Resistivity Logging

Anda di halaman 1dari 11

Resistivity Logging

Adalah metoda untuk mengukur sifat batuan dan fluida pori (baca: minyak, gas dan air)
disepanjang lubang bor dengan mengukur sifat tahanan kelistrikannya.

Besaran resistivitas batuan dideskripsikan dengan Ohm Meter, dan biasanya dibuat dalam skala
logarithmic dengan nilai antara 0.2 sampai dengan 2000 Ohm Meter.

Metoda resistivity logging ini dilakukan karena pada hakekatnya batuan, fluida dan hidrokarbon
di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu. Berikut contohnya

Adapted from Colorado School of Mines

Pada tabel di atas terlihat adanya ‘irisan’ nilai resistivitas antara jenis batuan sedimen. Hal ini
mengakibatkan interpretasi batuan berdasarkan nilai log resistivitas merupakan pekerjaan yang
sangat sulit.

Akan tetapi, nilai resistivitas air garam dapat dibedakan dengan baik dari minyak dan gas. Karena
air garam memiliki nilai resistivitas yang sangat rendah, sedangkan hidrokarbon (minyak-gas)
memiliki nilai resistivitas yang sangat tinggi. Log resistivitas banyak sekali membantu pekerjaan
evaluasi formasi khususnya untuk menganalisa apakah suatu reservoir mengandung air garam
(wet) atau mengandung hidrokarbon, sehingga log ini digunakan untuk menganalisis Hidrocarbon-
Water Contact.

Gambar dibawah ini menunjukkan contoh interpretasi HC-Water Contact dari resistivity log.
Courtesy Dr Elena Pasternak

Didalam pengukuran resistivity log, biasanya terdapat tiga jenis ‘penetrasi’ resistivity, yakni
shallow (borehole), medium (invaded zone) dan deep (virgin) penetration. Perbedaan kedalaman
penetrasi ini dimaksudkan untuk menghindari salah tafsir pada pembacaan log resistivity karena
mud invasion (efek lumpur pengeboran) dan bahkan dapat mempelajari sifat mobilitas minyak.

Sebagaimana yang kita ketahui untuk mengantisipasi pressure (e.g. pore pressure), saat
pengeboran biasanya dipompa oil based mud atau water based mud. Sebagai contoh, jika kita
menggunakan water based mud (resistivity rendah) sebagai lumpur pemboran, kemudian lumpur
tersebut meng-invasi reservoir yang mengandung minyak, maka kita akan mendapatkan profil
deep penetration resistivity lebih tinggi daripada shallow-medium penetration resistivity.

Jika medium penetration dan deep penetration mirip (tidak ada efek invasi), maka situasi ini
mengindikasikan minyak didalam reservoir tersebut sangat susah untuk mobile (hal ini kurang
bagus dalam production). Gambar di bawah menunjukkan perbedaan zona borehole (lumpur),
invaded dan virgin zone
Courtesy ATEMIS, Technologies Sarl, 1998-2007.

Gambar di bawah ini menunjukkan respon resistivity log untuk shallow, medium dan deep
penetration. Lihat respon pada interval reservoir-batupasir (low gamma ray, low SP), besaran nilai
resistivitas untuk ketiga jenis penetrasi ini menunjukkan nilai yang tinggi yakni > 100 Ohm-meter
yang menunjukkan bahwa reservoir tersebut mengandung hidrokarbon. Selanjutnya, terlihat
bahwa shallow resistivity lebih tinggi dari medium dan medium lebih tinggi dari deep penetration.
Apakah anda bisa menduga jenis mud yang digunakan? water based atau oil based mud?

Courtesy Geomore

Resistivity log memiliki kegunaan lain yakni untuk mendeterminasi tingkat saturasi air (Water
Saturation). Semakin tinggi saturasi air maka resistivity akan semakin rendah. Prediksi Water
Saturation dari Resistivity log dapat dilakukan dengan berbagai algoritma diantaranya Persamaan
Archie berikut:
Log Listrik (SP Log dan Resistivity Log)
Published by Priant Taruh on August 18, 2017 Migas Penilaian Formasi

selow-aje.blogspot.co.id

Log Listrik
Log listrik merupakan suatu plot antara sifat-sifat listrik lapisan yang ditembus lubang bor
dengan kedalaman. Sifat-sifat ini diukur dengan berbagai variasi konfigurasi elektrode yang
diturunkan ke dalam lubang bor.

Untuk batuan yang pori-porinya terisi mineral-mineral air asin atau clay maka akan
menghantarkan listrik dan mempunyai resistivity yang rendah dibandingkan dengan pori-pori
yang terisi minyak, gas maupun air tawar. Berikut yang merupakan log listrik yaitu :

Spontaneous Potential Log (SP Log)

Log spontaneous potential (SP) merupakan alat logging yang berfungsi untuk mencari zona
permeable pada suatu formasi dengan menggunakan prinsip beda potensial sebagai alat
ukurnya. Kurva spontaneous potential adalah hasil rekaman perbedaan potensial antara elektroda
yang bergerak di dalam lubang bor dengan elektroda statis yang terdapat di pernukaan.

Adapun sistem kerja dari log spontaneous potential yaitu dengan menurunkan elektroda ke dalam
lubang sumur, kemudian perekaman potensial listrik diberbagai titik dengan referensi potensial
elektroda yang berada di permukaan tanah.

Defleksi kurva spontaneous potential terdapat 2


jenis garis, yaitu garis lurus yang disebut garis dasar serpih (shale base line) dan pada
formasi permeable kurva spontaneous potential menyimpang dari garis dasar serpih dan
mencapai garis konstan pada lapisan permeable yang cukup tebal, yaitu garis pasir.

Penyimpangan kurva spontaneous potential menghasilkan suatu defleksi yang terbagi menjadi 2
macam, yaitu defleksi positif dan defleksi negatif. Defleksi negatif adalah apabila kurva
menyimpang ke kiri dari garis dasar serpih, penyimpangan defleksi ini terjadi karena salinitas air
formasi lebih tinggi dari salinitas filtrat lumpur.

Sedangkan defleksi positif ialah penyimpangan ke kanan dari garis dasar serpih, penyimpangan
defleksi positif disebabkan oleh tingkat salinitas air yang cenderung lebih rendah dibandingkan
salinitas lumpur. Jika salinitas air formasi dan filtrat lumpur mempunyai harga yang sama maka
tidak akan terjadi defleksi, serta tidak ada invasi / rembesan filtrat lumpur di formasi.

Resistivity Log
Resistivity log adalah metoda log untuk mengukur sifat batuan dan fluida pori (minyak, gas dan
air) disepanjang lubang bor dengan mengukur sifat tahanan kelistrikannya. Besaran resistivitas
batuan dideskripsikan dengan Ohm-meter dan biasanya dibuat dalam skala logarithmic dengan
nilai antara 0.2 sampai dengan 2000 Ohm-meter. Metoda resistivity logging ini dilakukan karena
pada hakekatnya batuan, fluida dan hidrokarbon di dalam bumi memiliki nilai resistivitas
tertentu.

Adapun jenis-jenis log resistivity antara lain :

1. Log Deep Resistivity

Log deep resistivity yaitu log yang digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona uninvaded /
zona yang tidak terinvasi oleh filtrat lumur dan rentangnya sekitar > 3 ft, dimana log ini terbagi
menjadi dua macam berdasarkan lumpur yang digunakan saat pemboran, yaitu :

 Induction Log Deep (ILD) merupakan jenis log deep resistivity dengan menggunakan
fresh water base mud.
 Lateral Log Deep (LLD) merupakan jenis log deep resistivity dengan menggunakan salt
water mud.

2. Log Medium Resistivity

Log medium resistivity yaitu log yang digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona transisi
rentangnya sekitar 1.5 – 3 ft. Log ini terdiri dari dua macam, yaitu :

 Induction Medium Log (ILM) merupakan jenis log medium resistivity dengan
menggunakan water base mud.
 Lateral Medium Log (LLM) merupakan jenis log medium resistivity dengan
menggunakan salt water mud.
3. Log Shallow Resistivity (MSFL dan SFLU)

Pada log shallow resistivity biasanya menggunakan log MSFL (Microspherical Focused Log),
yang digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona yang terinvasi mud filtrate dengan
rentang sekitar 1 – 6 ft.

4. Log Induction

Log induction merupakan log yang berfungsi untuk mencari resistivitas dengan menggunakan
konduktivitas batuan sebagai alat ukurnya. Log ini hanya dapat berfungsi pada lumpur air
tawar (fresh water) dengan resistivitas formasi < 200 0hm – m, dan Rmf / Rw > 2.0.

Sistem kerja dari alat ini yaitu dengan mengukur konduktivitas batuan, dimana pada kumparan
transmitter dialirkan arus bolak balik berfrekuensi tinggi dengan amplitudo konstan sehingga
akan menimbulkan medan magnet pada batuan. Medan magnet tersebut akan menimbulkan suatu
arus yang disebut arus Eddy atau arus Foucoult dan besar arus tersebut sebanding dengan
konduktivitas suatu batuan.

5. Log Lateral

Log lateral merupakan alat log yang direkayasa untuk mengukur resistivitas batuan yang dibor
dengan menggunakan salt water mud dan digunakan untuk mendeteksi zona-zona yang
mengandung hidrokarbon. Selain menggunakan salt water mud, log Lateral akan bekerja dengan
baik pada resistivitas formasi yang > 200 ohm-m dengan Rmf/Rw < 2.0, dimana besarnya lubang
bor > 12 inchi, dengan ketebalan lapisan kurang dari 10 ft serta deep invasion ( > 40 inchi ).

Sistem kerja pada alat ini yaitu terdapatnya sonde pada alat resistivity yang memiliki elektroda
penyangga (bucking electrode) yang berfungsi untuk memfokuskan arus survey dan
memaksanya mengalir dalam arah yang tegak lurus terhadap sonde. Arus yang terfokuskan ini
memungkinkan pengukuran dilakukan pada batuan dengan arah yang lebih jelas.

Log lateral merupakan perbaikan terhadap pengukuran yang memakai arus yang tidak terfokus,
yaitu alat ES (Electrical Survey) yang terdahulu, dimana arus survey lebih suka mengalir dalam
lumpur karena resistivitas lumpur yang lebih rendah dari resistivitas batuan.
Permeabilitas
Permeabilitas / K merupakan kemampuan batuan untuk meloloskan fluida melalui pori yang
terhubung di batuan reservoir. Permeabilitas menjadikan fluida bisa mengalir ke dalam borehole
/ lubang sumur dan sangat penting dalam memprediksi laju alir produksi di reservoir.

Permeabilitas dipengaruhi oleh :

1. Ukuran dari pori yang terbuka


2. Tingkat dan ukuran konektivitas pori
3. Tingkat dan jenis bahan cementing di antara butiran batuan.

Berdasarkan tes alir laboratorium, Henti d’Arcy (1856) menentukan bahwa permeabilitas bisa
direpresentasikan dengan rumus :

k = Q μ / A (ΔP/L)

dimana :

k = permeabilitas (darcy)

Q = laju alir per satuan waktu (cm/s)

μ = viskositas dari batuan yang mengalir (cp)

A = luas permukaan batuan (cm2)

ΔP = perbedaan tekanan

Permeabilitas Horizontal vs Permeabilitas Vertical

Permeabilitas dapat dibagi menjadi permeabilitas horizontal dan permeabilitas vertikal.


Perbedaan ini dipengaruhi oleh :

 Susunan butiran batuan dan struktur pori

 Bentuk dan ukuran butiran batuan.


Penentuan permeabilitas bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti well test, wireline
formation test, drill stem test, transient well testing, atau analisa coring. Analisa coring
merupakan metode yang paling akurat untuk menentukan permeabilitas.

Klasifikasi Permeabilitas :

 Permeabilitas absolut

Permeabilitas absolut merupakan kemampuan batuan untuk meloloskan satu jenis fluida yang
100% jenuh oleh fluida tersebut.

 Permeabilitas efektif

Permeabilitas efektif merupakan kemampuan batuan untuk meloloskan satu jenis fluida bila
terdapat dua macam fluida yang immiscible / tidak dapat bersatu. Porositas efektif memiliki nilai
yang lebih kecil dibandingkan permeabilitas absolut.

 Permeabilitas relatif

Permeabilitas relatif merupakan perbandingan antara permeabilitas efektif dan absolut.

Permeabiltas vs Porositas

Hubungan permeabilitas dan porositas adalah sebagai berikut :

 Penambahan porositas biasanya diikuti dengan penambahan permeabilitas


 Batuan yang tua dan kompak akan memiliki porositas dan permeabilitas yang kecil
 Dolomitisasi menambah nilai porositas dan permeabilitas
 Permeabilias juga dipengaruhi oleh besar, bentuk dan hubungan antar butir.

Permeabilitas Fracture

Fracture memiliki pengaruh yang signifikan terhadap permeabilitas batuan. Permeabilitas


fracture merupakan fungsi dari lebar fracture yaitu :

K = 50.000.000 x lebar^2

K = Permeabilitas (darcy)

Lebar = Lebar fracture (inch)


Referensi :

 Hernansjah. Diktat Kuliah Well Logging.


 Baker Atlas. Introduction to Wireline Log Analysis

SEKUEN STRATIGRAFI

Sikuen stratigrafi adalah studi stratigrafi yang berhubungan dengan kerangka waktu
pengendapan dalam kaitannya perubahan siklus muka laut (global/regional).

Pembagian Orde Sikuen Stratigrafi

Setiap sikuen pengendapan terdiri dari perulangan perlapisan yang dibatasi oleh permukaan erosi
(UC) atau hiatus atau permukaan yang selaras (C) (Van Wagoner et.al., 1987). Sikuen dibatasi
secara regional oleh ketidakselarasan (UC) atau permukaan keselarasan (C) (Mitchum et.al.,
1977). Elemen penting dalam menentukan pola-pola sikuen stratigrafi adalah shelf/slope break.
Assosiasi Seismik Fasies (Mitchum et al., 1977)

Sequence Boundary (SB) merupakan batas atas dan bawah satuan sikuen stratigrafi adalah
bidang ketidak selarasan atau bidang-bidang keselarasan padanannya (Sandi Stratigrafi
Indonesia, 1996).

Bidang ketidakselarasan merupakan bidang erosi, pada umumnya terjadi di atas muka laut (sub-
aerial), ditandai oleh rumpang waktu geologi. Bidang keselarasan padanan adalah bidang
kelanjutan dari bidang ketidakselarasan kearah susunan lapisan batuan yang selaras (Sandi
Stratigrafi Indonesia, 1996).

Bidang ketidakselarasan atau bidang erosi batas satuan sikuen stratigrafi disebabkan oleh proses
penurunan relatif muka air laut, yang disebabkan oleh banyak hal diantaranya gerak muka muka
laut global, sedimentasi maupun tektonik (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).

Dalam rekaman batuan sikuen pengendapan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sikuen tipe 1 dan
sikuen tipe 2. Sikuen tipe 1 tersusun oleh tersusun oleh sedimen yang diendapakann saat relatif
muka air laut mulai turun. sikuen 1 dibatasi oleh batas sikuen tipe 1di bagian bawah dan di
bagian atas oleh batas sikuen 1 atau batas sikuen 2. Sikuen tipe 2 tersusun oleh sedimen yang
diendapkan selama siklus muka laut relatif naik perlahan-lahan atau tetap. Sikuen tipe 2 dibatasi
oleh batas sikuen tipe 1 di bawah dan di bagian atas oleh batas sikuen 1 atau batas sikuen 2.

Batas sikuen 1 ditandai oleh perolehan fluvial dan peremajaan aliran, shelf sedimentary bypass,
pergeseran fasies dan coastal onlap kearah cekungan. Batas cekungan tersebut terbentuk ketika
kecepatan eustasi lebih besar dari kecepatan subsiden pada depositional shoreline break,
sehingga menghasilkan muka laut relatif turun.
Batas sikuen 2 ditandai oleh pergeseran coastal onlap ke arah cekungan dan erosi subaerial yang
meluas, tatapi tanpa peremajaan aliran dan pergeseran fasies kearah cekungan. Batas sekuen ini
terbentuk ketika kecepatan eustasi lebih kecil dari kecepatan subsiden pada depositional
shoreline break, tetapi tanpa perubahan muka laut relatif turun pada posisi tersebut.

Siklus transgresi regresi yang terbentuk di antara dua periode muka laut turun akan
menghasilkan satu sikuen pengendapan. Sikuen pengendapan tersebut dibatasi oleh
ketidakselarasan dan keselarasan yang sebanding. Pembentukan sikuen pengendapan sering
diselingi oleh pembentukan maximum flooding surface (MFS). Batas sikuen dan MSF
merupakan permukaan kunci yang dapat dikenali dalam well logs, coring, singkapan dan
penampang seismik.

Maximum flooding surface teridentifikasi oleh adanya maximum landward onlap dari lapiasan
marine pada batas basin dan mencerminkan kenaikan maksimum secara relatif dari sea level
(Armentout, 1991).

Diagram Sikuen Stratigrafi (Tanpa Terganggu Oleh Adanya Struktur Sekunder) (Vail et al,
1987)

Diagram Sikuen Stratigrafi pada Daerah yang Terpengaruh oleh Adanya Sesar

Anda mungkin juga menyukai