Pengenalan Hewan Coba PJK4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI I

PERCOBAAN

PENGENALAN HEWAN COBA

OLEH :

LABORATORIUM C

ASISTEN PJ : ADHE ERIKSTIADE BAHAR S. Farm

LABORATORIUM FARMAKOLOGI FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

SAMATA-GOWA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hewan percobaan adalah setiap hewan yang dipergunakan pada sebuah

penelitian biologis dan biomedis yang dipilih berdasarkan syarat atau standar

dasar yang diperlukan dalam penelitian tersebut.Dalam menggunakan hewan

percobaan untuk penelitian diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai

berbagai aspek tentang sarana biologis, dalam hal penggunaan hewan percobaan

laboratorium. Pengelolaan hewan percobaan diawali dengan pengadaan hewan,

meliputi pemilihan dan seleksi jenis hewan yang cocok terhadap materi penelitian

(Ridwan, 2013: 113).

Beberapa hal yang berkaitan dengan teknik perlakuan tergadap mencit

sesuai tujuan penelitian adalah cara memegang mencit, idealnya dalam memegang

mencit, ekor mencit dipegang di daerah tengah ekor dengan tangan kiri, leher

dipegang dengan tangan kanan dan jangan terlalu menggencet, jari telunjuk dan

ibu jari memegang kuduk dan jari kelingking menjepit ekor. Adapun prosedur

handlingnya adalah mencit atau tikus dipegang dengan benar, diletakkan di atas

meja/ram kawat, punggung sedikit ditekan kemudian mencit (ekor diangkat dan

dilengkungkan ke belakang) (Marbawati, Dewi dan Ikawati,2009, hal: 2)

Harapan dilakukannya percobaan pengenalan hewan coba ini adalah agar

mahasiswa terkhusus farmasi data lebih memahami dan mengetahui cara dan

penanganan hewan coba.


B. Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Maksud percbaan

a. Mengetahui dan memahami karakteristik hewan coba serta cara penanganan

hewan coba di laboratorium.

b. Mengetahui metode pemberian obat pada hewan coba

2. Tujuan percobaan

a. Untuk mengetahui karakteristik hewan coba mus musculus

b. Untuk mengetahui metode pemberian obat dari setiap hewan coba

c. Untuk mengetahui cara pemberian obat hewab coba mus musculus

C. Prinsip Percobaan

Pengenalan hewan coba mus musculus dengan memahami karakteristiknya

dengan cara penanganannya serta mempraktikan metode pemberian obat terhadap

hewan coba
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum

Penelitian yang memanfaatkan hewan coba, harus menggunakan hewan

percobaan yang sehat dan berkualitas sesuai dengan materi penelitian.Hewan

tersebut dikembangbiakkan dan dipelihara secara khusus dalam lingkungan yang

diawasi dan dikontrol dengan ketat. Tujuannya adalah untuk mendapatkan defined

laboratory animalssehingga sifat genotipe, fenotipe (efek maternal), dan sifat

dramatipe (efek lingkungan terhadap fenotipe) menjadi konstan. Hal itu

diperlukan agar penelitian bersifat reproducible, yaitu memberikan hasil yang

sama apabila diulangi pada waktu lain, bahkan oleh peneliti lain.8 Penggunaan

hewan yang berkualitas dapat mencegah pemborosan waktu, kesempatan,dan

biaya. Berbagai hewan kecil memiliki karakteristik tertentu yang relatif serupa

dengan manusia, sementara hewan lainnya mempunyai kesamaan dengan aspek

fisiologismetabolis manusia. Tikus putih sering digunakan dalam menilai mutu

protein, toksisitas, karsinogenik, dan kandungan pestisida dari suatu produk bahan

pangan hasil pertanian (Ridwan, 2013: 114).

Dalam pelaksanan penelitian, peneliti harus membuat dan menyesuaikan

protokol dengan standar yang berlaku secara ilmiah dan etik penelitian kesehatan.

Etik penelitian kesehatan secara umum tercantum dalam World Medical

Association 12, yaitu: respect (menghormati hak dan martabat makhluk hidup,

kebebasan memilih dan berkeinginan, serta bertanggung jawab terhadap dirinya,

termasuk di dalamnya hewan coba), beneficiary (bermanfaat bagi manusia dan

makhluk lain, manfaat yang didapatkan harus lebih besar dibandingkan dengan

risiko yang diterima), dan justice (bersikap adil dalam memanfaatkan hewan

percobaan). Contoh sikap tidak adil, antara lain: hewan disuntik/ dibedah berulang
untuk menghemat jumlah hewan, memakai obat euthanasia yang menimbulkan

rasa nyeri karena harga yang lebih murah (Ridwan, 2013: 114).

Peningkatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang

kesehatan dibarengi dengan peningkatan kebutuhan akan hewan uji terutama

mencit. Penggunaan mencit ini dikarenakan relatif mudah dalam penanganannya,

ukurannya yang relatif kecil, harganya relatif murah, jumlah peranakannya banyak

yaitu sekali melahirkan bisa mencapai 16-18 ekor, hewan ini memiliki sistem

sirkulasi darah yang hampir sama dengan manusia serta tidak memiliki

kemampuan untuk muntah karena memiliki katup di lambung, sehingga banyak

digunakan untuk penelitian obat (Marbawati, dkk, 2009: 1).

Mencit merupakan hewan yang paling umum digunakan pada

penelitianLaboratorik sebagai hewan percobaan, yaitu sekitar 40-80% . Mencit

memilki banyak keunggulan sebagai hewan percobaan, yaitu siklus hidup yang

relatif pendek, jumlah anak perkelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan

mudah dalam penanganannya (Moriwaki, 2013: 46).

Mencit rumah (Mus musculus) termasuk family Muridae, sub familia

Murinae, ordo Rodentia, kelas Mammalia.Mencit berukuran kecil (panjang

totalnya kurang dari 180 mm) dengan berat 10 - 21 gr, hidung runcing, ekor sama

atau sedikit lebih panjang dari kepala, berambut 70-110 mm, telinga berukuran 15

mm/kurang. Secara alamiah mencit (Mus muculus) melakukan aktivitas hidupnya

(terutama mencari makan, berlindung, bersarang, dan berkembang biak) di

dalamrumah. Jenis ini dikenal pula sebagai tikus komensal (commensal rodent)

atau synanthropic, karena hidupnya di lingkungan pemukiman manusia. Di sekitar

kita mencit banyak dijumpai di berbagai bagian lingkungan rumah (atap, sela-

seladinding, dapur, almari), gudang, kantor, pasar, selokan, dan lain-

lain(Marbawati, dkk, 2013: 1).


Hewan coba digunakan di dalam setiap tahap uji vaksin, baik pada tahap

pengembangan, pembuatan dan kontrol kualitas.Pada tahap pengembangan,

hewan digunakan untuk menyeleksi ajuvan, uji imunogenitas dan keamanan, uji

metode aplikasi dan dosis formula vaksin.Pada tahap pembuatan, hewan hanya

digunakan untuk menyeleksi vaksin viral. Pada tahap kontrol kualitas, hewan

digunakan untuk uji nomor batch yang merupakan tahap terpenting untuk uji

toksisitas dan potensi. Pemakaian hewan coba pertama kali dilakukan oleh Robert

Koch yang menggunakan hewan coba berupa tikus.Terdapat berbagai hewan coba

yang sering digunakan di dalam percobaan, diantaranya tikus, mencit, marmut,

kelinci, anjing, dan kera (Novita, 2015: 20).

Pemakaian hewan coba dalam uji kandidat vaksin Tuberculosis (TB)

memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan pemakaian hewan coba

adalah : (1) mudah diinfeksi melalui rute paru-paru dan dengan dosis kecil

Mycobacterium sudah cukup infektif di alveolus, sama seperti infeksi alami di

manusia, (2) mudah untuk mempelajari berbagai tahapan perkembangan TB,

seperti granuloma, liquifikasi, badan kavitas dan hemostasis di berbagai hewan

coba kecuali di mencit, (3) gejala klinis TB seperti demam, penurunan berat

badan, abnormalitas gambaran X-ray dan gangguan pernafasan mudah terlihat di

hewan coba, (4) hewan coba dapat mengalami kematian akibat insufiensi

pulmonari apabila tidak diterapi, sama halnya di manusia. Karena memiliki

banyak kesamaan antara hewan coba dan manusia dalam hal resistensi terhadap

TB, perkembangan penyakit yang berakhir dengan kematian sehingga hewan coba

dapat digunakan untuk mengevaluasi berbagai kandidat vaksin TB.Pemilihan

hewan coba yang sesuai sangat penting agar dapat tercapai tujuan penelitian.

Tulisan ini menguraikan berbagai macam hewan coba yang dapat digunakan

dalam penelitian pengembangan vaksin TB beserta kelebihan dan kekurangan,


sehingga pembaca dapat menentukan hewan coba yang sesuai untuk dipakai

dalam penelitian TB (Novita, 2015: 14-15).

Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap

sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Dalam ilmu kedokteran

senyawa tersebut disebut obat, dan lebih menekankan pengetahuan yang

mendasari manfaat dan resiko penggunaan obat. Karena itu dikatakan farmakologi

merupakan seni menimbang (the art of weighing). Obat didefinisikan sebagai

senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis

penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya membuat

seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan hewan

coba. Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu

cara membuat, menformulasi, menyimpan dan menyediakan obat (Marjono, 2011:

76).

Berbagai hewan kecil memiliki karakteristik tertentu yang relatif serupa

dengan manusia, sementara hewan lainnya mempunyai kesamaan dengan aspek

fisiologis metabolis manusia. Tikus putih sering digunakan dalam menilai mutu

protein, toksisitas, karsinogenik, dan kandungan pestisida dari suatu produk bahan

pangan hasil pertanian. Saat ini, beberapa strain tikus digunakan dalam penelitian

di laboratorium hewan coba di Indonesia, antara lain: Wistar; (asalnya

dikembangkan di Institut Wistar), yang turunannya dapat diperoleh di Pusat

Teknologi Dasar Kesehatan dan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan

Epidemiologi Klinik Badan Litbangkes; dan Sprague-Dawley; (tikus albino yang

dihasilkan di tanah pertanian (Sprague-Dawley), yang dapat diperoleh di

laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makanan dan Pusat Teknologi Dasar

Kesehatan Badan Litbangkes (Ridwan, 2013: 114).


Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk

ke dalam tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau

kemungkinan timbulnya efek yang merugikan. Rute pemberian obat dibagi 2,

yaitu enternal dan parenteral (Priyanto. 2014:127).

Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap

tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena

efek teraupetis obat berhubungan erat dengan efek dosisnya. Pada hakikatnya

setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan

merusak organisme (Tjay. 2013:172).

Tabel konversi perhitungan dosis untuk berbagai jenis hewan dan manusia
Hewan Mencit Tikus Marmut Kelinci Kucing Kera Anjing Manusia
percobaan 20 g 200 g 400 g 1,5 kg 2 kg 4 kg 12 kg 70 kg
Mencit
20 g 1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9

Tikus
200 g 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0
Marmut
400 g 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
Kelinci
1,5 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
Kucing
2 kg 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,2
Kera
4 kg 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
Anjing
12 kg 0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
Manusia
70 kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0

(Modul praktikum, 2017 : 10)


B. Uraian Hewan

1. Klasifikasi mencit

a. Mencit (Mus musculus) (Harmita, 2008: 67)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Sub Ordo : Myoimorphia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

Karena masih termasuk dalam kingdom animalia dan kelas mamalia (kelas

yang sama dengan manusia), maka mencit ini memiliki beberapa ciri-ciri yang

sama dengan manusia dan mamalia lainnya.

memiliki tulang belakang (back bone), Jantung terdiri dari 4 ruang, Badan

dilitupi oleh bulu, Mempunyai cuping telinga, Mempunyai kelenjar peluh,

Mamalia betina melahirkan dan menyusi, Memiliki paru-paru untuk bernapas,

Berdarah panas

Reproduksi mencit yang cepat membuat hewan ini menjadi mudah

ditemukan dan dikembang biakan.Oleh karena itulah mencit sering sekali menjadi

hewan percobaan oleh para peneliti atau ahli biologi. Mencit juga memiliki

julukan lain yaitu hewan eksperimen(Alim,Tanri,2013: 1).


C. Uraian Bahan

1. Aquadest (Dirjen POM, 2014 : 63)

Nama resmi : AQUADEST

Nama lain : Air murni, H2O, aquadest

Berat molekul : 18,02

Rumus molekul : O

H H

Pemerian : Airan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

Kegunaan : Sebagai pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dalam kloroform.

2. Na CMC (Dirjen POM, 2014: 401)

Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHYL CELLULOSU

Nama lain : Natrium carboxymetil selulosa

Berat molekul : 694.85

Rumus molekul : C23H46N2O6.H2SO4.H2O

Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau putih kuning,

hampir tidak berbau, higroskopik

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspensi koloidal, tidak larut dalam

methanol (95%), dalam eter dan dalam

pelarut organik

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


Kegunaan : Sebagai pensuspensi/sampel

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu spoit injeksi, spoit

oral (kanula), kapas dan seperangkat alat bedah

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu Adaun bahan

yang digunakan dalam praktikum adalah, Alkohol Catropil, Diazeam,

Gibenklamid, Na-cmc dan Paracetamol.

B. Prosedur kerja

1. Cara Kerja

a. Handing pada hewan coba

1) Disiakan hewan coba (mencit)

2) Diambil hewan coba dari kandang dengan cara mengambil ekornya

terlebih dahulu

3) Disimpan hewan coba diatas lap kasar dan ekornya sedikit ditarik

4) Dielus-elus kepala mencit agar tenang

5) Dijepit bagian ekor di jari kelingking dan dicubit bagian leher

b. Rute pemberian obat

1) Disiakan spoit 1 ml, jarum suntik dan NA-CMC 1 %

2) Dihandling hewan coba

3) Dimasukkan kanula kedalam mulut mencit dengan bahan Na-cmc 1%


4) Didorong spoit secara perlahan-lahan dan hati-hati sampai ke

kerongkongan hewan coba kemudian masukkan Na-cmc 1%.

c. Secara Intramuscular

1) Disiapkan spoit 1 ml, jarum suntik dan Na-cmc 1%

2) Dihandling hewan coba

3) Dimasukkan Na-cmc 1 % ke dalam spoit

4) Disuntik bagian paha ada mencit, sebelum disuntik berikan alkhol terlebih

dulu

5) Diinjeksikan Na-cmc 1% kedalam tubuh mencit

d. Secara Intraperitonial

1) Disiapkan spoit 1 ml, jarum suntik dan Na-cmc 1%

2) Dihandling hewan coba

3) Diberikan alkhol ada bagian perut mencit

4) Diinjeksikan Na-cmc 1% ke dalam tubuh mencit

e. Secara Subkutan

1) Disiapkan spoit 1 ml, jarum suntik dan Na-cmc 1%

2) Dihanding hewan coba

3) Diambil Na-cmc 1% menggunakan spoit

4) Diberikan akohol ada bagian yang akan disuntik

5) Disuntik dan diinjeksikan larutan Na-cmc pada bagian bawa kuit dan leher

hewan coba

f. Secara intravena

1) Disiapkan spoit 1 ml, jarum suntik, Na-cmc dan rak tabung

2) Dihanding hewan coba

3) Diambi Na-cmc menggunakan spoit


4) Dimasukkan mencit kerak tabung

5) Ditarik ekor mencit melalui salah satu lubang rak tabung

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambar Pengamatan

Bagian tubuh
Hewan coba Rute Pemberian Obat
hewan coba

Mencit Intravena

Mencit Intraperitonial

Mencit Intramuskular

Mencit Oral

Mencit Subkutan
B. Pembahasan

Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di

dalam laboratorium.Hewan ini mudah ditangani dan bersifat penakut

fotofobik.Menangani hewan coba pada mencit, dengan mengambil ekornya dan

ditarik kemudian antara ibu jari dan jari telunjuk memegang leher mencit. Angkat

dan sentuh pada bagian dada hewan coba mencit untuk memastikan tidak terjadi

lagi pergerakan (cara memegang mencit dengan benar).

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini, diantaranya

yaitu lab kasar, spoit 1 m, handscoon, kanula, kamera dan tissue. Sedangkan

bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu Adaun bahan yang digunakan

dalam praktikum adalah Amoksocili, Catropil, Diazeam, Gibenklamid, dan

Paracetamol

Adapun metode yang digunakan pada praktikum mengenai penanganan

hewan coba ini adalah yang pertama yaitu handling : ekor dipegang di daerah

tengah ekor dengan tangan kiri, lalu leher dipegang dengan tangan kanan, dan

telunjuk dan ibu jari kelingking menjepit ekor. Selanjutnya hewan coba tikus

yaitu : Dengan cara perlakuan Tikus (Rattus novergicus) diambil tikus pada

pangkal ekornya dengan tangan kanan. Lalu diletakkan tangan kiri di belakang

punggung kea rah kepala, lalu disisipkan kepala antara jari telunjuk dan jari

tengah. Sedangkan jari lain diselipkan di sekitar perut, sehingga kaki depan, kiri

dan kanan berselip di antara jari-jari. Tikus juga dapat dipegang dengan cara

menjepit kulit kepala pada tengkuknya. Rute yang kedua yaitu per oral : mencit

diletakkan di atas ram kawat, ekor ditarik. Jarum suntik yang berisi cairan

dimasukkan ke dalam mulut mencit dan tarik kembali dengan perlahan. Yang
ketiga yaitu Intramuscular : penyuntik memegang paha kiri depan dengan tangan

kiri. Lalu jarum ditudukkan dari balik dengan sudut tegak lurus terhadap

permukaan kulit sekitar ditengah paha lalu suntikkan dan tarik jarum dengan

perlahan dipijat pelan-pelan. Yang keempat yaitu Intraperitonial : Mencit

dihandling dengan benar lalu tusukkan jarum disisi dekat umbilicus disamping

garis tengah perut paling belakang, lalu tarik jarum lalu lepaskan mencit. Yang

terkahir yaitu Subkutan : Obat/bahan disuntikkan dibawah kulit di daerah

punggung, terasa longgar bila jarum digerak-gerakkan, berarti suntikan sudah

benar.

Adapun cara pemberian obat yang onset dan durasinya paling cepat yaitu

Intra vena karena tidak ada fase absorpsi, obat langsung masuk ke dalam vena,

“onset of action” cepat, efisien, bioavailabilitas 100 %, baik untuk obat yang

menyebabkan iritasi kalau diberikan dengan cara lain, biasanya berupa infus

kontinu untuk obat yang waktu-paruhnya (t1/2) pendek dan obat langsung masuk

ke dalam vena, onset of action segera dan obat bekerja paling efisien,

bioavilabilitas 100%.

Adapun hubungan penanganan hewan coba dalam dunia farmasi yaitu

dapat diketahui konversi dosis manusia ke hewan.Maksudnya kita dapat

melakukan uji coba yang hamir mirip fisiologi anatomi manusia pada hewan coba

tersebut sehingga nantinya, setelah kita mengetahui sebagai seorang farmasis

sudah mampu untuk melakukan pemberian obat sesuai dengan kebutuhan.Selain

itu, jika kita membuat sediaan tidak terjadi kesalahan-kesalahan pada saat

membuat sediaan-sediaan obat.


Surah Surat Al-An ‘am 38 :

‫مننا فنررططن نننا‬ ‫وما من دابرة في ٱطلأ نطرض ونل ط نطئ إر يطير بجناحطيه إرل أ كم ن‬
‫م أطمث نننال كك ك مم ر‬
‫ن م‬ ‫ر ن إ ك إ ن ن ن إ إ‬ ‫إ ن‬ ‫ن ر إ‬ ‫ن ن إ‬
٣٨ ‫ن‬
‫شكرو ن‬ ‫ى نرب بهإ طم ي كطح ن‬ ‫شطي رمء ث ك ر ن‬
‫م إ إل ط‬ ‫من ن‬‫ب إ‬ ‫إفي ٱطلك إت طن إ‬
Artinya :

Dan tiadalah binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang

dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami

alpakan sesuatu pun di dalamal-Kitab, kemudian kepada Tuhan lah mereka

dihimpunkan

Penjelasan ayat :

Secara umum, kita bisa menyimpulkan bahwa ayat ini bertujuan untuk

menunjukkan betapa besar kuadrat kekuasaan Allah swt., dalam rangka

membuktikan kemampuan-Nya memenuhi permintaan kaum kafir itu, yakni

memenuhi kebutuhan binatang yang ada di darat, laut dan udara, sebagaimana Dia

memenuhi kebutuhan manusia Allah Swt manjadikkan manusia sebagain

penguasa alam, semua wujud melayani mereka. Sungguh sangat wajar manusia

memperhatikan dan menyadari bagaimana binatang-binatang ditundukkan Allah

untuk kemaslahatan manusia, demikian juga bagaimana Allah menciptakan

tumbu-tumbuhan untuk kepentingan binatang dan manusia. Maka jika Allah swt

telah menundukkan semua itu untuk manusia demi kemaslahatan mereka sambil

memberi kepada masing-masing binatang dan tumbuhan itu sistem serta naluri

yang sesuai baginya sekaligus mendukung fungsinya dan dalam bentuk yang

menyenangkan manusia.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja

dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga untuk

mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala

penelitian atau pengamatan laboratorik. Animal model atau hewan model adalah

objek hewan sebagai imitasi (peniruan) manusia (atau spesies lain), yang

digunakan untuk menyelidiki fenomena biologis atau patobiologis.

Cara penanganan mencit yaiu ekor dipegang di daerah tengah ekor dengan

tangan kiri, lalu leher dipegang dengan tangan kanan, dan telunjuk dan ibu jari

kelingking menjepit ekor.

Mengenai rute pemberian obat pada mencit terdiri dari intravena,

intramuscular, intraperitonial, subkutan, dan peroral. Untuk rute pemberian obat

dengan onset dan durasi yang tercepat yaitu melalui intravena yang dimana obat

langsung ke pembuluh darah.

B. Saran

1. Asisten

Tetaplah jadi asisten yang senantiasa membimbing dan mengarahkan kami

dalam melakukan percobaan agar kami bisa melakukan percobaan dengan baik

dan benar serta mengurangi kesalahan-kesalahan dalam percobaan.

2. Laboratorium
Sebaiknya fasilitas dalam laboratorium lebih memadai terutama

perlengkapan alat yang digunakan agar menunjang kegiatan baik selama

praktikum.

LAMPIRAN

A. SKEMA KERJA

1. Handling hewan coba


Ambil hewan coba berupa mencit
g yang ada didalam kandang

Ambil dengan memegang bagian ekor

Letakkan pada kasa besi atau pada kain kasar

Jepit ekor mencit dengan menggunakan jari kelingking dan jari tengah

Cubit bagian leher pada mencit

Dan cek dengan menekan bagian perut mencit

2. Rute pemberian obat

Disiakan spoit 1 ml, jarum suntik dan NA-CMC 1 %

Dihandling hewan coba

Dimasukkan kanula kedalam mulut mencit dengan bahan NA-CMC 1%


Didorong spoit secara perlahan-lahan dan hati-hati sampai ke
kerongkongan hewan coba kemudian masukkan NA-CMC 1%.

3. Secara Intramuscular

Disiapkan spit ml, jarum suntik dan Na=cmc 1%

Dihanding hewan coba

Dimasukkan Na-cmc 1 % ke daam spoit

Disuntik bagian paha ada mencit, sebelium disuntik

berikan alkohol terlebih dulu

Diinjeksikan Na-cmc 1% kedalam tubuh mencit

4. Secara Intraperitonial

Disiapkan spoit 1 ml, jarum suntik dan Na-cmc 1%

Dihandling hewan coba

Diberikan alkhol ada bagian perut mencit

Diinjeksikan Na-cmc 1% ke dalam tubuh mencit


5. Secara Subkutan

Disiapkan spoit 1 ml, jarum suntik dan Na-cmc 1%

Dihanding hewan coba

Diambil Nacmc 1% menggunakan spoit

Diberikan akohol ada bagian yang akan disuntik

Disuntik dan diinjeksikan larutan Na-cmc pada bagian bawa kuit

dan leher hewan coba

6. Secara intravena

Disiapkan spoit 1 ml, jarum suntik, Na-cmc dan rak tabung

Dihanding hewan coba

Diambil Na-cmc menggunakan spoit

Dimasukkan mencit kerak tabung

Ditarik ekor mencit melalui salah satu lubang rak tabung


KEPUSTAKAAN

Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2014

Dewi Marbawati dan Bina Ikawati.Jurnal Musmusculus Albino. Banjanegara:

Laboratorium Loka Litbang P2B2, 2013

Endi Ridwan. Jurnal Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan Dalam Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia, 2013

Harmita dan Radji, M. Jurnal Kepekaan Terhadap Antibiotik. Dalam: Buku Ajar

Analisis Hayati, Ed.3. Jakarta: EGC, 2008

K Moriwaki. Genetic In Wild Mice Its Application To Blomedial Research.

Tokyo : karger, 2013

Priyandi. 2014.Pertumbuhan Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Biji

Jarak Pagar (Jatropha curcas L.).Semarang: UNDIP.

Risqa Novita. Pemilihan Hewan Coba Pada Penelitian Pengembangan Vaksin

Tuberculosis. Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

Balitbangkes: Kemenkes RI, 2015

Ridwan, Endi. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian

Kesehatan. Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo : Jakarta.

2013.

T, Jay., 2013. Jurnal Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan Dalam Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai