Ekologi Kelapa Sawit
Ekologi Kelapa Sawit
Ekologi Kelapa Sawit
Kelapa sawit adalah salah satu pohon palem produktif utama yang
dikembangkan di Indonesia. Tumbuhan ini adalah penghasil minyak nabati
terbesar di dunia, terutama karena minyak dapat diproduksi baik dari serabut buah
maupun inti. Minyak ini dapat digunakan untuk minyak masak, minyak industri,
maupun bahan bakar (biodiesel). Sifatnya yang tahan oksidasi dengan tekanan
tinggi dan kemampuannya melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan
pelarut lainnya, serta daya melapis yang tinggi membuatnya dapat digunakan
untuk beragam peruntukan. Daerah penyebaran kelapa sawit di Indonesia
terutama di daerah pantai timur Sumatra, Aceh, Kalimantan, Sulawesi dan Papua
Barat.
Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis,
karena berhubungan dengan sektor pertanian ( agro‐based industry) yang banyak
berkembang di negara‐negara tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand
(Departemen Perindustrian, 2007). Permintaan kelapa sawit yang terus meningkat
seiring dengan peningkatan populasi penduduk di dunia. Menurut Ahmad
Suryana, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, pemintaan
domestik atas kelapa sawit dapat meningkat sekitar 2,2 persen per-tahun hanya
dari sektor pangan (Walagri Jati Utama, 2012).Peningkatan luas perkebunan
kelapa sawit telah mendorong tumbuhnya industri-industri pengolahan,
diantaranya pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang menghasilkan crude palm
oil (CPO). PMKS merupakan industri yang sarat dengan residu pengolahan.
PMKS hanya menghasilkan 25-30 % produk utama berupa 20-23 % CPO dan 5-7
% inti sawit (kernel). Sementara sisanya sebanyak 70-75 % adalah residu hasil
pengolahan berupa limbah (William, 2011).
B. Pengolahan PKO
Selanjutnya pengolahan minyak inti sawit atau biasa disebut Palm Kernel
Oil (PKO) melalui beberapa tahapan, tahap awal adalah Ampas kempa dari screw
press yang terdiri dari serat dan biji yang masih mengempal masuk ke screw
conveyor. Alat ini berfungsi memindahkan fiber dan kernel menuju ke alat
pemisahan yang disebut depericarper. Depericarper adalah alat untuk memisahkan
ampas dengan biji serta memisahkan biji dari sisa-sisa serabut yang masih
melekat pada biji dengan bantuan 2 buah blower untuk mendorong atau
menghempaskan serat ke atas yang kemudian akan masuk ke dalam cyclone. Serat
(ampas) akan dipisahkan dari debu dan kotoran lain maupun mengurangi kadar air
yang terdapat dalam ampas/serat dengan menggunakan cyclone untuk kemudian
ampas yang diperoleh diproses kembali didalam metode Fraksinasi CO2 super
kritis atau Super Critical Fluid Extraction (SCFE) untuk mengambil atau
mengekstrak sisa minyak yang masih terkandung dalam ampas. Fraksinasi ini
dilakukan untuk mengambil jumlah minyak yang masih terdapat di ampas.
Upaya ini dilakukan agar menghasilkan produk minyak CPO lebih banyak
dan meminimalisir minyak yang terbuang.CPO yang telah dipisahkan dari
ampasnya dilakukan proses pemurnian lebih lanjut melalui CPO Purification.
CO2 digunakan kembali dengan menghilangkan kandungan air melalui proses
absorpsi terlebih dahulu. Lalu dikondisikan dengan tekanan tertentu agar bisa di
recycle kembali dengan menggunakan pompa sentrifugal sebagai alat transfernya
menuju kolom ektraksi. Proses selanjutnya menuju ke nut silo, fungsi dari alat ini
adalah untuk tempat pemeraman biji. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar
air sehingga lebih mudah dipecah dan inti lekang dari cangkangnya.nut silo juga
berfungsi untuk menurunkan pengaruh pectin (yang berfungsi sebagai lem
perekat) yang terdapat antara cangkang dan inti. Dari nut silo masuk ke nut
cracker yakni dengan tipe hammer mill untuk memecah inti kernel sehingga inti
terpisah dari cangkang. Biji yang masuk melalui bagian atas rotor akan
mengalami gaya sentrifugal sehingga biji keluar dari rotor dan terbanting kuat
yang menyebabkan inti pecah.
Selanjutnya masuk ke dalam hydro cyclone, berfungsi sebagai alat
pemisah inti dengan cangkang dengan menggunakan media air. Proses pemisahan
ini secara basah dengan memanfaatkan berat jenis dari bahan yang dipisahkan
diantara kedua bahan tersebut. Bagian yang ringan akan mengapung dan bagian
yang berat akan tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan dibawa ke nut
dryer untuk mengurangi kadar air. Inti yang telah melalui proses pengeringan
selanjutnya di press dalam screw press dengan tipe press roller mill. Cara kerjanya
adalah bahan masuk melalui bagian tengah lalu kemudian 2 buah roller akan
bergerak berlawanan arah sehingga menjepit bahan dan menjadi bahan
hancur.Setelah didapat minyak PKO kemudian di murnikan dalam proses
purifikasi. Produk PKO setelah melalui alat palm kernel oil purifier dengan mutu
standar melalui pompa oil transfer pump, kemudian dipompakan ke storage Tank.
2.2 Industri Pulp
Setiap pabrik minyak sawit mentah akan menghasilkan TKS kering rata-
rata 7-15 ton/jam, jadi untuk setiap tahunnya dapat menghasilkan 55440 – 118800
ton (Erwinsyah, 2000). Dengan semakin meningkatnya areal penanaman kelapa
sawit setiap tahunnya ketersediaan TKS akan semakin meningkat juga. Hasil
penelitian yang dikembangkan oleh Balai Besar Pulp dan Kertas menunjukkan
bahwa TKS dapat dibuat pulp dengan kekuatan yang cukup tinggi dan pulp
tersebut dapat dipergunakan untuk bahan baku kertas tulis cetak, substitusi kertas
kantong semen dan kertas HVO. TKS memiliki panjang serat rata-rata 0,74 mm
dan diameter luar 10,14 µm serta tebal dinding 3,52 µm.