Makalah Tiroid

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang mempertahankan tingkat
metabolisme di berbagai jarinan agar optimal sehingga mereka berfungsi
normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi oksigen pada sebagian
besar sel di tubuh , membantu mengatur metabolisme lemak dan
karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal.
Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya
menyebabkan perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya
daya tahan terhadap dingin, serta pada anak–anak timbul retardasi mental
dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan
badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan
pembentukan panas.
Fungsi tiroid diatur oleh hormone perangsang tiroid dari hipofisis
anterior. Sebaliknya , sekresi hormone ini sebagian diatur oleh umpan
balik inhibitorik langsung kadar hormontiroid yang tinggi pada hipofisis
serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui hipotalamus. Dengan cara ini,
perubahan–perubahan pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi
melalui hipotalamus. Dengan cara ini, perubahan–perubahan.
Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional dalam
menangani hal-hal yang terkait dengan hipotirod misalnya saja dalam
memberikan asuhan keperawatan harus tepat dan cermat agar dapat
meminimalkan komplikasi yang terjadi akibat hipotiroid.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa itu tiroidisme?
2. Bagaimana etiologi tiroidisme?
3. Bagaimana patofisiologi tiroidisme?
4. Bagaimana manifestasi klinismya?
5. Apasaja komplikasi tiroidisme?
6. Bagimana test diagnostik tiroidisme?
7. Bagaimana penatalaksaannya?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kelenjar
tiroidisme?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tiroidisme
2. Untuk mengetahui etiologi tiroidisme
3. Untuk mengetahui patofisiologi tiroidisme
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada tiroidisme
5. Untuk mengetahui apa saja komplikasi tiroidisme
6. Untuk mengetahui bagimana test diagnostik
7. Untuk mngetahui bagimana penatalaksaan pada gangguan tiroidisme
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
hipertiroidisme.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormone
tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Trirotoksikosis merupakan istilah
yang digunakan dalam manifestasi klinis yang terjadi ketika jaringan
tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid.(Tarwoto 2012)
Hipertiroid adalah keadaan hipermetabolik yang disebabkan oleh
meningkatnya kadar T3 dan T4 bebas terutama disebabkan oleh
hiperfungsi kelenjar tiroid (Robbins.2007)
Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari
produksi tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan.
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh
kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon
tiroid yang berlebihan di dalam darah. Krisis tiroid merupakan suatu
keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat mengancam jiwa,
umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit
Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan
faktor pencetus: infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium,
hipoglikemia, partus, stress emosi, penghentian obat anti tiroid,
ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru, penyakit
serebrovaskular/strok, palpasi tiroid terlalu kuat.

2.2. Etiologi
Penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis, penyakit graves,
nodul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan
hipotiroid.
1. Adenoma hipofisis, penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar
hipofisi dan
jarang terjadi.
2. Penyakit graves
Penyakit graves atau toksik goiter diffuse merupakan penyakit yang
disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody
yang disebut thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI) yang
melekati sel – sel tiroid. TSI meniru tindakan TSH dan merangsang
tiroid untuk membuat hormone tiroid terlalu banyak.Penyakit ini
dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid (goiter)
dan eksoflatmus (mata yang melotot)
3. Tiroiditis
Merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh
bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphylococcus aureus dan
pneumococcus pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan
pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel dan peningktan
jumlah hormone tiroid.
Tiroiditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis
postpartum, dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi
pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya
setelah beberapa bulan. Tiroiditis postpartum terjadi sekitar 8 persen
wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya di yakini
adalah autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis sub akut, tiroiditis
wanita dengan postpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum
kelenjar tiroid benar-benar sembuh. Tiroiditis tersebunyi juga
disebabkan karena autoimun dan pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi
mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi
dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan yang mengakibatkan peningkatan
sistesis hormone tiroid.
5. Terapi hipotiroid, pemberian obat-obatan hipotiroid untuk
menstimulasi sekresi hormone tiroid. Penggunaan yang tidak tepat
menimbulkan kelebihan jumlah hormone tiroid.
2.3. Patofisiologi
Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormone tiroid
yang lebih banyak, karena berbagai factor penyebab yang tidak dapat
dikontrol melalui mekanisme normal. Peningkatan hormone tiroid
menyebabkan peningkatan metabolisme rate, meningkatkan aktivitas
saraf simpatis. Peningkatan metabolismen rate menybabkan peningkatan
produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan
penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolism yang meningkat
menimbulkan peningkatan kebutuhan metabolic, sehingga berat badan
pasien akan berkurang karena membakar cadangan energy yang tersedia.
Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan
protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada system
kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta
adrenergic, sehingga denyut nadi menjadi lebih cepat, peningktan kardiak
output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon adrenergic
lainnya. Peningkatan hormone tiroid juga berpengaruh terhadap sekresi
dan metabolisme hipotalamus, hipofisis dalam mensekresi hormone
gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan
kelambatan dalam fungsi seksual, sedangakan pada usia dewasa
mengakibatkan penurunan libdo, infertile dan menstruasi tidak teratur.

2.4. Manifestasi Klinis


1. System Kardiovaskuler : meningkatnya hate rate, stroke volum,
kardiak output, peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung,
peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah systole dan
diastole meningkat 10-15 mmHg, palpitasi, disritmia, kemungkinan
gagal jantung, edema.
2. System Pernapasan : Pernapasan cepat dan dalam, bernapas pendek,
penurunan kapasitas paru.
3. System Perkemihan: resistensi cairan, meurunnya output urin.
4. System gastrointestinal: Meningkatkan peristaltic usus, pningkatan
nafsu makan, penurunan berat badan, diare, peningkatan penggunaan
adipose dan protein, penurunan serum lipid, peningkatan sekresi
gastrointestinal, hiponatremia, muntah dan kram abdomen.
5. System Muskuloskeletal : Keseimbangan proten negative, kelemahan
otot, kelelahan, tremor.
6. System Integumen : berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah,
hangat, tidak toleran panas, kedaan rambut lurus, lembut, halus dan
mungkin terjadi kerontokan rambut.
7. System Endokrin : biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8. System Saraf : meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus,
gugup, gelisah, emosi tidak stabil seperti kecemasan, curiga, tegang
dan emosional.
9. System Reproduksi : Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur,
menurunya libido, impoten.
10. Eksoftalmus : yaitu keadaan dimana bola mata menonjol ke depan
seperti mau keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan
karbohidrat kompleks yang menahan air di belakang mata. Retensi
cairan ini mendorong bola mata Nampak menonjol keluar ringga
orbita. Pada kedaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup mata
secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi atau kelainan
kornea.

2.5. Komplikasi
1. Eksoftalmus, kedaan ini dimana bola mata pasien menonjol keluar.
Hal ini disebabkan karena penumpukan cairan pada rongga orbita
bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi pada pasien dengan
penyakit graves.
2. Penyakit jantung, terutama kardiotitis dan gagal jantung.
3. Stroma tiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami
dengan demam tinggi, takhikardia berat, delirium, dehidrasi dan
iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini merupakan keadaan emergensi,
sehingga penaanganan harus lebih khusus, fakor presipitasi yang
berhubungan sengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak
terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi ablai tiroid, pembedahan,
trauma, mikardiak infark, over dosis obat. Penganan pasien dengan
stroma tiroid adalah konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek
hormone terhadap jaringan tubh. Obat-obatann yang diberikan untuk
menghambat kerja hormone tersebut diantaranya sodium ioded
intravena, glucocorticoid, dexamethasone dan propylthiouracil oral.
Beta-bolekrs diberikan untuk efek stimulasi saraf simpatetik dan
takikarida

2.6. Test Diagnostik


A. Pemerikasaan laboratorium
- Serum T3, terjadi peningkatan (N : 70 – 250 ng/dl atau 1.2 - 3.4 Sl
unit)
- Serum T4, terjadi peningkatan (N : 4 – 12 mcg/dl atau 51 – 154 Sl
unit)
- In deks T4 bebas, meningkat (N : 0,8 – 2,4 ng/dl atau 10 – 31Sl
unit)
- T3RU, meningkat 9N : 24 – 34%)
- TRH Stimulation test, menurun atau tidak ada respon TSH
- Tiroid antibody antiglobulan antibody, titer antiglobulin antibody
tinggi (N : titer <1 : 100)
- Tirotropin reseptor antibody (TSH-RAb), terjadi peningkatan pada
penyakit graves.
B. Test penunjang lainnya
- CT scan tiroid, mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar
tiroid, iodine radioaktif(RAI) diberikan secara oral kenudian
diukur pengambilan iodin oleh kelenjar tiroid. Normalnya tiroid
akan mengambil iodine 5 – 35% dari dosis yang diberikan setelah
24 jam. Pada pasien hipertiroid akan meningkat.
- USG : untuk mengetahui ukuran dana komposisi dari kelenjar
tiroid apakah massa atau nodule.
- EKG: untuk menilai kerja hjantung, mengetahui adanya
takikardia, atrial fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T.

2.7. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat hormion tiroid ke
keadaan normal, sehingga mencegah komplikasi jangka panjang, dan
mengurangi gejala tidak nyaman. Tidak bekerja pengobatan tunggal untu
semua orang. Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan
pembedahan.
1. Obat – obatan anti tiroid (OAT)
- Propylthiouracil (PTU), merupakan obat antihipertiriod pilihan,
tetapi mempunyai efek samping agranulocitiosis sehingga
sebelum diberikan harus dicek sel darah putihnya, PTU tersedia
dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
- Methiomozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok sreaksi
hormone tiroid dalam tubuh. Obat ini mempunyai efek samping
angranulositosis, nyeri kepala, mual muntah, diare, jaudisce ,
ultikaria. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 5 dan 20 mg.
- Adrenargik bloker, seperti propanol dapat diberikan untuk
mengontrol aktivitas saraf simpatetik, misalnya adanya
takhikardia, palpitasi, tremor.
- Pada pasien graves yang pertamakali iberikan OAT dosis tinggi,
PTU 300-600 mg/hr atau methimazole 40-45 mg/hr
2. Radioiod Terapi
Radioaktif iodine-133, yodium radioaktif secara bertahap akan
mengahancurkan sel – sel yang membentuk kelenjar tiroid namun
tidak akan menghentikan produksi hormone tiroid.
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy).
Operasi efektif dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek
samping yang mungkin terjadi pada pembedahan adalah gangguan
suara dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein,
3000 – 4000 kalori.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
1. Data demografi
Data demograf yang penting dikaji adalah usia dan jenis kelamin,
karena merupakan factor yang berpengaruh terhadap hipertiroid.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat keluarga dengan factor genetic, penyakit tiroid yang
dialami, riwayat pengobatan dengan radiasi di leher, adanya tumor,
riwayat trauma kepala, infeksi, riwayat penggunaan obat-obatan
seperti thionamide, lithium, amiodarone, interferon alpha.
b. Riwayat social ekonomi : kemampuan memlihari kesehatan,
konsumsi dan pola makan, porsi makanan.
3. Keluhan Utama
a. Kaji hubungan dengan hipermetabolisme
- Penurunan berat badan
- Peningkatann suhu tubuh
- Kelelahan
- Makan dengan porsi banyak atau sering
b. Kaji yang berhubungan dengan aktivitas
- Cepat lelah
- Intoleran aktivitas
- Tremor
- Insomnia
c. Kaji yang berhubungan dengan gangguan persarfan
- Iritabilitas
- Emosi tidak stabil seperti cemas, mudah tersinggung
d. Kaji berhubungan dengan gangguan penglihatan
- Gangguan tajam penglihatan
- Pandangan ganda
e. Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual
- Amenorrhea, mens tidak teratur
- Menurunnya infertile, resiko absorpsi spontan
- Menurunnya libido
- Menurunnya perkembagan fungsi seksual
- Impoten
f. Kaji yang berhubungan dengan penyakit graves
- Eksoftalmus
- Pembesaran kelenjar tiroid
4. Pengkajian psikososial
Pasien dengan hipertiroid biasanya menanmpakkan suasana hati yang
tidak stabil, penurunan terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku
maniak. Sering juga didapatkan gangguan tidur.
5. Pemeriksaan fisik
a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran.
Observasi ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat
terjadi empat kali dari ukuran normal
b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata
dan penonjolan bola mata. Pada tiroksikosis kelopak mata
mengalami kegagalan untuk turun ketika klien melihat kebawah.
c. Observasi adanya bola mata yang menonjol karena edema pada
otot ektraokuler dan peningkatan jaringan di bawah mata.
Penekanan pada saraf mata dapat mengakibatkan kerusakan
pandangan seperti penglihatan ganda, tajam penglihatan. Adanya
iritasi mata karena kesulitan menutup mata secara sempurna perlu
dilakukan pengkajian.
d. Pemeriksaan jantung, komplikasi yang sering timbul pada
hipertiroid adalah gangguan jantung seperti kardiodititis dan gagal
jantung, oleh karenanya pemeriksaan jantung perlu dilakukan
seperti tekanan darah, takhikardia, disritmia, bunyi jantung,
pembesaran jantung.
e. Musculoskeletal, biasanya ditemukan adanya kelemahan otot,
hiperkatif pada reflex tendon dan tremor, iritabilitas.

3.2. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
meningktnya metabolism rate
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan sekunder terhadap
meningkatnya metabolism, gagal jantung

3.3. Intervensi
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
meningktnya metabolism rate
Tujuan :
- Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
- Berat badan pasien dalam batas normal
- BUN dan seru albumin, Hct, Hb dan kadar limfosit dalam batas
normal.
- Tidak ada penurunan lebih lanjut dalam kekuatan dan toleransi
aktivitas
- Mukosa mulut utuh dan normal
Data yang mungkin muncul
- Adanya tanda – tanda dan gejala kekurangan gizi
- Berat badan kurang dari normal
- Nilai BUN tidak normal dan serum albumun rendah, Hct, Hb, dan
kadar limfosit.
- Kelemahan dan kelelahan, sakit radang selaput lendir mulut
konjungtiva pucat.
Intervensi Keperawatan
Rasional
1. Monitor presentase mengkonsumsi makanan dan snack klien, catat
pola asupan yang memadai
- Menerapkan langkah – langkah untuk mempertahankan satatus
gizi yang memadai
2. Lakukan tindakan untuk meningkatkan asupan oral
- Memperoleh konsultasi diet jika diperlukan untuk membantu
klien dalam memilih makanan/cairan yang memenuhi kebutuhan
gizi, yang menarik, dan mematuhi preferensi pribadi dan budaya
3. Dorong masa istirahat sebelum makan untuk mengurangi kelelahan
- Makan dalam keadaan rileks tidak terburu - buru
4.Jaga lingkungan yang bersih dan santai, suasana yang
menyenangkan
- Meningkatkan selera makan
5. Jaga kebersihan oral sebelum makan
- Menghilangkan rasa tidak menyenangkan, menigkatkan rasa
makanan/cairan
6. Berikan makan pasien dalam porsi kecil tetapi sering
- Mengurangi mual dan memenuhi kebutuhan nutrisi.
7. Terapkan langkah langkah untuk mencegah distensi gastrointestinal
seperti posisi saat makan duduk atau semi fowler
- Untuk mencegah perasaan kepenuhan dan awal kenyang
8. Berikan makanan kesukaan pasien dengan tanpa kontraindikasi
- Meningkatkan asupan makanan
9. Hindari terlalu banyak minum sat makan
- Minum yang banyak akan mengurangi nafsu makan.
10. Kurangi aktivitas dan tingkat stress pasien
- Aktivitas yang meningkatkan dan stress akan meningkatkan
metabolism rate
11. Pendidikan kesehatan tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi
- Peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang nutrisi
memungkinkan pasien sadar akan dirinya terhadap kebutuhan
nutrisinya.

2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan sekunder terhadap


meningkatnya metabolism, gagal jantung.
Tujuan :
- Pasien mampu melakukan aktivtas secara normal
Kriteria hasil :
- Pasien dapat melakukan aktivitas normal
- Pasien dapat mempertahankan keseimbangan istirahat dan
aktivtas.
- Pasien dapay beradaptasi dalam kegiatan fisik, ditandai dengan
peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan nadi dalam batas
normal.
- Mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan untuk
menyeimbangkan istirahat dan aktivitas
- Menunjukan peningkatan toleransi aktivitas.
Data yang mungkin muncul
- Adanya tanda – tanda anemia
- Kelelahan setelah melaksanakan aktivitas
- Ketidakmampuan melaksanakan ativitas
- Nadi meningkat setelah melakasanakan aktivtas
- Pernafasan dan denyut jantung yang cepat

Intervensi keperawatan
Rasional
1. Tentukan penyebab dari intoleransi aktivitas apakah factor fisik,
psikologis, atau motivasi
- Menentukan penyebab dan dapat membantu intervensi yang
tepat
2. Nilai klien setiap hari untuk kesesuaian kegiatan dan beristirahat
atau tidur
- Perintah tidak tepat tidur untuk istirahat berkepanjangan dapt
menyebabkan intoleransi aktivitas
3. Hindari terlalu lama badrest
- Terlalu lama badrest mengakibatkan penurunan fungsi paru,
jantung dan alat gerak
4. Jika diperlukan, secara bertahap meningkatkan aktivitas, sehingga
memungkinkan klien untuk merubah posisi, mentransfer, dan
perawatan diri sedini mungkin
- Meningkatkan membantu untuk mempertahankan kekuatan otot,
dan daya tahan, memungkinkan klien untuk berpartisipasi
mengurangi persepsi klien sebagai tidak mempu dan lemah
5. Perhatikan integritas kulit beberapa kali sehari
- Kegiatan intoleransi dapat menyebabkan ulkus tekanan,
kelembaban, gesekan, predisposisi perkembangan ulkus.
CONTOH KASUS

Ny.X ( 38th ) datang ke RS Sejahtera dengan keluhan cepat letih,tidak


tahan terhadap panasnya matahari,gemetaran,penurunan berat badan walaupun
nafsu makan baik. Pada pemeriksaan didapatkan
exoptalmus,palpitasi,takikardi,dan tremor. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan kadar hormone TH dan TSH tinggi,riwayat Ny.X adalah sering
mengkomsumsi yodium yang banyak.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal / jam MRS : 3 juni 2013
Ruang : Mawar
No. Register : 123456
Dx medis : hiperteroid
Tanggal Pengkajian : 10 juni 2013

1. Biodata :
Pasien
Nama/umur : Ny.X (38 tahun)
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :-
Status Pernikahan : menikah
Alamat : Jl.Mangga No.4 Sleman Yogyakarta

Penanggung jawab
Nama/Umur : Tn.A/ 40 th
Jenis kelamin : laki-laki
Hubungan dengan pasien : istri
Alamat :Jl.Mangga No.4 Sleman Yogyakarta

2. Riwayat Sakit dan Kesehatan


a. Keluhan Utama
Cepat letih,tidak tahan terhadap panas matahari,gemetaran,penurunan
berat badan walaupun nafsumakan baik.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Cepat letih,tidak tahan terhadap panas matahari,gemetaran.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit Serupa.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang sama
dengan klien.
3. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum :
- Kesadaran : Compos Mentis
- TTV : TD :130/90 mmHg RR : 24x/m
- N : 110x/m SB : 37°C
- BB Sebelum / Sesudah sakit ; 60 Kg / 50 Kg TB :
180 cm
b. Kepala
- Kulit : tampak bersih
- Rambut : Persebaran merata,warna hitam,tidak
lembab dan tidak
berminyak
- Muka : tidak terdapat lesi dan edema, bersih
dan simetris
- Mata :
- Konjungtiva : tampak anemis, pucat,warna agak
kekunngan
- Sclera : tampak edema
- Pupil : isokor
- Palpebra : edema
- Lensa : tidak bening, keruh
- Visus : tidak ada gangguan
- Buta warna : klien tidak buta warna
- Hidung : bersih,tidak ada polip dan tidak ada
secret
Mulut :
- Gigi : bersih, tidak ada caries, tidak
menggunakan gigi palsu
- Bibir : tidak ada stomatitis, mukosa lembab
- Telinga : bersih, tidak ada secret
- Leher :tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
dan vena jugulari
- Tenggorokan : tidak ada nyeri telan dan pembesaran
tonsil
c. Dada :
1. Inspeksi : tampak simetris ka/ki
2. Pulmo :
Palpasi : batas paru teraba ICS1-ICS5 sinistra
dextra
Perkusi : terdengar timpani seluruh lapang paru
Auskultasi : suara vesikuler seluruh lapang paru
3. Cor :
Palpasi : Ictus cordis : teraba di ICS 5
midclavikula sinistra
Perkusi : batas jantung : Dx:ICS3 dan S:ICS5
Asukultasi :
- bunyi jantung I (SI) : tidak terdengar terdengar LUB (ICS2
midclavikula sinistra)
- Bunyi jantung II (SII) :tidak terdapat/ terdengar DUP(ICS 4
midslavicula sinistra)
- Bunyi jantung III (SIII) : tidak terdengar
- Murmur : tidak terdengar

d. Abdomen
1. Inspeksi :
Bentuk : tampak asites pada kuadaran kanan
atas
Tepi perut : terlihat asites
Bendungan : tidak terdapat bendungan vena
Asites : terdapat asites
2. Perkusi :
- kuadran kanan atas terdengar pekak pada hepar
- Kuadran kiri atas terdengar timpani pada gaster
3. Palpasi :
Nyeri : tidak terdapat nyeri tekan
Massa/benjolan : terdapat massa kuadran kanan atas
Pembesaran hepar : terjadi pembesaran hepar/hepatomegali
Titik Mc Burney : tidak ada nyeri tekan pada Mc burney
e. Musculoskeletal
1. Ektremitas superior :
- Kekuatan otot ka/ki : 5/5
- ROM ka/ki : penuh
- Capillary refile : < 2 detik
- Pitting edema : kurang dari 4 detik
- Akral : hangat
2. Ektremitas inferior :
- Kekuatan otot ka/ki : 5/5
- ROM ka/ki : penuh
- Capillary refile : < 2 detik
- Pitting edema : <4 detik
- Akral : hangat
- Terdapat oedem pada ektremitas inferior
f. Integumen
1. Warna kulit : kulit tampak menguning
2. Turgor : elastic
3. Lesi : tidak terdapat lesi
4. Vulnus : tidak terdapat vulnus
5. Edema : ada edema pada ekstremitas inferior
6. Bercak : tidak ada bercak
7. Bengkak : ada bengkak pada ekstremitas inferior
g. Genetalia dan rectum
a. Inspeksi : tidak terdapat masa dan benjolan
b. palpasi : tidak teraba massa
h. Terapi Medis
CairanIV :NACL 500 cc / 20 tpm
Obatperoral :1.karbimatop 30-60 mg/hari
2.metimazol 30-60 mg/hari
3.propiltiourasil 300-600 mg/hari

2. Diagnosa keperawatan
1. Keletihan berhubungan dengan ketidasembangan energi dan kebutuhan
tubuh
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan palpitasi dan takikardi

3. Intervensi Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1. Keletihan berhubungan dengan ketidasembangan energi dan kebutuhan
tubuh
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
keletihan klien dapat teratasi.
Dengan KH:
- Kemampuan aktivitas klien adekuat
- tidak ada takikardi dan palpitasi
- Keseimbangan aktivitas dan istirahat
- Kaji respon kardiorespirasi terhadapat aktivitas .
- Ajarkan teknik dan manajemen aktivitas
- Dorong klien dan keluarga untuk mengespresikan perasaannya.
- Catat aktivitas yang meningkat keletihan
- Mengetahui tingkat aktivitas yang di toleransi secara fisiologis
- Mencegah terjadinya kelelahan
- Mengurangi keletihan
- Mengetahui kelethan dan kelelahan klien dalam melakukan aktivitas

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan palpitasi dan takikardi


- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di
harapkan penurunan curah jantung klien dapat teratasi.
Dengan KH:
- Tanda – tanda vital dalam batas normal
- Dapat mentoleransi aktivitas,tidak ada kelelahan
- Kaji tanda-tanda vital klien
- Catat tanda dan gejala adanya penurunan curah jantung
- Batasi aktivitas klien
- Anjurkan klien untuk menurunkan stress
- Mengetahui tanda-tanda vital klien
- Mengetahui adanya penurunan curah jantung
- Untuk mengurangi kelelahan dan dan keletihan
- Mengetahui apakah ada nyeri dada
- Lingkungan yang nyaman dapat mengurangi stress klien

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Dengan KH:
- BB klien kembali normal
- Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
- Timbang berat badan klien
- Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi
- Monitor lingkungan selama makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kalori dan nutrisi
klien
- Mengetahui pola nutrisi klien
- Mengetahui berat badan klien
- Mengidentifikasi factor penyebab
- Lingkungan nyaman meningkatkan nafsu makan
- Menentukan kebutuhan kalori dan nutrisi klien
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan
terletak di leher, tepat dibawah jakun. Kedua bagian tiroid dihubungkan
oleh ismus, sehingga bentuknya menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu.
Kelenjar tiroid termasuk dalam system endokrin selain kelenjar
hipofise, kelenjar paratiroid, kelenjar suprarenal, pulau langerhans, dan
kelenjar kelamin. Kelenjar ini berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak di
pangkal leher tepat di bawah jakun.
Hormon tiroid terdiri dari hormon tiroksin (T4) dan tri-iodotironin
(T3). Hormon-hormon inilah yang memproduksi energi dari zat gizi dan
oksigen sehingga mampu mempengaruhi fungsi seluruh sel, jaringan, dan
organ dalam tubuh.

4.2. Saran.
Dengan adanya tugas ini penulis dapat lebih memahami tentang
kelenjar Tiroid dan dapat melakukan perawatan yang baik serta
menegakkan asuhan keperawatan yang baik dengan adanya hasil tugas ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan
dari ilmu yang telah di dapatkan dan lebih baik dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto,dkk. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin


;TIM Jakarta
http://www.drt.net.id/sistim+endokrinkelenjartiroid/peduli.html
http://bondanekaputra.blogspot.co.id/2016/01/asuhan-keperawatan-
hipertiroidisme.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai