EKSTRAKSI γ- ORYZANOL DARI MINYAK DEDAK PADI
EKSTRAKSI γ- ORYZANOL DARI MINYAK DEDAK PADI
EKSTRAKSI γ- ORYZANOL DARI MINYAK DEDAK PADI
Disusun oleh :
Dosen Pembimbing
BANDUNG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Desby Reginda Fitri ( 14-2015-042 )
Indra Rizal Anggagita ( 14-2015-043 )
adalah hasil tulisan kami, di mana seluruh pendapat dan materi dari sumber lain
telah dikutip melalui penulisan referensi yang sesuai.
Surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan jika di kemudian hari
diketahui kekeliruan, kami bersedia menerima sangsi sesuai peraturan yang
berlaku.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang
berjudul “Ekstraksi γ-Oryzanol pada Minyak Dedak Padi” . Laporan ini dibuat
untuk memenuhi salah satu syarat guna menempuh Tugas Akhir Program Studi
Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional, Bandung.
1. Orang tua atas segala doa, semangat, motivasi, yang telah dicurahkan
untuk kesuksesan anakmu ini, sehingga dapat menyelesaikan laporan akhir
penelitian ini, my beloved brother and sister love you so much.
2. Ibu Carlina Noersalim, Ir., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing, meluangkan waktu, memberikan arahan, memberikan saran
dan masukan yang baik dan berguna bagi penulis.
3. Bapak Suparman Juhanda, Ir., M.Eng, selaku koordinator Penelitian
Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Nasional, Bandung.
4. Teman-teman 2015 yang selalu memberikan dukungan, seperjuangan,
kebahagiaan, motivasi, dan doa kepada penulis.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa penyusunan penulisan
laporan akhir penelitian ini masih jauh dalam kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis mohon maaf sebesar-besarnya kepada semua pihak apabila
masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan proposal
penelitian ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan akhir penelitian
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
PENDAHULUAN
Proposal penelitian ini dibagi ke dalam beberapa bagian yang sesuai dengan
runtutan kegiatan, yaitu :
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Monotyledone
Genus :Oryza
Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O.Sativa dengan dua sub
spesis yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere).
Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran
tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan,
tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Dengan kata lain, padi dapat hidup baik pada daerah yang
beriklim panas yang lembab (AKK,1990)
4
pakan ternak sedangkan bekatul merupakan hasil penyosohan kedua (ukuran
halus) sering digunakan sebagai bahan pangan (Widowati, 2001). Dedak padi
sebagai hasil samping pengolahan padi belum dimanfaatkan secara optimal. Saat
ini, dedak padi baru dimanfaatkan sebagai pakan ternak, padahal bekatul dapat
diolah menjadi minyak makan berkualitas tinggi (Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 2007).
Gambar 2 1 Bekatul
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2014produksi padi
sebanyak 70,83 juta ton gabah kering giling (GKG). Dalam proses penggiligan
padi, diperoleh beberapa hasil samping, antara lain adalah beras yang hancur
(±5%), bekatul dari proses penyosohan (8-12%) dan sekam yaitu bagian
pembungkus/kulit luar biji (15-20%). (Widowati, 2001)
Komponen Nilai
Protein (%) 12,00 - 15,60
Minyak (%) 15,00 - 19,70
Serat Kasar (%) 7,00 - 11,40
Karbohidrat (%) 34,10 - 52,30
Kadar Abu (%) 6,60 - 09,90
Thiamin (B1), (µg/g) 12,00 - 24,00
Riboflavin (B2), (µg/g) 1,80 - 04,30
Seng (µg/g) 43,00 - 58,00
Magnesium (µg/g) 5,00 - 13,00
Fosfor (mg/g) 11,00 - 25,00
Kalsium (mg/g) 30,00 - 01,20
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Dedak Padi (Hwang, 2002)
Nilai
Shorthand Nama Sistematik Nama Trivial
(%)
C14:0 Tetradekanoat Asam mirisitat 0,23
C15:0 Pentadekanoat Asam pentadekanoat 0,04
C16:0 Heksadekanoat Asam palmitat 14,35
C16:1 Cis-9-heksadekenoat Asam palmitoleat 0,15
C17:0 Heptadekanoat Asam heptadekanoat 0,04
C18:0 Oktadekanoat Asam stearat 1,27
C18:1 Cis-9-oktadekenoat Asam oleat 41,17
C18:2 9,12-oktadekadienoat Asam linoleat 39,73
C18:3 6,9,12-oktadekatrienoat Asam linolenat 1,50
C20:0 Eikosanoat Asam arachidat 0,45
C20:1 Cis-11-eikosenoat Asam eikosamonoeonat 0,56
C20:2 11,14-eikosadienoat Asam eikosadienoat 0,03
C22:0 Dokosanoat Asam behenat 0,23
C24:0 Tetrakosanoat Asam liknoserat 0,24
Minyak dedak padi memiliki aroma dan tampilan yang baik serta nilai titik
asapnya cukup tinggi (254oC). Dengan nilai titik asap yang paling tinggi
Minyak dedak padi juga dapat dimanfaatkan sebagai makanan ringan dan
margarin. Pemanfaatan minyak bekatul yang paling baik adalah sebagai
antioksidan karena mengandung Oryzanol dan tokotrienol. γ-oryzanol dan
Mutu minyak dedak padi setara dengan minyak kacang tanah, minyak biji
kapuk, minyak biji kapas, dan minyak kacang kedelai. Minyak dedak padi
mengandung asam lemak tidak jenuh yang cukup tinggi, yaitu sekitar 80% (Cruz
dan West, 1933 dalam Nasution dan Ciptadi, 1979).
Minyak dedak padi juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif
yaitu biodiesel karena adanya kandungan asam lemak bebas pada bekatul
sehingga dapat diolah menjadi biodiesel dengan melalui proses esterifikasi
(Prihandana, 2006).
2.5 γ-Oryzanol
Salah satu komponen paling penting dalam dedak padi adalah kandungan
antioksidan alami γ-oryzanol. γ-oryzanol adalah antioksidan yang hanya terdapat
pada minyak dedak padi, sangat kuat mencegah oksidasi dan lebih efektif
mencegah radikal bebas dibanding vitamin E (Hadipernata, 2007).
2.6.1.1 Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan
yang mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Penggunaan
panas pada proses ekstraksi adalah suatu hal spesifik, yang bertujuan untuk
menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding
sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung di
dalamnya. Pada umumnya rendering untuk ekstraksi minyak atau lemak dari
jaringan hewan (Ketaren, 1986).
a. Wet Rendering
b. Dry Rendering
Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi
dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan
mengandung minyak dan lemak dimasukkan ke dalam ketel tanpa bahan
penambahan air. Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan
pada suhu 220oF sampai 230oF (105oC-110oC). Ampas bahan yang telah diambil
minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan
dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan
dari bagian atas ketel (Ketaren, 1986).
Pada cara hydraulic pressing, bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000
psi (140,6 kg/cm2 = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat
diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan,
serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang
tersisa pada ampas bervariasi sekitar 4 sampai 6 %, tergantung dari lamanya
ampas ditekan di bawah tekanan hidraulik (Ketaren, 1986).
Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet
rendering dengan pengepresan secara mekanis atau dengan sentrifusi (Ketaren,
1986).
Ekstraksi cair-cair
Pada ekstraksi cair-cair, untuk memisahkan dua zat cair yang saling
bercampur dengan menggunakan pelarut yang dapat melarutkan salah satu zat itu
lebih banyak dari yang lainnya. Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent
extraction): solute dipisahkan dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven
cair. Campuran diluen dan solven ini adalah heterogen (immiscible, tidak saling
campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven
(ekstrak). Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasa dengan konsentrasi
pada keadaan setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan)
solute dari larutan yang ada. Gaya dorong (driving force) yang menyebabkan
terjadinya proses ekstraksi dapat ditentukan dengan mengukur jarak sistem dari
kondisi setimbang.
Pada ekstraksi padat-cair terjadi difusi dari fasa zat diikuti oleh difusi ke
zat cair . Difusi disebabkan oleh adanya gradien konsentrasi pada komponen yang
terdifusi itu. Gradien konsentrasi cenderung menyebabkan terjadinya gerakan
komponen itu kearah kesetimbangan dan menghapuskan gradien. Solut mungkin
terdapat bebas diantara bagian seperti pori-pori padatan atau terdapat dalam sel-
sel bila padatan itu bahan nabati atau hanya terdapat sebagai lapisan film disekitar
padatan tersebut.
Pada kontak yang terjadi antara padatan berpori dengan pelarut, pelarut
mula-mula berpindah dari bulk solution menuju ke permukaan padatan lalu
terdifusi ke pori-pori padatan, kemudian melarutkan solut ke dalam pelarut.
Pada leaching, terjadi difusi zat terlarut dari fasa zat padat diikuti oleh ke
zat cair.Pada awal proses, konsentrasi umpan dan pelarut berada pada keadaan
tidak setimbang, yang mengakibatkan gaya dorong (driving force) terjadinya
difusi hingga keduanya mencapai keadaan setimbang.
a. Temperatur Operasi
Semakin tinggi temperatur, laju pelarutan zat terlarut oleh pelarut semakin
tinggi dan laju difusi pelarut ke dalam serta ke luar padatan, semakin tinggi
pula. Temperatur operasi untuk proses ekstraksi kebanyakan dilakukan
dibawah temperatur 100oC karena pertimbangan ekonomis.
b. Waktu Ekstraksi
d. Jenis Pelarut
Pada proses ekstraksi, banyak pilihan pelarut yang digunakan (Nasir dkk,
2009). Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih pelarut
adalah sebagai berikut :
Selektivitas
Kelarutan
Pada ekstraksi cair-cair , pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstraksi
Titik didih
Kriteria lain
Sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah yang besar, tidak beracun,
tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak korosif,
viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisik (Nurfauziah,2010). Berikut
pelarut minyak yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi :
2.7 Maserasi
Maserasi merupakan proses pengekstrakan bahan dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada suhu kamar. Metode maserasi digunakan untuk menyaring bahan yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan pelarut, tidak
mengandung benzoin, tiraks dan lilin.
Keterangan :
A. Bejana unutk maserasi berisi bahan yang sedang dimaserasi
B. Tutup
C. Pengaduk yang digerakkan secara mekanik
METODE PERCOBAAN
3.1.1 Alat
1. Serangkaian alat Maserasi
2. Piknometer 25 mL
3. Viskometer Ostwald
4. Labu Erlenmayer Leher Tiga
5. Kondensor
6. Kondensor Refluks
7. Corong Pemisah
8. Oven
9. Neraca analitik
10. Cawan petri
11. Tang krus
12. Statif dan klem
13. Desikator
14. Corong
15. Pipet tetes
16. Pipet volume 25 mL
17. Labu Erlenmeyer 250 mL
18. Gelas kimia 50 mL
19. Gelas ukur 1000 mL
20. Gelasukur 100 mL
21. Buret 50 mL
22. Botol sampel 30 mL
22
23. Filler
24. Batang pengaduk
25. Kertas saring
26. Spektrofotometri Uv-Vis
3.1.2 Bahan
1. Dedak Padi
2. Pelarut N-Hexane
3. Acetone
4. γ-Oryzanol
5. Aquadest
6. Khloroform
7. Larutan Wijs
8. Larutan KOH 0,1
9. Larutan KI
10. Pelarut Etanol
11. Larutan Na2S2O3
12. Indikator Phenoftalein
13. Indikator Amilum
Prinsip kerja : Percobaan pendahuluan ini bertujuan agar dedak padi menjadi
lebih halus
Prosedur :
Prinsip kerja : Dedak Padi ditempatkan oven pada suhu 110oC selama 15 menit
untuk didapatkan kondisi operasi terbaik
Prosedur :
Dedak Padi halus dimasukan kedalam oven
Prinsip kerja : Pada dedak padi terdapat kandungan minyak yang cukup banyak,
sehingga untuk mengeluarkan kandungan minyak pada padi dilakukan metoda
Maserasi dengan bantuan Solvent N-hexane
Prosedur :
Dedak padi Halus sebanyak 500 gram ditambahkan
kedalam ekstraktor
Prinsip kerja : Proses ini dilakukan untuk memisahkan minyak dedak padi
dengan pelarut n-hexane dengan menggunakan distilasi sederhana. Kemudian
dimasukan kedalam corong pemisah untuk memisahkan pati yang terdapat pada
minyak.
Prosedur :
Alat distilasi sederhana dirancang
Kalibrasi piknometer
Larutan didinginkan
Prinsip kerja : Indeks bias adalah perbandingan antara kecepatan cahaya dalam
udara dengan kecerahan cahaya dalam zat, indeks bias berguna unuk
mengidentifikasi zat dan mendeteksi ketidakmurnian minyak. Pengukuran
didasarkan atas prinsip bahwa cahaya yang masuk melalui prisma-cahaya hanya
bisa melewati bidang batas antara cairan dan prinsip kerja dengan suatu sudut
yang terletak dalam batas-batas yang ditentukan oleh sudut batas antara cairan dan
alas.
Prosedur :
1. Isolasi ϒ Oryzanol
Prinsip kerja : Untuk mengisolasi kandungan ϒ Oryzanol pada minyak dedak padi
dilakukan ekstraksi dengan menggunakan acetone
Prosedur :
Minyak dedak padi dimasukan kedalam labu
erlenmayer leher tiga
Prosedur :
Memasukan ϒ Oryzanol bubuk kedalam Labu Takar
50 ml dengan massa tertentu
46.20
46.00
46.00
45.80
FFA (%)
45.60
45.49
45.40
45.20
BP BM
Jenis Varietas Padi
Gambar 4.1 Kurva Jenis dedak padi terhadap BIlangan Asam (FFA)
Fungsi stabilisasi adalah untuk mensterilkan mikroba dan merusak enzim
lipase yang terdapat pada dedak padi untuk mencegah terurainya komponen
minyak menjadi asam lemak bebas (Hargrove, 1994). Proses stabilisasi dedak
Faktor lain yang mempengaruhi yaitu pada saat dedak diambil dari tempat
penggilingan, dibutuhkan waktu beberapa lama untuk tahap perlakuan awal dedak
seperti melakukan penyaringan dedak. Hal ini dapat mempengaruhi mutu dedak,
terjadi kontak dengan lingkungan sehingga menyebabkan enzim lipase dengan
cepat menghidrolisis minyak. Selain itu adanya proses pemanasan pada saat
pemurnian dapat meningkatkan konsentrasi asam lemak meningkat sehingga
membuat kualitas minyak menjadi menurun (Ketaren,1986).
Ketika dedak padi disimpan pada kondisi ruangan panas dan lembab,
kandungan asam lemak bebas dadak akan meningkat sebesar 5-10% per hari dan
dapat mencapai 70% dalam sebulan (Orthoefer & Eastman, 2004). Dedak yang
digunakan sudah disimpan terlalu lama sehingga kadar FFA yang dihasilkan
tinggi.
Bilangan asam yang didapat tidak memenuhi standar dengan nilai masing-
masing sebesar 42,54 dan 42,12 mg KOH/ g minyak. Proses oksidasi dapat terjadi
selama proses penyimpanan karena adanya aktivitas enzimatik maupun non
enzimatik. Oksidasi enzimatik terjadi akibat adanya enzim lipoksigenase dengan
mengkatalis proses oksidasi asam lemak tak jenuh menjadi peroksida dengan
bantuan radikal bebas dan oksigen sehingga membentuk aldehid, alkohol dan
Gambar 4.2 Mekanisme Kerusakan Hidrolitik dan Oksidatif pada Minyak Dedak Padi
(Champagne, 1994)
4.1.2 %Yield
12 11.8984
11.8
11.6
11.4
11.2069
11.2
Yield (%)
11
10.8
10.6
10.4
10.2
10
BP BM
Jenis Variasi Padi
Gambar 4.3 Kurva antara Variasi dedak padi terhadap Bilangan %Yield Minyak
Dedak
Yield merupakan perbandingan antara massa produk terhadap massa bahan
awal yang menunjukkan efektifitas suatu proses. Semakin banyak yield yang
Reaksi hidrolisis terjadi pada dedak padi dimana minyak yang terkandung
dalam dedak akan bereaksi dengan air sehingga minyak terkonversi menjadi asam
lemak bebas dan membuat yield yang dihasilkan kecil. Pada pemanasan dengan
suhu 100°C dan 110°C menghasilkan yield yang lebih tinggi. Suhu pemanasan
yang tinggi akan membuat proses pengeringan lebih baik sehingga kandungan air
pun berkurang. Pemanasan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan dedak
kelembabannya menjadi cepat berkurang dan senyawa yang terdapat dalam dedak
dapat runtuh (Duangkamol Ruen-Ngam, 2014).
195.00
190.00
185.00
180.00
175.00
170.00
165.00
BP BM
Gambar 4.4 Kurva antara Variasi dedak padi terhadap bilangan penyabunan
minyak dedak
Bilangan penyabunan ini digunakan untuk menunjukkan berapa besar
rantai panjang yang dikandung dalam minyak. Nilai bilangan penyabunan yang
dapat diterima adalah 180-195 mg KOH/g minyak. Semakin besar nilai bilangan
penyabunan maka berat molekul minyak akan semakin kecil.
Pada Gambar 4.4 Nilai bilangan penyabunan dari minyak dedak beras
merah memasuki nilai standar yaitu 193 mg KOH/g minyak. Parameter lainnya
yang mempengaruhi dari nilai bilangan penyabunan yaitu nilai bilangan Iod,
bilangan Iod yang semakin tinggi menandakan makin banyaknya ikatan tidak
rangkap sehingga menyebabkan panjang rantai karbon semakin pendek, berat
molekul semakin kecil dan bilangan penyabunan nya semakin tinggi.
84.60
84.50
84.40
84.30
84.20
84.10
84.00
83.90
83.80
BP BM
Gambar 4.5 Kurva antara jenis dedak padi terhadap Bilangan Iod Minyak Dedak
Padi
Pada Gambar diatas dapat diketahui bahwa nilai bilangan Iod pada kedua
varietas dedak padi yang diuji tidak masuk kedalam nilai bilangan iod yang dapat
diterima . Hal itu dapat terjadi dikarenakan proses pemisahan antara minyak
dedak padi dengan pelarut N-hexane yang terlalu lama dan hal itu akan
menyebabkan penurunan derajat ikatan rangkap dari asam lemak penyusun
minyak. Semakin lama pemanasan, maka derajat ketidak jenuhan minyak akan
berkurang, yang menyebabkan bilangan iodium akan menurun (Lu dan Tan,2009).
4.1.5 Densitas
Nilai densitas minyak menunjukkan massa yang dimiliki oleh minyak
dalam suatu volume tertentu. Nilai densitas yang dapat diterima adalah 0,910-
0,920 g/mL.
0.8650
Densitas (g/ml)
0.8600
0.8560
0.8550
0.8500
0.8450
BP BM
Jenis Dedak
Gambar 4.6 Kurva antara jenis dedak padi terhadap Densitas Minyak Dedak Padi
Nilai densitas yang dihasilkan tidak masuk rentang sehingga tidak masuk
kedalam standar. Nilai densitas dapat dipengaruhi dari kadar FFA yang
dihasilkan. Dimana semakin besar kadar FFA maka akan mempengaruhi terhadap
kualitas minyak yang dihasilkan.
4.1.6 Viskositas
Nilai viskositas merupakan ukuran kekentalan yang menandakan besar
kecilnya gesekan dalam fluida. Nilai viskositas minyak dedak adalah 0,0398 Pa.s
0.0160
0.0159
viskositas 0.0159
0.0159
0.0158
0.0158
0.0158
0.0157
0.0157
BP BM
Jenis Dedak
Gambar 4.7 Kurva antara jenis dedak padi terhadap viskositas Minyak Dedak
Padi
1.475784
1.475780
Indeks Bias
1.475776
1.475772
1.475768
1.475764
BP BM
Suhu(°C)
Gambar 4.8 Kurva antara jenis dedak padi terhadap Indeks Bias Minyak Dedak
Padi
Nilai indeks bias yang dihasilkan pada penelitian ini berkisaran antara
1,473 sampai dengan 1,475. Hasil tersebut tidak ada yang memenuhi standar yang
diharapkan. Pengujian indeks bias dapat digunakan untuk menentukan kemurnian
minyak dan dapat menentukan dengan cepat terjadinya hidrogenasi katalisis. Dari
hasil penelitian membuktikan bahwa minyak yang diperoleh memiliki rantai
karbon yang panjang dan banyak ikatan rangkapnya. Hal ini sesuai dengan
penelitian oleh Ketaren (1986), menyatakan bahwa semakin panjang rantai karbon
dan semakin banyak ikatan rangkap, maka indeks bias bertambah besar.
Indeks bias juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kadar asam lemak
bebas. Kandungan asam lemak bebas yang diperoleh pada penelitian ini tinggi,
jadi berbanding lurus dengan indeks bias. Komposisi atau komponen lain yang
terkandung dalam minyak juga ikut berpengaruh pada nilai indeks bias. (Ketaren,
1986).
1.6
y = 0.0167x - 0.1186
1.2
0.8
0.4
0
0 20 40 60 80 100 120
-0.4
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil perolehan %yield yaitu faktor
waktu reaksi dimana semakin lama waktu reaksi maka semakin lama pula waktu
kontak antara gamma oryzanol dengan aceton dimana aceton dapat melarutkan
gamma oryzanol. Selain itu faktor konsentrasi juga sangat mempengaruhi dari
hasil % yield yang didapat, semakin besar nilai konsentrasi maka %yield yang
didapatkan akan semakin besar. Dari hasil penelitian , semakin lama waktu reaksi
antara minyak dedak padi dengan acetone maka semakin besar pula konsentrasi
dan % yield dari gamma oryzanol tersebut, hal itu dapat disebabkan karena
kandungan gamma oryzanol yang terdapat pada minyak dedak akan berpindah
menuju acetone. Hasil dari semua ekstraksi diatas didapatkan gamma oryzanol
dengan % yield kurang dari 2%, hal itu tidak sesuai literature dikarenakan
seharusnya kandungan oryzanol pada minyak dedak padi yaitu berkisar 2%, hal
ini dapat disebabkan karena kurang baik nya proses ekstraksi minyak dari dedak
padi dengan n-hexane, pada proses pemisahan antara minyak dedak padi dengan
Pada penelitian ekstraksi gamma oryzanol dari minyak dedak padi ini
dilakukan perbedaan antara perolehan gamma oryzanol dari beras merah dan
gamma oryzanol beras putih, dari hasil percobaan diperoleh bahwa perolehan %
yield paling besar yaitu pada gamma oryzanol beras putih. Jika kita meninjau dari
parameter kandungan minyak baik dari bilangan asam, bilangan iod, densitas
maupun bilangan penyabunan, minyak dedak dari beras merah memiliki nilai nilai
yang hampir mendekati literature minyak dedak padi jika kita membandingkan
dengan parameter parameter kandungan dari minyak dedak dari beras putih.
Faktor faktor yang dapat menyebabkan penyimpangan tersebut salah satunya
proses ekstraksi yang kurang baik sehingga perolehan gamma oryzanol nya pun
kurang optimal.
Hasil Ekstraksi terbaik yakni pada suhu 40oC dengan waktu Ekstraksi 40
menit pada masing masing jenis varietas dedak padi dengan uji Kromatografi
Lapis Tipis, Kromatografi Lapis tipis ini digunakan untuk mengetahui adanya
aktivitas antioksidan yang terdapat pada sampel, metoda ini merupaka suatu
teknik pemisahan atas dasar perbedaan sifat fisik dan kimia dari zat penyusun
suatu campuran , KLT didasari oleh sifat polaritas yang menunjukan adanya
1. Nilai densitas, viskositas, dan indeks bias pada minyak dedak padi beras
merah dan beras putih tidak memenuhi standar
2. Nilai Konsentrasi γ –oryzanol yang didapat masuk kedalam rentang kurva
standar.
3. %yield yang didapatkan kurang dari 2% sehingga tidak sesuai dengan
literatur.
5.2 Saran
- Lama penyimpanan dedak padi sebelum proses stabilisasi sangat
berpengaruh sehingga dedak harus segera diolah untuk mendapatkan
kualias minyak yang lebih baik.
- Pelarut dapat mempengaruhi terhadap hasil ekstraksi.
Chen, MH., Bergman, CJ. 2005. A Rapid Procedure for Analysing Rice
Bran Tocopherol, Tocotrienol and Gamma Oryzanol Contents. Journal of
Food Composition and Analysis. 18:139-151
http://journal.ift.or.id/files/M.%20Hadipernata%2014103017%20std.pdf.
diakses 20 Februari 2018.
Luh, B.S. 1991. Rice Production and Utilization. The Avi Publ.Co.
Westport,Connecticut.
Jurnal.unbari.ac.id/images/stories/vol.10%20No.3%20Okt%20200/Lince
%20Muis.pdf.diakses 8 April 2018.
www.academia.edu/9079741/Pemicu_2_ekstraksi.diaksestanggal 12 April
2018.
Patel, M., & Naik, S. N., 2004, Gamma-oryzanol from Rice Bran Oil – A
review, Journal of Scientific and Industrial Research, 63, 569-578.
Ejournal.undip.ac.id/index.php/reactor/aticle/viewFile/1498/1257.diakses 4
Maret 2018.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/384/Paper_T
K.02.pdf?sequence=1&isAllowed=y.diaksestanggal 4 Maret 2018.
Zoelienna, Niekha. 2015. Uji Stabilitas Fisik dan Penentuan Nilai Sun
Protection Factor (SPF) Krim Rice Bran Oil. Jakarta : Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi, UIN Syarif
Hidayatullah
DATA LITERATUR
DATA PENGAMATAN
B.1 Analisis Sifat Fisik Minyak Dedak
Konsentrasi Absorbansi
0 0
10 0,038
20 0,196
30 0,367
40 0,454
50 0,649
60 0,891
70 0,970
80 1,320
90 1,475
Kondisi Operasi
Run Jenis Beras Absorbansi
Suhu (°C) Waktu (Min)
1 30 20 0,2560
2 30 30 0,4940
3 30 40 0,8890
Beras Putih
4 40 20 0,4270
5 40 30 0,7520
Parameter
6 40 40 0,9440
7 30 20 0,1180
8 30 30 0,4080
9 30 40 0,6210
Beras Merah
10 40 20 0,3010
11 40 30 0,7140
12 40 40 0,7880
1 30 20 41,3471 41,3483
2 30 30 53,3055 53,3076
3 30 40 41,3492 41,3525
Beras
4 Putih 40 20 53,3055 53,3076
5 40 30 41,3490 41,3521
Parameter
6 40 40 41,3497 41,3535
7 30 20 53,3043 53,3051
8 30 30 41,3477 41,3495
9 30 40 41,3484 41,3509
Beras
10 Merah 40 20 53,3052 53,3068
11 40 30 41,3489 41,3519
12 40 40 53,3068 53,3101
CONTOH PERHITUNGAN
59.4920 gram
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 minyak dedak = x 100%
500
= 11,8984%
(41,9920 − 21,1892)g
=
24,3026 mL
= 0,8560 𝑔/𝑚𝐿
ρ minyak x t minyak
Viskositas Minyak = x μ aquadest
ρ air x t air
𝑔
0,8560 x 250 s
𝑚𝐿
Viskositas Minyak = 𝑔 x 0,000889 pa. s
0,9968 x 11 s
𝑚𝐿
= 0,0159 Pa. s
(V x N)KOH x BE KOH
Bilangan Asam =
berat sampel miyak (g)
= 46 mg KOH/g minyak
Absorbansi = 0,2560
= 0,0012 gr
DOKUMENTASI