Laporan Akhir Ternak Perah
Laporan Akhir Ternak Perah
Laporan Akhir Ternak Perah
OLEH :
1603511072
KELAS B
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat beliau lah penulis dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum Ilmu Ternak Perah
dengan baik .
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Laporan akhir ini dibuat
dengan sedemikian rupa dengan tujuan untuk memenuhi syarat dari dosen serta diharapkan
bermanfaat bagi mahasiswa sebagai referensi praktikum. Dan penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini, dan
yang telah memberikan banyak saran, petunjuk dan dorongan dalam menyelesaikan laporan
ini. Semoga segala yang telah kita kerjakan merupakan bimbingan yang lurus dari Tuhan
Yang Maha Kuasa.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat berguna bagi pembuatan dan penyempurnaan
selanjutnya. Sekian dan terima kasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..… 3
1.2 TUJUAN……………………………………………………………………. 4
1.3 MANFAAT…………………………………………………………………. 4
BAB V PENUTUP………………………………………………………………………. 23
5.1 KESIMPULAN……………………………………………………………… 23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 24
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Sumber susu untuk kebutuhan makanan yang paling umum di negara-negara seperti
Australia, Inggris, Amerika, dan Indonesia adalah sapi. Walaupun ada negara lain yang
menggunakan domba dan kambing sebagai produk penghasil susu. Namun selama
berabad-abad sapi selalu dipilih untuk produksi susu yang tinggi, sehingga sekarang sapi
perah adalah salah satu penghasil susu yang paling efisien (Buckle dkk., 1987).
Bakteri yang sering terdapat dalam susu sapi murni meliputi Micrococcus,
Pseudomonas, Staphylococcus, Bacillus serta E. coli (Vollk dan Wheeler, 1993).
Menurut Benson (2002), jumlah bakteri dalam air susu dapat digunakan sebagai
indikator terhadap kualitas susu. Selain itu, jenis bakteri
seperti E.coli, Enterobacteriaceae serta Streptobacillustelah lama dirumuskan sebagai
mikroorganisme indikator mutu (Setyawan dan Yatri, 1987).
Penelitian Balia dkk., 2008 yang mengambil sampel dari susu segar di peternakan sapi
perah rakyat di Lembang, Jawa Barat menunjukkan jumlah bakteri total pada susu segar
adalah 3,70 X 106 CFU/ml. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah bakteri total pada susu
segar melebihi batas maksimum cemaran mikroba SNI tahun 2000. Syarat cemaran total
bakteri 1x 106 CFU/ml dan coliform maksimal 20 koloni/ml.
3
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk memahami karakteristik susu
segar berdasarkan struktur komposisinya, melakukan pengujian terhadap beberapa sifat
fisik susu segar, melakukan pengujian terhadap beberapa sifat kimia susu segar, untuk
menilai kualitas bakteriologis susu segar, mengetahui cara pengujian kualiitas susu segar.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah bisa dijadikan referensi oleh mahasiswa
dalam perkuliahan, khususnya dalam mata kuliah Ilmu Ternak Perah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian atau batasan umum mengenai istilah susu adalah cairan berwarna
putih yang diperoleh dari pemerahan hewan menyusui yang dapat didiamkan atau
digunakan sebagai bahan pangan yang sehat serta padanya tidak dikurangi komponen-
komponennya atau ditambah bahan-bahan lain (Hadiwiyoto, 1994). Dipandang dari segi
peternakan susu merupakan suatu sekresi kelenjar susu dari sapi yang sedang laktasi dan
dilakukan pemerahan yang sempurna tanpa ditambah atau dikurangi oleh suatu
komponen (Nurliyani dkk., 2008).
Menurut SNI tahun 1997 definisi susu dibagi menjadi dua. Susu murni adalah cairan
yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih yang diperoleh dengan cara pemerahan
yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan
belum mendapat perlakuan apapun. Sedangkan susu segar adalah susu murni yang tidak
mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi
kemurniannya.
Susu sapi di Indonesia telah banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Walaupun ada pula susu yang dihasilkan oleh ternak lain misalnya kerbau, kambing,
kuda, dan domba akan tetapi penggunaannya tidak sepopuler susu sapi. Susu sapi
merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat baik untuk kesehatan. Untuk
itu susu sapi yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu kandungan jumlah
bakteri yang cukup rendah, bebas dari spora dan mikroorganisme penyebab penyakit,
mempunyai cita rasa yang baik, bersih dan bebas dari debu atau kotoran yang lain, serta
tidak dipalsukan dengan penambahan air atau cara pemalsuan lain (Anonim, 1995).
Kerusakan air susu terjadi apabila telah menunjukkan penyimpangan yang melebihi
batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain yang
biasanya digunakan. Produk susu dinyatakan rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi
apabila dalam susu tersebut terjadi perubahan rasa dan aroma, yaitu menjadi asam, busuk,
tidak segar dan susu menggumpal atau memisah. Untuk produk susu cair, perubahan
warna biasanya menunjukkan indikasi awal kerusakan produk, yaitu adanya pertumbuhan
bakteri dan peningkatan asam. Produk seperti ini sebaiknya tidak dikonsumsi (Anonimus,
2003).
5
Air susu yang diperah sering tercemar jika bagian luar dari sapi dan daerah sekitarnya
sebelum diperah tidak diperhatikan. Keadaan demikian menyebabkan air susu walaupun
berasal ambing yang sehat (bebas dari bakteri) tetap terkontaminasi setelah pemerahan
susu. Susu yang baru diperah sekalipun dari sapi-sapi yang sehat dan diperah secara
aseptis biasanya mengandung jumlah bakteri yang sedikit (Eckles dkk., 1998).
Titiek dan Rahayu (2007) mengatakan bahwa beberapa kerusakan pada susu yang
pembentukan lendir oleh beberapa jenis bakteri dan penggumpalan susu yang timbul
tanpa penurunan pH. Galtz dan Bruvig (1980), melaporkan bahwa Escherichia colli dapat
patogen yang umum mencemari susu adalah E. coli. Standar Nasional Indonesia tahun
2000 mensyaratkan bakteri E. coli tidak terdapat dalam susu dan produk olahannya.
Bakteri E. coli dalam air susu maupun produk olahannya dapat menyebabkan diare pada
manusia bila dikonsumsi. Beberapa bakteri patogen yang umum mencemari susu adalah
Pemeriksaan terhadap keadaan air susu yang lazim di lakukan dala praktek adalah sbb:
a) Uji Warna
Warna susu segar berkisar dari putih kebiruan sampai kuning keemasan
bergantung jenis hewan, pakan, dan jumlah lemak/ padatan dalam susu. Dalam jumlah
besar, susu tampak keruh (opaque). Dalam bentuk lapisan tipis, susu tampak sedikit
6
transparan. Susu dengan kadar lemak rendah atau susu yang sudah dipisahkan
lemaknya berwarna kebiru – biruan. Warna putih susu lemak, kalsium kaseinat, dan
koloid fosfat.
pada susu yang berasal dari jennis pakan yang diberiakan. Ketajaman warna karoten
tergantung dari jumlah pigmen dalam darah yang disekresi bersama – sama susu.
Karoten yang terdapat dalam susu, secara identik dengan yang terdapat pada warna
tanaman. Warna kuning susu ini sangat dipengaruhi oleh pakan yang berikan pada
ternak itu sendiri. Pakan yang tinggi kadar karoten, misalnya wortel dan hijaun
menyebabkan warna susu lebih kuning daripada pakan jagung putih atau oats yang
berkadar karoten rendah. Pigmen lain yang terdapat dalam susu adalah riboflavin.
Pigmen ini terlarut dalam susu tetapi hanya tampak pada bagian whey dan
menyebabkan warna kehijauan. Dalam susu normal, warna riboflavin tertutup oleh
Bau/ aroma/ flavour susu segar adalah khas bau susu, karena adanya
kandungan asam volatile dan lemak dalam susu. Selain itu, kandungan laktosa yang
tinggi dan kandungan klorida yang rendah diduga menyebabkan susu berbaru seperti
garam. Penyimpangan bau susu sepeeti bau asam, bau kotoran, bau pakan, dan bau
obat – obatan dapat timbul karena penanganan yang kurang baik. Oleh karena itu,
setelah diperah susu dalam ember harus segera dibawa ke kamar susu agar tidak
terkontaminasi oleh bau – bau disekitar kandang. Susu mudah menyerap bau – bauan
dari sekelilingnya. Hal ini diakibatkan oleh sifat lemak dalam susu, yaitu oil in water
7
Susu segar yang normal berasa agak manis karena mengandung laktosa dan
mempunyai aroma yang spesifik. Aroma susu lenyap jika susu didiamkan beberapa
jam atau susu didinginkan. Cita rasa susu berhubungan dengan keseimbangan rasa
antara rasa manis akibat kandungan laktosa tinggi dan rasa asin dari kadar klorida.
Susu dengan kandungan laktosa rendah tetapi kadar kloridanya tinggi menyebabkan
rasa susu menjadi asin. Susu sapi yang dihasilkan pada akhir masa laktasi biasanya
terasa asin.
Rasa dan aroma susu dapat menyimpang dari seharusnya dipengaruhi oleh
- Ganguan fisik ternak: Dalam hal ini, bahan – bahan yang menyebabkan rasa dan
aroma susu menyimpang, dsekresi oleh ternak bersama – sama dengan susu.
- Bahan yang mempunyai aroma kuat, misalnay bawang termakan oleh ternak yang
sedang laktasi. Cita rasa dan aroma bahan yang diserap oleh darah dan disekresi
dalam susu.
o Bau silage, bau lobak, dan lain – lain berarti susu telah tercemar bau
8
- Terjadinya perubahan aroma dan rasa karena reaksi kimia.
menyerap aroma yang tidak dikehendaki. Demikian juga susu disimpan pada
tempat yang dekat dengan bahan pangan yang mempunyai aroma kuat. Adanya
bahan asing dalam susu tidak layak untuk dikonsumsi, misalnya adanya aerosol
obat serangga dalam susu dapat menyebabkan susu karena penggunaanya untuk
mengusir lalat dalam kandang. Beberapa logam seperti besi dan tembaga dapat
menyebabkan citarasa metalik atau mengkatalis perubahan cita rasa yang lain.
c) Uji Konsistensi
Pada uji konsistensi, air susu di masukan kedalam beker glass, kemudian di goyang
perlahan. Susu yang baik akan membasahi dinding glass, tidak bersifat lendir,
berbutir, dan busa yang terbentuk akan hilang kembali. Apa bila susu tersebut atau
serumnya berlendir, ini mungkin di sebabkan karena adanya kuman-kuman cocoi dan
2) Pemeriksaan Kebersihan
Adanya kotoran dalam susu sangat tidak dikehendaki dan merupakan indikator
penanganan yang tidak baik (sanitasi buruk). Kotoran yang dapat dilihat oleh mata
antara lain berupa bulu sapi, rambut, sisa – sisa makanan, bagian feses, dan lain – lain.
Hal tersebut perlu dihilangkan dengan cara penyaringan atau filtrasi karena dapat
9
3) Pemeriksaan Mastitis
adalah suatu peradangan pada tenunan ambing yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme, zat kimia, luka termis ataupun luka karena mekanis. Peradangan ini
bertambahnya protein dalam darah dan sel-sel darah putih di dalam tenunan ambing
produksi susu. Selain itu pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi sangat
lingkungan yang tinggi secara jelas menurunkan produksi susu, karena sapi
komposisi susu.
4) Uji Didih
Susu yang masih segar dan berkualitas baik tidak akan mengalami koagulasi apabila
sebagai hasil pemecahan laktosa oleh bakteri asam laktat, akan terkoagulasi apabila
dipanaskan. Demikian pula pada koagulasi terjadi pada kolostrum dan susu yang
berasal dari ambing yang terkena mastitis pada tingkatan tertentu (kadar garamnya
meningkat). Susu yang masih dalam kualitas yang baik itu tidak terdapat gumpalan –
gumpalan – gumpalan pada susu hal ini dapat disebabkan karena susu sudah asam
(derajat keasaman tinggi) atau dikatakan susu sudah pecah, dan mastitis.
5) Uji Alkohol
10
Uji alkohol merupakan uji paling sederhana yang bisa dilakukan dilapangan, yaitu
untuk mengetahui kondisi susu dalam keadaan rusak atau tidak. Apabila terdapat
gumpalan berarti susu tersebut sudah asam dan tidak baik untuk diolah atau untuk
dikonsumsi. Hal tersebut dapat disebabkan karena susu mulai masam atau telah
Protein dalam susu juga menetukan kualitas air susu sebagai bahan konsumsi. Susu
memiliki protein yang tinggi yakni dengan rata rata 3,20%. Penetapan kadar protein
susu dapat dilakukaan dengan menggunakan cara titrasi formol, menurut davide.
Prinsipnya yakni formalin akan bereaksi dengan asam amino bebas dari protein dalam
air susu danakan membentuk di methylol amino acid. Dengan menghitung banyaknya
NaOH 0,1 N yang digunakan untuk titrasi akhirnya dapat dihitunng kadar protein air
susu.
11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pemeriksaan Air Susu ini dilaksanakan 4 kali pada tanggal 3 Oktober
2018, 24 Oktober 2018, 31 Oktober 2018, dan 14 November 2018. Praktikum ini
dilaksanakan di Laboratorium Ternak Perah Fakultas Peternakan Unud pada pukul 13.00
WITA – selesai.
3.2 Praktikum I
(Pemeriksaan Keadaan Physis, Pemeriksaan Kebersihan, Pemeriksaan Mastitis)
A. Alat dan Bahan
- Susu sapi - Pipet Ukur
- Susu kambing - Pipet Tetes
- Gelas beker - Kapas/kain
- Gelas ukur - Paddle CMT (California Mastitis Test)
- Alat Saring - Reagen CMT
- Botol susu yang dilubangi
B. Langkah Kerja
i. Pemeriksaan Keadaan Physis
Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
Tuangkan susu sapi dan susu kambing masing-masing di gelas beker
yang telah disediakan
Amati warna dari susu sapi dan susu kambing. Catat warna susu
tersebut
Setelah mengamati warna, susu sapi dan susu kambing masing-masing
dibaui untuk mengetahui bau dari susu tersebut. Catat Hasilnya.
Kemudian, cicipi kedua susu tersebut. Bagaimana rasanya? Catat
hasilnya
Setelah itu, susu yang sudah dituangkan ke dalam gelas beker
digoyang-goyangkan perlahan-lahan. Catat apa yang terjadi pada
kedua susu tersebut.
12
Botol susu difiksasi dan diletakkan terbalik, saringan diletakkan dalam
mulut botol.
Melalui dinding botol, air susu dituang perlahan-lahan sebanyak 500
ml.
Melalui saringan air susu ditampung di gelas beker.
Saringan dikeringkan, kemudian diperiksa dan diamati kotorannya.
Kemudian catat hasilnya.
iii. Pemeriksaan Mastitis
Tuangkan 2-3 ml susu ke dalam paddle CMT, kemudian tambahkan 2-
3 ml reagen CMT.
Kemudian digoyang-goyangkan ke arah muka dan kebawah.
Perhatikan warna dan kekentalannya. Catat hasilnya.
3.3 Praktikum II
( Uji Didih, Uji Alkohol, Penetapan Kadar Protein (P)
A. Alat dan Bahan
- Susu sapi - Indikator PP 1%
- Pipet tetes - Erlenmeyer
- Tabung reaksi - larutan HaOH 0,1 N
- Alkohol 50% dan 70% - indikator phenolphtalem 1%
- Api Bunsen - Formalin 40%
- Gelas beker - Aquades
- Pipet ukur 1 ml dan 10 ml - Larutan Kalium Oxalat Jenuh
- Alat titrasi
B. Langkah Kerja
i. Uji Alkohol
Masukkan masing-masing 3 ml susu sapi ke dalam 2 tabung reaksi.
Satu tabung reaksi diisi 3 ml alkohol 70% dan tabung yang kedua diisi
3 ml alkohol 50%.
Kocok perlahan, amati keadannya.
ii. Uji Didih
Masukkan 5 ml susu ke dalam tabung reaksi
Tabung reaksi yang berisi susu tersebut dididihkan, lalu didinginkan.
Amati keadannya.
13
iii. Penetapan Kadar Protein
Buatlah blanko dengan campuran 2 ml formalin, aquades, indikator PP
1%
Kemudian titrasi blanko tersebut dengan NaOH sampai warnanya
berubah menjadi merah muda.
Masukkan 10 ml susu ke dalam gelas beker, tambahkan 0,4 ml kalium
oksalat.
Kocok larutan tersebut sampai homogen, lalu dibiarkan selama 2
menit.
Kemudian larutan tersebut dititrasi menggunakan NaOH sampai
berwarna merah muda.
Catat jumlah NaOH yang digunakan.
14
3.5 Praktikum IV
( Penetapan Waktu Reduktase, Penetapan Angka Katalase )
A. Alat dan Bahan
- Susu sapi dan susu kambing
- 2 tabung reduktase, lengkap dengan penyumbat karet dan memakai bola gelas.
- Pipet steril skala 1 ml
- Pipet steril skala 20 ml
- Inkubator / waterbath 400 C
- Larutan methylen blue
- Tabung katalase steril
- Pipet steril skala 10 ml
- Larutan H2O2 0,5%
B. Langkah Kerja
i. Penetapan Waktu Reduktase
2 Tabung reduktase steril masing-masing diisi dengan 1 ml larutan methylen
blue dan diisi susu kambing pada tabung 1 dan diisi susu sapi pada tabung 2.
Lalu kocok hingga homogen.
Tabung disumbat dan dimasukkan ke waterbath 400 C.
Lakukan pemeriksaan setiap 30 menit selama 3 jam.
ii. Penetapan Angka Katalase
Kedalam tabung katalase dimasukkan 10 ml susu
Tambahkan kedalamnya larutan H2O2 0,5% sebanyak 5 ml
Tabung dibolak-balik sehingga campuran merata. Usahakan menempatkan
susu campuran tadi kearah tabung yang vertical dan berskala, dijaga jangan
sampai timbul gelembung udara di puncaknya.
Bagian tabung yang lain disumbat, dimasukkan ke dalam waterbath.
Setelah 3 jam volume gas yang terkumpul didalam puncak tabung dicatat.
Jumlah ml gas oksigen yang tercatat adalah angka katalase. Angka katalase
maksimal menurut Melk Codex adalah 3.
15
3.6 Praktikum V
(Penetapan Berat Jenis (BJ), Kadar Lemak (L), Bahan Kering (BK), Bahan Kering
Tanpa Lemak (BKTL) )
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Praktikum I
1. Pemeriksaan Terhadap Physis
a. Uji Warna
Hal ini kemungkinan disebabkan susunya dicampur air atau krimnya diambil.
b. Rasa Susu
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa kuman tertentu pada mastitis.
c. Bau Susu
d. Konsistensi (Kekentalan)
3. Pemeriksaan Mastitits
17
- Air susu kambing : ada endapan sedikit dan gejala terbentuk gel ( +
lemah)
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, bahwa susu sapi masih dalam
keadaan normal dan baik. Namun susu kambing dalam keadaan kurang baik dan mulai
terkontaminasi.
4.2 Praktikum II
1. Uji Alkohol
- Susu sapi
Dari hasil praktikum di atas menunjukan bahwa: pada susu sapi dengan
penambahan alkohol 50% tidak ada endapan ini berarti susu dalam keadaan
baik atau dalam keadaan segar dan pada susu sapi dengan penambahan alkohol
70% terdapat endapan ini berarti susu tidak baik atau susu dalam keadaan
tidak segar.
2. Uji Didih
terdapat gumpalan. Hal ini berarti susu dalam keadaan kurang baik. Apabila
terdapat gumpalan-gumpalan pada susu hal ini dapat disebabkan karena susu
sudah asam (derajat keasaman tinggi) atau dikatakan susu sudah pecah, dan
mastitis.
18
3. Penetapan Kadar Protein (titrasi formol)
- Susu sapi
: 2, 856 %
susu sapi dan susu kambing mengandung tinggi protein karena kadar protein
: 0,59 x 4
: 2,63
: 0,55 x 4
: 2,2
2,36+2,2
: 2
: 2,28
keasamannya yang di hasilkan adalah 2,28. Itu artinya derajat keasaman susu sapi
tersebut lebih kecil dari batas normalnya yaitu 4,5 – 7 oSH. Jadi, susu sapi yang
19
Penetapan Persentase Keasaman
Berdasarkan data yang diperoleh saat praktikum, susu sapi tersebut kualitasnya
kurang baik. Hal tersebut dikarenakan persentase asam laktat susu tersebut melebihi
4.4 Praktikum IV
Reduktase
Katalase
Dari pengujian angka katalase, hasil menunjukan bahwa angka katalase dari
susu yang diuji adalah 0,6 ml yang berarti susu membebaskan lumayan banyak
20
oksigen. karena menurut Melk Codex angka katalase maksimal adalah 3 sehingga
4.5 Praktikum V
Susu Sapi
(1,030+1,031)
o BJ : = 1,0305
2
= 1,0301
Susu Kambing
(1,032+1,0315)
- BJ : = 1,03175
2
= 1,032
Kadar lemak susu kambing adalah 3,6 % dan kadar lemak susu sapi adalah 3,8 %
(1,0301−1)
= 1,23 L + 2,71 x 100
1.0301
= 4,674 + 7,9132
= 12,59 %
21
Kadar Bahan Kering Susu Kambing
(1,032−1)
= 1,23 L + 2,71 x 100
1.032
= 4,428 + 8,401
= 12,83 %
BKTL = BK – L
= 12,59 – 3,8
= 8,79 %
BKTL = BK – L
= 12,83 – 3,6
= 9,23 %
Setelah dilakukan pengujian berat jenis susu, didapatkan hasil bahwa berat jenis
susu sapi adalah 1,0301 g/v dan susu kambing 1,032 g/v. Berat jenis susu yang
diketahui bahwa susu sapi telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh SNI 01-3141-
1998, sedangkan susu kambing sudah memenuhi syarat yang di tetapkan oleh SNI 01-
3141-1998..
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Susu adalah cairan berwarna putih yang diperoleh dari pemerahan hewan menyusui
yang dapat didiamkan atau digunakan sebagai bahan pangan yang sehat serta padanya tidak
dikurangi komponen-komponennya atau ditambah bahan-bahan lain.
Susu dibagi menjadi dua. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi
sehat dan bersih yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan
alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan
apapun. Sedangkan susu segar adalah susu murni yang tidak mendapat perlakuan apapun
kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.
Pemeriksaan terhadap keadaan air susu yang lazim di lakukan dalam praktek adalah sbb:
Uji Warna
Uji Konsistensi
2. Pemeriksaan Kebersihan
3. Pemeriksaan Mastitis
4. Uji Didih
5. Uji Alkohol
23
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwiyoto, (1994), Teori dan Prosedur Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Cetakan
pertama,Liberti, Yogya.
Hadiwiyoto, S. 1983. Tehnik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty, Yogyakarta
Legowo, A.M., Kusrahayu., dan Mulyani.S. 2009. Ilmu dan Teknologi Susu. BP UNDIP. Semarang
SNI (Standar Nasional Indonesia). 1998. SNI 01-3141-1998. tentang Syarat Mutu Susu Segar. Dewan
Standarisasi Nasional-DSN, Jakarta
Suriasih.K dkk, (2012), Penuntun Praktikum Pemeriksaan Air Susu. Fakultas Peternakan Universitas
Udayana, Denpasar.
24