jinak mudah digerakkan dari
dasarnya.
2. Residif Tumor ganas sering tumbuh kembali (residif) setelah diangkat atau diberi
pengobatan dengan penyinaran. Keadaan ini disebabkan adanya sel tumor yang
tertinggal, kemudian tumbuh dan membesar membentuk tumor di tempat yang sama.
Tumor jinak yang berkapsul bila diangkat mudah dikeluarkan seluruhnya sehingga tidak
ada jaringan tumor tertinggal dan tidak menimbulkan kekambuhan.
3. Metastase Walaupun tidak semua, umumnya tumor ganas sanggup mengadakan anak
sebar ditempat lain melalui peredaran darah, cairan getah bening, sedangkan tumor jinak
tidak menyebar.
4. Tumor ganas tumbuhnya cepat, maka secara klinik tumornya cepat membesar dan
mikroskopik ditemukan mitosis normal (bipolar) maupun abnormal (atipik). Sebuah sel
membelah menjadi dua dengan membentuk bipolar spindle. Pada tumor yang ganas
terjadi pembelahan multiple pada saat bersamaan sehingga dari sebuah sel dapat menjadi
tiga atau empat anak sel. Pembelahan abnormal ini memberikan gambaran mikroskopik
mitosis atipik seperti mitosis tripolar atau multipolar. Jessy Chrestella : Neoplasma, 2009
Tumor jinak tumbuhnya lambat, sehingga tumor tidak cepat membesar dan pemeriksaan
mikroskopik tidak ditemukan gambaran mitosis abnormal. Adanya gambaran mitosis
sugestif tumor itu ganas.
5. Perubahan pada inti sel. Pembelahan sel diatur oleh inti sel, yaitu oleh nukleoprotein
dalam kromatin. Oleh karena itu untuk menentukan keganasan harus memperhatikan
perubahan inti sel. Inti sel tampak lebih besar , menyebabkan perbandingan inti terhadap
sitoplasma 1: 1 atau 1:2. Seperti diketahui perbandingan inti sitoplasma sel normal adalah
1:4. Perubahan ini disebabkan ukuran inti bertambah dan jumlah sitoplasma sel
berkurang. Bentuk dan ukuran inti sel sangat berbeda beda, keadaan in disebut
pleomorfik. Kromatin inti bertambah jumlahnya menyebabkan gambaran yang kasar dan
berkelompok di tepi inti, disebut hiperkromasi. Nukleolus sering lebih besar kadang
multiple dan biasanya dikelilingi halo, menyebabkan gambaran mata burung hantu (owl
eye). Sering ditemukan inti yang bentuknya bizarre (tidak beraturan) dan sel datia tumor
dengan beberapa inti. Tampak pula banyak gambaran mitosis yang menunjukkan
cepatnya pertumbuhan , diantaranya tampak mitosis abnormal seperti tri , quadric atau
multipolar. Inti sel tumor jinak masih menyerupai inti sel jaringan asalnya, bentuknya
teratur dan uniform.
6. Anaplasi Tumor terdiri atas dua komponen yaitu parenkim yang terdiri atas sel tumor
yang berproliferasi dan stroma yang terdiri atas jaringan ikat dan pembuluh. Stroma
mendukung parenkim dan memberikan makanan melalui pembuluh darah. Parenkim
yaitu sel-sel tumor pada keadaan ganas dengan membelah diri akan mengalami
perubahan-perubahan sehingga mungkin tidak menyerupai sel sel asalnya lagi. Derajat
morfologi sel tumor menyerupai sel-sel normal disebut differensiasi. Bila lebih
menyerupai sel-sel normal asalnya disebut berdiferensiasi baik dan bila lebih banyak
berbeda dari sifat sel-sel normal asalnya disebut berdifrerensiasi buruk atau anaplasi.
Makin anaplastik suatu tumor, makin ganas tumor itu. Pada anaplasi sebetulnya terjadi
penyimpangan sifat selselnya, juga susunan dan bentuknya. Pada tumor jinak sel selnya
masih menyerupai sel-sel jaringan asalnya maka tumor jinak dikatakan berdiferensiasi
baik.
7. Kehilangan polaritas Sel sel epitel normal biasanya membentuk susunan tertentu ,
misalnya epidermis mempunyai susunan yang terdiri atas lapisan basal, spinosum ,
granulosum dsb. Pada tumor ganas susunan yang teratur ini akan hilang sehingga letak
sel yang satu terhadap yang lain tidak teratur lagi. Sebagai contoh, dapat dilihat pada
karsinoma in situ serviks uteri, sel epitel gepeng berlapis stratifikasinya tidak jelas lagi
dan sel-selnya menunjukkan tanda ganas, walaupun sel-sel ini belum menembus
membrane basal. Pada tumor jinak tidak ditemukan loss of polarity.
8. Tumor ganas jika tidak diobati akan menyebabkan kematian. Berbeda dengan tumor jinak
biasanya tidak menyebabkan kematian bila letaknya tidak pada alat tubuh vital.
Penegakan diagnosa kanker payudara dapat ditegakkan melalui beberapa tahap dibawah ini
yaitu:
1. Anamnesis
Pada anamnesis, faktor risiko merupakan hal yang penting ditanyakan untuk membantu
penegakan diagnosa kanker payudara. Adapun faktor risiko yang perlu ditanyakan ialah :
2. Pemeriksaan Fisik
a. Benjolan payudara
Dapat dideteksi pada 90% pasien dengan kanker payudara dan merupakan tanda utama
pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Massa kanker payudara yang tipikal memiliki
karakter dominan dan cenderung soliter, unilateral, solid, keras, irregular, nonmobile dan
tidak nyeri.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Mammografi
Mammografi merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan untuk mendeteksi
kanker payudara sebelum benjolan atau massa dapat dipalpasi. Karsinoma yang tumbuh
lambat dapat diidentifikasi dengan mammografi setidaknya 2 tahun sebelum mencapai
ukuran yang dapat dideteksi melalui palpasi. Radiologis yang berpengalaman dapat
mendeteksi karsinoma payudara dengan tingkat false-positive sebesar 10% dan false-
negative sebesar 7%. Gambaran mammografi yang spesifik untuk karsinoma mammae
antara lain massa padat dengan atau tanpa gambaran seperti bintang (stellate), penebalan
asimetris jaringan mammae dan kumpulan mikrokalsifikasi. Gambaran mikrokalsifikasi
ini merupakan tanda penting karsinoma pada wanita muda, yang mungkin merupakan
satu-satunya kelainan mammografi yang ada. Mammografi lebih akurat daripada
pemeriksaan klinis untuk deteksi karsinoma mammae stadium awal, dengan tingkat
akurasi sebesar 90%. Protokol saat ini berdasarkan National Cancer Center Network
(NCCN) menyarankan bahwa setiap wanita diatas 20 tahun harus dilakukan pemeriksaan
payudara setiap 3 tahun. Pada usia di atas 40 tahun, pemeriksaan payudara dilakukan
setiap tahun disertai dengan pemeriksaan mammografi. Pada suatu penelitian atas
screening mammography, menunjukkan reduksi sebesar 40% terhadap karsinoma
mammae stadium II, III dan IV pada populasi yang dilakukan skrining dengan
mammografi.
b. Ultrasonografi (USG)
Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan pada mammografi, lesi
payudara lain dapat dideteksi. Akan tetapi, jika pada pemeriksaan klinis dan mammografi
tidak didapat kelainan, maka kemungkinan untuk mendiagnosis karsinoma mammae
sangat kecil. MRI sangat sensitif tetapi tidak spesifik dan tidak seharusnya digunakan
untuk skrining. Sebagai contoh, MRI berguna dalam membedakan karsinoma mammae
yang rekuren atau jaringan parut. MRI juga bermanfaat dalam memeriksa mammae
kontralateral pada wanita dengan karsinoma payudara, menentukan penyebaran dari
karsinoma terutama karsinoma lobuler atau menentukan respon terhadap kemoterapi
neoadjuvan.
d. Biopsi
e. Biomarker
Biomarker karsinoma mammae terdiri dari beberapa jenis. Biomarker sebagai salah
satu faktor yang meningkatkan resiko karsinoma mammae. Biomarker ini mewakili
gangguan biologik pada jaringan yang terjadi antara inisiasi dan perkembangan
karsinoma. Biomarker ini digunakan sebagai hasil akhir dalam penelitian kemopreventif
jangka pendek dan termasuk perubahan histologis, indeks dari proliferasi dan gangguan
genetik yang mengarah pada karsinoma. Nilai prognostik dan prediktif dari biomarker
untuk karsinoma mammae antara lain (1) petanda proliferasi seperti proliferating cell
nuclear antigen (PNCA), BrUdr dan Ki-67; (2) petanda apoptosis seperti bcl-2 dan rasio
bax:bcl-2; (3) petanda angiogenesis seperti vascular endothelial growth factor (VEGF)
dan indeks angiogenesis; (4) growth factors dan growth factor receptors seperti human
epidermal growth receptor (HER)-2/neu dan epidermal growth factor receptor (EGFr)
dan (5) p53.
B. Skrining Ca Payudara
Rekomendasi untuk deteksi kanker payudara dini menurut American Cancer Society :
Wanita berumur ≥ 40 tahun harus melakukan screening mammogram secara terus-
menerus selama mereka dalam keadaan sehat, dianjurkan setiap tahun.
Wanita berumur 20-30 tahun harus melakukan pemeriksaan klinis payudara (termasuk
mammogram) sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan yang periodik oleh dokter,
dianjurakan setiap 3 tahun.
Setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri mulai umur
20 tahun. untuk kemudian melakukan konsultasi ke dokter bila menemukan kelainan.
Wanita yang berisiko tinggi (>20%) harus melakukan pemeriksaan MRI dan
mammogram setiap tahun.
Wanita yang risiko sedang (15-20%) harus melakukan mammogram setiap tahun, dan
konsultasi ke dokter apakah perlu disertai pemeriksaan MRI atau tidak.
Wanita yang risiko rendah (<15%) tidak perlu pemeriksaan MRI periodik tiap tahun.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pasien tersebut mengalami Ca Payudara dengan pemeriksaan histopatologi sebagai diagnosa
pastinya.
Daftar Pustaka
1. Vaidya, M.P, and Shukla, H.S. A textbook of Breast Cancer. Vikas Publishing House PVT
LTD. 2012
2. Pierce A. Grace n Neil R. Borley, At a Glance, ilmu bedah. Edisi III. Jakarta : Erlangga.
2006. Halaman: 130-131.