HYPERTIROID

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

2.

4 HYPERTIROIDISME
A. Konsep Teori Hipertiroidisme
1. Pengertian
Kata hipertiroidisme
merujuk pada segala kondisi
dimana hormon tiroid
berlebihan diproduksi di dalam
tubuh (ATA, 2018).
Hipertiroidisme adalah
keadaan dimana terjadi
peningkatan hormon tiroid
lebih dari yang dibutuhkan
tubuh. Angka kejadian pada
hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada
usia antara 20-40 tahun (Black dalam Tarwoto, 2012).
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang
merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. Terdapat
dua tipe hipertiroidisme yaitu penyakit graves dan goiter nodular toksik.

2. Etiologi
Penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis, penyakit graves,
nodul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium, dan pengobatan hipotiroid.
1. Adenoma hipofisis, penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar
hipofisis dan jarang terjadi.
2. Penyakit Graves
Penyakit graves atau toksik goiter diffuse merupakan penyakit yang
disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibodi yang
disebut thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel
tiroid. TSI meniru tindakan TSH dan merangsang tiroid untuk membuat
hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini dicirikan adanya
hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dan eksoftalmus
(mata yang melotot).
3. Tiroiditis
Merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh
bakteri seperti Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan
Pneumococcus pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan
pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel, dan peningkatan jumlah
hormon tiroid.
Tiroiditis dikelompokkan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis
postpartum, dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi
pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya
setelah beberapa bulan. Tiroiditis postpartum terjadi sekitar 8% wanita
setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini karena
autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis postpartum
sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar
sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan karena autoimun dan
pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi pembesaran
kelenjar. Tiroiditis tersembunyi dapat mengakibatkan tiroiditis
permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan
sintesis hormon tiroid.
5. Terapi hormon tiroid berlebihan, pemberian obat-obatan hipotiroid
untuk menstimulasi sekresi hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat
menimbulkan kelebihan jumlah hormon tiroid.

3. Patofisiologi
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar
dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyaknya
hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel di dalam folikel, sehingga jumlah sel-
sel ini lebih meningkat berapa kali dibandingkan dengan pembesaran
kelenjar. Setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat.
Perubahan pada kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan akibat
kelebihan TSH. Pada beberapa penderita ditemukan adanya beberapa bahan
yang mempunyai kerja mirip dengan TSH yang ada di dalam darah.
Biasanya bahan-bahan ini adalah antibodi imunoglobulin yang berikatan
dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor membran yang
mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi terus-menerus
dari sistem cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Dimana ada peningkatan produksi T3 dan T4 mengakibatkan peningkatan
pembentukan limfosit oleh karena efek dari auto imun yang akan
mengilfiltrasi ke jaringan orbita dan otot mata sehingga terjadi edema
jaringan retro orbita mengakibatkan eksoftalmus. Pada beberapa keadaan
dapat menjadi sangat parah sehingga protusi bola mata dapat menarik saraf
optik sehingga mengganggu penglihatan penderita. Yang lebih sering yaitu
kerusakan pada kelopak mata yang menjadi sulit menutup sempurna pada
waktu penderita berkedip atau tidur akibatnya permukaan epitel mata
menjadi kering dan mudah mengalami iritasi dan sering kali terinfeksi
sehingga timbul luka pada kornea penderita.
Peningkatan produksi T3 dan T4 juga mengakibatkan aktivitas
simpatis berlebih, adanya peningkatan aktivitas medulla spinalis yang akan
menyebabkan gangguan pengeluaran tonus otot sehingga menimbulkan
tremor halus. Peningkatan kecepatan serebrasi mengakibatkan gelisah,
apatis, paranoid, dan ansietas. Selain itu dapat mengakibatkan
hipermetabolisme yang berpengaruh pada peningkatan sekresi getah
pencernaan dan peningkatan peristaltik saluran cerna dimana salah satunya
akan ada peningkatan nafsu makan dan juga timbulnya diare. Bila terjadi
peningkatan metabolisme karbohidrat dan lemak mengakibatkan proses
oksidasi dalam tubuh meningkat yang akan meningkatkan produksi panas
ditandai dengan berkeringat dan tidak tahan panas dan penurunan cadangan
energi mengakibatkan kelelahan dan penurunan berat badan. Karena
hipermetabolisme sehingga penggunaan O2 lebih cepat dari normal dan
adanya peningkatan CO2 menyebabkan peningkatan kecepatan nafas
sehingga terjadi sesak nafas. Selain itu, adanya peningkatan aktivitas saraf
simpatis pada kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi peningkatan beta
adrenergik, mengakibatkan denyut nadi menjadi lebih cepat, peningkatan
kardiak output, stroke volue, aliran darah perifer serta respon adrenergik
lainnya.

4. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala umum termasuk:
- Keringat berlebihan
- Ketidaktoleran panas
- Pergerakan-pergerakan usus besar yang meningkat
- Gemetaran
- Kegelisahan; agitasi
- Denyut jantung yang cepat
- Kehilangan berat badan
- Kelelahan
- Konsentrasi yang berkurang
- Aliran menstrual yang tidak teratur dan sedikit
- Pada pasien – pasien yang lebih tua, irama-irama jantung yang tidak
teratur dan gagal jantung dapat terjadi. Pada bentuk yang paling
parahnya, hipertiroid yang tidak dirawat mungkin berakibat pada”thyroid
strom,” suatu kondisi yang melibatkan tekanan darah tinggi, demam dan
gagal jantung. Perubahan-perubahan mental, seperti kebingungan dan
kegila-gilaan juga mungkin terjadi.
Menurut Tarwoto (2012), terdapat beberapa tanda dan gejala
hipertiroid diantaranya.
1. Sistem kardiovaskuler: meningkatnya heartrate, stroke volume, kardiak
output, peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan
vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistol dan diastol meningkat 10-
15 mmHg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal jantung, edema.
2. Sistem pernafasan: pernafasan cepat dan dalam, bernafas pendek,
penurunan kapasitas paru.
3. Sistem perkemihan: retensi cairan, menurunnya output urin.
4. Sistem gastrointestinal: meningkatnya peristaltik usus, peningkatan
nafsu makan, penurunan berat badan, diare, peningkatan penggunaan
cadangan adipose dan protein, penurunan serum lipid, peningkatan
sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah dan kram abdomen.
5. Sistem muskuloskeletal: keseimbangan protein negatif, kelemahan otot,
kelelahan, tremor.
6. Sistem integumen: berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah,
hangat, tidak toleran panas, keadaan rambut lurus, lembut, halus, dan
mungkin terjadi kerontokan rambut.
7. Sistem endokrin: biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8. Sistem saraf: meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup,
gelisah, emosi tidak stabil seperti kecemasan, curiga, tegang dan
emosional.
9. Sistem reproduksi: amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur,
menurunnya libido, impoten.
10. Eksoftalmus: keadaan dimana bola mata menonjol ke depan seperti mau
keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat
kompleks yang menahan air di belakang mata. Retensi cairan ini
mendorong bola mata ke depan sehingga bola mata nampak menonjol
keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam
menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi
atau kelainan kornea.

5. Pemeriksaan Penunjang
- Tes ambilan RAI (Iodine radioaktif): meningkat pada penyakit graves
dan toksik goiter noduler, menurun pada tiroiditis.
- T3 dan T4 serum : meningkat
- T3 dan T4 bebas serum : meningkat
- TSH: tertekan dan tidak berespon pada TRH (Thyroid releasing
hormone)
- Tiroglobulin : meningkat
- Stimulasi TRH: dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai
meningkat setelah pemberian TRH
- Ambilan tiroid 131 : meningkat
- Ikatan protein sodium : meningkat
- Fosfat alkali dan kalsium serum: meningkat
- Gula darah : meningkat (kerusakan adrenal)
- Kortisol plasma : turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal)
- Pemeriksaan fungsi hepar : abnormal
- Elektrolit: hiponatremi akibat respon adrenal atau efek delusi terapi
cairan, hipokalemia akibat dari deuresis dan kehilangan darah Gl
- Katekolamin serum : menurun
- Kreatinin urin : meningkat
- EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek kardiomegali
- CT Scan Tiroid: mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid.
- USG: mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid, apakah
massa atau nodule.

6. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat hormon tiroid ke
keadaan normal, sehingga mencegah komplikasi jangka panjang, dang
mengurangi gejala tidak nyaman. Tidak bekerja pengobatan tunggal untuk
semua orang. Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan
pembedahan.
1. Obat-obatan anti tiroid (OAT)
- Propylthiouracil (PTU), merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi
mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum diberikan,
harus dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50
dan 100 mg.
- Methimazole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi
hormon tiroid dalam tubuh. Obat ini mempunyai efek samping
agranulositosis, nyeri kepala, mual muntah, diare, jaundice, ultikaria.
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 5 dan 20 mg.
- Adrenargik bloker, seperti propanolol dapat diberikan untuk
mengontrol aktivitas saraf simpatetik, misalnya adanya takikardia,
palpitasi, tremor.
- Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi,
PTU 300-600 mg/hr atau methimazole 40-45 mg/hari.
2. Radioiodin Terapi
Radioaktif iodine-131, yodium radioaktif secara bertahan akan
menghancurkan sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak
akan menghentikan produksi hormon tiroid.
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomi). Operasi
efektif ini dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping
yang mungkin terjadi pada pembedahan adalah gangguan suara dan
kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein,
3000-4000 kalori.

Perawatan Hipertiroid
- Pre-Hospital
Stabilisasi dan perawatan suportif
- Manajemen gejala
 Manajemen airway, breathing, circulation.
 Monitor jantung dan monitor untuk disritmia.
 Pemberian oksigen tambahan untuk mengatasi dispnea dan
(kemungkinan) gagal jantung.
 Pemberian cairan IV (menggantikan elektrolit yang hilang)
dan monitor status cairan. Stabilisasi /
 Lakukan langkah-langkah pendinginan: terapi awal
1. Acetaminophen untuk mengatasi demam: hindari aspirin
(dapat menyebabkan peningkatan kadar hormon tiroid
aktif).
2. Selimut pendingin.
 Monitor tanda-tanda vital terutama pada suhu dan
peningkatan detak jantung.
 Berikan beta blockers untuk mengurangi gejala simpatis
 Berikan lingkungan yang tenang untuk mengurangi kecemasan dan
iritabilitas
 Berikan perawatan mata jika pasien memiliki eksoftalmus seperti
berikan obat tetes mata untuk mengurangi kekeringan dan
kortikosteroid untuk mengurangi peradangan.

7. Komplikasi
Beberapa komplikasi dapat terjadi pada hipertiroidisme seringkali apabila
kondisinya tidak diobati, diantaranya.
1. Masalah mata (Eksoftalmus)
Biasa disebut dengan Thyroid eye disease atau Graves’
ophthalmopathy. Gejalanya biasanya mata terasa kering dan berpasir,
sensitif terhadap cahaya, mata berair, kabur atau penglihatan ganda,
mata merah, kelopak mata terlipat ke belakang, mata melotot (bola mata
menonjol keluar).
2. Underactive thyroid (Hipotiroid)
Pengobatan hipertiroid dapat mengakibatkan tingkat hormon terlalu
rendah yang disebut dengan hipotiroid. Hipotiroid biasanya terjadi
sementara, namun seringkali berakibat permanen dan membutuhkan
pengobatan jangka panjang.
3. Masalah kehamilan
Jika selama hamil, klien mengalami hipertiroid dan kondisinya tidak
terkontrol dengan baik, maka kemungkinan berisiko terjadi:
preeclampsia, keguguran, melahirkan bayi premature atau dengan berat
badan lahir rendah.
4. Stroma tiroid
Dalam kasus yang jarang terjadi, hipertiroid yang tidak terdiagnosis
atau tidak terkontrol dapat mengakibatkan masalah serius dan
mengancam nyawa yang disebut stroma tiroid Tanda gejala stroma
tiroid yaitu detak jantung cepat, demam tinggi, diare dan muntah,
jaundice, agitasi berat dan kegelisahan, dan penurunan kesadaran.
Keadaan ini merupakan keadaan emergensi, sehingga penanganan harus
lebih khusus.
5. Komplikasi lainnya
Hipertiroid juga berisiko terjadinya: atrial fibrilasi, gagal jantung, dan
merapuhnya tulang. (seperti osteoporosis).
8. Pathway

Tiroiditis Penyakit Graves (Antibody Nodul tiroid


reseptor TSH merangsang toksik
aktivitas tiroid)

Sekresi hormon tiroid


yang berlebihan

Hipertiroidism
e

Hipermetabolism Gerakan kelopak


e meningkat Aktivitas
simpatik mata relative lambat
berlebihan
terhadap bola mata

Peristaltik Peningkatan suhu Perubahan


tubuh konduksi listrik Infiltrasi limfosit,
usus jantung
sel mast ke jaringan
Reabsorbsi orbital dan otot
Hipertermia Beban kerja jantung
menurun Berat badan meningkat
menurun Eksoftalmus

Peningkatan

Diare konsumsi O2 oleh Risiko Kerusakan


Ketidakseimbangan
miokardium Integritas Jaringan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
Gangguan
Ketidakseimbanga pernafasan
Kelelahan Tekanan darah
n energi dengan
meningkat, Pernafasan cepat dan
kebutuhan tubuh dalam
aritmia, takikardia
Risiko Penurunan
Pola Nafas Tidak
Curah Jantung
Efektif
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Hipertiroidisme
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer
a. Airway: kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau
benda asing yang menghalangi jalan nafas
b. Breathing: kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya otot bantu
pernafasan.
Pada hipertiroid biasanya mengalami takipneu, dispneu, edema paru.
c. Circulation: kaji nadi, capillary refill time, warna kulit, perdarahan,
akral, tekanan darah, dan suhu.
Pada hipertiroid biasanya terjadi palpitasi, nyeri dada, disritmia (fibrasi
atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah, takikardi
saat istirahat, sirkulasi kolaps, diaforesis (keringat berlebihan), diare,
suhu meningkat diatas 37,5◦C
d. Disability: mengkaji respon pasien, tingkat kesadaran, dan nyeri.
Pada pasien hipertiroid: bicara cepat dan parau; gangguan status mental
dan prilaku seperti bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang,
delirium, sikosis, stupor, koma; Tremor halus pada tangan, tanpa tujuan,
beberapa bagian tersentak-sentak

Pemeriksaan Fisik
a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran.
Observasi ukuran dan kesimetrisan pada goiter, pembesaran dapat
terjadi empat kali dari ukuran normal.
b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan
penonjolan bola mata. Pada tiroksikosis, kelopak mata mengalami
kegagalan untuk turun ketika klien melihat ke bawah.
c. Observasi adanya bola mata yang menonjol karena edema pada otot
ekstraokuler dan peningkatan jaringan di bawah mata. Penekanan pada
saraf mata dapat mengakibatkan kerusakan pandangan seperti
penglihatan ganda, tajam penglihatan. Adanya iritasi mata karena
kesulitan menutup mata secara sempurna perlu dilakukan pengkajian.
d. Pemeriksaan jantung, komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid
adalah gangguan jantung seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh
karenanya pemeriksaan jantung perlu dilakukan seperti tekanan darah,
takikardia, disritmia, bunyi jantung, pembesaran jantung.
e. Muskuloskeletal, biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hiperaktif
pada reflex tendon dan tremor, iritabilitas.

2. Diagnosis Keperawatan
- Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, keletihan
otot pernafasan.
- Risiko penurunan curah jantung yang dibuktikan oleh adanya perubahan
afterload, perubahan kontraktilitas, perubahan frekuensi jantung,
perubahan irama jantung.
- Hipertermia berhubungan dengan penyakit hipertiroid, peningkatan laju
metabolisme.
- Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus.
3. Intervensi Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Diagnosa Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
Diare berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Diare
peningkatan peristaltik usus
selama … x … jam, diharapkan  Identifikasi penyebab diare
Eliminasi Fekal Membaik  Identifikasi riwayat pemberian makanan
 Control pengeluaran feses  Monitor tanda dan gejala hypovolemia
meningkat  Monitor iritasi
 Keluhan defekasi lama dan sulit
 Monitor jumlah pengeluaran diare
menurun
 Mengejan saat defekasi menurun  Berikan asupan cairan oral
 Distensi abdomen menurun  Berikan cairan intravena
 Teraba massa pada rektal  Anjurkan menghindari makanan
menurun pembentukan gas
 Nyeri abdomen menurun
 Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
 Kram abdomen menurun
 Konsitensi feses membaik  Kolaborasi pemberian obat pengeras
 Frekuensi defekasi membaik Pemantauan Cairan
 Peristaltic usus membaik  Monitor frekuensi dan kekuatan nadi

Fungsi Gastrointestinal Membaik  Monitor nafas

 Toleransi terhadap makanan  Monitor tekanan darah


meningkat
 Nafsu makan meningkat
 Mual menurun
 Muntah menurun
 Dyspepsia menurun  Monitor jumlah, warna, dan berat jenis
 Nyeri abdomen menurun urine
 Distensi abdomen menurun  Identifikasi tanda – tanda hipovelimia
 Rerurgitasi menurun  Indentifikasi tanda – tanda hipervolemia
 Frekuensi BAB membaik
 Konsistensi feses membaik
 Peristaltik usus membaik

Pola Napas Tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Data mayor : ..x.. jam diharapkan Pola Nafas Pasien Observasi
 Dispnea Membaik (L.01004)  Dispnea
 Penggunaan otot bantu pernafasan dengan kriteria :  monitor pola
 Fase ekspirasi memanjang 1. Dispnea cukup menurun napass(frekuensi,kedalaman,usaha napas)
 Pola napas abnormal 2. Pemanjangan fase ekspirasi cukup  monitor bunyi napas
menurun tamabahan(gurgling,mengi,whezing ronchi
Data Minor 3. ortopnea cukup menurun kering).
4. pernapasan pursed-lip cukup  monitor sputum(jumlah,warna,aroma)
 Ortopnea menurun
 Pernapasan pursed-lip 5. frekuensi napas cukup membaik Terapeutik

 Pernapasan cuping hidung 6. kapasitas vital cukup membaik  Pertahankan jalan nafas yang patendengan

 Diameter thorak posterior dan 7. ekskursi dada cukup membaik head til chin lift/jawthurst jika curiga trauma

Diaforesis 8. diameter thoraks posterior anterior servikal

 Gelisah cukup membaik  posisikan semifowler/fowler □ berikan


9. tekanan inspirasi cukup membaik minuman hangat
 Napas cuping hidung
 Pola napas abnormal (cepat/lambat,  lakukan fisioterapi dada
kedalaman napas cukup membaik
regular/ireguler, dalam/dangkal)  lakukan penghisapan lender kurang dari 15

 Warna kulit abnormal (mis.pucat, detik

kebiruan)  lakukan hiperoksigenasi sebelum

 Kesadaran menurun penghisapan endotrakeal

anterior meningkat  keluarkan sumbatan benda padat dengan

 Ventilasi semenit menurun forcep McGill


 berikan oksigen jika perlu Edukasi
 Penurunan kapasitas vital
 anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
 Tekanan ekspirasi menurun
tidak ada kontraindikasi
 Tekanan inspirasi menurun
 ajurkan teknik batuk efektif Kolaborasi
 Ekskursi dada berubah
 Penurunan tekanan inspirasi
 Penurunan ventilasi semenit kolaborasi

 Pernafasan bibir  pemberianbronkodilator,ekspektoran,mukolit

 Pernafasan cuping hidung i k, jika perlu Pemantauan


Respirasi (I.01014)
Observasi
 Monitor frekuensi,irama,kedalaman napas
 monitor pola
napas(bradipnea,takipnea,hiperven
ntilasi,kusmaul,cheynestokes,biot,ataksik)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 monitor adanya produksi sputum
 monitor adanya sumbatan jalan napas
 palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 auskultasi bunyi napas
 monitor saturasi oksigen
 monitor nilai AGD
 monitor hasil ex-ray thoraxTerapeutik
 atur interval respirasi sesuai kondisi pasien
 dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi
 jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 informasikan hasil pemantauan kalau perlu

Risiko penurunan curah jantung Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan Jantung (I.02075)
Data Mayor: selama …..x…. jam diharapkan curah Observasi
 Perubahan irama jantung(palpitasi) jantung (L. 02008) membaik  identifikasi tanda/gejala primer penurunan
 Perubahan preload dengan kriteria : curah jantung (meliputi dyspnea, kelelahan,
 Perubahan afterload (dyspnea) 1. Kekuatan nadi perifer meningkat edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal
2. Ejection Fraction (EF) meningkat dyspnea, peningkatan CVP)
 Perubahan kontraktilitas
3. Cardiac Index (CI) meningkat
(pnd,ortopnea,batuk) 4. Left Ventricular stroke work index  identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan

 Perubahan irama jantung (LVSWI) meningkat curah jantung (meliputi peningkatan berat
5. Stroke Volume index (SVI) badan, hepatomegaly, distensi vena
(bradikardi/takikardi)
meningkat
 Gambaran ekg aritmia atau gangguan 6. Perawatan palpitasi menurun jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oiguria,

konduksi 7. Brakikardia menurun batuk, kulit pucat)


8. Takikardia menurun  monitor tekanan darah (termasuk tekanan
 Edama odema,distensi
venajugularis,hepatomegaly,cvp 9. Gambaran EKG aritmia menurun darah ortostatik, jika perlu)
meningkat/menurun. 10. Lelah menurun  monitor intake dan output cairan
11. Edema menurun
 TD meningkat/menurun.nadi perifer 12. Distensi vena jugularis menurun  monitor berat badan setiap hari pada waktu
lemah, CRT>3 detik,oliguria,warna yang sama
□ Dispnea menurun
kulit pucat atau sianosis  monitor saturasi oksigen
 monitor keluhan nyeri dada (mis. intensitas,
Data Minor: lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang
 Perubahan preload mengurangi nyeri)
 Perubahan afterload  monitor EKG 12 sadapan
 Perubahan kontraktilitas  monitor aritmia (kelainan irama dan
 perilaku/emosional frekuensi)
 Takikardia  monitor nilai laboratorium jantung (mis.
elektroit, enzim jantung, BNP, NTpro-BNP)
Perubahan Afterload  monitor fungsi alat pacu jantung
 Penurunan resistensi vaskular paru  periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
(Pulmonary Vascular Resistance, PVR) sebelum pemberian obat (mis. beta blocker,
 Peningkatan resistensi vaskular paru ACE inhibitor, calcium channel blocker,
(Pulmonary Vascular Resistance, PVR) digoksin)
 Penurunan resistensi vaskular sistemik Terapeutik
Systemic Vascular Resistance, SVR)  posisikan pasien semi-fowler atau fowler
 Peningkatan resistensi vaskular dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman
sistemik (Systemic Vascular  berikan diet jantung yang sesuai (mis. batasi
Resistance, SVR) asupan kafein, natrium, kolesterol, dan
Perubahan Kontraktilitas makanan tinggi lemak)
 Penurunan indeks kerja pengisian  gunakan stocking elastis atau pneumatic
ventrikel kiri (Left ventricular stroke intermiten, sesuai indikasi
work index, LVSWI)  fasilitasi pasien dan keluarga untuk
□ Penurunan indeks volume sekuncup modifikasi gaya hidup sehat
(Stroke volume index, SVI)
 berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
stress, jika perlu
 berikan dukungan emosional dan spiritual
 Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94% Edukasi
 Anjurkan beraktivitas fisik sesuaitoleransi
 anjurkan aktivitas fisik secara bertahap
 anjurkan berhenti merokok
 ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat
badan harian
 ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
Kolaborasi
 koaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
 rujuk ke program rehabilitas jantung

Perawatan Jantung Akut (I. 02076)


Observasi
 identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi
factor pemicu dan pereda, kualitas, lokasi,
radiasi, skala, durasi dan frekuensi)
 monitor EKG 12 sadapan untukperubahan
ST dan T
 monitor aritmia (kelainan irama dan
frekuensi)
 monitor elektrolit yang dapat meningkatkan
resiko aritmia (mis. kalium, magnesium
serum)
 monitor enzim jantung (mis. CK, CKMB,
Troponin T, Troponin I)
 monitor saturasi oksigen
 identifikasi stratifikasi pada sindrom coroner
akut (mis. skor TIMI, Killip, Crusade)
Terapeutik
 pertahankan tirah baring minimal 12 jam
 pasang akses intravena
 puasakan hingga bebas nyeri
 berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
ansietas dan stress
 sediakan lingkungan yang kondusif untuk
beristirahat dan pemulihan
 siapkan menjalani intervensi coroner
perkutan, jika perlu
 berikan dukungan emosional dan spiritual
Edukasi
 anjurkan segera melaporkan nyeri dada
 anjurkan menghindari maneuver Valsava
(mis. mengedan saat BAB atau batuk)
 jelaskan tindakan yang dijalani pasien
 ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan
ketakutan
Kolaborasi
 kolaborasi pemberian antiplatelet
 kolaborasi pemberian antiangina (mis.
nitrogliserin, beta blocker, calcium channe
blocker)
 kolaborasi pemberian morfin, jika perlu
 kolaborasi pemberian inotropic, jika perlu
 kolaborasi pemberian obat untuk mencegah
maneuver Valsava (mis. pelunak tinja,
antiemetic)
 kolaborasi pencegahan thrombus dengan
antikoagulan, jika perlu
□ koaborasi pemeriksaan x-ray dada, jika perlu
- Hipertermia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :
penyakit hipertiroid, peningkatan ..x.. jam diharapkan mampu Manajemen hipertermi
mempertahankan suhu tubuh dalam Observasi
laju metabolisme.
rentang normal dengan kriteria : □ Identifikasi penyebab hipertermi
NOC : □ Monitor suhu tubuh
Termoregulasi : Terapeutik
□ Takikardi menurun □ Longgarkan dan lepaskan pakaian
□ Kulit merah menurun □ Berikan cairan oral
□ Suhu tubuh membaik □ Berikan oksigen jika perlu
□ Kadar glukosa darah membaik Edukasi
□ Tekanan darah membaik □ Anjurkan tirah baring
□ Kolaborasi
□ Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu

Regulasi temperatur
Observasi
□ Monitor takanan darah, frekuensi
pernafasan dan nadi
□ Monitor tanda gejala hipertermi
Terapeutik
□ Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat
□ Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai