V Pembuatan Orde Reaksi Dan Tetapan Laju Reaksi Dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat Ester Dengan Cara Titrasi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

PEMBUATAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI

DARI REAKSI PENYABUNAN ETIL ASETAT (ESTER)


DENGAN CARA TITRASI

I. TUJUAN
Dalam percobaan ini akan ditunjukkan bahwa reaksi penyabunan etil
asetat oleh ion hidroksida,
CH3COOC2H5 + OH- → CH3COO- + C2H5OH
Adalah reaksi orde dua. Disamping itu, akan ditentukan pula tetapan laju
reaksinya. Penentuan ini dilakukan dengan cara titrasi.

II. TEORI
Kinetika adalah berjalannya suatu reaksi. Maka mekanisme reaksi adalah
tahap-tahap reaksi. Jadi, kinetika dan mekanisme reaksi adalah suatu
reaksi/bidang kajian yang membicarakan tentang pergerakkan suatu reaksi
(kinetika reaksi). Dengan arti kata tentang bagaimana berjalannya suatu reaksi
kimia antara reaktan dan menghasilkan produk. Dalam hal ini, yang akan
dipelajari adalah bagaimana kecepatan reaksi kimia baik elementer maupun
komposit. Disamping itu, kita juga membicarakan tentang orde reaksi dan
konstanta kecepatan reaksi. Berdasarkan hal in, maka proses kimia dapat
digolongkan atas dua hal :
a. Reaksi elementer
adalah reaksi yang berlangsung satu tahap. Reaksi satu tahap tidak dapat
ditentukan oleh jumlah reaktan.
Contoh : A → B
A + B → C
b. Reaksi komposit (reaksi kompleks)
adalah reaksi yang berlangsung lebih dari satu tahap.
Contoh : A → X → B
Orde reaksi dan tetapan laju reaksi dapat ditentukan dengan cara
konduktometri (selain cara titrasi). Secara konduktometri berarti mengukur daya
hantar reaksi. Berbeda dengan cara titrasi, maka secara konduktometri tidak
dilakukan penghentian reaksi, tetapi selama reaksi berlangsung hantaran
campuran makin berkurang, karena terjadinya pergantian ion OH- dari larutan
CH3COO-. Dengan pengandaian bahwa etil asetat, alkohol dan air tidak
menghantarkan arus listrik, sedangkan NaOH dan CH3COONa terionisasi
sempurna, maka hantaran pada waktu t, yaitu Lt dengan persamaan :
Lt = 1 ( (b-x) λOH- + x λCH3COO- + b λNa + )
k
hantaran pada t = o dinyatakan dengan :
Lt = 1 ( b λOH- + b Na+ )
k
Harga x = 0 hingga x = c adalah konsentrasi awal pereaksi yang paling kecil,
sedangkan bila a = b, maka c = a = b. Semua persamaan dapat dinyatakan dengan;
Lo - Lt = 1 ( x (λOH- - λCH3COO-) )
k
Lo - Lt = 1 ( c (λOH- - λCH3COO- ) )
k
Dari persamaan, diperoleh :
Lo - Lt = ( 1/Ro) – (1/Rt)
Lo - Lt (1/Ro) – (1/Rc)
Pada temperature tetap, hantaran suatu reaksi tergantung pada :
• Konsentrasi ion
• Pergerakan ion dalam larutan
Umumnya, sifat hantaran listrik dalam suatu elektrolit mengikuti hokum
ohm (V = IR) dengan tegangan V dan kuat arus I serta tahanan R. Hantaran (L)
suatu larutan didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan (R).
L = 1/R
Hantaran jenis suatu larutan adalah hantaran larutan tersebut pada panjang
1 meter dan luas penampang 1 m2. Maka untuk dua permukaan yang sejajar seluas
A m2 dan jarak 1 m satu dengan yang lain, berlaku hubungan :
L = χA/l
Dimana ; χ = hantaran jenis
A = luas permukaan yang sejajar
l = jarak
Dalam pengukuran hantaran diperlukan suatu tetapan sel (k) yang
merupakan suatu bilangan yang bila dikalikan dengan hantaran suatu larutan akan
memberikan hantaran jenis dari larutan tersebut, sehingga :
χ = kL=k/R
Dari persamaan diatas jelaslah bahwa k = χ/A yang merupakan tetapan
bagi suatu sel. Hantaran molar (χ) suatu elektrolit terlarut didefinisikan sebagai
hantaran yang diperoleh antara didefinisikan sebagai hantaran yang diperoleh
antara dua elektroda yang cukup luas, sejajar dan berjarak 1 m, yang ditempatkan
dalam sejumlah larutan yang mengandung 1 mol elektrolit.
Dari definisi ini dapat ditentukan persamaan :
∆= χ/c
Dimana c adalah konsentrasi larutan dalam mol m-3, sehingga ;
Lt = 1 Σ ( Cki λki + Cai λai )
K
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan
Alat :
Pembantu :
 Labu timbang 1 buah
 Labu volumetri 250 mL 1 buah
 Pipet 25 mL 2 buah
 Pipet 20 mL 1 buah
 Labu erlenmeyer bertutup 250 mL 3 buah
 Labu erlenmeyer bertutup 100 mL 1 buah
 Labu erlenmeyer 250 mL 6 buah
 Buret 25 mL 1 buah
 Botol semprot 1 buah
Khusus :
 Stopwatch 1 buah
 Konduktometer 1 buah
 Sel hantaran 1 buah
Bahan :
 Etil asetat, p.a
 Larutan NaOH 0,02 M 200 mL
 Larutan HCl 0,02 M 150 mL
 Indikator fenolftalein

3.1 Cara kerja


a. Timbang sejumlah etil asetat dalam sebuah botol
timbang tertutup dan larutkan kedalam air hingga didapat larutan
sebanyak 250 mL dengan konsentrasi 0,02 M
b. Sediakan kurang lebih 200 mL larutan NaOH 0,02 M
dan 150 mL larutan HCl 0,02 M. Konsentrasi kedua larutan itu harus
diketahui dengan tepat.
c. Dengan menggunakan pipet masukkan sejumlah
tertentu larutan NaOH dan etil asetat sesuai yang ditugaskan asisten ke
dalam labu erlenmeyer tertutup. Letakkan kedua labu dalam termostat
untuk mencapai temperatur yang sama.
d. Bila larutan NaOh dan larutan etil asetat telah mencapai
temperatur termostat, maka larutan etil asetat dicampurkan dengan cepat
pada larutan NaOH dan dikocok dengan baik. Jalankan stopwatch pada
saat kedua larutan tercampur.
e. Tiga menit setelah reaksi dimulai, pipet 10 ml dari
campuran reaksi dan masukkan ke dalam salah satu labu yang berisi 20 ml
larutan HCl. Kocok dengan baik dan segera titrasi kelebihan HCl dengan
larutan standar NaOH 0,02 M.
f. Lakukan pengambilan pada menit ke-8, 15, 25, 35, 40,
dan 65

3.3 Skema Kerja

25 mL NaOH + 40 mL etil asetat

Campuran + 20 ml HCl
lakukan pengambilan pada waktu
ke-8, 15, 25, 40, 65 menit
Titrasi kelebihan HCl dengan NaOH 0,02 M

Sisa campuran
panaskan
Campuran panas
hitung hantarannya
Nilai hantaran campuran panas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data dan perhitungan
• Pembuatan 0,02 M NaOH dalam labu 250 mL
0,02 M = g x 1000
40 250
= 0,2 g
• Pembuatan 0,02 M oksalat dalam labu 250 ml
0,02 M = g x 1000
63 250
= 0,315 g
• Pembuatan 0,1 M etil asetat dalam labu 250 mL
0,022 M = g x 1000
88,10 250
= 0,48455 g x 96 %
= 0,4652 g
• Standarisasi NaOH dengan asam oksalat
V NaOH = 8,9 mL
N as oksalat = 0,02 N
V as oksalat = 10 mL
N NaOH = 0,02 N x 10 mL
8,9 mL
= 0,022 N
• Data
L aquades = 22,8 µs
Lo = LNaOH = 4,42 ms = 4420 µs
L asetat = 23,2 µs

t (menit) Lt (µs)
0 1195
5 667
10 883
15 813
20 732
25 728
30 705
35 683
40 667
∼ 655

Perhitungan
Rumus yang digunakan :
Lo – Lt = k . a . t
Lt - Lc
• t = 0 menit
4420 – 1195 = k . 0,022 . 0
1195 - 655
k = 0
• t = 5 menit
4420 – 667 = k . 0,022 . 300
667 - 655
k = 47,386
• t = 10 menit
4420 – 883 = k . 0,022 . 600
883 - 655
k = 1,175

• t = 15 menit
4420 – 813 = k . 0,022 . 900
813 - 655
k = 1,153
• t = 20 menit
4420 – 732 = k . 0,022 . 1200
732 - 655
k = 1,814
• t = 25 menit
4420 – 728 = k . 0,022 . 1500
728 - 655
k = 1,533
• t = 30 menit
4420 – 705 = k . 0,022 . 1800
705 - 655
k = 1,876
• t = 35 menit
4420 – 683 = k . 0,022 . 2100
683 - 655
k = 2,889
• t = 40 menit
4420 – 667 = k . 0,022 . 2400
667 - 655
k = 5,923

Nilai k rata-rata
= 0 + 47,386 + 1,175 + 1,153 +1,814 + 1,533 + 1,876 + 2,889 + 5,923
9
= 7,083
Tabel Persamaan Regresi

X (t) Y XY X2
0 0 0 0
300 47,386 236,93 90000
600 1,175 11,75 360000
900 1,153 17,295 810000
1200 1,814 36,28 1440000
1500 1,533 38,325 2250000
1800 1,876 56,28 3240000
2100 2,889 101,115 4410000
2400 5,923 236,92 5760000
10800 63,749 734,895 18360000

B = n Σ XY - Σ X . Σ Y
n (Σ X2) - (Σ X)2
= 9 (734,895) – (10800) (63,749)
9 (18360000) - (10800)2
= - 6,001 x 10-3

A = Y- BX
= 7,083 - (-6,001x10-3) (1200)
= 14,28
Persamaan Regresi : Y = 14,28 + -6,001.10-3 X

Kurva t Vs Lo – Lt
Lt - Lc

4.2 Pembahasan

Pada percobaan objek VI ini (penentuan orde reaksi dan tetapan laju
reaksi dari reaksi penyabunan etil asetat/ester dengan cara konduktometri),
bertujuan untuk membuktikan bahwa penyabunan etil asetat (ester) adalah berorde
2. selain itu juga bertujuan untuk menentukan tetapan laju reaksi dari reaksi
penyabunan tersebut. Pada praktikum ini dilakukan secara konduktometri. Metode
konduktometri ini dilakukan dengan mengukur nilai hantaran campuran etil asetat
dengan NaOH menggunakan alat konduktometri.
Hal pertama yang dilakukan adalah menstandarisasi NaOH, didapatkan
konsentrasinya sebesar 0,022 N, dan massa etil asetat sebesar 0,4652 g. Setelah itu
diukur nilai hantaran aquadest, NaOH, adan etil asetat yang nilainya berturut-turut
adalah 22,8.10-6 , 4,42.10-3 , dan 23,2.10-6 . Setelah itu barulah diukur campuran
etil asetat dengan NaOH hantarannya. Pengukurannya dilakukan pada waktu 0, 5,
10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, dan tak hingga menit.
Dari pengukuran yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai
hantaran campuran berbanding terbalik dengan nilai waktu, yaitu semakin besar
atau lama waktu pencampuran, maka nilai hantarannya senakin kecil. Begitu juga
sebaliknya. Hal ini disebabkan semakin banyaknya molekul atau senyawa tersebut
bereaksi menyebabkan konsentrasi zat yang diukur semakin kecil.
percoban yang telah dilakukan didapatkan nilai k rata-rata adalah 7,083.
persamaan regresi yang diperoleh yaitu Y = 14,28 + 6,001.10-3 x

V. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal
yaitu sebagai berikut :
• Orde reaksi adalah jumlah total pangkat konsentrasi pereaksi dalam suatu
persamaan laju reaksi. Dimana konsentrasi ini menentukan laju atau
kinetika reaksi kimia.
• Nilai hantarn yang diperoleh berbanding terbalik dengan waktu, diman
semakin lama waktu pereaksian nilai hantaran yang diperoleh semakin
kecil atau turun.
• Nilai tetapan laju reaksi yang diperoleh adalah 7,083.
• Persamaan regresi yang didapat yaitu Y = 14,28 + 6,001.10-3 x

4.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya agar mendapatkan hasil yang bagus, maka
kepada praktikan diharapkan :
• Melakukan pembuatan zat dengan teliti, diman konsentrasi etil asetat yang
akan dibuat harus tepat sama dengan konsentrasi NaOH yang sebenarnya.
• Memahami prinsip dan cara kerja serta cara pemakaian alat
• Teliti dalam perhitungan

JAWABAN PERTANYAAN
1. Yang dimaksud dengan orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi
reaktan atau pereaksi dalam persamaan laju reaksi.
2. Perbedaan antara laju reaksi dengan kemolekulan reaksi adalah ;
Orde reaksi adalah menyatakan jumlah total pangkat konsentrasi pereaksi
dalam persamaan laju reaksi. Sedangkan kemolekulan merupakan
banyaknya jumlah molekul yang terlibat dalam suatu reaksi.
Adakalanya untuk reaksi yang sederhana, orde reaksi = kemolekulan
(tetapi tidak selalu).
3. Kenyataan yang membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat adalah
reaksi orde dua adalah terbentuknya grafik dari data yang didapatkan
dalam percobaan ini persamaan laju reaksi orde dua dengan memplot
antara x / a (a-x) Vs t.
4. Bila titrasi HCl tidak segera dilakukan, maka akan terjadi reaksi
penggaraman antara HCl dengan NaOH yang berada dalam campuran
NaOH dengan etil asetat (membentuk reaksi penggaraman yang
berlangsung sempurna). Hal ini mengakibatkan pengukuran sisa asam
menjadi tidak tepat, sehingga penentuan OH- yang bereaksipun menjadi
tidak tepat dan tentunya akan memberikan kesalahan pada perhitungan
terhadap reaksi penyabunan etil asetat. Apabila titrasi tidak dilakukan atau
ditunda, maka reaksi pengaraman akan yang akan terjadi harus
diperlambat yaitu dengan cara mendinginkan campuran.
5. Cara menentukan orde reaksi dari suatu reaksi kimia adalah ;
• Cara titrasi
• Cara konduktometri

DAFTAR PUSTAKA

Daniels, Cs. 1970. Experimental Physical Chemistry. Ed 7. Hal 144 – 149.


Findlay. Practical Physical Chemistry. Ed. 8. Hal 307
Shoemaker, Cs. 1974. Experiments In Physical Chemistry. Ed. 3.

Anda mungkin juga menyukai