8467 - Laporan Kelompok III Benjolan Payudara

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

Kelompok III

LAPORAN TUTORIAL
BENJOLAN PAYUDARA

Disusun Oleh :
Ketua : Micheel Sarah (14000002)
Sekretaris : Putri Rahmi Maharani (14000014)
Anggota : Timothy Sabatta Sianturi (14000004)
Widya G. Simanjuntak (14000006)
Eva Rehulina Simarsoit (14000008)
Efrison Marudut T. S (14000012)
Kartini Masniari Siburian (14000017)
Butet Desniar Gultom (14000019)
Hotdia Novinia Siahaan (14000010)

Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen


Medan
Tahun Ajaran 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga laporan
tutorial I di Blok XIX ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan pemicu tentang
Benjolan Payudara. Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing selama tutorial ini berlangsung dan teman-teman kelompok III yang telah ikut
berpartisipasi ambil bagian dalam penyelesaian laporan ini.

Kami menyadari bahwa apa yang ada dalam laporan ini masih jauh dari sempurna . Untuk
itu, perlu adanya kritik dan saran yang membangun sangat membantu dalam penyempurnaan
laporan ini. Kami berharap semoga laporan ini ada manfaatnya bagi kita semua yang
membacanya.

Medan, Oktober 2017

Kelompok Tutorial III


DAFTAR ISI

Daftar Isi
Bab 1. Pendahuluan
1.1 Pemicu.
1.2 Unfamilliar terms.
1.3 Masalah.
1.4 Analisis Masalah.
1.5 Hipotesa.

Bab 2. Learning Isu dan Pembahasan


2.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara

2.2 Histologi Payudara

2.3 Defenisi, Etiologi, dan, Faktor Resiko,Benjolan Payudara

2.4 Patogenesis Benjolan Payudara

2.5 Perbedaan Tumor Ganas dan Jinak

2.6 Diagnosa Banding Benjolan Payudara

2.7 Penegakan Diagnosa dan Skrining Ca Payudara

Bab 3. Kesimpulan
3.1 Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pemicu
Seorang perempuan berusia 39 tahun datang ke puskesmas bersama suaminya dengan keluhan
benjolan di payudara kanan sudah dialami kurang lebih satu tahun. Benjolan membesar lebih
cepat 1 bulan belakangan ini tanpa diikuti rasa sakit. Pada pemeriksaan fisis diagnostic
ditemukan benjolan berukuran 2x3 cm, konsistensi keras, nyeri tekan, dan fluktuasi negative
didaerah kuadran lateral atas. Pada pemeriksaan palpasi aksila kanan teraba kelenjar 1 cm.
Pasangan ini mempunyai 1 anak berusia 4 tahun.
Apakah yang terjadi pada perempuan ini?
More Info:

1. Riwayat keluarga : adik ibunya meninggal karena sangkaan tumor payudara (Ca).
2. Pemeriksaan mamografi tidak menunjukkan gambaran malignan.
3. Pada USG dijumpai tumor yang solid sebesar 2x2 cm.

1.2 Unfamiliar Term


Benjolan : tonjolan yang disebabkan oleh peradangan dan proliferasi sel yang abnormal.
Fluktuasi : undulasi cairan yang dikumpulkan dalam rongga yang dirasakan ketika mengalami tekanan
atau perkusi.

1.3 Masalah
1. Benjolan membesar di payudara kanan atas.
2. Benjolan yang semakin membesar 1 bulan terakhir tanpa rasa sakit.
3. Pembesaran kelenjar getah bening aksila kanan.
1.4 Analisis Masalah

Benjolan Payudara

Infeksi Pertumbuhan
abnormal sel

Tanda-tanda
Ganas Jinak
inflamasi Soma

1.5 Hipotesa
Benjolan payudara yang dianggap ganas.

1.6 Learning Isu dan Pembahasan


1 Anatomi dan Fisiologi Payudara

2 Histologi Payudara

3 Defenisi, Etiologi, dan, Faktor Resiko,Benjolan Payudara

4 Patogenesisi Benjolan Payudara

5 Perbedaan Tumor Ganas dan Jinak

6 Diagnosa Banding Benjolan Payudara

7 Penegakan Diagnosa dan Skrining Ca Payudara


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara

2.2 Histologi Payudara

2.3 Defenisi, Etiologi, dan, Faktor Resiko,Benjolan Payudara

2.4 Patogenesis Benjolan Payudara

2.5 Perbedaan Tumor Ganas dan Jinak


Tumor dibagi atas jinak dan ganas, yang penting dibedakan untuk menentukan terapi dan
prognosisnya. Tumor ganas biasanya mempunyai ciri –ciri sebagai berikut :

1. Tumor ganas tumbuhnya infiltratif yaitu tumbuh bercabang menyebuk ke dalam jaringan
sehat sekitarnya, menyerupai jari kepiting (sehingga disebut kanker). Karena itu tumor
ganas biasanya sukar digerakkan dari dasarnya. Tumor jinak tumbuhnya ekspansif, yaitu
mendesak jaringan sehat sekitarnya sehingga jaringan sehat yang terdesak membentuk
simpai/kapsul dari tumor, maka dikatakan tumor jinak umumnya bersimpai/berkapsul.
Karena tidak ada perutmbuhan infiltratif biasanya tumor jinak mudah digerakkan dari
dasarnya.

2. Residif Tumor ganas sering tumbuh kembali (residif) setelah diangkat atau diberi
pengobatan dengan penyinaran. Keadaan ini disebabkan adanya sel tumor yang
tertinggal, kemudian tumbuh dan membesar membentuk tumor di tempat yang sama.
Tumor jinak yang berkapsul bila diangkat mudah dikeluarkan seluruhnya sehingga tidak
ada jaringan tumor tertinggal dan tidak menimbulkan kekambuhan.

3. Metastase Walaupun tidak semua, umumnya tumor ganas sanggup mengadakan anak
sebar ditempat lain melalui peredaran darah, cairan getah bening, sedangkan tumor jinak
tidak menyebar.
4. Tumor ganas tumbuhnya cepat, maka secara klinik tumornya cepat membesar dan
mikroskopik ditemukan mitosis normal (bipolar) maupun abnormal (atipik). Sebuah sel
membelah menjadi dua dengan membentuk bipolar spindle. Pada tumor yang ganas
terjadi pembelahan multiple pada saat bersamaan sehingga dari sebuah sel dapat menjadi
tiga atau empat anak sel. Pembelahan abnormal ini memberikan gambaran mikroskopik
mitosis atipik seperti mitosis tripolar atau multipolar. Jessy Chrestella : Neoplasma, 2009
Tumor jinak tumbuhnya lambat, sehingga tumor tidak cepat membesar dan pemeriksaan
mikroskopik tidak ditemukan gambaran mitosis abnormal. Adanya gambaran mitosis
sugestif tumor itu ganas.

5. Perubahan pada inti sel. Pembelahan sel diatur oleh inti sel, yaitu oleh nukleoprotein
dalam kromatin. Oleh karena itu untuk menentukan keganasan harus memperhatikan
perubahan inti sel. Inti sel tampak lebih besar , menyebabkan perbandingan inti terhadap
sitoplasma 1: 1 atau 1:2. Seperti diketahui perbandingan inti sitoplasma sel normal adalah
1:4. Perubahan ini disebabkan ukuran inti bertambah dan jumlah sitoplasma sel
berkurang. Bentuk dan ukuran inti sel sangat berbeda beda, keadaan in disebut
pleomorfik. Kromatin inti bertambah jumlahnya menyebabkan gambaran yang kasar dan
berkelompok di tepi inti, disebut hiperkromasi. Nukleolus sering lebih besar kadang
multiple dan biasanya dikelilingi halo, menyebabkan gambaran mata burung hantu (owl
eye). Sering ditemukan inti yang bentuknya bizarre (tidak beraturan) dan sel datia tumor
dengan beberapa inti. Tampak pula banyak gambaran mitosis yang menunjukkan
cepatnya pertumbuhan , diantaranya tampak mitosis abnormal seperti tri , quadric atau
multipolar. Inti sel tumor jinak masih menyerupai inti sel jaringan asalnya, bentuknya
teratur dan uniform.

6. Anaplasi Tumor terdiri atas dua komponen yaitu parenkim yang terdiri atas sel tumor
yang berproliferasi dan stroma yang terdiri atas jaringan ikat dan pembuluh. Stroma
mendukung parenkim dan memberikan makanan melalui pembuluh darah. Parenkim
yaitu sel-sel tumor pada keadaan ganas dengan membelah diri akan mengalami
perubahan-perubahan sehingga mungkin tidak menyerupai sel sel asalnya lagi. Derajat
morfologi sel tumor menyerupai sel-sel normal disebut differensiasi. Bila lebih
menyerupai sel-sel normal asalnya disebut berdiferensiasi baik dan bila lebih banyak
berbeda dari sifat sel-sel normal asalnya disebut berdifrerensiasi buruk atau anaplasi.
Makin anaplastik suatu tumor, makin ganas tumor itu. Pada anaplasi sebetulnya terjadi
penyimpangan sifat selselnya, juga susunan dan bentuknya. Pada tumor jinak sel selnya
masih menyerupai sel-sel jaringan asalnya maka tumor jinak dikatakan berdiferensiasi
baik.

7. Kehilangan polaritas Sel sel epitel normal biasanya membentuk susunan tertentu ,
misalnya epidermis mempunyai susunan yang terdiri atas lapisan basal, spinosum ,
granulosum dsb. Pada tumor ganas susunan yang teratur ini akan hilang sehingga letak
sel yang satu terhadap yang lain tidak teratur lagi. Sebagai contoh, dapat dilihat pada
karsinoma in situ serviks uteri, sel epitel gepeng berlapis stratifikasinya tidak jelas lagi
dan sel-selnya menunjukkan tanda ganas, walaupun sel-sel ini belum menembus
membrane basal. Pada tumor jinak tidak ditemukan loss of polarity.

8. Tumor ganas jika tidak diobati akan menyebabkan kematian. Berbeda dengan tumor jinak
biasanya tidak menyebabkan kematian bila letaknya tidak pada alat tubuh vital.

2.6 Diagnosa Banding Benjolan Payudara


No Nama Definisi Tanda dan Gejala Pemeriksaan
Penyakit
1 Kanker Kanker  Benjolan di payudara Mamografi :
Payudara payudara  Kecepatan tumbuh  Densitas yang
(KPD) dengan/tanpa rasa meninggi pada tumor
merupakan sakit  Batas tumor yang
keganasan pada  Nipple discharge, tidak teratur oleh
jaringan retraksi puting susu, karena adanya proses
payudara yang dan krusta infiltrasi ke jaringan
dapat berasal  Kelainan kulit,  Gambaran translusen
dari epitel dimpling, peau disekitar tumor
duktus maupun d’orange, ulserasi,  Gambaran stelata.
lobulusnya. venektasi  Adanya
 Benjolan ketiak dan mikrokalsifikasi
edema lengan sesuai kriteria Egan
 Ukuran klinis tumor
lebih besar dari
radiologis.
Patologi anatomi :
Adanya kelainan pada
duktus dan lobulus di
payudara
2 Fibroadenoma Fibroadenoma  Terdapat benjolan di Mamografi :
Mammae mammae payudara  Gambaran masa
(FAM) yaitu  Benjolan dapat dengan batas yang
tumor jinak digerakkan jelas
pada payudara  Tidak disertai rasa
yang berbatas sakit Patologi Anatomi :
jelas dan Proliferasi berlebihan
berbentuk pada stroma
benjolan yang
dapat
digerakkan.
3 Mastitis Peradangan  Kemerahan, tegang,  Kemerahan, tegang,
pada satu atau panas, bengkak dan panas, bengkak dan
lebih segmen rasa nyeri pada rasa nyeri pada
payudara yang payudara payudara
mungkin  Demam  Demam
disertai infeksi  Ibu tidak mau
atau tanpa menyusui
infeksi.
4 Papiloma Tumor • Papiloma 1. Ultrasonografi :
Intraductal papiliform yang cenderung gambaran ektasia
tumbuh di melepaskan duktus yang
dalam duktus sekresi (serous berbatas tegas
laktiferus. bercampur yang
Papilloma darah)spontan lumennya
dari puting. mengandung
• diameter lesi < materi ekoik.
1cm umumnya 3- 2. Duktulografi :
4mm namun filling defek
terkadang besar didalam duktus
mencapai 4-5cm yamg melebar
• Nipple discharge 3. Sitologi : dari
Nipple Discharge
5 Fibrokistik Kondisi • Teraba satu atau 1. Ultrasonografi
Payudara payudara yang lebih masa kistik 2. FNAB
menyebabkan dengan batas
adanya rasa yang jelas atau
nyeri, kistik dan teraba masa yang
benjolan padat dan mudah
digerakan
• benjolan di
dipayudara atau
benjolan yang
sangat nyeri dan
tegang.
• Nyeri bilateral,
tidak terlokalisir,
dan menyebar ke
bahu atau aksila
bahkan dapat
menyebar ke
lengan
• Ukuran benjolan
juga dirasakan
berfluktuasi
mengikuti siklus
haid

2.7 Penegakan Diagnosa dan Skrining Ca Payudara


A. Penegakan Diagnosa Ca Payudara

Penegakan diagnosa kanker payudara dapat ditegakkan melalui beberapa tahap dibawah ini
yaitu:

1. Anamnesis
Pada anamnesis, faktor risiko merupakan hal yang penting ditanyakan untuk membantu
penegakan diagnosa kanker payudara. Adapun faktor risiko yang perlu ditanyakan ialah :
2. Pemeriksaan Fisik
a. Benjolan payudara
Dapat dideteksi pada 90% pasien dengan kanker payudara dan merupakan tanda utama
pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Massa kanker payudara yang tipikal memiliki
karakter dominan dan cenderung soliter, unilateral, solid, keras, irregular, nonmobile dan
tidak nyeri.

b. Keluarnya sekret secara spontan pada puting susu


Tanda kedua yang tersering dari kanker payudara adalah pada duktus. Keluarnya sekret
dari puting susu akan berakibat kanker payudara pada 3% wanita dan 20% pada pria akan
tetapi untuk terjadinya kasus tumor jinak lebih besar yaitu sebanyak 90% pasien.
Keluarnya sekret pada pasien berumur lebih dari 50 tahun lebih besar kemungkinan untuk
menjadi kanker daripada lesi jinak. Karakter dari sekret puting susu sangat membantu
dalam menegakkan diagnosis.
c. Manifestasi klinis lainnya
Termasuk perubahan kulit, axillary lymphadenopathy atau tanda penyakit lokal atau yang
menyebar. Payudara yang sangat sakit merupakan gejala umum tetapi biasanya sebagai
akibat selain dari kanker. Paget’s carcinoma tampak sebgai ekzema unilateral pada puting
susu. Inflammatory carcinoma tampak pada kulit berupa eritema, edema dan indurasi
tanpa adanya infeksi.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Mammografi
Mammografi merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan untuk mendeteksi
kanker payudara sebelum benjolan atau massa dapat dipalpasi. Karsinoma yang tumbuh
lambat dapat diidentifikasi dengan mammografi setidaknya 2 tahun sebelum mencapai
ukuran yang dapat dideteksi melalui palpasi. Radiologis yang berpengalaman dapat
mendeteksi karsinoma payudara dengan tingkat false-positive sebesar 10% dan false-
negative sebesar 7%. Gambaran mammografi yang spesifik untuk karsinoma mammae
antara lain massa padat dengan atau tanpa gambaran seperti bintang (stellate), penebalan
asimetris jaringan mammae dan kumpulan mikrokalsifikasi. Gambaran mikrokalsifikasi
ini merupakan tanda penting karsinoma pada wanita muda, yang mungkin merupakan
satu-satunya kelainan mammografi yang ada. Mammografi lebih akurat daripada
pemeriksaan klinis untuk deteksi karsinoma mammae stadium awal, dengan tingkat
akurasi sebesar 90%. Protokol saat ini berdasarkan National Cancer Center Network
(NCCN) menyarankan bahwa setiap wanita diatas 20 tahun harus dilakukan pemeriksaan
payudara setiap 3 tahun. Pada usia di atas 40 tahun, pemeriksaan payudara dilakukan
setiap tahun disertai dengan pemeriksaan mammografi. Pada suatu penelitian atas
screening mammography, menunjukkan reduksi sebesar 40% terhadap karsinoma
mammae stadium II, III dan IV pada populasi yang dilakukan skrining dengan
mammografi.
b. Ultrasonografi (USG)

Penggunaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang penting untuk membantu


hasil mammografi yang tidak jelas atau meragukan, baik digunakan untuk menentukan
massa yang kistik atau massa yang padat. Pada pemeriksaan dengan USG, kista mammae
mempunyai gambaran dengan batas yang tegas dengan batas yang halus dan daerah bebas
echo di bagian tengahnya. Massa payudara jinak biasanya menunjukkan kontur yang
halus, berbentuk oval atau bulat, echo yang lemah di bagian sentral dengan batas yang
tegas. Karsinoma mammae disertai dengan dinding yang tidak beraturan, tetapi dapat
juga berbatas tegas dengan peningkatan akustik. USG juga digunakan untuk
mengarahkan fine-needle aspiration biopsy (FNAB), core-needle biopsy dan lokalisasi
jarum pada lesi payudara. USG merupakan pemeriksaan yang praktis dan sangat dapat
diterima oleh pasien tetapi tidak dapat mendeteksi lesi dengan diameter ≤ 1 cm.

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan pada mammografi, lesi
payudara lain dapat dideteksi. Akan tetapi, jika pada pemeriksaan klinis dan mammografi
tidak didapat kelainan, maka kemungkinan untuk mendiagnosis karsinoma mammae
sangat kecil. MRI sangat sensitif tetapi tidak spesifik dan tidak seharusnya digunakan
untuk skrining. Sebagai contoh, MRI berguna dalam membedakan karsinoma mammae
yang rekuren atau jaringan parut. MRI juga bermanfaat dalam memeriksa mammae
kontralateral pada wanita dengan karsinoma payudara, menentukan penyebaran dari
karsinoma terutama karsinoma lobuler atau menentukan respon terhadap kemoterapi
neoadjuvan.

d. Biopsi

Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan pemeriksaan sitologi


merupakan cara praktis dan lebih murah daripada biopsi eksisional dengan resiko yang
rendah. Teknik ini memerlukan patologis yang ahli dalam diagnosis sitologi dari
karsinoma mammae dan juga dalam masalah pengambilan sampel, karena lesi yang
dalam mungkin terlewatkan. Insidensi false-positive dalam diagnosis adalah sangat
rendah, sekitar 1-2% dan tingkat false-negative sebesar 10%. Kebanyakan klinisi yang
berpengalaman tidak akan menghiraukan massa dominan yang mencurigakan jika hasil
sitologi FNA adalah negatif, kecuali secara klinis, pencitraan dan pemeriksaan sitologi
semuanya menunjukkan hasil negatif. Large-needle (core-needle) biopsy mengambil
bagian sentral atau inti jaringan dengan jarum yang besar. Alat biopsi genggam menbuat
large-core needle biopsy dari massa yang dapat dipalpasi menjadi mudah dilakukan di
klinik dan cost-effective dengan anestesi lokal. Open biopsy dengan lokal anestesi sebagai
prosedur awal sebelum memutuskan tindakan defintif merupakan cara diagnosis yang
paling dapat dipercaya. FNAB atau core-needle biopsy, ketika hasilnya positif,
memberikan hasil yang cepat dengan biaya dan resiko yang rendah, tetapi ketika hasilnya
negatif maka harus dilanjutkan dengan open biopsy. Open biopsy dapat berupa biopsy
insisional atau biopsi eksisional. Pada biopsi insisional mengambil sebagian massa
payudara yang dicurigai, dilakukan bila tidak tersedianya core-needle biopsy atau massa
tersebut hanya menunjukkan gambaran DCIS saja atau klinis curiga suatu inflammatory
carcinoma tetapi tidak tersedia core-needle biopsy. Pada biopsi eksisional, seluruh massa
payudara diambil.

e. Biomarker

Biomarker karsinoma mammae terdiri dari beberapa jenis. Biomarker sebagai salah
satu faktor yang meningkatkan resiko karsinoma mammae. Biomarker ini mewakili
gangguan biologik pada jaringan yang terjadi antara inisiasi dan perkembangan
karsinoma. Biomarker ini digunakan sebagai hasil akhir dalam penelitian kemopreventif
jangka pendek dan termasuk perubahan histologis, indeks dari proliferasi dan gangguan
genetik yang mengarah pada karsinoma. Nilai prognostik dan prediktif dari biomarker
untuk karsinoma mammae antara lain (1) petanda proliferasi seperti proliferating cell
nuclear antigen (PNCA), BrUdr dan Ki-67; (2) petanda apoptosis seperti bcl-2 dan rasio
bax:bcl-2; (3) petanda angiogenesis seperti vascular endothelial growth factor (VEGF)
dan indeks angiogenesis; (4) growth factors dan growth factor receptors seperti human
epidermal growth receptor (HER)-2/neu dan epidermal growth factor receptor (EGFr)
dan (5) p53.

B. Skrining Ca Payudara

Rekomendasi untuk deteksi kanker payudara dini menurut American Cancer Society :
 Wanita berumur ≥ 40 tahun harus melakukan screening mammogram secara terus-
menerus selama mereka dalam keadaan sehat, dianjurkan setiap tahun.
 Wanita berumur 20-30 tahun harus melakukan pemeriksaan klinis payudara (termasuk
mammogram) sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan yang periodik oleh dokter,
dianjurakan setiap 3 tahun.
 Setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri mulai umur
20 tahun. untuk kemudian melakukan konsultasi ke dokter bila menemukan kelainan.
 Wanita yang berisiko tinggi (>20%) harus melakukan pemeriksaan MRI dan
mammogram setiap tahun.
 Wanita yang risiko sedang (15-20%) harus melakukan mammogram setiap tahun, dan
konsultasi ke dokter apakah perlu disertai pemeriksaan MRI atau tidak.
 Wanita yang risiko rendah (<15%) tidak perlu pemeriksaan MRI periodik tiap tahun.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pasien tersebut mengalami Ca Payudara dengan pemeriksaan histopatologi sebagai diagnosa
pastinya.

Daftar Pustaka

1. Vaidya, M.P, and Shukla, H.S. A textbook of Breast Cancer. Vikas Publishing House PVT
LTD. 2012
2. Pierce A. Grace n Neil R. Borley, At a Glance, ilmu bedah. Edisi III. Jakarta : Erlangga.
2006. Halaman: 130-131.

3. De jong, Syamsuhadi. Ilmu Bedah. Jakarta : EGC. 2005.

Anda mungkin juga menyukai