KEWIRAUSAHAAN

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

91

INTEGRASI BAHAN AJAR KEWIRAUSAHAAN


BIDANG PRODUKTIF BANGUNAN
V. Lilik Hariyanto
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan,
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
[email protected]

Abstrak: Integrasi Bahan Ajar Kewirausahaan Bidang Produktif Bangunan. Lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan diharapkan: (1) bekerja pada bidang pekerjaan yang sesuai dengan bidang
kejuruannya, (2) melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, dan (3) berwirausaha. SMK
Bangunan harus mampu membuat lulusannya menciptakan laangan kerja. Hal ini dapat dicapai salah
satunya dengan mengintegrasikan kewirausahaan ke dalam pembelajaran mata pelajaran produktif. Ada
tiga rumusan masalah, yaitu: (1) bagaimana mengimplementasikan standard kometensi dan kompetensi
dasar, silabus kerja batu? (2) bagaimana integrasi mata pelajaran kewirausahaan ke dalam mata
pelajaran produktif? (3) bagaimana pengembangan RPPnya? Langkah-langkah integrasi meliputi: (1)
identifikasi elemen kewirausahaan, (2) identifikasi pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai, (3)
mengklasifikasi di dalam bentuk topic dan tema, (4) identifikasi kompetensi dasar, (5) menemukan
strategi belajar, (6) revisi, (7) uji coba. Kesimpulan: (1) mata pelajaran kewirausahaan dan mata
pelajaran produktif untuk praktik kerja konstruksi dan beton dapat diintegrasikan, (2) Hasil integrasi
dapat meningkatkan kesiapan siswa, (3) (2) Product integration can foster entrepreneurship student
readiness.
Kata kunci: bahan ajar, teknik bangunan, integrasi

ENTREPRENEURSHIP LEARNING MATERIAL INTEGRATION INTO VOCATIONAL


SUBJECTS IN BUILDING TECHNOLOGY STUDY PROGRAM

Abstract: Entrepreurship Learning Material Integration into Vocational Subjects in Building


Technology Study Program. Vocational School graduates should be able to: (1) work in the vocational
field in accordance with the disciplines learned, (2) pursue at higher levels of education, and (3)
Entrepreneurial. SMK Building should be able to make the graduates able to find a job or to create jobs
by him/herself.". Three problems are formulated, namely: (1) how the implementation of standards of
competence and basic competencies (SK-KD), syllabus of vocational subjects of masonry and concrete
work? (2) How is the integration of entrepreneurial subjects in the subject field of masonry and concrete
productive? (3) How is the development of Learning Implementation Plan (RPP). Integration steps: (1) to
identify elements of entrepreneurship (2) to identify knowledge, skills, attitudes and values (3) classify in
the form of topic / theme, (4) to identify the basic competencies (5) creating a learning strategy, (6)
Revised, (7) trial. Conclusions: (1) entrepreneurship subjects with subjects productive field stone and
concrete work practices can be integrated, (2) Product integration can foster entrepreneurship student
readiness.
Keywords: entrepreneurship, stone and concrete work practices, integration of learning.

PENDAHULUAN kesempatan memperoleh pendidikan yang


Rumusan Misi Pendidikan Nasional bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia, (2)
menurut Undang-Undang Nomor 20 yaitu: (1) Membantu dan memfasilitasi pengembangan
Mengupayakan perluasan dan pemerataan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini

Integrasi Bahan Ajar Kewirausahaan Bidang Produktif Bangunan


92
sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan lembaga pendidikan Di Indonesia dalam
masyarakat belajar, (3) Meningkatkan kesiapan memasuki era globalisasi adalah
masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mempersiapkan lulusan untuk menghadapi
mengoptimalkan pembentukan kepribadian tantangan-tantangan dalam masyarakat yang
yang bermoral, (4) Meningkatkan sangat cepat perubahannya. Tantangan yang
profesionalisme dan akuntabilitas lembaga dihadapi para lulusan adalah menjadi pekerja
pendidikan dan pengelolanya sebagai pusat yang memiliki keterampilan dan keahlian dalam
pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, Era Asean Free Trade Area (AFTA) dan Asean
pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan Free Labor Area (AFLA). Integrasi
standar nasional dan global, dan (5) perekonomian tingkat lokal, regional, nasional
Memberdayakan peran serta masyarakat dalam dengan perekonomian global seperti AFTA,
penyelenggaraan pendidikan berdasarkan APEC, WTO/GATT memang tidak bisa
prinsip otonomi dalam konteks Negara dihindari. Suka atau tidak suka, mau atau tidak
Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu mau, kenyataan integrasi perekonomian dunia
peranan pendidikan menjadi sangat sentral. ini memang harus dihadapi.
Di sisi lain, era globalisasi saat ini Pengembangan kesiapan berwirausaha Di
membawa dampak ganda pada setiap negara, Indonesia menjadi suatu kebutuhan yang
termasuk Indonesia. Di satu sisi membawa iklim mendesak. Kenyataannya, wirausaha mandiri
yang semakin terbuka untuk bekerjasama saling seolah makin merebak ke berbagai daerah.
melengkapi demi kepentingan yang saling Tidak sedikit mahasiswa ataupun pelajar yang
menguntungkan bagi pihak yang bekerjasama. tak lagi malu dan ragu untuk memulai usaha,
Namun di sisi lain, era ini melahirkan meski awalnya terbilang kelas kecil-kecilan.
persaingan yang semakin ketat dalam berbagai Seminar-seminar entrepreneurship yang makin
bidang. Era globalisasi menjanjikan masa depan marak tak pelak juga turut mengkondisikan
yang cerah bagi negara yang sungguh-sungguh iklim mendorong tumbuh kembangnya
mempersiapkan diri untuk menghadapi proses wirausaha mandiri tersebut. Menariknya,
globalisasi. Hal ini didukung dengan adanya lembaga pendidikan sebagai kawah
pasar bebas Asean yaitu Asean Free Trade Area candradimukanya pebelajar pun kini mulai
(AFTA) dan Asean Free Labour Area (AFLA) menaruh perhatian terhadap upaya mendorong
tahun 2003. Suatu kawasan yang telah munculnya jiwa-jiwa enterpeneurship di
melahirkan beberapa negara industri maju, kalangan pebelajar. Salah satu potensi yang
tetapi juga beberapa negara yang tertelan mesti digarap, adalah dunia sekolah/kampus.
menjadi korban kemajuan negara tetangga. Tak terhitung SDM yang lahir dari tempat ini,
Kenyataan tersebut merupakan tuntutan untuk tapi tak semua beruntung. Kalau mau jujur,
menyiapkan SDM dengan standar kompetensi sebagian besar lulusan saat lulus nanti masih
dan keahlian sebagai pelaku ekonomi, sehingga berorientasi pada bagaimana mencari kerja.
unggul bersaing di pasar domestik maupun Sangat sedikit lulusan yang punya tekad dan
internasional. Sementara, tanggung jawab keinginan kuat untuk berbisnis, menciptakan

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012


93
lapangan kerja. (Rhenald Khasali, 2010). Lebih Pada tahun ajaran baru 2010-2011 ini,
lanjut Ia mengatakan bahwa upaya mendorong kurikulum berbasis kewirausahaan rencananya
wirausaha mandiri sendiri tak lepas dari akan mulai dijalankan di sekolah-sekolah,
program pemerintah dalam mendorong (Muhamad Nuh, 2009). Sejalan dengan itu,
pertumbuhan ekonomi baik lokal maupun hingga tahun 2008 telah dikembangkan
nasional. Idealnya, jumlah wirausaha mandiri sebanyak 100 SMA dan 341 SMK berbasis
minimal adalah 2 persen dari total populasi. keunggulan lokal. Rasio jumlah siswa
Sementara hingga 2009 kemarin, persentase SMK:SMA dari tahun ke tahun juga terus
wirausaha mandiri masih berada di angka 0,18 meningkat dari 30:70 pada tahun 2004 menjadi
persen. Artinya masih jauh di bawah standar 49:51 menurut perhitungan sementara pada
ideal. Hal inilah yang akhirnya mendorong akhir bulan September 2009, (Rencana Strategis
pemerintah bersama kalangan swasta berupaya Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014:
menggalakkan program industri kreatif. 9). Menteri Pendidikan Nasional Muhammad
Dari kalangan pendidikan pun, program Nuh menyatakan pentingnya pengembangan
kewirausahaan bagi pebelajar terus dibenahi. keingintahuan dan kemampuan berpikir secara
Pemerintah telah mengeluarkan Instruksi fleksibel, kreatif, dan inovatif dalam penerapan
Presiden R.I. Nomor 4, tahun 1995 tentang kurikulum berbasis kewirausahaan. Tujuan ini
“gerakan nasional memasyarakatkan dan positif karena definisinya tidak bersifat sempit
membudayakan kewirausahaan”. Kemudian semata-mata untuk mencetak lulusan siap kerja
Inpres ini ditindaklanjuti oleh Depdiknas, saja, namun juga memiliki kemampuan untuk
dengan diluncurkannya program pengembangan menyelesaikan masalah, beradaptasi, dan dapat
kewirausahaan dalam bentuk paket-paket menciptakan lapangan kerja. Kemampuan ini
pendidikan dan kegiatan bagi siswa SMK dan diharapkan akan meningkatkan keunggulan
mahasiswa. Program ini merupakan bentuk sumber daya manusia Indonesia untuk bersaing
kepedulian pemerintah dan Depdiknas terhadap dalam kancah masyarakat dunia yang berbasis
masih tingginya tingkat pengangguran pengetahuan dan kreatifitas. Walaupun
dikalangan terdidik khususnya lulusan SMK dan demikian, ada dua catatan penting, yaitu: (1)
perguruan tinggi serta dalam rangka menjawab Keterbatasan visi pendidikan berbasis
tantangan global. Pemerintah melalui kewirausahaan dan kejuruan, (2)
Departemen Koperasi dan UKM juga telah Kesalahkaprahan strategi yang terpaku pada
mencanangkan program “Getuk Nasional” perubahan bentuk dan kurikulum, bukan pada
(Gerakan Tunas Kewirausahaan Nasional) untuk apakah dan bagaimana guru dapat
pelajar SMA dan mahasiswa. Program ini mengembangkan kurikulum dan memperbaiki
merupakan gerakan penanaman jiwa proses pembelajaran untuk mencapai hasil
kewirausahaan secara dini kepada siswa-siswa proses belajar mengajar yang diharapkan.
khususnya dan masyarakat pemula yang akan (http://ruangjeda.blogspot.com/2010/02/pendidi
melakukan kegiatan wirausaha (Suryadharma kan kewirausahaan-smk.html). Selanjutnya
Ali dalam Wiedy Murtini, 2009:7). dikatakan pula, kurikulum berbasis

Integrasi Bahan Ajar Kewirausahaan Bidang Produktif Bangunan


94
kewirausahaan, maupun pendidikan kejuruan (kewirausahaan) kalau tidak digarap dengan
bukanlah garansi bagi terjadinya pengembangan baik,”. Demikian pula Dirjen Mandikdasmen
kemampuan berpikir. Namun proses Depdiknas Suyanto melaporkan, berbagai
pembelajaran yang tepatlah yang akan penajaman program implementasi
menumbuhkan kemampuan tersebut. Perubahan kewirausahaan di SMK agar seperti yang
kurikulum yang tidak disertai dengan diprogramkan oleh Presiden yaitu tercapai
pembekalan peningkatan keterampilan guru kesinambungan relevansi antara pendidikan
dalam mengembangkan kurikulum dan proses dengan dunia kerja.
pembelajaran niscaya akan sia-sia. (http://www2.ilmci.com/?p=1312.
Arahan Presiden Republik Indonesia dengan Program SMK merupakan program
tema Prioritas Bidang Pendidikan tahun 2009- pendidikan menengah dengan tujuan
2014 sebagai berikut: “Peningkatan akses mempersiapkan lulusan yang tidak melanjutkan
pendidikan yang berkualitas, terjangkau, ke jenjang pendidikan tinggi untuk lebih siap
relevan, dan efisien menuju terangkatnya masuk dunia kerja. (Suyanto, 2009: 5). Artinya
kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian, muara lulusan Sekolah Menengah Kejuruan
keluhuran budi pekerti, dan karakter bangsa (SMK) pada dasarnya mengarah pada: (1)
yang kuat. Pembangunan bidang pendidikan Bekerja di bidang kejuruan yang sesuai dengan
diarahkan demi tercapainya pertumbuhan disiplin ilmu yang dipelajari ketika sekolah, (2)
ekonomi yang didukung keselarasan antara Melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan
ketersediaan tenaga terdidik dengan yang lebih tinggi seperti perguruan tinggi, dan
kemampuan: (1) menciptakan lapangan kerja (3) Wirausaha.
atau kewirausahaan dan (2) menjawab tantangan Lulusan yang telah bekerja dan melanjutkan
kebutuhan tenaga kerja saat ini. pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
(http://www2.ilmci.com/?p=1294). Berkaitan cenderung tidak banyak menimbulkan
dengan kewirausahaan Mendiknas mengatakan permasalahan yang harus ditangani oleh
bahwa seorang entrepreneur bukan untuk pemerintah dan lembaga yang terkait. Namun
memenuhi dirinya sendiri. Wirausaha, kata lulusan yang tidak bekerja dan tidak
Mendiknas, pasti ada interaksi dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
masyarakat luar dan ada interaksi dengan dunia tinggi, bila dibiarkan akan memunculkan suatu
disiplin yang berbeda. Lebih lanjut dikatakan permasalahan yang kompleks. Idealnya, mereka
bahwa kebijakan pendidikan yang tertuang di harus dapat berwirausaha setelah lulus dari
dalam Rencana Strategis 5 tahun ke depan SMK, karena mereka selama belajar di SMK
memberikan ruang untuk pendidikan yang dibekali dengan mata pelajaran produktif dan
mampu mendorong kewirausahaan. “Itu adalah mata pelajaran kewirausahaan. Namun
sesuatu hasil introspeksi dan refleksi dari sekian kenyataannya lulusan yang tidak bekerja dan
panjang perjalanan dunia pendidikan Di melanjutkan pendidikan cenderung tidak dapat
Indonesia. Ternyata ada slot yang belum berwirausaha.
tergarap, sehingga sayang slot itu

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012


95
Kenyataan ini, setelah ditelusuri ternyata Bangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta? (2)
disebabkan implementasi silabus mata pelajaran Bagaimanakah integrasi mata pelajaran
produktif dan mata pelajaran kewirausahaan di kewirausahaan pada mata pelajaran bidang
SMK berjalan secara sendiri-sendiri. Kedua produktif konstruksi batu dan beton dalam
mata pelajaran tersebut implementasinya tidak pembelajaran di SMK Bangunan di Daerah
terintegrasi, padahal kedekatan karakteristik Istimewa Yogyakarta? (3) Bagaimanakah
kedua mata pelajaran tersebut sangatlah dekat. pengembangan Rencana Pelaksanaan
Siswa SMK Bangunan, khususnya jurusan Pembelajaran (RPP) bidang Produktif konstruksi
kerja batu dan beton setelah lulus dari sekolah batu dan beton yang terintegrasi kewirausahaan?
sangat terbuka lebar dalam berwirausaha, tetapi
Ranah Integrasi Kewirausahaan-Bidang
selama ini peluang tersebut belum tertangkap Produktif.
oleh mereka, karena belum terbinanya kesiapan Kewirausahaan berasal dari kata wira dan
untuk menjadi wirausahawan. Peluang untuk usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia
berwirausaha pada bidang ini sangat lebar, unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan
misalnya keterampilan dalam membuat ornamen berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal,
bangunan yang berbahan dasar dari semen-pasir bekerja, berbuat sesuatu. Jadi wirausaha
(paving-blok, Kon-blok, roster dll). Keterampilan dipandang dari segi etimologi adalah pejuang
ini sifatnya sangat praktis dan tidak memerlukan atau pahlawan yang berbuat sesuatu,
suatu aplikasi teknologi yang rumit dan tingkat (http://wirausahaumy.blogspot.com). diakses
tinggi. Oleh karenanya SMK Bangunan perlu tanggal 9 Mei 2009). Kewirausahaan yang sering
menyadari akan hal ini, mestinya harus dapat dikenal dengan sebutan entrepreneurship berasal
menjadikan “lulusan dengan kemampuannya dari Bahasa Perancis yang diterjemahkan secara
bagaimana mencari pekerjaan bergeser dengan harfiah adalah perantara, diartikan sebagai sikap
berkat kemampuannya bagaimana menciptakan dan perilaku mandiri yang mampu memadukan
lapangan kerja”. unsur cipta, rasa dan karsa serta karya atau
Berpijak dari uraian di atas, jelas bahwa mampu menggabungkan unsur kreativitas,
penanaman kewirausahaan dalam menumbuhkan tantangan, kerja keras dan kepuasan untuk
kesiapan untuk menjadi wirausahawan bagi siswa mencapai prestasi maksimal, secara sederhana
SMK Bangunan merupakan aspek penting dalam arti wirausahawan adalah orang yang berjiwa
menghasilkan lulusan yang mampu menciptakan berani mengambil resiko untuk membuka usaha
lapangan kerja (berwirausaha). Oleh karenanya dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani
diperlukan kajian, rumusan, dan implementasi mengambil resiko artinya bermental mandiri dan
pola-pola integrasi dalam model pembelajaran berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut
dengan berbagai strategi. Dalam tulisan ini atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.
terdapat tiga rumusan masalah yaitu: (1) (Kasmir, 2007). Kewirausahaan menyangkut tiga
Bagaimanakah pelaksanaan standar kompetensi dimensi penting (Erni Unggul, 1998), yakni: (a)
dan kompetensi dasar (SK-KD) silabus bidang inovasi, (b) pengambilan resiko dan (c) proaktif.
produktif konstruksi batu dan beton SMK Keinovatifan mengacu pada pengembangan

Integrasi Bahan Ajar Kewirausahaan Bidang Produktif Bangunan


96
produk, jasa atau proses yang unik. la meliputi Kamunikasi terbuka, dimana setiap karyawan
upaya sadar untuk menciptakan tujuan tertentu, dapat secara langsung berinteraksi dengan
memfokuskan perubahan pada potensi sosial karyawan lainnya baik secara formal maupun
ekonomi yang berdasarkan pada kreatifitas dan informal pada saat yang tepat. Menurut Sam
intuisi individu Mengingat orang yang kreatif dan Ariyanto, (2008), kewirausahaan mengacu pada
instuitif dikenal menyukai lingkungan kerja yang perilaku yang meliputi: (a) Pengambilan inisiatif,
memberikan independensi dan otonomi yang (b) Mengorganisasi dan mengorganisasi kembali
tinggi. Sementara itu jiwa kewirausahaan juga mekanisme sosial dan ekonomi untuk mengubah
berkait dengan pengambilan resiko, yang sumber daya dan situasi pada perhitungan praktis,
mengacu pada kemauan aktif untuk mengejar (c) Penerimaan terhadap resiko dan kegagalan.
peluang. Resiko perlu diperhitungkan dan Selanjutnya ia juga menjelaskan bahwa terdapat
wirausaha secara objektif harus empat hal yang harus dimiliki oleh seorang
mengidentifikasikan faktor-faktor resiko dan wirausahawan, (d) Proses berkreasi, yakni
sumber daya yang ada serta secara sistematis mengkreasikan sesuatu yang baru dengan
mengelola faktor-faktor ini. Dimensi ketiga menambahkan nilainya. Pertambahan nilai ini
kewirausahaan adalah proaktif melihatnya tidak hanya diakui oleh wirausahawan semata
sebagai bagian sifat assertif, sementara Minzberg namun juga audiens yang akan menggunakan
melihat bahwa kewirausahaan sebagai pengambil hasil kreasi tersebut, (e) Komitmen yang tinggi
risiko dan melakukannya, daripada sekedar terhadap penggunaan waktu dan usaha yang
bereaksi terhadap lingkungannya (Erni Unggul, diberikan. Semakin besar fokus dan perhatian
1998). Implementasinya: (a) Memutuskan apakah yang diberikan dalam usaha ini maka akan
dalam hal inovasi, organisasi mengikuti pesaing mendukung proses kreasi yang akan timbul
atau tidak, (b) Menyukai apa yang telah lalu atau dalam kewirausahaan, (f) Memperkirakan resiko
pertumbuhan, inovasi dan pengembangan, (c) yang mungkin timbul. Dalam hal ini resiko yang
Mencoba bekerjasama dengan pesaing atau tidak, mungkin terjadi berkisar pada resiko keuangan,
dan (d) Proaktif juga berkaitan dengan fisik dan resiko sosial, (g) Memperoleh reward.
implementasi, melakukan apapun yang dilakukan Dalam hal ini reward yang terpenting adalah
untuk membawa konsep kewirausahaan pada independensi atau kebebasan yang diikuti dengan
pelaksanaan. Menurut Rambat Lupiyoadi, (2004) kepuasan pribadi. Sedangkan reward berupa
kewirausahaan akan dipermudah apabila dapat uang biasanya dianggap sebagai suatu bentuk
dilakukan: (a) Rentang kendali tetap derajat kesuksesan usahanya. Sementara menurut
dipertahankan secara luas, (b) Manajer Meredith dalam Suryana (2001) ciri-ciri
memberikan seluruh visi dan arah strategi sambil wirausahawan dapat ditabulasikan sebagai
mendelegasikan tanggungjawab dan wewenang berikut:
inovasi kepada individu yang lebih rendah, (c)
Individu dan tim ini diberi kebijakan operasional
yang nyata pada saat pengembangan dan
pengujian konsep dan gagasan baru, (d)

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012


97
Tabel 1. Ciri-ciri Wirausahawan penuh dengan prakarya maupun muatan lokal.
No Ciri-ciri Keterangan Implementasi integrasi kewirausahaan di SMK
1. Percaya diri 1. Bekerja penuh
dapat dilakukan dengan bermacam-macam
keyakinan
2. Tidak strategi dengan melihat kondisi siswa serta
berketergantungan
lingkungannya. Prinsip-prinsip implementasi
dalam melakukan
pekerjaan harus masih dalam kerangka: (a) Tidak
3. Individualistik dan
mengubah sistem pendidikan yang berlaku, (b)
optimis
2. Berorientasi 1. Memenuhi Tidak mengubah kurikulum, namun diperlukan
pada tugas dan kebutuhan akan penyiasatan kurikulum untuk diorientasikan pada
hasil prestasi
2. Orientasi pekerjaan kewirausahaan, (c) Etika sosio-religius bangsa
berupa laba, tekun dapat diintegrasikan dalam proses pendidikan,
dan tabah, tekad dan
kerja keras Kompetensi dasar bidang produktif
3. Berinisiatif konstruksi batu dan beton pada standar
3. Pengambil 1. Berani dan mampu
resiko mengambil resiko kompetensi Melakukan Pekerjaan Batu Dan
kerja Beton: Membuat Komponen Bangunan Dari
2. Menyukai pekerjaan
yang menantang Semen dan topik kewirausahaan yang relevan
4. Kepemimpinan 1. Bertingkah laku adalah dapat dilihat pada table berikut:
sebagai pemimpin
yang terbuka Tabel 2. Hubungan Kompetensi Dasar Produktif
terhadap saran dan dengan Topik Kewirausahaan
kritik
2. Mudah bergaul dan Kompetensi dasar Topik kewirausahaan
bekerjasama dengan produktif batu dan yang relevan
orang lain beton
5. Berpikir 1. Kreatif dan inovatif  Mengidentifikasi  Kesehatan dan
kearah yang 2. Luwes dalam alat dan bahan keselamatan kerja
asli melaksanakan pembuatan produk  Komunikasi dan
pekerjaan semen kerjasama
3. Mempunyai banyak  Sikap-sikap
sumber daya wirausahawan
4. Serba bisa dan  Bekerja efektif dan
berpengetahuan luas efisien
6. Keorisinilan 1. Berfikiran menatap  Kualitas hasil
ke depan  Melaksanakan  Kesehatan dan
2. Perspektif pembuatan keselamatan kerja
(Purbayu Budi Santoso, 2009) mengatakan komponen  Komunikasi dan
bangunan dari kerjasama
bahwa mata pelajaran kewirausahaan sekarang semen  Sikap-sikap
ini perlu diberikan kepada semua peserta didik. wirausahawan
 Bekerja efektif dan
Demikian juga kalau memungkinkan setiap efisien
pelajaran, di masukkan unsur kewirausahaan  Perawatan dan
penyimpanan
yang di dalamnya terkandung kreativitas, inovasi bahan
dan tidak takut kepada resiko, sehingga aspek  Kualitas hasil
 Disiplin waktu
praktik di lapangan menjadi prioritas utama.
Beliau mencontohkan pendidikan pada masa lalu

Integrasi Bahan Ajar Kewirausahaan Bidang Produktif Bangunan


98
Kelompok Produktif meliputi sejumlah mata  Menerapkan  Menunjukkan sikap
pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar jiwa pantang menyerah dan
kepemimpinan ulet
Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan.  Mengelola konflik
Materi pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan  Membangun visi dan
misi usaha
dan Kompetensi Kejuruan disesuaikan dengan  Merencanakan  Menganalisis peluang
kebutuhan program keahlian untuk memenuhi usaha usaha
kecil/mikro  Menganalisis aspek-
standar kompetensi di dunia kerja. Sementara aspek pengelolaan usaha
mata pelajaran Kewirausahaan termasuk dalam  Menyusun proposal
usaha
kelompok Adaptif. Hal ini berarti bahwa mata
 Mengelola  Mempersiapkan
pelajaran Kewirausahaan diajarkan pada kelas 1, usaha pendirian usaha
2 dan 3 pada semua jurusan di SMK.Tugas guru
kecil/mikro  Menghitung resiko
menjalankan usaha
dalam rangka pengembangan kurikulum KTSP  Menjalankan usaha kecil
adalah menjabarkan, menganalisis dan  Mengevaluasi hasil usaha

mengembangkan indikator, dan menyesuaikan Silabus adalah suatu rencana yang mengatur
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK- kegiatan pembelajaran dan pengelolaan kelas,
KD) dengan karakteristik perkembangan peserta serta penilaian hasil belajar dari suatu mata
didik, situasi dan kondisi sekolah, serta kondisi pelajaran. Silabus ini merupakan bagian dari
dan kebutuhan daerah. Selanjutnya, mengemas kurikulum sebagai penjabaran Standar
hasil analisis SK-KD tersebut kedalam KTSP, Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam
yang di dalamnya mencakup Silabus dan materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian
Penyusunan silabus, RPP Kewirausahaan, hasil belajar. Dengan demikian pengembangan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus ini minimal harus mampu menjawab
Standard Kompetensi Lulusan (SKL) untuk mata pertanyaan sebagai berikut: kompetensi apakah
pelajaran Kewirausahaan dapat dilihat pada table yang harus dimiliki oleh peserta didik, bagaimana
berikut: cara membentuk kompetensi tersebut, dan
Tabel 3. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar bagaimana cara mengetahui bahwa peserta didik
Kewirausahaan
telah memiliki kompetensi itu. Dengan
STANDAR KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI berpedoman pada silabus diharapkan pengajar
 Mengaktualisasi  Mengidentifikasi sikap akan dapat mengajar lebih baik, tanpa khawatir
kan sikap dan dan perilaku wirausaha
akan keluar dari tujuan, ruang lingkup materi,
perilaku  Menerapkan sikap dan
wirausaha perilaku kerja prestatif strategi belajar mengajar, atau keluar dari sistem
 Merumuskan solusi
evaluasi yang seharusnya. Komponen silabus
masalah
 Mengembangkan suatu mata pelajaran terdiri dari: (a) Identitas
semangat wirausaha Mata pelajaran, dapat meliputi: nama mata
 Membangun komitmen
bagi dirinya dan bagi pelajaran atau blok mata pelajaran, kode mata
orang lain pelajaran, bobot mata pelajaran, semester, (b)
 Mengambil resiko usaha
 Membuat keputusan Standar Kompetensi (SK), yang dibakukan

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012


99
sebagai hasil belajar materi pokok tertentu dalam Pembelajaran, (f) Materi Ajar (Materi Pokok), (g)
satuan pendidikan, merupakan kompetensi Materi/Kompetensi Prasyarat, (h) Alokasi Waktu,
bidang pengembangan dan materi pokok per (i) Metode Pembelajaran, (j) Kegiatan
satuan pendidikan per satu kelas yang harus Pembelajaran, (k) Penilaian dan (l) Sumber
dicapai peserta didik selama satu semester, (c) Belajar.
Kompetensi Dasar (KD), adalah rincian
kompetensi dalam setiap aspek materi pokok Standar Kompetensi Indikator
Kompetensi Dasar
yang harus dilatihkan kepada peserta didik
sehingga kompetensi dapat diukur dan diamati.
Kompetensi Dasar sebaiknya selalu dilakukan Perangkat pembelajaran
(silabus, RPP, bahan ajar)
perbaikan dan pengayaan guna memenuhi
keinginan pasar. Gambar 1. Alur pengembangan bahan ajar
(Sosialisasi KTSP, 2008)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
adalah rencana yang menggambarkan prosedur Prinsip pengembangan bahan ajar (Sosialisasi
dan menajemen pembelajaran untuk mencapai KTSP, 2008) menyebutkan bahwa: (a) Mulai dari
satu atau lebih kompetensi dasar yang telah yang mudah untuk memahami yang sulit, dari
dijabarkan dalam silabus. RPP ini dapat yang kongkret untuk memahami yang abstrak, (b)
digunakan oleh setiap pengajar sebagai pedoman Pengulangan akan memperkuat pemahaman, (c)
umum untuk melaksanakan pembelajaran kepada Umpan balik positif akan memberikan penguatan
peserta didiknya, karena di dalamnya berisi terhadap pemahaman siswa, (d) Motivasi belajar
petunjuk secara rinci, pertemuan demi yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu
pertemuan, mengenai tujuan, ruang lingkup keberhasilan belajar, (e) Mencapai tujuan ibarat
materi yang harus diajarkan, kegiatan belajar naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan
mengajar, media, dan evaluasi yang harus mencapai ketinggian tertentu, (f) Mengetahui
digunakan. RPP akan membantu pengajar dalam hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa
mengorganisasikan materi standar, serta untuk terus mencapai tujuan. Sementara tujuan
mengantisipasi peserta didik dan masalah- pengembangan bahan ajar (Sosialisasi KTSP,
masalah yang mungkin timbul dalam 2008) adalah: (a) Menyediakan bahan ajar yang
pembelajaran. Baik pengajar maupun peserta sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
didik mengetahui dengan pasti tujuan yang mempertimbangkan kebutuhan siswa, yaitu
hendak dicapai dan cara mencapainya. Seorang bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan
pengajar yang belum berpengalaman pada lingkungan sosial siswa, (b) Membantu siswa
umumnya memerlukan perencanaan yang lebih dalam memperoleh alternatif bahan ajar, (c)
rinci dibandingkan seorang pengajar yang sudah Memudahkan guru dalam melaksanakan
berpengalaman. Komponen RPP terdiri dari: (a) pembelajaran.
Kolom Identitas Mata Pelajaran, (b) Standar Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan
Kompetensi, (c) Kompetensi Dasar, (d) Indikator sejalan dengan konsep Kurikulum 2004 yang
Pencapaian Kompetensi, (e) Tujuan menekankan pada kemampuan melakukan

Integrasi Bahan Ajar Kewirausahaan Bidang Produktif Bangunan


100
(kompetensi) berbagai tugas dengan standar tahap generalisasi. Dari tahap ini lahirlah kinerja
performansi tertentu, sehingga hasilnya berupa sebagai hasil dari proses belajar.
penguasaan seperangkat kompetensi tertentu, Penyisipan aspek kewirausahaan di SMK
sebagai gabungan pengetahuan, keterampilan, Bangunan saat ini sudah dilakukan meskipun
nilai sikap dan minat sebagai hasil belajar yang belum sepenuhnya menganut pokok
refleksinya adalah berupa kebiasaan berpikir dan kewirausahaan yang sebenarnya. Siswa sudah
bertindak ekonomis ketika menghadapi masalah. dilibatkan dalam mengelola unit produksi,
Pengintegrasian nilai - nilai kewirausahaan meskipun hanya sebatas dalam membuat benda
hendaknya memperhatikan potensi lokal daerah kerja praktik yang layak jual, seperti: membuat
masing-masing, sesuai dengan lokasi/tempat dan merangkai tulangan kolom praktis, membuat
siswa tinggal. Pertimbangan lain adalah kosen pintu-jendela dari kayu, membuat kursi
heterogenitas latar belakang siswa, seperti taman dari praktik mengelas dan lain sebagainya.
kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat, dan Namun dalam perkembangannya, siswa belum
usia tingkat perkembangan siswa, yang pada dibentuk kesiapannya sebagai seoarang yang
gilirannya siswa akan memiliki jiwa akan menjadi wirausahawan. Siswa belum
berwirausaha dan memiliki kesadaran tinggi dilibatkan secara langsung dalam praktik
untuk mengaktualisasikan potensinya secara menjualnya, sehingga proses ini belum mampu
cerdas dalam kehidupan bermasayarakat. menumbuhkan jiwa entrepreneurship. Oleh
(http://118.98.213.22/ aridata_web/ puskur/ bab1- karena ini untuk menumbuhkannya, perlu
2wirausaha.doc diakses tanggal 26 Februari dirancang model pembelajaran yang terintegrasi
2010) dengan kewirausahaan dan diimplementasikan
Penanaman jiwa kewirausahaan memerlukan dalam proses pembelajaran dan latihan
waktu lama. Pada usia yang masih muda, kewirausahaan yang sebenarnya.
motivasi untuk berwiraswasta merupakan modal Integrasi kewirausahaan dalam pembelajaran
utama. Jiwa kewirausahaan dapat diprediksi dari memiliki peran yang strategis dalam menyiapkan
seseorang yang memiliki kemampuan tersebut. calon lulusan yang berdaya saing, siap kerja serta
Seseorang yang mempunyai pusat kendali diri, dapat mengubah paradigma bahwa lulusan
percaya kehidupan sepenuhnya dikendalikan dan dengan kemampuannya bagaimana mencari
ditentukan oleh faktor-faktor yang ada dalam pekerjaan bergeser dengan berkat
dirinya misalnya kemauan atau motivasi yang kemampuannya bagaimana menciptakan
kuat, kerja keras atau potensi-potensi positif lapangan kerja. Oleh karenanya diperlukan
lainnya. formulasi integrasi kewirausahaan dalam
Dari tahapan tersebut, guru harus melakukan pembelajaran guna mencapai peran tersebut. Di
inventarisasi agar proses belajar dapat berjalan SMK Bangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. belum ada implementasi kewirausahaan yang
Demikian pula untuk menumbuhkan kesiapan terintegrasi dalam pembelajaran. Adapun
untuk menjadi wirausahawan pada siswa, guru pembelajaran yang dimaksud adalah bidang
perlu menginventarisasi kegiatan sejak belajar produktif konstruksi batu dan beton. Industri

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012


101
yang bergerak di bidang konstruksi batu dan
Langkah-langkah integrasi kewirausahaan,
beton, mulai yang dikelola perseorangan maupun
antara lain: (1) melakukan identifikasi unsur
perusahaan banyak memberikan kesempatan
kewirausahaan yang dikembangkan dalam
siswa untuk bekerja setelah lulus nanti. Dari segi
kehidupan nyata yang dituangkan dalam bentuk
peluang, usaha pembuatan benda kerja bidang
kegiatan pembelajaran, (2) melakukan
produktif kerja batu dan beton, seperti: batako
identifikasi pengetahuan, keterampilan, sikap dan
merupakan salah satu alternatif untuk
nilai-nilai yang mendukung kewirausahaan, (3)
berwirausaha. Hal ini dikarenakan mudah untuk
mengklasifikasi dalam bentuk topik/tema dari
dilaksanakan, baik dari segi pengelolaan
mata pelajaran yang sesuai dengan
keuangan, tenaga kerja, proses produksi dan
kewirausahaan, (4) Melakukan identifikasi
pemasarannya.
kompetensi dasar yang relevan untuk dimasuki
Dalam penyusunan bahan ajar terintegrasi
kewirausahaan, (5) Menghasilkan kompetensi
kewirausahaan harus memperhatikan proses
dasar ( materi pelajaran) yang sudah terintegrasi
integrasi kewirausahaan pada mata pelajaran
kewirausahaan. Dalam hal ini materi yang
produktif dibawah ini:
tersusun mengandung isi dari kewirausahaan
meski hanya sedikit yang menyatu menjadi satu
kesatuan yang utuh, (6) Membuat strategi
pembelajaran dan alat evaluasi untuk mata
pelajaran produktif batu dan beton yang
terintegrasi kewirausahaan, (7) Membuat media
pembelajaran yang sesuai, (8) Revisi menerus,
(9) Uji coba di SMK dan merevisi secara
Gambar. 2. Proses integrasi kewirausahaan pada
mata pelajaran produktif keseluruhan.

Mengidentifikasi unsur, Mengidentifikasi tema mata


pengetahuan, sikap,dan pelajaran produktif yang sesuai
dengan kewirausahaan
nilai-nilai kewirausahaan

Membuat strategi Mengidentifikasi dan membuat


pembelajaran, alat evaluasi kompetensi dasar yang relevan
dan media pembelajaran dengan kewirausahaan

Membuat evaluasi
tahap sebelumnya Uji coba di SMK Revisi

Gambar. 3. Tahapan integrasi kewirausahaan


pada mata pelajaran produktif konstruksi batu dan beton.

Integrasi Bahan Ajar Kewirausahaan Bidang Produktif Bangunan


102
Pembuatan kerangka materi pembelajaran materi yang terkandung dalam topik
harus mempertimbangkan nilai – nilai pembelajaran tidak terlalu luas dalam arti hanya
kewirausahaan yang telah diajarkan pada SMK poin-poin yang penting saja. Misalnya dalam
dengan memasukkan nilai kewirausahaan yang pembelajaran pasangan batako
relevan pada setiap pokok materi, dalam hal ini

Tabel 4. Kompetensi yang akan dicapai dalam pembuatan batako


dan relevansi topik kewirausahaan
Kompetensi yang akan dicapai
Topik kewirausahaan
dalam pembuatan batako
Pembuatan Batako  Mengaktualisasikan sikap dan perilaku
wirausaha:
 Mengidentifikasi sikap dan perilaku
wirausaha
 Merumuskan solusi masalah
 Merencanakan usaha kecil/mikro
 Menganalisis peluang usaha
 Menganalisis aspek-aspek pengelolaan
usaha
 Menyusun proposal usaha

Kompetensi yang akan dicapai dalam pelajaran tetapi juga meliputi proses belajar
pembuatan batako harus relevan dengan topik mengajar.
kewirausahaan yang diajarkan pada siswa Pembagian waktu dalam melaksanakan
Tingkat SMK. Dasar topik kewirausahaan yang praktik membuat batako terdiri dari 2
direkomendasikan adalah, bahwa topik dipilih Kompetensi Dasar dan 6 kali tatap muka, 3 kali
akan mempromosikan pendidikan kewirausahaan praktik dan 3 kali teori, setiap tatap muka teori
dalam bidang pendidikan kejuruan produktif terdiri 2 jam x 45 menit, tatap muka praktek 4
konstruksi batu dan beton. Topik- topik tersebut jam x 45 menit dalam hal ini tidak mengubah
dikategorikan dalam topik inti yang bersifat waktu yang ada dalam silabus konstruksi batu
umum yang berkaitan dengan ilmu dan beton tetapi memaksimalkan waktu dari
kewirausahaan serta hal- hal yang terkait dan silabus produksi konstruksi batu dan beton yang
topik kewirausahaan yang spesifik yang relevan ada. Adapun standar kompetensi kewirausahaan
dengan pendidikan kejuruan produktif konstruksi diambil pada poin 1 dan 3 ( lihat Tabel 4 hal 51)
batu dan beton. Pendidikan kejuruan produktif tetapi tidak semua kompetensi dasar akan dicapai
konstruksi batu dan beton yang terintegrasi mengingat keterbatasan waktu pembelajaran.
kewirausahaan bukan hanya menyangkut isi Adapun kerangka materi batako yang
terintegrasi kewirausahaan sebagai berikut:

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012


103
Tabel 5. Penyusunan kerangka materi batako yang terintegrasi kewirausahaan
Materi kewirausahaan yang relevan
Materi batako yang terintegrasi kewirausahaan
dengan materi batako
 Materi I Peluang Usaha Batako  Pengamatan lingkungan usaha
 Latar belakang usaha batako  Mengenal peluang usaha
 Kelebihan dan kekurangan usaha batako  Keberhasilan dan kegagalan
berwirausaha
 Materi II Pengelolaan Usaha Batako  tujuan wirausaha
 Tujuan dan sasaran berwirausaha batako  penyusunan struktur organisasi
 Struktur oganisasi sederhana  kerjasama dan komunikasi
 Cara pembuatan batako  bekerja efektif dan efisien
 Curing atau perawatan batako  membangun komitmen
 Jenis dan kualitas produk batako  produk dan jasa
 Kesehatan dan keselamatan kerja  proses produksi
 Pembukuan sederhana usaha batako  kesehatan dan keselamatan kerja
 penyimpanan produk
 surat menyurat
 pencatatan transaksi
 Materi III Modal Usaha Batako  permodalan dan pembiayaan
 Modal usaha batako  menghitung rencana biaya
 Menghitung bahan dan biaya pembuatan batako  laba/rugi
(Contoh cara perhitungan)
 Materi IV Penyusunan Proposal Usaha Batako  proposal usaha
 Pendahuluan  berfikir secara sistematis
 Sistematika penyusunan proposal

Dalam pelaksanaan pengembangan materi pembagian waktu, dalam hal ini materi yang
ajar yang terintegrasi kewirausahaan, tidak semua diajarkan dialokasikan 18 jam x 45 menit dengan
prosedur pelaksanaan cara pembuatan batako pembagian waktu pembelajaran sebagai berikut:
dilakukan, hal ini dikarenakan mengingat

Tabel 6. Pembagian Materi Pembelajaran dan Alokasi Waktu


Materi Alokasi waktu Pertemuan ke-
Materi I dan II 4x 45 menit 1 dan 2
( 2 pertemuan teori)
Materi II 12x 45 menit 3,4 dan 5
1. praktek membuat batako (3 pertemuan praktek)
(2 pertemuan praktek)
2. praktek perawatan batako dan pengujian visual batako
(1 pertemuan praktek)
Materi III dan IV 2x 45 menit 6
( 1 pertemuan teori)

Dari penyusunan materi ajar diatas sehingga dapat dilakukan pengembangan bahan
diharapkan akan memberikan stimulus bagi siswa ajar seperti dicantumkan diatas, Standar
untuk berwirausaha. Standar Kompetensi dan Kompetensi Melakukan Pekerjaan Batu Dan
Kompetensi Dasar (SK-KD) silabus dapat Beton Membuat Komponen Bangunan Dari
dipadukan dengan nilai – nilai kewirausahaan Semen yang terdapat pada Mata Pelajaran

Integrasi Bahan Ajar Kewirausahaan Bidang Produktif Bangunan


104
praktek batu, plumbing dan kayu (Praktek DAFTAR PUSTAKA
Dasar), dapat diintegrasikan pada kompetensi Arianto Sam. (2009). Pengertian Kewirausahaan.
Artikel. Diakses dari
dasarnya yaitu pelaksanaan pembuatan batako.
http://sobatbaru.blogspot.com/ Diakses
Oleh karena itu, tepat apabila ke depan nanti pada tanggal 6 mei 09
tambahan materi ajar proses pembuatan Depdiknas. (2003). Undang-undang RI Nomor
20, Tahun2003, tentang Sistem
dimasukkan ke dalam kurikulum baru agar
Pendidikan Nasional.
terdapat nilai- nilai integrasi kewirausahaan di
Depdiknas. (2005). Rencana Strategis
bidang konstruksi batu dan beton di dalam Departemen Pendidikan Nasional tahun
2005-2009: Menuju Pembangunan
pembelajaran.
Pendidikan Nasional Jangka Panjang
2025. Jakarta: Departemen Pendidikan
KESIMPULAN Nasional.
Pengembangan Bahan Ajar Terintegrasi Depdiknas, (2006). Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006,
Kewirausahaan Bidang Produktif Konstruksi
tentang Standar Isi.
Batu dan Beton dapat menumbuhkan kesiapan
Depdiknas. (2009). Diterapkan 2010-2011
siswa dalam berwirausaha. Hal ini tercermin: (1) Kurikulum Berbasis Kewirausahaan.
Jakarta: Jurnalnet.com, diakses pada
Pelaksanaan standar kompetensi dan kompetensi
tanggal 11 Oktober 2010 dari
dasar (SK-KD) didalam silabus Produktif http://jurnalnasional.com/show/newspape
r/03/11/2009-07:24 WIB/
Konstruksi Batu dan Beton dapat diintegrasikan
Erni Ungul. (2009). Modul Pengantar
dengan kewirausahaan. (2) Bentuk integrasi Kewirausahaan. Artikel. Diakses dari
kewirausahaan pada bidang produktif konstruksi http://www.poltektegal.ac.id. pada
tanggal 6 Mei 2009.
batu dan beton untuk menumbuhkan kesiapan
Kasmir. (2007). Kewirausahaan, Jakarta : PT
siswa berwirausaha berupa penyusunan bahan Raja Grafindo Perkasa.
ajar berwirausaha batako, yaitu pengembangan Kebijakan Umum Direktorat Pembinaan SMK.
bahan ajar yang didalamnya dipadukan dengan (2010). Diakses pada tgl 22 November
2010 dari
nilai – nilai kewirausahaan, sehingga terjadi http://www2.ilmci.com/?p=1294
internalisasi dan personalisasi nilai – nilai Muhamad Nuh. (2009). Kurikulum Berbasis
kewirausahaan tersebut serta dapat dipahami dan Kewirausahaan Diterapkan 2010.
Diakses pada tgl 26 November 2010 dari:
dilaksanakan oleh peserta didik secara konsisten http://www.endonesia.com/mod.php?mo
di dalam pembelajaran. (3) Pengembangan d=publisher&op=viewarticle&cid=40&ar
tid=4596
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bidang
Purbayu Budi Santoso. (2009). “Urgensi
produktif konstruksi batu dan beton yang telah Pendidikan Kewirausahaan. Artikel.
terintegrasi kewirausahaan dengan memasukkan Diakses dari
http://www.wawasandigital.com. Pada
metode pembelajaran mampu membuat siswa tanggal 6 Mei 2009.
aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga Rhenald Khasali, (2010). Wirausaha Mandiri,
mampu membentuk jiwa siswa untuk Menggiat Jiwa Entrepreneur dari
Kampus. Diakses pada 19 November
berwirausaha. 2010 dari http://spirit-
bisnis.com/news/2010/06/wirausaha-
mandiri-menggiat-jiwa-entrepreneur-
dari-kampus/

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012


105
Suyanto, (2006), Dinamika Pendidikan Nasional Workshop Pendidikan Kewirausahaan Di SMK.
[Dalam Percaturan Dunia Global], (2010). Diakses pada tgl 22 November
PSAP Muhammadiyah, Jakarta. 2010. Dari
http://www2.ilmci.com/?p=1312.
Suyanto. (2009). Pembangunan Pendidikan
SMK. Jakarta: Departemen Pendidikan http://ruangjeda.blogspot.com/2010/02/pendidika
Nasional, Direktorat Jenderal n-kewirausahaan-smk.html. (2010).
Manajemen Pendidikan Dasar dan Pendidikan kewirausahaan & SMK:
Menengah. Kesalahkaprahan strategi terhadap visi
Depdiknas. Diakses pada 20 November
Wiedy Murtini. (2009). Kewirausahaan
2010.
Pendekatan Succes Story. Surakarta:
Sebelas Maret University Press. http://wirausahaumy.blogspot.com. Diakses
tanggal 3 Mei 2009.

Integrasi Bahan Ajar Kewirausahaan Bidang Produktif Bangunan


106

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012

Anda mungkin juga menyukai