MAKALAH Dilema Etik
MAKALAH Dilema Etik
MAKALAH Dilema Etik
Disusun oleh :
KELOMPOK 9
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Dilema etik keperawatan.
Akhir kata kami meminta semoga makalah dilema etik keperawatan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Bab I. Pendahuluan
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
a. Otonomi (Autonomi)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak memperhatikan
otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik,padahal
terdapat gangguanatau penyimpangan
b. Beneficence (Berbuat Baik)
Prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan baik dengan
begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat
menasehati klien tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan
secara umum, tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena
alasan resiko serangan jantung.
c. Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk
serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka
perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut
kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
5
d. Non-maleficence (tidak merugikan)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada
dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu
penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk
dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah. akhirnya
transfuse darah ridak diberikan karena prinsi beneficence walaupun pada
situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
e. Veracity (Kejujuran)
Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki
oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang
diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan
dasar membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi sehingga
mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S
masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan
mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia.
Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah
berpesan kepada perawat untuk belum memberitahukan kematian
suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui alasan tersebut dari
dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter harus diikuti.
Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.
f. Fidelity (Menepati janji)
Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan
penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen
menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
g. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca
6
guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi
tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
2.3 KASUS :
Klien 85thn dirawat di RS karena sesak berat. Riwayat DM tidak terkontrol dan
COPD dengan CHF dan sering dirawat di RS. Klien mengatakan telah bahagia
dengan kehidupannya dan siap meninggal. Ketika klien mengalami henti jantung,
anaknya meminta klien di resusitasi dan dirawat dengan ventilator. Bagaimana
sikap perawat sebaiknya ? apa yang harus dilakukan terhadap anak klien tersebut?
7
c. Definisi Gagal jantung kongestif (CHF)
CHF muncul ketika jantung menjadi terlalu lemah untuk memompa darah
sepanjang tubuh. Karena darah tidak dipompa keluar dari jantung secara efektif,
kadar cairan dapat menumpuk, yang disebut “kongestif”. Ketika darah kembali
atau berkumpul di dalam jantung, jantung cenderung berdetak lebih cepat dan
melebar untuk menangani volume darah yang lebih banyak, mengakibatkan gagal
jantung semakin memburuk. Kondisi ini bahkan lebih serius karena berkurangnya
darah ke ginjal menyebabkan penumpukan natrium dan cairan.
8
2. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut :
a) Jika mengikuti klien yang sudah ikhlas untuk meninggal dan tidak
meresusitasi klien berarti kita melanggar prinsip etik Beneficience-
Nonmaleficience.
b) Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien
yang dapat melanggar nilai autonomy.
Konsekuensi :
Konsekuensi :
9
1) Klien kehilangan kesadaran dan bisa meninggal
2) Melanggar prinsip etik Beneficience dan Nonmaleficience
Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena
dokterlah yang secara legal dapat memberikan ijin untuk perawat melakukan
resusitasi jantung paru. Namun hal ini perlu didiskusikan dengan klien dan
keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan dari resusi jantung
paru tersebut. Perawat membantu klien dan keluarga klien dalam membuat
keputusan bagi dirinya. Perawat selalu mendampingi pasien dan terlibat langsung
dalam asuhan keperawatan, sistem dukungan dari keluarga serta sistem berduka
keluarga dan lain-lain.
6. Membuat keputusan
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan
konsekuensi masing-masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu
mempertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan / paling tepat untuk
klien. Namun upaya alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu
misalnya kita mengambil keputusan untuk meresusitasi klien dan kemudian
dievaluasi efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun apabila
10
alternatif tindakan tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara
petugas kesehatan dan klien/ keluarganya akan dilaksanakan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya
nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan
berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/289080236/MAKALAH-Dilema-Etik
https://gustinerz.com/8-prinsip-etika-dalam-keperawatan/
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/serangan-jantung/perbandingan-penyakit-
paru-obstruktif-kronis-dan-gagal-jantung-kongestif/
http://penyuburkandunganherbal.com/penyebab-sesak-nafas-pada-penderita-
diabetes/
http://www.sehatdengaherbal.com/pengertian-penyebab-gejala-dan-cara-
pencegahan-penyakit-diabetes-melitus/
https://khairunnisa2109.wordpress.com/2015/10/21/kebingungan-seorang-asisten-
perawat-dilema-etik-keperawatan/
http://karyatanganzaenalmibrahim.blogspot.co.id/2015/06/makalah-dilema-etik-
keperawatan.html
13