Carolyn Rose M - 071.18.027 - Laporan Akhir

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 25

RANGKUMAN PEMBAHASAN

LAPORAN
XII

Oleh

Carolyn Rose Meier

071001800027

LABORATORIUM PENILAIAN FORMASI


PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : CAROLYN ROSE MEIER


NIM : 071001800027
KELOMPOK : F3
PARTNER : 1. BAGAS HERDITO WICAKSANA
2. WIDI TRISNADI
TGL.PRAKTIKUM : 9 JUNI 2021
TGL.PENERIMAAN : 15 JUNI 2021
ASISTEN : 1. AMOSPHIN ANGGI PUTRA
2. ALVIONA NABYLA AKBARY
3. NILA MUTIYA
NILAI :

Tanda Tangan ` Tanda Tangan

(....................) (CAROLYN ROSE.M)


Asisten Praktikan
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. 2


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
LAPORAN I LAPORAN PENGENALAN ALAT......................................................... 4
LAPORAN II INTERPRETASI KUALITATIF ........................................................... 6
LAPORAN III MUD PROPERTIES .............................................................................. 8
LAPORAN IV RESISTIVITY CORRECTION .......................................................... 10
LAPORAN V SATURATION PARAMETER............................................................. 12
LAPORAN VI EFFECTIVITY POROSITY ............................................................... 14
LAPORAN VII RESITIVITAS AIR FORMASI 1 ...................................................... 16
LAPORAN VIII RESISTIVITAS AIR FORMASI 2 .................................................. 18
LAPORAN XI SATURASI AIR .................................................................................... 20
LAPORAN X CUT OFF ................................................................................................ 22
LAPORAN XI INTERACTIVE PETROPHYSICS .................................................... 24
LAPORAN I

LAPORAN PENGENALAN ALAT

Pada percobaan pengenalan alat,praktikan dikenali dengan beberapa alat log,seperti Log
Natural Gamma Ray,sesuai dengan namanya, Log Gamma Ray merespon radiasi gamma
alami pada suatu formasi. Pada formasi batuan sedimen, log ini biasanya mencerminkan
kandungan unsur radioaktif di dalam formasi. Hal ini dikarenakan elemen radioaktif
cenderung untuk terkonsentrasi di dalam lempung dan serpih. Formasi bersih biasanya
mempunyai tingkat radioaktif yang sangat rendah, kecuali apabila formasi tersebut terkena
kontaminasi radioaktif misalnya dari debu volkanik atau granit. Karakteristik Gamma Ray
Gamma ray dihasilkan oleh gelombang elektromagnetik berenergi tinggi yang dikeluarkan
secara spontan oleh elemen radioaktif. Untuk melewati suatu materi, gamma ray
bertumbukan dengan atom dari zat penyusun formasi. Gamma ray akan kehilangan
energinya setiap kali mengalami tumbukan, Setelah energinya hilang, gamma ray
diabsorbsi oleh atom formasi melalui suatu proses yang disebut.. Jadi gamma ray diabsorbsi
secara gradual dan energinya mengalami reduksi setiap kali melewati formasi. Laju
absorbsi berbeda sesuai dengan densitas formasi. Formasi dengan jumlah unsur radioktif
yang sama per unit volum tapi mempunyai densitas yang berbeda akan menunjukkan
perbedaan tingkat radioaktivitas Formasi yang densitasnya lebih rendah akan terlihat
sedikit lebih radioaktif. Respon GR log setelah dilakukan koreksi terhadap lubang bor dan
sebagainya sebanding dengan berat konsentrasi unsur radioaktif yang ada di dalam formasi.
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut GR sonde memiliki detektor untuk
mengukur radiasi gamma yang terjadi pada formasi di dekat sonde. Detektor scintillation
umumnya digunakan untuk pengukuran ini. Detektor ini lebih efisien dibandingkan dengan
detektor Geiger-Mueller yang digunakan di masa lalu. Panjang detektor ini hanya beberapa
inchi sehingga detil formasi bisa diperoleh dengan baik. Spectral Gamma Ray Log Prinsip
Pengukuran Log spektral menggunakan detektor sodium iodide scintillation. Sinar gamma
yang dikeluarkan oleh formasi jarang yang langsung ditangkap oleh detektor. Hal ini
disebabkan karena sinar tersebut menyebar dan kehilangan energinya melalui tiga jenis
interaksi dengan formasi; efek fotoelektrik, hamburan compton, dan produksi berpasangan
. Log SP adalah rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda di permukaan yang
tetap dengan elektroda yang terdapat di dalam lubang bor yang bergerak turun naik.
Potensial listrik tersebut disebut ‘potentiels spontanes’, atau ‘spontaneous potentials’ oleh
Conrad Schlumberger dan H.G. Doll yang menemukannya. Supaya SP dapat berfungsi,
lubang harus diisi oleh lumpur konduktif. Secara alamiah, karena perbedaan kandungan
garam air, arus listrik hanya mengalir di sekeliling perbatasan formasi di dalam lubang.
Pada lapisan serpih, tidak ada aliran listrik sehingga potensialnya konstan. Hal ini
menyebabkan kurva SP-nya menjadi rata dan menghasilkan garis yang disebut sebagai
garis dasar serpih (shale base line). Kurva SP tidak dapat direkam di dalam lubang bor yang
diisi dengan lumpur non-konduktif, hal ini karena lumpur tersebut tidak dapat
menghantarkan arus listrik antara elektroda dan formasi. Selanjutnya apabila resistivitas
antara lumpur penyaring dan air formasi hampir sama, defleksi akan sangat kecil dan kurva
SP menjadi tidak begitu berguna. Log densitas merekam bulk density formasi batuan. Bulk
density merupakan densitas total dari batuan meliputi matriks padat dan fluida yang
mengisi pori. Secara geologi, bulk density merupakan fungsi dari densitas mineral yang
membentuk batuan tersebut dan volume fluida bebas yang menyertainya. Peralatan logging
neutron meliputi GNT (gamma neutron tool) tool series, dan SNP (sidewall neutron
porosity) tool. GNT merupakan detektor yang sensitif terhadap energi tinggi sinar gamma
dan panas dari neutron. GNT dapat digunakan pada lubang bor dengan atau tanpa casing.
Meskipun perlengkapan ini respon utamanya adalah terhadap porositas, GNT juga bisa
mendeteksi pengaruh akibat salinitas fluida, suhu, tekanan, ukuran lubang bor, mudcake,
standoff, dan berat lumpur. Pada peralatan SNP, detektornya hanya mampu mendeteksi
neutron yang memiliki energi sekitar 0,4 eV (epitermal). menyebutkan sejumlah
keunggulan SNP dibandingkan dengan NGT yaitu efek lubang bor lebih sedikit Log
resistivitas adalah rekaman tahanan jenis formasi ketika dilewati oleh kuat arus listrik,
dinyatakan dalam ohmmeter. Resistivitas ini mencerminkan batuan dan fluida yang
terkandung di dalam pori-porinya. Reservoar yang berisi hidrokarbon akan mempunyai
tahanan jenis lebih tinggi (lebih dari 10 ohmmeter), sedangkan apabila terisi oleh air
formasi yang mempunyai salinitas ringgi maka harga tahanan jenisnya hanya beberapa
ohmmeter. Suatu formasi yang porositasnya sangat kecil (tight) juga akan menghasilkan
tahanan jenis yang sangat tinggi karena tidak mengandung fluida konduktif yang dapat
menjadi konduktor alat listrik. Berdasarkan hukum fisika kita tahu bahwa bila suatu
kumparan dialiri arus listrik bolak-balik akan menghasilkan medan magnet, sebaliknya
medan magnet akan menimbulkan arus listrik pada kumpara. Hal ini menyebabkan arus
listrik yang mengalir dalam kumparan alat induksi ini menghasilkan medan magnet di
sekeliling sonde. Medan magnet ini akan menhasilkan arus eddy di dalam formasi di sekitar
alat sesuai dengan hukum Faraday. Formasi konduktif di sekitar alat bereaksi seperti
kumparan-kumparan kecil. Bisa dibayangkan terdapat berjuta juta kumparan kecil di
dalam kimparan yang menghasilkan arus eddy terinduksi. Arus eddy selanjutnya
menghasilkan medan magnet sendiri yang dideteksi oleh kumparan penerima. Kekuatan
dari arus pada penerima sebanding dengan kekuatan dari medan magnet yang dihasilkan
dan sebanding dengan arus eddy dan juga konduktivitas dari formasi Hampir setiap alat
pengukur resistivitas saat ini dilengkapi dengan alat pemfokus. Alat tersebut berfungsi
untuk mengurangi pengaruh akibat fluida lubang bor dan lapisan di sekitarnya. Dua jenis
alat pungukur resistivitas yang ada saat ini: induksi dan laterolog memiliki karakteristik
masing-masing yang membuatnya digunakan untuk situasi yang berbeda. Log induksi
biasanya direkomendasikan untuk lubang bor yang yang menggunakan lumpur bor
konduktif sedang, non-konduktif (misalnya oil-base muds) dan pada lubang bor yang hanya
berisi udara. Sementara itu laterolog direkomendasikan pada lubang bor yang
menggunakan lumpur bor sangat konduktif (misalnya salt muds) Alat induksi, karena
sangat sensitif terhadap konduktivitas baik digunakan pada formasi batuan dengan
resistivitas rendah sampai sedang. Sedangkan laterolog karena menggunakan peralatan
yang sensitif terhadap resistivitas sangat akurat digunakan pada formasi dengan resistivitas
sedang sampai tinggi.
LAPORAN II

INTERPRETASI KUALITATIF

Pada percobaan intepretasi kualitatif, praktikan mencari zona prospek yang ada dalam data
log sumur yang diberikan. Data yang saya amati adalah data dari sumur B 132. Dari data
tersebut saya ambil kedalaman 1450 – 1500 ft karena menurut saya di kedalaman itu
terdapat zona prospek yang dapat dilihat dari track 1. Metode yang digunakan untuk
melihat zona prospek track 1 tsb menggunakan GR Log dan SP Log,dengan Analisa
menggunakan metode GR Log dapat dilakukan identifikasi litologi batuan untuk
membedakan zona reservoir dan non reservoir. Sementara dengan SP Log kita dapat
identifikasi batuan yang permeable dan juga membantu korelasi litologi serta menghitung
nilai Rw nya. Dalam interpretasinya, apabila data log SP menunjukkan kurva lurus (tidak
ada perubahan nilai) maka mengindikasikan salinitas fluida formasi sama dengan salinitas
lumpur pemboran, atau dapat juga sebagai indikasi lapisan batuan yang pejal (tight) atau
impermeable. Sedangkan apabila terdapat defleksi grafik/perubahan nilai log SP, maka
menunjukkan adanya perbedaan salinitas, adanya lapisan batuan permeable, dan dapat
diasumsikan sebagai reservoir. Pada track 2 dapat dilihat resitivity log menggunakan
pengukuran LLD,LLS,MSFL,ILD,ILS,MFS. Dalam teknik interpretasinya, analisa log
resistivitas, utamanya adalah untuk mengetahui indikasi batuan yang porous dan permeable
yang mengandung fluida hidrokarbon atau air. Dari track ini nilai-nilai LLD/ILD, LLS/ILS,
dan MSFL umumnya ditampilkan pada satu kolom grafik, dan berdasarkan karakteristik
grafiknya, indikasi hidrokarbon ditunjukkan oleh adanya perubahan nilai/defleksi grafik
LLD/ILD yang relatif berada di kanan terhadap defleksi grafik LLS/ILM dan MSFL.
Sedangkan defleksi grafik LLD yang relatif lebih negatif terhadap LLS/ILM dan MSFL
akan mengindikasikan adanya kandungan fluida air. Track 3 ini,praktikan bisa menentukan
kandungan hidrokarbon di dalam sumur,dengan menggunakan density log,neutron log, dan
sonic log. Untuk batupasir dan batugamping yang mengandung fluida gas akan memiliki
densitas bulk yang tinggi. Sedangkan serpih akan memiliki nilai densitas bulk yang sangat
tinggi apabila memiliki kandungan air terikat (clay-bound water).Suatu grafik log Neutron
akan menunjukkan defleksi ke arah nilai yang lebih tinggi (ke arah kiri) apabila melalui
suatu zona berporositas tinggi, dan sebaliknya, grafik akan mengalami defleksi ke kanan
apabila melalui zona berporositas rendah. Hasil pengukuran log Neutron kemudian
dinyatakan dalam Porosity Unit (PU).Pada formasi yang mengandung minyak dan air,
dimana kandungan hidrogennyatinggi maka menyebabkan nilai Porosity Unit juga tinggi.
Sedangkan padaformas i yang mengandung gas yang memiliki kandungan hidrogen yang
rendahmenyebabkan nilai PU yang rendah pula. Rendahnya nilai PU karena kehadirangas
kemudian disebut dengan gas effect Borehole environment adalah suatu gambaran dimana
lumpur memasuki lubang bor dan terbentukanya Mud cake pada zona permeable. Dari
gambaran borehole environment tadi, kita dapat mengetahui sekaligus mempelajari
parameter-parameter yang berada di beberapa zona seperti Flushed Zone yaitu zona
terinvasi oleh lumpur), Transition Zone, dan Uninvaded Zone yaitu zona tidak terinvasi
oleh lumpur. Parameter-parameter yang akan dihasilkan pada flushed zone adalah
Rmf,Sxo,dan Rxo. Sedangkan pada uninvaded zone adalah Sw,Rw,dan Rt. Beberapa
paremeter yang penting lainnya adalah Rmc, Ri, Hmc, dan di. Mud cake yang terbentuk
pada mud cake berfungsi sebagai penentu zona permeable pada kedalaman tertentu. Selain
itu mud cake berfungsi sebagai penahan lubang dinding bor agar tetap kokoh dan tidak
runtuh. Alat yang biasa digunakan pada alat logging untuk mengukur lubang bor adalah
Calipher. Alat ini dapat mengetahui kondisi lubang bor, bila terjadi/terbentuk Mudcake,
sloughing. Dan Caving. Semakin banyak tangan yang digunakan pada alat ini semakin baik
pula hasil pengukurannya. Alat ini biasanya terletak di Track 1 (log permeable). Zona
hidrokarbon yang terdiri dari minyak dan gas, pergerakan hidrokarbon yang terdesak lebih
cepat daripada air formasi terutama yang terjadi pada zona annulus yang mempunyai
kejenuhan air formasi tinggi. Interpretasi yang didapatkan diatas dapat dijadikan dasar
untuk menentukan pengeboran akan tetapi harus dilakukan analisa lebih lanjut
sepertianalisa log kuantitatif untuk mengetahui besarnya volume hidrokarbon lapisan untuk
mengurangi kerugian produksi jika daerah tersebut memang ingin dieksploitasi
LAPORAN III

MUD PROPERTIES

Log komposit ini digunakan untuk analisis kualitatif maupun kualitatif. Untuk analisis
kualitatif dilakukan dengan cara quick look yang digunakan sebagai penentu ketebalan
zona produktif, menentukan fluid content (jenis hidrokarbon yang terkandung pada lapisan
yang dianalisis). Sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data
sifat fisik batuan seperti volume shale (Vsh), porositas (Ø), dan saturasi air (Sw). Pada
kolom 1 (satu) yang berfungsi untuk menentukan zona permeabel dan non permeabel
dimana terdapat kurva Gamma Ray (GR) Log dengan skala 0 sampai 120 oAPI, kurva
Spontaneous Potential (SPbs) dengan skala 20 sampai -80 mV, dan kurva Caliper Log
dengan skala 6 sampai 16 inci. Pada kolom 2 (dua) terdapat kurva Resistivity Log yaitu
ILD dan MSFL dengan skala 0.2 sampai 2000 Ωm yang berfungsi untuk menentukan
besarnya nilai resistivitas pada lapisan yang dinalisa dan membedakan lapisan hidrokarbon
dan non hidrokarbon. Pada kolom 3 (tiga) terdapat Density Log dengan alatnya yaitu
RHOB mempunyai skala 1.7 sampai 2.7 gr/cm3 dan Neutron Log dengan alatnya yaitu
NPHI mempunyai skala 0.6 sampai 0 v/v yang berfungsi untuk menentukan jenis
hidrokarbon yang dianalisis dengan melihat adanya cross over yang terdapat pada lapisan
permeabel. Interpretasi log pada tulisan ini dilakukan secara kualitatif yaitu dengan melihat
dan membaca defleksi kurva log tanpa melakukan suatu perhitungan. Setelah interpretasi
log telah dilakukan pada setiap sumur, dimana hasil akhirnya tersebut adalah melakukan
validasi antara data masing-masing parameter terhadap data core yang selanjutnya akan
digunakan untuk menentukan besarnya akumulasi hidrokarbon yang terdapat dalam suatu
media berpori pada batuan reservoir, dan permeabilitas transform yang digunakan untuk
menentukan hydraulic flow unit (HU) serta permeabilitas pada sumur yang tidak memiliki
data core . Pada percobaan kali ini kita diberikan log untuk membaca suatu formasi. Pada
header log diketahui nilai Trm,Trmc,Trmf,TD,RM
BHT,To,Rm@To,Rmc@To,Rmf@To,Logger Depth dan MD untuk dicari nilai
Tf,Rm@Tf,Rmc@Tf,Rmf@Tf. Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul,
selanjutnya dilakukan interpretasi log pada sumur. Tujuannya agar praktikan bisa
memasukkan data ke hasil pengamatan diatas. Total zona pada interpretasi berjumlah 10
masing-masing zona memiliki nilai yang berbeda,tergantung dari interpretasi setiap
praktikan. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai interval kedalaman yaitu depth akhir
dikurangi depth awal dibagi jumlah zona yang ada. Maka didapatkan nilai interval
kedalaman,lalu praktikan diminta untuk mencari nilai gradient temperature dengan rumus
BHT dikurangi To lalu dibagi nilai logger depth yang sudah tersedia di header log. Untuk
perhitungan Rmf@Tf dan Rmc@Tf menggunakan rumus yang sama hanya bedanya pada
Rmc@To dan Rmf@To. Perhitungan temperatur formasi (Tf) dalam interpretasi log adalah
langkah awal untuk menentukan nilai resistivitas lumpur (Rm), resistivitas filtrat lumpur
(Rmf), resistivitas kerak lumpur (Rmc), dan resistivitas air (Rw). Parameter yang
dibutuhkan dalam melakukan perhitungan temperatur formasi adalah kedalaman total
(TD), kedalaman formasi (DF),dan temperatur di dasar lubang sumur (BHT). Perhitungan
resistivitas lumpur pemboran di atas dapat pula digunakan untuk menghitung resistivitas
kerak lumpur (Rmc) yang digunakan untuk koreksi log terhadap pengaruh lubang bor dan
resistivitas lumpur yang masuk ke dalam formasi (Rmf) yang dibutuhkan untuk
mendapatkan nilai Sxo pada perhitungan saturasi air (Sw). Defleksi pada kurva SP tidak
pernah tajam saat melewati dua lapisan yang berbeda, tapi selalu memiliki sudut
kemiringan. Jika pada lapisan permeabel yang cukup tebal, kurva log SP mendekati
konstanta nilai maksimum (SSP). Defleksi pada kurva SP merupakan pengukuran
perbedaan potensial listrik dalam lubang bor karena arus SP. Total potensi arus listrik filtrat
lumpur terhadap semua perbedaan potensi listrik dalam batuan formasi. Fungsi utama dari
SP log adalah untuk menentukan lapisan mana yang permeable dan mana yang
impermeable, membedakan lapisan shally dan non – shally, mencari batas – batas korelasi
lapisan, serta dapat digunakan untuk menentukan harga dari resistivitas air formasi (Rw).
Dalam penggunaannya, kurva log SP dan umunya dicatat pada track 1 bersamaan dengan
kurva GR log.
LAPORAN IV

RESISTIVITY CORRECTION

Log Resistivitas merekam kemampuan batuan formasi batuan dan fluida pengisi pori –
pori batuan untuk melewatkan arus listrik. Konduktivitas adalah kebalikan dari tahanan.
Resistivitas dari suatu zat adalah kemampuan suatu benda untuk melewatkan arus listrik.
Satuan dari resistivitas adalah ohm meter (ohm – m). Pada Percobaan keempat mengenai
resistivity correction, dalam percobaan ini praktikan akan mendapatkan nilai hmc, stand
off, hole signal, C.ILD, C.ILD corr, R.ILD corr, Rxo, dan Rt. Nilai – nilai tersebut didapat
dengan cara membaca data log pada track 1 yaitu mengenai nilai diameter holenya dan
membaca data log pada track 2 mengenai nilai MSFL dan ILD. Data yang digunakan
praktikan adalah data sumur B-132. Seperti pada percobaan sebelumnya, pada percobaan
resitivity correction juga dibagi menjadi sepuluh zona kedalaman. Setelah dibagi menjadi
sepuluh zona kedalamannya maka praktikan membaca nilai diameter hole pada track 1
berdasarkan kedalamannya, diameter hole yang didapat pada percobaan ini secara
berturut turut dari kedalaman 1485 hingga 1488 ft. Kemudian praktikan membaca data
MSFL dan ILD, dimana ILD dilihat dari garis tebal yang ada di track 2 dan MSFL dilihat dari
garis putus – putus tebal yang ada di track 2. Pada percobaan yang membahas tentang
Rasistivity Correction, praktikan mempelajari cara mendapatkan nilai resistivity. Hal
pertama yang harus dilakukan oleh praktikan yaitu menentukan zona prospek. Pada
praktikum kali ini praktikan dan kelompok mendapati zona prospek pada kedalaman 1485
hingga 1488 ft. terdapat sepuluh zona prospek hingga kedalaman 1489, yaitu zona satu
hingga zona sepuluh dimulai di kedalaman 1485 ft, 1485.34 ft, 1485,68 ft, 1486,02 ft,
1486,36 ft, 1486.7 ft, 1487,04 ft, 1487,38 ft, 1487,72 ft dan 1488 ft dengan nilai interval
sebesar 0,44. Setelah dilakukan pembacaan pada track 2, selanjutnya adalah melakukan
perhitungan rmsfl/rmc dengan menggunakan data MSFL yang telah didapat dan data Rmc
(resistivity mud cake) yang telah didapat pada percobaan sebelumnya (mud properties).
Rmsfl/rmc yang didapat pada percobaan ini adalah 24.8966 ; 33.1998 ; 41.5051 ; 66.4169
; 99.6484 ; 91.347 ; 49.83821 ; 33.2301 ; 18.2785. Kemudian praktikan menghitung nilai
stand off dengan menggunakan rumus diameter hole dikurang diameter alat dibagi dua.
Nilai stand off yang didapat dalam percobaan ini dalam sepuluh zona adalah 0.65 ; 0.6 ;
0.55 ; 0.2 ; 0.2 ; 0.2 ; 0.2 ; 0.2 ; 0.2 ; 0.15. Kemudian menentukan nilai hole signal dengan
menggunakan chart yang telah disediakan, dengan cara praktikan melihat diameter hole
yang didapat kemudian dari diameter hole tarik garis lurus hingga menyentuh garis stand
off 1.5, setelah itu tarik ke arah kanan sesuai dengan nilai resistivity mud yang didapat
dari percobaan sebelumnya, setelah itu praktikan akan mendapatkan nilai hole signal dari
masing– masing kedalam yang telah dibagi menjadi sepuluh zona. Nilai hole signal yang
didapat pada percobaan ini adalah -3 ; -1 ; 0 ; -1 ; -1 ; -1 ; -1 ; -1 ; -1 ; 0. Kemudian
penentuan nilai C.ILD dengan menggunakan rumus 1000 dibagi ILD. Nilai C.ILD yang
didapat pada percobaan ini adalah 90.9091 ; 83.333 ; 66.66667 ; 58.82353 ; 62.5 ; 100 ;
166.6667 ; 200 ; 208.333 ; 250. Setelah hole signal dan C.ILD didapat praktikan kemudian
menghitung nilai C.ILD corr dengan menggunakan rumus C.ILD dikurang dengan hole
signal. Nilai C.ILD corr yang didapat pada percobaan ini adalah 93.90909 ; 84.3333 ;
66.66667 ; 59.82353 ; 63.5 ; 101 ; 167.6667 ; 201 ; 209.3333 ; 250 Nilai yang dicari
selanjutnya adalah nilai dari R.ILD corr, nilai tersebut didapat dengan menggunakan
rumus 1000 dibagi dengan C.ILD corr. Nilai R.ILD correcction yang didapat dalam
percobaan ini adalah 10.6486 ; 11.8577 ; 15 ; 16.7158 ; 15.748 ; 9.90099 ; 5.96421 ;
4.97512 ; 4.77707 ; 4 Kemudian mencari nilai Rxo dengan menggunakan rumus rmsfl
corr/rmsfl dikali dengan MSFL, rmsfl corr/rmsfl didapat dari chart yang telah tersedia.
Nilai rmsfl corr/rmsfl yang didapat dari pembacaan chart adalah zona satu dan dua adalah
8,19 tiga dan empat adalah 30, zona lima dan enam adalah 19,6 zona tujuh delapan adalah
9,7 zona Sembilan adalah 2,85 dan zona 10 adalah 2,76. Nilai Rxo yang didapat adalah
pada zona ke satu dan zona kedua memiliki nilai Rxo yang sama yaitu 1 ; 0.6 ; 47.5 ; 96 ;
192 ; 165 ; 63 ; 47.5 ; 32 ; 13.2 Setelah melakukan percobaan resistivity correction ini
praktikan menjadi mengetahui mengenai apa itu resistivity correction bagaimana cara
untuk menghitung resistivity correction, apa saja komponen – komponen yang ada di
resistivity coreection, disini kita juga menjadi mengetaahui cara menghitung –
menghitung ataupun mengetahui cara melihat nilai dari log – log ataupun track – track
yang diberikan kepada praktikan. Dari praktikum penilaian formasi ini pun kita juga
mengetahui dan mempelajari cara menggunakan excell meskipun hanya tahap – tahap
dasar namun itu sangat berguna untuk digunakan oleh semua praktikan
LAPORAN V

SATURATION PARAMETER

Pada praktikum kali ini membahas mengenai saturation parameter pada well logging.
Dilakukan interpretasi secara kuantitatif dari data log yang sebelumnya telah
diinterpretasikan secara kualitatif. Data log yang digunakan praktikan untuk praktikum
saturation parameter ini yaitu data log-B132. Menghitung saturation parameter ini sendiri
mempunyai tujuan dalam mengetahui parameter-parameter yang nantinya juga berfungsi
untuk perhitungan saturasi, porositas. Dilakukan juga koreksi yang diakibatkan oleh faktor-
faktor yang mempengaruhi interpretasi kuantitaif maupun interpretasi kualitatif. Parameter
– parameter yang diperhatikan dalam praktikum saturation ini berupa kedalaman tiap zona
prospek atau measure depth, hasil pembacaan log reading dari track tiga berupa NPHI,
RHOB dan NPHI%, Ncorr, Dcorr, diameter lubang bor atau diameter hole sebagai hasil
pembacaan dari log caliper yang sudah diperoleh nilainya dari praktikum sebelumnya,
height mud cake atau ketebalan mud cake, termperatur formasi. NPHI sendiri memiliki
parameter berupa diameter hole, height mud cake dan temperature formasi yang nilainya
didapatkan dari chart schlumberger Por-14c, dimana kemudian data – data yang didapatkan
tersebut digunakan untuk menghitung Ncorr. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu
menentukan pada kedalaman berapa saja untuk kemungkinan terdapat hidrokarbon atau
disebut juga sebagai zona prospek. Disini praktikan mendapatkan zona prospek, menurut
interpretasi terdapat pada kedalaman 1485 meter sampai 1488 meter seperti pada laporan
3 dan 4. Nilai NPHI dan RHOB didapatkan dari hasil pembacaan log. Nilai NPHI pada
kedalaman 1485 meter sebesar 0.25, pada kedalaman 1485.3 meter sebesar 0.24, pada
kedalaman 1485.6 meter sebesar 0.22, pada kedalaman 1486 meter sebesar 0.24, pada
kedalaman 1486.3 meter sebesar 0.24, pada kedalaman 1486.6 meter sebesar 0.23, pada
kedalaman 1487 meter sebesar 0.23, pada kedalaman 1487.3 meter sebesar 0.24, pada
kedalaman 1487.6 sebesar 0.24, serta pada kedalaman 1480 sebesar 0.26. Untuk
mengetahui hidrokarbon pada track tiga biasanya ditandai dengan terjadinya crossover
antara NPHI dan juga RHOB untuk itu perlu dilakukan juga interpretasi terhadap nilai
RHOB, dimana terjadi nilai RHOB yang semakin besar dan nilai NPHI yang semakin kecil.
Lalu nilai NPHI dipersenkan, lalu mencari nilai RHOB pada kedalaman 1485 meter sebesar
2.3, pada kedalaman 1485.3 meter sebesar 2.3, pada kedalaman 1485.6 meter sebesar 2.35,
pada kedalaman 1486 meter sebesar 2.32, pada kedalaman 1486.3 meter sebesar 2.3 , pada
kedalaman 1486.6 meter sebesar 2.27, pada kedalaman 1487 meter sebesar 2.18, pada
kedalaman 1487.3 meter sebesar 2.19, pada kedalaman 1487.6 sebesar 2, serta pada
kedalaman 1480 sebesar 2.17. Setelah itu praktikan dapat menghitung nilaidari neutron
correction dengan menentukan nilai dh, hmc dan Tf sebelumnya menggunakan chart
schlumberger. Untuk mendapatkan nilai por Ncorr tinggal memasukkan nilai
NPHI%,dh,hmc,dan tf lalu dijumlahkan, maka hasilnya akan dapat nilai por Ncorr Untuk
mendapatkan nilai dari por Dcorr,membutuhkan nilai rho ma,RHOB,rho fl dan dikali 100
maka nilai por Dcorr akan didapatkan dengan menggunakan rumus yang sudah tertera pada
slide. Terdapat dua table, dimana table yang pertama berisikan data mengenai GR min, GR
max, ØNsh, ρFl, ρma, Rtsh, faktor sementasi, faktor saturasi, SP min, SP max, ρsh, bit size,
diameter alat, dan juga ØDsh. Data gamma ray minimum yaitu 21 yang merupakan nilai
gamma ray terkecil dari pembacaan data log pada track 1. Selanjutnya gamma ray
maksimum adalah 65, dimana nilai tersebut merupakan nilai gamma ray terbesar dari
pembacaan data log pada track 1 juga. Selain nilai gamma ray, diperoleh nilai spontaneous
potential maksimum dan minimum yaitu 5 dan -45, sama halnya dengan nilai gamma ray,
nilai spontaneous maksimum dan minimum yang didapat dari track 1 yaitu log SP.
Kemudian diperoleh nilai Rtsh sebesar 11, nilai tersebut didapatkan dengan melihat pada
kedalaman gamma ray maksimum pada data log resistivity yang ditarik garis dari track 1
sampai track 3. Kemudian nilai ØNsh sebesar 0.25 yang didapat dengan cara membaca
pada data log NPHI yang ditarik dari kedalaman gamma ray maksimum pada data log
resistivity. Data ρma, a, m, n yang terlebih dahulu menentukan jenis batuan yang memakai
data RHOB dan NPHI correction, setelah itu ditentukan litologi atau jenis batuannya.
Selanjutnya, dari data-data ini dapat dihitung pula density correction pada setiap kedalaman
dengan pembagian dari selisih antara densitas batuan dengan nilai RHOB dan selisih antara
densitas batuan dengan densitas fluida. Seperti yang dilihat log yang berperan penting yaitu
log densitas dan juga log neutron. Log densitas adalah RHOB, dimana log ini menampilkan
besarnya densitas dari batuan yang ditembus lubang bor. Dari besaran ini sangat berfungsi
dalam penentuan besaran porositas. Selain itu juga dapat mendeteksi adanya indikasi
hidrokarbon atau air bersama-sama dengan log neutron. Prinsip dasar dari log densitas ini
adalah menggunakan energi yang berasal dari sinar gamma. Pada saat sinar gamma
bertabrakan dengan elektron dalam batuan akan mengalami pengurangan energi. Energi
yang kembali sesudah mengalami benturan akan diterima oleh detektor yang berjarak
tertentu dengan sumbernya (makin lemah energi yang kembali menunjukkan makin
banyaknya elektron-elektron dalam batuan, yang berarti makin padat butiran atau mineral
penyusun batuan persatuan volume. Sedangkan log neutron berguna untuk penentuan
besarnya porositas batuan. Prinsip dasar dari alat ini adalah memancarkan neutron
secaraterusmenerusdan konstan pada lapisan(keteranganmassa neutron netral dan hampir
sama dengan massa atomhidrogen). Partikel-partikel neutron memancar menembus
formasi dan bertumbukan dengan material-material dari formasi tersebut
LAPORAN VI

EFFECTIVITY POROSITY

Dalam reservoir minyak, porositas mengambarkan persentase dari total ruang yang tersedia
untuk ditempati oleh suatu cairan atau gas. Porositas dapat didefinisikan sebagai
perbandingan antara volume total pori-pori batuan dengan volume total batuan per satuan
volume tertentu Porositas absolute (total) (∅) , fraksi (%) , Volume pori-pori, cc (Vp) ,
Volume batuan (total), cc (Vb) , Volume butiran, cc (Vgr) Porositas efektif, adalah
perbandingan antara volume pori-pori yang saling berhubungan terhadap volume batuan
total (bulk volume) yang dinyatakan dalam persen. Porositas efektif, fraksi (%) (∅e) ,
Densitas butiran, gr/cc (ρg) , Densitas total, gr/cc (ρb) , Densitas formasi, gr/cc (ρf)
Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan
dengan proses pengendapan berlangsung. Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang
terbentuk setelah proses pengendapan. Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu ukuran butir, susunan butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral
pembentuk batuan. Pada praktikum kali ini membahas mengenai effective porosity pada
well logging. Dilakukan interpretasi secara kuantitatif dari data log yang sebelumnya
telahdiinterpretasikan secara kualitatif. Data log yang digunakan praktikan untuk
praktikum saturation parameter ini yaitu data log-B132. Pertama – tama yang dilakukan
oleh praktikan yaitu membaca grafik data log GR dan log SP. Untuk log SP sendiri per
kedalamannya 1485 meter sebesar -5, pada kedalaman 1485.3 meter sebesar -10, pada
kedalaman 1485.6 meter sebesar -18, pada kedalaman 1486 meter sebesar -30, pada
kedalaman 1486.3 meter sebesar -35, pada kedalaman 1486.6 meter sebesar -42, pada
kedalaman 1487 meter sebesar -44 pada kedalaman 1487.3 meter sebesar -45, pada
kedalaman 1487.6 sebesar - 44, serta pada kedalaman 1480 sebesar 0-40. Kurva
spontaneous potensial merupakan hasil pencatatan alat logging karena adanya perbedaan
potensial antara elektroda yang bergerak dalam lubang sumur dengan elektroda tetap di
permukaan terhadap kedalaman lubang sumur. Bentuk defleksi positif ataupun negatif
terjadi karena adanya perbedaan salinitas antara kandungan dalam batuan dengan lumpur.
Bentuk ini disebabkan oleh karena adanya hubungan antara arus listrik dengan gaya-gaya
elektromagnetik (elektrokimia dan elektrokinetik) dalam batuan. Gamma ray mempunyai
energi gelombang elektromagnetik yang tinggi dan mampu menembus material padat
sehingga dapat digunakan pada sumur yang sudah terpasang casing. Shale dan terutama
marine shale mempunyai emisi sinar gamma yang lebih tinggi dibandingkan dengan
sandstone, limestone dan dolomite. Dengan adanya perbedaan tersebut gamma ray log ini
dapat digunakan untuk membedakan antara shale dan non shale sehingga gamma ray sering
disebut sebagai lithology log. Setelah menetukan pembacaan log, maka selanjutnya dapat
menghitung nilai VshGR dan VshSP. Bila tingkat radioaktif clay konstan dan tidak ada
mineral lain yang radioaktif, maka pembacaan gamma ray setelah koreksi terhadap kondisi
terhadap kondisi lubang bor dapat dinyatakan sebagai fungsi linier. VshGr ini dihitung
dengan menggunakan data GR log, GR min dan GR max. Didapati nilai dari VshGR per
kedalamannya yaitu 1485 meter sebesar 1, pada kedalaman 1485.3 meter sebesar 0.886364,
pada kedalaman 1485.6 meter sebesar 0.545455, pada kedalaman 1486 meter sebesar
0.090909, pada kedalaman 1486.3 meter sebesar 0.045455, pada kedalaman 1486.6 meter
sebesar 0.45455, pada kedalaman 1487 meter sebesar 0.022727 pada kedalaman 1487.3
meter sebesar 0, pada kedalaman 1487.6 sebesar 0.45455, serta pada kedalaman 1480
sebesar 0.113636. Kemudian, setelah menghitung nilai VshGR dilakukan penghitungan
nilai VshSP dengan menggunakan data SP log, SP min dan SP max. Didapati nilai VshSP
1485 meter sebesar -1, pada kedalaman 1485.3 meter sebesar -0.875, pada kedalaman
1485.6 meter sebesar -0.675, pada kedalaman 1486 meter sebesar -0.375, pada kedalaman
1486.3 meter sebesar -0.25, pada kedalaman 1486.6 meter sebesar -0.075, pada kedalaman
1487 meter sebesar -0.025 pada kedalaman 1487.3 meter sebesar 0, pada kedalaman 1487.6
sebesar -0.025, serta pada kedalaman 1480 sebesar -0.125. Setelah perhitungan VshGR dan
VshSP dapat dilakukan perhitungan terhadap ØNcorr** dengan menggunakan data
VshGR, ØNsh, dan juga neutron correction yang telah dihitung sebelumnya pada
percobaan saturation parameter. Sesuai dengan judul praktikum kali ini tentang effective
porosity maka yang dapat ditentukan berikutnya yaitu nilai porositas efektif yang sangat
berguna pada well logging ini. Terdapat dua cara menghitungnya yaitu jika terdapat
kandungan gas dan tidak terdapat kandungan gas. Dalam perhitungan ini menggunakan
rumus porositas efektif no gas karena dilihat dari data log formasi tersebut tidak
mengandung gas didalamnya. Porositas yang digunakan porositas effektif karena yang
dibutuhkan adalah pori yang saling berhubungan supaya minyak dapat mengalir. Oleh
karena itu, didapati nilai dari porositas efektif pada zona prospek per kedalamannya
kedalamannya yaitu 1485 meter sebesar4.8844, pada kedalaman 1485.3 meter sebesar
5.1412, pada kedalaman 1485.6 meter sebesar 3.2749, pada kedalaman 1486 meter sebesar
4.0842, pada kedalaman 1486.3 meter sebesar 4.9417, pada kedalaman 1486.6 meter
sebesar 10.0699, pada kedalaman 1487 meter sebesar 9.6439 pada kedalaman 1487.3 meter
sebesar 9.2179, pada kedalaman 1487.6 sebesar10.0699, serta pada kedalaman 1480
sebesar 12.9932. Porositas efektif ini juga merupakan salah satu faktor penting yang
digunakan pada kegiatan well logging atau penilaian formasi dimana semakin besar
porositas efektif akan berbandinglurus atau semakin tinggi nilai permeabilitas yang
dimiliki suatu batuan.
LAPORAN VII

RESITIVITAS AIR FORMASI 1

Pada praktikum kali ini, praktikan diajarkan mengenai penentuan resistivitas air. Pada
dasarnya, metode pencarian resistivitas air dibagi menjadi beberapa metode, seperti metode
menggunakan spontaneous potential, metode archie, metode rasio, metode cross plot, serta
metode apparent water resistivity. Pada praktikum ini hanya digunakan 3 metode. Sebelum
masuk ke ketiga metode tersebut, praktikan harus menetukan zona prospek yang
megandung air. Dengan cara melihat dari track 1, dimana letak zona yang permeable, yang
mana bisa dilihat dari nilai SP Log dan juga gamma ray yang kecil atau garis tracknya
mengarah ke kiri. Lalu lihat dari track 2, yang mena merupakan log resistivitas, dari track
ini kita mencari resistivitas mana yang kecil namun tidak teralu kecil, setelah itu praktikan
melihat ke track 3, pada track ini kita meliat yang yang ada cross plot yang kecil, karena
kalau besar itu kemungkinan terisis oleh gas, kalau sedang kemungkinan terisi oleh minyak,
dan jika kecil, kemungkinan terisi oleh air, karena kita mencari resistivtas air, maka kita
mencari formasi yang kemungkinan mengandung air, yang mana mempunyai cross plot
yang kecl. Kedalaman pada sumur B-132 yang mengandung air adalah dari kedalaman
1772 hingga 1776 m. Dari kedalaman tersebut dibagi menjadi 10 zona kedalaman. Setelah
ditetuakan kedalamannya yang urut melalui interval kedalaman yang hasilnya 0,44 maka
selanjutnya dilakukan metode percobaan yang pertama. Metode yang pertama metode
menggunakan Spontaneous Potential (Rw from SP). Metode ini, pertama-tama praktikan
harus melihat pada track 1, dan melihat berapa nilai atau harga dari spontaneous potential
yang tepat pada kedalaman yang telah ditentukan. Harga SP Log dari setiap zona yang telah
ditentukan secara berurutan adalah -5 ; - 10 ; -18 ; -30 ; -35 ; -42 ; -44 ; -45 ; -44 ; -40. Dari
data SP log ini, praktikan harus mencari nilai SSP yang merupakan perkalian antara nilai
SP log dengan Corretion Factor yang bernilai 1. Nilai SSP yang didapat dari setiap
kedalaman yang sudah ditentukan adalah sama dengan nilai SP yang sudah diketahui
karena dari rumus SSP hanya dikali dengan 1, maka hasilnya akan sama dengan nilai SP
log awal. Nilai Kc yang diperoleh secara berurutan adalah 83,140 ; 83,144 mD ; 83,147
mD ; 83,150 mD ; 83,154 mD ; 83,157 mD ; 83,160 mD ; 83,164 mD ; 83,167 mD ; 83,171
mD. Lalu selanjutnya mencari nilai Rmf yang mana rumusnya sama dengan rumus untuk
mencari Rmf@Tf pada percobaan 3 yaitu Mud Properties, yang didapat nilainya secara
berturut adalah 0,4070 Ω𝑚 ; 0,4069 Ω𝑚 ; 0,4069 Ω𝑚 ; 0,4068 Ω𝑚 ; 0,4068 Ω𝑚 ; 0,4067
Ω𝑚 ; 0,4066 Ω𝑚 ; 0,4066 Ω𝑚 ; 0,4065 Ω𝑚 ; 0,4064 Ω𝑚. dengan satuan Ωm. Selanjutnya,
untuk mencari nilai Rmfe, dalam mencari nilai Rmfe, apabila Rmf@Tf yang telah dicari
lebih besar dari 0,1, maka nilai Rmfe dicari dengan menggunakan rumus. Jika nilai
Rmf@Tf kurang dari 0,1, maka nilai Rmfe dicari menggunakan chart SP-2. Pada praktikum
ini, Rmfe dicari dengan menggunakan rumus, karena nilai rmf-nya lebih dari 0,1 dilihat
dari perhitungan rata-rata nilai Rmf yaitu 0,7032. Nilai Rmfe pada setiap kedalaman adalah
0,346 Ω𝑚 ; 0,3459 Ω𝑚 ; 0,3458 Ω𝑚 ; 0,3458 Ω𝑚 ; 0,3457 Ω𝑚 ; 0,3457 Ω𝑚 ; 0,3456 Ω𝑚
; 0,3456Ω𝑚 ; 0,3455 Ω𝑚 ; 0,3455 Ω𝑚. Kemudian, mencari nilai Rwe yang dapat
ditentukan dengan rumus. Nilai Rwe pada setiap kedalaman adalah 0,425 Ω𝑚 ; 0,425 Ω𝑚
; 0,4 Ω𝑚 ; 0,35 Ω𝑚 ; 0,2 Ω𝑚 ; 0,35 Ω𝑚 ; 0,35 Ω𝑚 ; 0,3 Ω𝑚 ; 0,42 Ω𝑚 ; 0,52 Ω𝑚. Setelah
semua data perhitungan telah diketahui, maka Langkah selanjutnya mencari nilai Rw
dengan menggunakan Chart Schlumberger SP-2 dan menggunakan data-data nilai Rwe dan
Tf pada setiap kedalaman. Maka nilai Rw diperoleh disetiap kedalaman adalah 0,4070 Ω𝑚
; 0,4069 Ω𝑚 ; 0,4069 Ω𝑚 ; 0,4068 Ω𝑚 ; 0,4068 Ω𝑚 ; 0,4067 Ω𝑚 ; 0,4066 Ω𝑚 ; 0,4066
Ω𝑚 ; 0,4065 Ω𝑚 ; 0,4064 Ω𝑚. Lalu selanjutnya menghitung Rw dengan Resistivity Ratio
Method, yang artinya pembandingan antara nilai di zona Uninvaded dan zona Invaded
(zona jauh dan zona dangkal) yang mana memiliki beberapa parameter, yaitu Tf, Rt, Rxo,
Rmf@Tf, dan Rw. Pada Rt dan Rxo dapat ditentukan dari pembacaan track 2 yang mana
membaca ILD yang ada di zona Uninvaded serta MSFL yang berada di zona Invaded (Zona
Dangkal). Nilai Rmf dapat ditentukan dari percobaan menggunakan SP method. Untuk
mencari nilai Resistivitas air dengan metode terakhir yaitu metode Archie yang mana biasa
digunakan pada formasi yang bersih atau clean formation dan dibutuhkan parameter-
parameter yaitu Tf dan Rt yang dapat dilihat pada data Resistivity Ratio Method. Dan
dilakukan pembacaan pada log track 3 untuk menentukan nilai NPHI dan RHOB.
Sebelumnya untuk metode Archie, nilai Rt itu dibagi dengan 100.Selanjutnya, setelah
didapatkan nilai RHOB dan NPHI maka praktikan dapat menentukan nilai øD yang
dibutuhkan parameter 𝜌ma dan 𝜌fluida yang sudah diperoleh nilainya yaitu 2,65 (batuan
sandstone) dan 1. Nilai øD berturut-turut adalah 10,30; 16,97; 19,39; 20,00; 16,36; 15,76;
17,58; 18,18; 21,21; dan 27,27. Selanjutnya menentukan nilai øN yang didapatkan dengan
rumus NPHI dikalikan dengan 100 maka hasilnya adalah 30, 28, 29, 29, 27, 29, 28, 27, 33,
dan 33. Setelah parameter tersebut terpenuhi maka dapat mencari nilai øEffective dengan
rumus øD ditambahkan dengan øN lalu dibagi 2 yang masilnya ditiap kedalaman adalah
10,30 ; 16,97 ; 19,39 ; 20,00 ; 16,36 ; 15,76 ; 17,58 ; 18,18 ; 21,21 ; 27,27. Dalam
menghitung nilai Factor Formation (F) diperlukan parameter a dan m yang mana nilai a
adalah 1 dan m adalah 2 dan nilai F ditiap kedalaman adalah 419.15 ; 378.32 ; 932.36 ;
599.46 ; 409.49 ; 98.616 ; 107.52 ; 117.68 ; 98.61 ; 59.23. Selanjutnya menghitung nilai
Rwa yang didapatkan dengan rumus nilai Rt dibagi dengan nilai F dan hasilnya dibagi
dengan 1000 maka nilai Rwa tiap kedalaman adalah 0.0357 Ω𝑚 ; 0.0396 Ω𝑚 ; 0.0171 Ω𝑚
; 0.0300 Ω𝑚 ; 0.0610 Ω𝑚 ; 0.1419 Ω𝑚 ; 0.1674 Ω𝑚 ; 0.1274 Ω𝑚 ; 0.1014 Ω𝑚 ; 0.1350
Ω𝑚. Penentuan Resistivity Air ditentukan dari nilai Rwa yang paling kecil, dari data yang
sudah dihitung nilai Rwa terkecil 0,0357
LAPORAN VIII

RESISTIVITAS AIR FORMASI 2

Pada praktikum kali ini, praktikan diajarkan mengenai penentuan resistivitas air. Pada
dasarnya, metode pencarian resistivitas air dibagi menjadi beberapa metode, seperti metode
menggunakan spontaneous potential, metode archie, metode rasio, metode cross plot, serta
metode apparent water resistivity. Pada praktikum ini hanya digunakan Metode pickett plot
dapat digunakan dengan baik bila formasinya bersih dan litologinya konsisten. Metode ini
didasarkan pada formula Archie. Selain digunakan untuk memerkirakan Sw, metode ini
dapat pula digunakan untuk memerkirakan Rw, yaitu: dengan membuat crossplot antara Rt
dan porositas pada kertas log.praktikan harus menetukan zona prospek yang megandung
air. Dengan cara melihat dari track 1, dimana letak zona yang permeable, yang mana bisa
dilihat dari nilai SP Log dan juga gamma ray yang kecil atau garis tracknya mengarah ke
kiri. Lalu lihat dari track 2, yang mena merupakan log resistivitas, dari track ini kita mencari
resistivitas mana yang kecil namun tidak teralu kecil, setelah itu praktikan melihat ke track
3, pada track ini kita meliat yang yang ada cross plot yang kecil, karena kalau besar itu
kemungkinan terisis oleh gas, kalau sedang kemungkinan terisi oleh minyak, dan jika kecil,
kemungkinan terisi oleh air, karena kita mencari resistivtas air, maka kita mencari formasi
yang kemungkinan mengandung air, yang mana mempunyai cross plot yang kecil.
Kedalaman pada sumur B-132 yang mengandung air adalah dari kedalaman 1772m hingga
1776 m. Dari kedalaman tersebut dibagi menjadi 10 zona kedalaman. Setelah ditetuakan
kedalamannya yang urut melalui interval kedalaman yang hasilnya 0,44 maka selanjutnya
dilakukan metode percobaan yang pertama. Salah satu metode yang paling sering
dilakukan untuk menentukan resistivitas air formasi adalah metode Pickett Plot karena
metode ini hanya membutuhkan log yang ada dan cukup akurat. Picket plot adalah metode
yang digunakan dalam menentukan resistivitas formasi air dimana pada metode ini
membuat sebuah grafik berdasarkan nilai gradien kemiringan,dari kemiringan ini kita
berasumsi untuk mendapatkan garis berupa Rt dan juga nilai porositas dari nilai sw yang
diinginkan , sebelum itu yang harus dilakukan adalah menentukan nilai daripada gradien
kemiringan atau “m” nilai ini sebenarnya sudah diketahui berdasarkan tipe batuannya
apabila batuan tersebut adalah batuan sandstone atau batu pasir maka nilai dari
kemiringannya adalah sebesar 2 .Namun jika pada formasi tersebut memiliki jenis batuan
yang paling banyak nya berupa dolomite maka nilai nya pun berbeda. Pada percobaan kali
ini nilai gradien yang didapatkan harus menggunakan rumus yang sudah tertera diatas dan
membutuhkan beberapa data Rt. Setelah itu dilakukan plotting menggunakan Excel dengan
nilai Rt atau resistivitas formasi sebagai sumbu x dan juga nilai daripada porositas effektif
yang hasilnya didapatkan dari percobaan sebelumnya yakni percobaan resistivitas air
formasi 1 sebagai sumbu y , nilai x dan y ini dilakukan plotting pada skala log-log. Pada
zona 1 di kedalaman 1772m didapatkan nilai Rt sebesar 15 Ω𝑚 dan nilai por eff 0,8. Lalu
pada zona 2 di kedalaman 1772,4m didapatkan nilai Rt sebesar 15 Ω𝑚 dan nilai por eff
0,848. Selanjutnya pada zona 3 di kedalaman 1772,8m didapatkan nilai Rt sebesar 16 Ω𝑚
dan nilai por eff 0,827. Lalu ada zona 4 di kedalaman 1773,3m didapatkan nilai Rt sebesar
18 Ω𝑚 dan nilai por eff 0,833. Selanjutnya di zona 5 dengan kedalaman 1773,7m
didapatkan nilai Rt sebesar 25 Ω𝑚 dan nilai por eff 0,851. Selanjutnya di zona 6 dengan
kedalaman 1774,2m didapatkan nilai Rt sebesar 14 Ω𝑚 dan nilai por eff 0,848. Pada zona
7 di kedalaman 1774,6m didapatkan nilai Rt sebesar 18 Ω𝑚 dan nilai por eff 0,845. Lalu
ada zona 8 di kedalaman 1775,1m didapatkan nilai Rt sebesar 15 Ω𝑚 dan nilai por eff 0,8.
Selanjutnya ada zona 9 dengan kedalaman 1775,5m didapatkan nilai Rt sebesar 10 Ω𝑚 dan
nilai por eff 0,806. Dan yang terakhir ada zona 10 di kedalaman 1776m didapatkan nilai Rt
sebesar 8 Ω𝑚 dan nilai por eff 0,851. Setelah memplot data data diatas kedalaman log-log
plot, lalu plot juga nilai Sw yang diinginkan , disini menggunakan 3 kali pengukuran yakni
Sw saat 100%, Sw 50% , Sw 25%. Nilai Sw yang digunakan bisa berapa aja namun wajib
adanya Sw 100%. Untuk membuat grafik data yang diperlukan yaitu nilai Rt dan nilai Por
Effektif. Untuk hasil dari nilai Rt tergantung dari setiap Sw dan porositas 1 ; 0,1 ; 0,01.
Setelah nilai a,m,n,Rw dan Por nya sudah diketahui maka kita bisa mencari nilai
Rt@Porositas dengan rumus yang sudah tersedia hanya tinggal memasukkan nilai yang
sudah diketahui dan dihitung. Nilai Rw yang diperoleh dari perhitungan diatas yaitu sebesar
0,1 Ω𝑚. Untuk mencari Rt sudah disediakan pada rumus diatas. Sementara Rw sudah
diketahui selanjutnya akan mencari nilai Rt pada setiap persen Sw yang diketahui. Pada Sw
100% , nilai Rt pada porositas 1 yaitu sebesar 0,1 Ω𝑚 , untuk nilai Rt pada porositas 0,1
yaitu sebesar 10 Ω𝑚 , dan untuk nilai Rt pada porositas 0,01 yaitu sebesar 1000 Ω𝑚. Nilai
Rw yang diperoleh dari perhitungan diatas yaitu sebesar 0,1 Ω𝑚. Untuk nilai Sw 50%
masih menggunakan rumus sama hanya diganti pada rumus dari 1 menjadi 0,5. Nilai Rt
pada porositas 1 yaitu sebesar 0,4 Ω𝑚 , untuk nilai Rt pada porositas 0,1 yaitu sebesar 40
Ω𝑚 , dan untuk nilai Rt pada porositas 0,01 yaitu sebesar 4000 Ω𝑚. Dan untuk nilai Sw
25% nilai 0,5 diganti menjadi 0,25 sesuai dengan persen pada Sw , nilai Rt pada porositas
1 yaitu sebesar 1,6 Ω𝑚 , untuk nilai Rt pada porositas 0,1 yaitu sebesar 160 Ω𝑚 , dan untuk
nilai Rt pada porositas 0,01 yaitu sebesar 16000 Ω𝑚. Setelah semua data perhitungan telah
diketahui, maka langkah selanjutnya membuat grafik Porositas Effektif dan Rt. Dapat
dilihat dari grafik yang telah di plot maka dapat disimpulkan bahwa pada percobaan
resistivitas air 2 ini ternyata nilai dari pada prositas effektif ini sudah mewakili atau sudah
merepresentasikan nilai yang sebenarnya karena nilai plot porostias effektif dengan nilai
Rt dari percobaan sebelunya masuk atau berada diantara garis Sw 100% , Sw 50% dan Sw
25%, dan juga nilai Garis Sw 50% pasti selalu ada di belakang garis Sw 100 %, dan juga
garis Sw 25% pasti selalu ada dibelakang garis Sw 50%.
LAPORAN IX

SATURASI AIR

Pada praktikum kali ini, praktikan diajarkan mengenai penentuan Saturasi air. Pada
dasarnya, metode pencarian saturasi air dibagi menjadi beberapa metode, seperti metode
Archie, metode Rocky Mountain, metode Crossplots, metode F Overlay, metode
Simandoux, metode Indonesia, metode Worthington, dll. Pada praktikum ini hanya
digunakan Metode Archie, metode Simandoux,dan metode Indonesia digunakan dengan
baik bila formasinya bersih dan litologinya konsisten. Metode ini didasarkan pada formula
Archie. Selain digunakan untuk memerkirakan Sw, metode ini dapat pula digunakan untuk
memerkirakan Rw, yaitu: dengan membuat crossplot antara Rt dan porositas pada kertas
log.praktikan harus menetukan zona prospek yang megandung air. Dengan cara melihat
dari track 1, dimana letak zona yang permeable, yang mana bisa dilihat dari nilai SP Log
dan juga gamma ray yang kecil atau garis tracknya mengarah ke kiri. Lalu lihat dari track
2, yang mena merupakan log resistivitas, dari track ini kita mencari resistivitas mana yang
kecil namun tidak teralu kecil, setelah itu praktikan melihat ke track 3, pada track ini kita
meliat yang yang ada cross plot yang kecil, karena kalau besar itu kemungkinan terisis oleh
gas, kalau sedang kemungkinan terisi oleh minyak, dan jika kecil, kemungkinan terisi oleh
air, karena kita mencari resistivtas air, maka kita mencari formasi yang kemungkinan
mengandung air, yang mana mempunyai cross plot yang kecil. Kedalaman pada sumur B-
132 yang mengandung air adalah dari kedalaman 1772m hingga 1776 m. Dari kedalaman
tersebut dibagi menjadi 10 zona kedalaman. Setelah ditetuakan kedalamannya yang urut
melalui interval kedalaman yang hasilnya 0,44 maka selanjutnya dilakukan metode
percobaan yang pertama. Salah satu metode yang paling sering dilakukan untuk
menentukan resistivitas air formasi adalah metode Archie karena metode ini hanya
membutuhkan beberapa rumus yang ada dan cukup akurat. Untuk hasil perhitungan yang
didapatkan adalah 0,1571 ; 0,148123 ; 0,142426 ; 0,12568 ; 0,88558 ; 0,158703 ; 0,123878
; 0,1571 ; 0,233879 ; 0,27674. Namun jika pada formasi tersebut memiliki jenis batuan
yang paling banyak nya berupa dolomite maka nilai nya pun berbeda. Pada percobaan kali
ini nilai gradien yang didapatkan harus menggunakan rumus yang sudah tertera diatas dan
membutuhkan beberapa data Rt. Metode Simandoux mempublikasikan persamaan saturasi
yang dibuatnya, dimana pada saat itu banyak berbagai kalangan yang menerimanya.
Persamaan saturasi yang dipublikasikannya ini berdasarkan log resisitivitas, log densitas
dan log neutron. Metode simandoux menggunakan log densitas dan log neutron untuk
menentukan porositas. Adapun fraksi lempung dapat ditentukan dari log Gamma Ray, SP
dan indikator kehadiran shale lainnya. Metode ini telah menjadi tulang punggung bagi
service company, dan program interpretasi untuk shaly sand selama 10 tahun terakhir.
Metode ini baik digunakan pada pasir yang mengandung dispersed dan laminated shale.
Hasil perhitungan dari metode Simandoux adalah 0,53939 ; 0,54653 ; 0,50428 ; 0,47569 ;
0,40449 ; 0,58637 ; 0,50800 ; 0,54513 ; 0,66586 ; 0,63231. Berikutnya Metode
Indonesia,dalam metode ini, hubungan konduktivitas antara Rt dan Sw merupakan hasil
dari konduktivitas lempung, air formasi dan konduktivitas lainnya yang diakibatkan
interaksi antara kedua konduktivitas model tersebut. Hasil perhitungan yang didapatkan
dengan menggunakan metode ini adalah 0,006004 ; 0,002914 ; 0,006011 ; 0,004526 ;
0,001932 ; 0,00181 ; 0,001591 ; 0,005362 ; 0,01104 ; 0,042389 Untuk percobaan kali ini
semua data sudah diketahui pada percobaan sebelumnya,jadi tinggal memasukkan data-
data ke setiap rumus pada metode yang digunakan diatas. Jenis batuan yang digunakan
pada percobaan kali ini adalah batuan sandstone,dengan nilai factor batuan nya a,m,n
sebesar a = 0,65 , m = 2,15 dan n = 2
LAPORAN X

CUT OFF

Pada percobaan praktikum penilaian formasi kali ini praktikan diajarkan mengenai harga
cut-off dari suatu reservoir.Secara singkat nilai cut – off berarti suatu nilai batas. Dalam
konteks reservoir, cut-off merupakan batasan nilai dari parameter reservoir, dalam hal ini
berupa volume shale (Vsh), porositas, permeabilitas, dan saturasi air. Dalam konteks
reservoir, cut-off merupakan batasan nilai dari parameter reservoir, dalam hal ini berupa
(volume shale (Vsh), porositas (Φ), permeabilitas (k), dan saturasi air (Sw). Nilai cut-off
ini digunakan untuk mengeliminasi volume batuan yang tidak berkontribusi secara
signifikan dalam evaluasi IOIP maupun cadangan reservoir. Nilai cut off disesuaikan
dengan karakter fisik dari reservoir. Nilai cut-off bersifat subyektif, tergantung dari
keputusan suatu perusahaan. Namun, nilai cut-off tidak dapat ditentukan dengan sewenang-
wenang. Nilai cut-off ini ditentukan oleh karakter dari reservoir. Penentuan cut-off
diperlukan pada studi reservoir yang sistemnya memiliki suatu kelainan pada batuan yang
menyebabkan batuan/formasi tersebut tidak dapat diikutsertakan pada tahap korelasi
stratigrafi dan dalam penentuan nilai cadangan. Penentuan nilai cut-off yang tidak tepat
akan mempengaruhi parameter dalam reservoir. Berikut ini adalah beberapa parameter
yang dipengaruhi oleh nilai cut-off. Dalam menentukan cut off sebelumnya praktikkan
telah membagi 10 zona kedalaman prospek. Kemudian praktikkan menentukan nilai dari
vshale,porositas efektif, interval dan sw yang di dapat dari percobaan sebelumnya. Pada
data cut off praktikkan menghitung nilai net sand dan net pay. Net sand merupakan
ketebalan medium. Yaitu ketebalan yang terdapat fluida tetapi belum tentu hidrokarbon,
dalam hal ini dapat berupa air, gas atau minyak. Adapun beberapa parameter yang harus
ditotalkan untuk dipakai di perhitungan selanjutnya, yaitu total interval, net sand, net pay,
nilai sebelum cut-off dan nilai setelah cut-off. Setelah semua parameter sudah tersedia
kemudian praktikan membuat grafik ØEffective banding volume shale dan ØEffective
banding saturasi air formasi. Kemudian praktikkan menentukan nilai net to gross (NTG)
yang diambil dari parameter total net pay dan total interval. Perkiraan NTG global
diperoleh dari sumur, tetapi perkiraan ini sangat bergantung pada lokasi dari sedikit sumur
yang tersedia. Jika sumur-sumur ini berlokasi di tempat yang berbeda, perkiraan NTG akan
berbeda. Sehingga diperoleh nilai NTG after adalah 1. Pada NTG hanya dipakai after
karena dipakai cut off dengan parameter kecil yaitu net pay. Untuk perhitungan Porositas
Average diambil dari parameter Total porositas before dengan total interval sehingga nilai
Porositas Average untuk before 0,834697. Dan nilai porositas average after senilai . Untuk
perhitungan Sw average terdapat dua yaitu after dan before. Nilai NTG atau net to gross
yang merupakan perbandingan total net pay dibagi dengan total interval. Nilai dari NTG
dihitung setelah cut-off, karena pada parameter ini praktikan akan menghitung kedalaman
yang bersih, yaitu net pay. Pada sebelum cut-off merupakan kedalaman kotor yang masih
belum terfilter. Selanjutnya, dihitung nilai dari Øaverage sebelum cut-off dengan
perbandingan ØEffective x h pada before dengan total interval, sedangkan untuk setelah
cut-off dengan perbandingan ØEffective x net pay dengan total interval. Faktor – faktor
yang berhubungan dengan nilai cut – off antara lain Efek Pembacaan Skala Saat Logging,
Tipe Batuan, dan Permeabilitas (Permeabilitas Efektif). Net pay diperoleh dari pembacaan
(resolusi spasial) dari well logging. Conventional log sampling interval adalah 0,15 m
sehingga setiap data berhubungan dengan ketebalan sub-layer 0,15 m. Resolusi
menunjukkan ketebalan lapisan minimum di mana log akan merekam nilai parameter yang
benar setelah dikoreksi dengan kondisi lingkungan reservoir. Tipe batuan sangat
mempengaruhi nilai cut – off karena adanya perbandingan petrofacies dari batuan.
Contohnya cut – off untuk sandstone dan carbonate berbeda karena proterti petrofacies dari
sandstone dan carbonate berbeda. Bahkan dalam jenis batuan carbonate pun nilai cut – off
dibedakan untuk limestone dan dolomiteDengan pendekatan ini, permeability cut-off pada
net pay yang digunakan dalam perhitungan log poin demi poin akan sangat berbeda antara
untuk reservoir gas (viskositas gas sangat rendah sekitar 0,02 cp), dengan reservoir minyak
ringan (viskositas 1 sampai 10 cp), dan untuk reservoir minyak berat (viskositas minyak
10.000 cp atau lebih). Setiap bagian dari interval reservoir yang memiliki permeabilitas
pada kondisi reservoir di bawah cut-off akan didefinisikan sebagai nonpay. Kemudian,
situasi reservoir gas berbeda secara terpisah dari reservoir minyak. Sebelum melakukan
perhitungan net pay, terlebih dulu di cari nilai cut – off porositas, saturasi air dan volume
clay sebagai batasan yang digunakan. Tujuan dari perhitungan net - pay adalah untuk
menghilangkan interval batu non-produktif dan,dari perhitungan di berbagai lubang bor,
memberikan dasar yang kokoh untuk mendeskripsikankualitas reservoir 3D, kuantitatif
hidrokarbon in-place dan perhitungan aliranNet pay Peta yang menggambarkan ketebalan
batupasir yang mengandung fluida hidrokarbon (gas, minyak atau keduanya). Sedangkan
untuk gross pay Menggambaarkan ketebalan total lapisan reservoar termasuk lapisan –
lapisan impermeable (shale) tipis diantara lapisan – lapisan reservoar pada tiap sumur. Peta
yang menggambarkan ketebalan batupasir yang mengandung hidrokarbon disebut Net Pay
Sand. Volume waduk dan NTG memiliki pengaruh terbesar pada penghitungan cadangan,
oleh karena itu ketidakpastian yang terkait harus dinilai secara cermat sebelum melanjutkan
ke model porositas dan saturasi yang rumit. Ketidakpastian volume terkait langsung dengan
pemrosesan dan interpretasi seismik, yang berada di luar cakupan penelitian ini. Penelitian
ini berfokus pada ketidakpastian paling penting kedua, terkait dengan waduk NTG
LAPORAN XI

INTERACTIVE PETROPHYSICS

Pada praktikum kali ini membahas mengenai Software Interactive Petrophysics pada well
logging atau lebih dikenal dengan sebutan IP. Dilakukan interpretasi secara kuantitatif dari
data log yang sudah ada serta telah diinterpretasikan secara kualitatif. Interpretasi log
secara kualitatif ini dilakukan dengan cara quick look atau dengan melihat defleksi kurva
log baik secara tunggal maupun kombinasi tanpa disertai perhitungan. Dari analisa
kualitatif pada triple combo log. Data log yang praktikan gunakan untuk praktikum
software interactive petrophysics ini adalah data ITB-C. Software IP ini menyediakan
kebutuhan seorang petrofisik yang ingin menginterpretasikan hasil log dengan akurat serta
efektif dalam meningkatkan kinerjanya. Petrofisika Interaktif (IP) adalah alat terbaik di
kelasnya untuk interpretasi bawah permukaan yang kuat. Stabil, dan meminimalkan
kesalahan pengguna melalui antarmuka grafis interaktifnya. Apa pun tingkat pengalaman
Anda, IP menawarkan solusi lengkap dan hemat biaya yang memungkinkan analisis
menyeluruh untuk membuat keputusan geologis dan petrofisika. IP memberi Anda dan tim
Anda alur kerja yang terintegrasi dengan mulus di seluruh disiplin ilmu bawah permukaan
dan mendukung peningkatan kinerja reservoir di seluruh siklus hidup aset. IP diterbitkan
oleh perusahaan software yaitu synergy yang didirikan pada tahun 2005. IP terus
berkembang saat ini sampai dengan versi terbarunya, yaitu IP versi 3.6. IP menyediakan
kebutuhan seorang petrofisik yang ingin menginterpretasikan hasil log dengan akurat dan
efektif untuk meningkatkan kinerjanya. Pada Program ini memungkinkan pengguna untuk
memaksimalkan pendekatan dari hasil data yang ada. Interactive Petrophysic ini juga
berguna untuk memudahkan suatu pekerjaan dalam menginterpretasikan pembacaan
logging. User IP dapat melakukan interpretasi seperti minimal curve, penentuan lithology
suatu batuan. Penentuan volume shale, penentuan porositas batuan, analisa multi zone,
analisa multi well, penentuan Rw. Perhitungan cut off batuan. Penentuan saturasi air (Sw).
Memberikan gambaran mineral batuan,sebagai korelasi, untuk mengetahui kesalahan yang
terkait dengan alur Interpretasi.pemodelan yang tinggi dalam saturasi, caliper, dll Langkah
awal dalam pengoperasian IP adalah membuat database. Dimana nantinya, semua dat
paroject yang kita kerjakan akan tersimpan dalam database ini secara otomatis. Database
juga menyimpan data ASCII, LAS/LBS, LAS3, LIS, ataupun DLIS yang nantinya akan
digunakan untuk memasukan data sumur pada tahapan selanjutnya. Dalam
menginterpretasikan sebuah data LAS menjadi triple combo, langkah yang harus dilakukan
adalah memasukan data LAS tersebut pada suatu file. Kemudian setelah software IP telah
terbuka, kemudian membuka IP database dan mencari data LAS untuk diproses. Kemudian
akan muncul sebuah halaman berjudul “select database wells to load”,klik pada kotak yang
terletak dikanan “display well API”. Klik select all kemudian load. Pada halaman itu
menunjukan sebuah workspace kosong, langkah yang harus dilakukan selanjutnya adalah
mencari input atau output pada header halaman tersebut, kemudian klik load data dan pilih
data LAS. Data LAS yang diawal kita pilih merupakan data LAS yang harus di klik
kembali. Setelah diklik data LAS tersebut, halaman menunjukkan tabel-tabel berisi data
rincian sangat detail dari sebuah sumur. Namun sumur tersebut belum memiliki nama,
maka klik “create new well”. Dalam halaman tersebut akan berisi sebuah form yang harus
diisi dengan nama sumur, lapisan teratas dan kedalaman terbawah sesuai yang terdapat
dalam data LAS, disertai dengan step dan juga satuan yang digunakan. Pada laporan ini
data yang digunakan memiliki kedalaman permukaan (top depth) yaitu 6621.5 feet dan
kedalaman akhir (bottom depth) 9013.5 feet. Dengan step sebesar 0,5. Setelah langkah
tersebut dilakukan, maka klik load yang terdapat pada bagian bawah halaman. Halaman
akan menunjukkan triple combo pada keseluruhan kedalaman yang terdapat dalam data
LAS. Menginterpretasi adalah bagian pentingnya, mencari zona prospek dalam
keseluruhan triple combo yang diperoleh. dengan track 1 yang defleksi ke kiri dimana harga
GR bernilai kecil, hal ini berarti volume serpih makin kecil. Dengan log spontaneous
potensial (SP log) akan memperlihatkan defleksi ke arah kanan dimana kurva SP berharga
positif. Gabungan keduanya akan menunjukan cross over. Pada cross over, akan
membentuk hasil cross over dengan besar yang bervariasi. Untuk membedakan jenis cross
over tersebut mengandung fluida air, minyak, atau gas. Dapat dilihat melalui bentuknya.
Apabila data log tersebut memiliki cross over yang kecil, hal ini menandakan jenis fluida
adalah minyak. Namun apabila cross over menunjukkan adanya gas, kurva akan
memperlihatkan bentukan kolom separasi, cross over yang besar (membentuk seperti
butterfly effect). Zona gas juga ditandai dengan harga porositas neutron yang jauh lebih
kecil dari harga porositas densitas, sehingga akan menunjukkan adanya separasi yang lebih
besar. Cross over log yang berkembang pada gas akan lebih besar dibandingkan dengan
cross over yang terjadi pada minyak. Zona prospek pada lapangan ITB-C terletak di range
8400-8700 feet. Kemudian kita akan menghitung volume clay, dengan mengklik
interpretation pada header halaman, lalu mengklik clay volume, tandai Gamma Ray dan
Density. Sebelum melakukan run, kita bisa mengetahui jenis batuan yang terdapat di
reservoir yang dimana terdapat sandstone, limestone, dan dolomite. Dalam clay volume
berada di garis yang menunjukkan jenis batuan dolomite dengan kisaran < 2.65 atau nilai
density sandstone, kemudian dilakukan run dan diperoleh hasil plot grafik dalam software
IP. Jika terdapat kurva density dan neutron yang terlalu menyimpang ke kiri, dapat
dipastikan zona tersebutg terdapat batubara (coal). Ini didukung dengan nilai gamma ray
yang kecil dan resistivity yang besar. Untuk menampilkan coal pada plot, dapat dibuat
dengan memasukkan rumus pada calculation, lalu pilih user formula dan masukkan flag
coal pada result curve. Lalu membuat model baru pada advance interpretation dan mix pada
zona yang terdapat coal. Tambahkan kurva flag coal pada track density neutron dan edit
curve pada kurva density-neutron yang terlalu defleksi ke kiri. Mineral solver berguna
dalam membuat model tiap kedalaman sesuai dengan yang diharapkan, dengan memasukan
parameter petrofisika serta model batuan yang dipakai dan tipe logging. Kemudian run
halaman tersebut. Setelah klik run, maka akan muncul halaman log yang menjelaskan
volume clay secara kualitatif. Setelah itu menentukan porosity and water saturation
parameters. Pertama-tama kita harus melakukan perhitungan gradient temperature, yang
dimana dimasukkan temperature sebesar 60oF dengan kedalaman 6021.5 feet dan 130 oF
dengan kedalaman 9013.5 feet. Setelah ditentukan, klik interpretation dan cari porosity and
water saturation, pilih data-data yang diperlukan, terutama SWarchie. Kemudian lanjutkan
step diatas hingga muncul log tersebut. Untuk menentukan cut off, sama dengan step diatas.
Yang membedakan pada interpretation klik cut off and summation, sampai muncul grafik
log.

Anda mungkin juga menyukai