STROke NH
STROke NH
STROke NH
Oleh :
SRY ISTIYANI
1835024
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
Asuhan Keperawatan Pada Tn”S” Dengan Stroke Non-Hemoragik Di
Pavilyun Lukas kamar 12-3 di Rumah Sakit RK Charitas Palembang.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
terdapat kekurangan, baik dari isi maupun cara penulisannya. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
perbaikan dan peningkatan kualitas dimasa yang akan datang.
Untuk segala bantuan yang diberikan, penulis mengucapkan terima
kasih semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah-Nya yang
berlimpah kepada kita semua. Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna
bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup
C. Tujuan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan suatu keadaan yang timbul karena terjadi
gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian
jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang mengalami kelumpuhan
atau kematian. Stroke merupakan penyakit urutan kedua yang menjadi
penyebab kematian setelah penyakit jantung. Angka kejadian stroke di
dunia diperkirakan dalam setahun sebanyak 200 per 100.000 penduduk. Di
Indonesia sendiri diperkirakan setiap tahun sebanyak 500.000 penduduk
terkena stroke dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal sedangkan
sisanya mengalami cacat ringan bahkan bisa menjadi cacat berat.
Stroke dibedakan menjadi dua yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke iskemik atau stroke non hemoragik sebagian besar
merupakan komplikasi penyakit vaskular seperti penyakit jantung,
hipertensi, diabetes melitus, obesitas, dan kolesterol yang ditandai dengan
gejala penurunan tekanan darah yang mendadak, takikardi, pucat, dan
pernafasan yang tidak teratur. Sedangkan stroke hemoragik umumnya
disebabkan oleh adanya perdarahan di otak (intrakranial) dengan gejala
peningkatan tekanan tekanan darah sistole > 200 mmHg pada hipertonik
dan 180 mmHg pada normotonik, bradikardi, wajah keunguan, sianosis,
dan pernafasan mengorok.
Stroke merupakan penyakit yang memerlukan perawatan dan
penanganan yang cukup lama. Oleh karena itu peran perawat sangat
penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien stroke non
hemoragik.
B. Ruang Lingkup
Asuhan keperawatan ini dilakukan pada pasien Tn”S” dengan
diagnosa medik stroke non hemoragik di Ruang Lukas Kamar 12-3 pada
tanggal 2-9 Januari 2019.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menambah pengetahuan dan mendapatkan gambaran dan ilmu
dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
penentuan diagnosa, perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan
evaluasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien stroke
non hemoragik.
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien stroke non
hemoragik.
c. Mampu menentukan intervensi keperawatan pada pasien stroke
non hemoragik.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien stroke non
hemoragik.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien stroke non
hemoragik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Stroke merupakan suatu keadaan yang timbul karena terjadi
gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian
jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang mengalami kelumpuhan
atau kematian.
Stroke adalah gangguan fungsi sistem saraf yang yang terjadi
mendadak dan disebabkan oleh gangguan pembuluh darah di otak.
Gangguan pembuluh darah dapat berupa tersumbatnya pembuluh darah
otak atau pecahnya pembuluh darah di otak.
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat
emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat,
baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun
terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema sekunder.
2. Anatomi Fisiologi
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang
yang dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah.
Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi
koneksi di antara berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak
membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi
mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam
darah arterial.
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu
sekitar 15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar
berfungsi normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah
arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang
menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri
serebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok
darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum
posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan
sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi.. Ada
dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-fungsi
dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat
sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area
wernicke atau pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak
kecil yang berfungsi sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang
merupakan tempat jalan serabutserabut saraf ke target organ
Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan
kelumpuhan pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam
pengaturan nafas dan tekanan darah. Gejala di atas biasanya terjadi karena
adanya serangan stroke.
3. Etiologi
a. stroke iskemik (non hemoragik) disebabkan karena tersumbatnya
pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau
seluruhnya terhenti
b. stroke hemoragik disebabkan karena pecahnya pembuluh darh otak.
Hampir 70 % kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik
seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau
perdarahan pada intrakranial.
c. CT scan.
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan
posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan
hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar
ke permukaan otak.
d. MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang
magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya
perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
e. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah
sistem karotis).
f. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik
dalam jaringan otak.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan stroke dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Phase Akut :
1) Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan,
oksigenisasi dan sirkulasi.
2) Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop.
Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik /
emobolik.
3) Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30
menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian
dexamethason.
4) Mengurangi edema cerebral dengan diuretik
5) Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan
kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral
berkurang
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran
darah ke otak terhambat
2. Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular,
kerusakan sentral bicara
3. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Ketidakefektifan Tujuan (NOC) : 1. Pantau TTV tiap jam dan
Perfusi jaringan Gangguan perfusi catat hasilnya
serebral jaringan dapat tercapai 2. Kaji respon motorik
berhubungan secara optimal terhadap perintah sederhana
dengan aliran 3. Pantau status neurologis
darah ke otak Kriteria hasil : secara teratur
terhambat a. Mampu 4. Dorong latihan kaki aktif/
mempertahankan pasif
tingkat kesadaran 5. Kolaborasi pemberian obat
b. Fungsi sensori dan sesuai indikasi
motorik membaik.
2 Gangguan Tujuan (NOC): Intervensi (NIC)
komunikasi verbal Komunikasi dapat 1. Lakukan komunikasi
b.d. kerusakan berjalan dengan baik dengan wajar, bahasa jelas,
neuromuscular, sederhana dan bila perlu
kerusakan sentral Kriteria hasil : diulang
bicara a. Klien dapat 2. Dengarkan dengan tekun
mengekspresikan jika pasien mulai berbicara
perasaan 3. Berdiri di dalam lapang
b. Memahami maksud pandang pasien pada saat
dan pembicaraan bicara
orang lain 4. Latih otot bicara secara
c. Pembicaraan pasien optimal
dapat dipahami 5. Libatkan keluarga dalam
melatih komunikasi verbal
pada pasien
6. Kolaborasi dengan ahli
terapi wicara
3 Hambatan Tujuan (NOC): Intevensi (NIC) :
mobilitas fisik b.d Klien diminta Terapi aktivitas, ambulasi
penurunan menunjukkan tingkat Terapi aktivitas, mobilitas
kekuatan otot mobilitas, ditandai sendi.
dengan indikator berikut Perubahan posisi
(sebutkan nilainya 1-5:
ketergantungan (tidak Aktivitas Keperawatan :
berpartisipasi) 1. Ajarkan klien tentang dan
membutuhkan bantuan pantau penggunaan alat
orang lain atau alat bantu mobilitas.
membutuhkan bantuan Ajarkan dan bantu klien
orang lain, mandiri dalam proses perpindahan.
dengan pertolongan alat 2. Berikan penguatan positif
bantu atau mandiri selama beraktivitas.
penuh). 3. Dukung teknik latihan
ROM
Kriteria Evaluasi : 4. Kolaborasi dengan tim
1. Menunjukkan medis tentang mobilitas
penggunaan alat bantu klien
secara benar dengan
pengawasan.
2. Meminta bantuan
untuk beraktivitas
mobilisasi jika
diperlukan.
3. Menyangga BAB
4. Menggunakan kursi
roda secara efektif.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan teori dengan kasus dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
Data penunjang yang mengarah pada diagnosa stroke non hemoragik yaitu
pasien mengalami kelemahan anggota gerak bagian kanan, adanya infark
pada pemeriksaan CT-Scan
Data yang ditemukan antara teori dan kasus kurang lebih sama yaitu
pasien mengalami kelemahan anggota gerak bagian kanan, tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
2. Saran
Perawat harus melakukan pengkajian yang teliti pada pasien untuk
menentukan prioritas masalah, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi dan evaluasi yang sesuai dengan keadaan pasien.
Daftar Pustaka
Hanum, Parida, Rahayu Lubis & Rasmaliah. 2018. Hubungan Karakteristik dan
Dukungan Keluarga Lansia dengan Kejadian Stroke pada Lansia
Hipertensi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
JUMANTIK Vol. 3 No. 1 Desember 2017-Mei 2018.