Askep Gangguan Endokrin (ASKEP HPT)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN KRITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


HIPERTIROIDISME

Dosen Pengampu : Faridah Aini, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.

Alfiatur Rohmah
Endang Komalasari
Didi Wahyudi
Lalu Nur Halid

(010114a008)
(010114a029)
(010114a026)
(010114a057)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN
UNGARAN
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertiroidisme, yang dalam hal prevalensi merupakan penyakit
endokrin yang menempati urutan kedua sesudah diabetes melitus, adalah
suatu kesatuan penyakit dengan batasan yang jelas, dan pemyakit grave
menjadi penyebab utamanya. Pengeluaran hormon tiroid yang berlebihan
diperkirakan terjadi akibat stimulasi abnormal kelenjar tiroid oleh
imunoglobulin dalam darah. Stimulator tiroid kerja-panjang (LATS; longacting thyroid stimulator) ditemukan dalam serum dengan konsentrasi
yang bermakna pada banyak penderita penyakit ini dan mungkin
berhubungan dengan defek pada sistem pengawasan kekebalan pasien.
Hipertiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering
dibandingkan laki-laki dan insidensnya akan memuncak dalam dekade
usia ketiga serta keempat (Schimke, 1992); keadaan ini dapat timbul
setelah terjadinya syok emosional, stres atau infeksi tetapi hubungan ini
yang tepat belum dipahami. Penyebab lain hipertiroidisme yang sering
dijumpai adalah tiroiditis dan penggunaan hormon tiroid yang berlebihan.
Berbagai manifestasi klinik yang muncul akibat penyakit ini
dapat mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Manifestasi klinik yang
dirasakan pasien dapat berupa gangguan psikiatrik seperti rasa cemas
berlebihan dan emosi yang mudah berubah, gangguan pencernaan
berupa diare, hingga gangguan kardiovaskuler berupa takikardi dan
palpitasi (Bahn et al, 2011).
Pada pasien hipertiroidisme,

terapi

yang

diberikan

dapat

berupa terapi konservatif dengan pemberian obat anti tiroid maupun


terapi pengurangan atau ablasi kelenjar tiroid dengan iodine radioaktif
dan tiroidektomi (pengangkatan kelenjar tiroid) yang disesuaikan dengan
etiologi penyakit dan pilihan pasien. Dari ketiga pilihan terapi tersebut,
terapi dengan obat anti tiroid merupakan salah satu terapi yang banyak
digunakan. Obat anti tiroid yang digunakan secara luas sebagai lini
pertama adalah golongan thionamide, yang terdiri dari propylthiouracil
dan methimazole.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hipertiroidisme?
2. Apa etiologi dari hipertiroidisme?
3. Apa manifestasi klinik dari hipertiroidisme?
4. Bagaimana patofisiologi dan WOC dari hipertiroidisme?
5. Bagaimana penatalaksanaan medis dari hipertiroidisme?
6. Apa saja komplikasi dari hipertiroidisme?
7. Bagaimana asuhan keperawatan untuk klien hipertiroidisme?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang pengertian dari hipertiroidisme.
2. Menjelaskan tentang etiologi dari hipertiroidisme.
3. Menjelaskan tentang manifestasi klinik dari hipertiroidisme.
4. Menjelaskan tenteng patofisiologi dan WOC dari hipertiroidisme.
5. Menjelaskan tentang penatalaksanaan medis dari hipertiroidisme.
6. Menjelaskan tentang komplikasi dari hipertiroidisme.
7. Menjelaskan tebtanf asuhan keperawatan untuk klien hipertiroidisme.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Hipertiroidisme adalah kelebihan hormone tiroid yang yang
beredar dalam sirkulasi yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang
hiperaktif (Sudoyo, Aru W et al, 2009).

Menurut American Thyroid Association dan American Association


of Clinical Endicrinologists, hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi
berupa peningkatan kadar hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan
olehkelenjar tiroid melebihi normal (Bahn el al, 2011).
Hipertiroidisme merupakan salah satu bentuk thyrotoxicosis atau
tinggi kadar hormon tiroid T4, T3 maupun kombinasi kesduanya, di aliran
darah. Peningkatan kadar hormon tiroid menyebabkan paparan berlebihan
pada jaringan-jaringan tubuh yang menyebabkan munculnya berbagai
manifestasi klinik Yng erkait dengan fungsi hormon tiroid dalam berbagai
proses metabolisme tubuh (Bartalena, 2011).
B. Etiologi
1. Graves Desease (penyakit Graves)
Graves Desease merupakan penyebab utama hipertiroidisme
karena sekitar 80% hipertiroidisme di dunia disebabkan oleh Graves
Desease. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia 20-40 tahun, riwayat
gangguan tiroid keluarga, dan adanya penyaki autoimun lainya
misalnya diabetes melitus tipe I (fumarola et al, 2010).
Penyakit Graves muncul karena ada suatu antibodi yang
merangsang tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid secaraberlebih.
Penderita penyakit gravesmemiliki tiga gejala khas, yaitu seluruh
kelenjar terangsang, sehingga akan membesar dan menyebabkan
benjolan dileher (gondok/goiter), terjadinya eksoftalamus (mata
menonjol) sebagai akibat dari penimbunan zat di dalam orbit mata,
dan adanyapenonjolan kulit diatas tulang kering.
2. Toxic Adenoma
Sekitar 2-9% kasus hipertiroidisme di dunia di sebabkan
karena hipertiroidisme jenis ini. Hanya 3-7% pasien dengan nodul
tiroid yang tampak dan dapat teraba, dan 20-76% pasien memiliki
nodul tiroid yang terliahat dengan bantuan ultra sound. Penyakit ini
lebih sering muncul pada wanita, paasien berusia lanjut, defisiensi
asupan iodine, dan riwayat terpapar radiasi. Munculnya odul pada
tiroid lebih banyak ditemukan pada daerah dengan asupan iodine yang
rendah.
3. Toxic Multinodular Goiter

Secara patologis toxic multinodular goiter mirip dengan toxic


adenoma karena ditemukan adanya nodul yang menghasilkan hormon
tiroid secara berlebihan, namun pada toxic multinodular goiter
ditemukan beberapa nodul yang dapat dideteksi baik secara palpitasi
maupun ultrasonografi. Penyebab utama dari kondisi ini adlah faktor
genetik dan defisiansi iodine.
4. Tiroiditis
Merupakan inflamasi kelenjar tiroid, yang ditandai oleh
inflamasi,

fibrosisi,

infiltrasi

limfositik

pada

kelenjar

tiroid,

pembengkakak pada leher bagian anterior, rasa panas disfagia dan


munculnya faringitis. Hal tersebut disebabkan oleh infeksi bakteri dan
mikrobakter, yang palingsering terjadi adalah adanya infeksi
staphylococus aureus.
5. Penyakit troboblastis
6. Ambilan hormon tiroid secara berlebihan
Dosis hormon tiroid yang berlebihan pada pasien yang
meminum obat tiroid sebagai usaha untuk mencapai tujuan tertentu,
misalnya menurunkan berat badan, diduga juga menjadi penyebab
munculnya hipertiroid. Pada pasien ini dapat diidentifikasikan dengan
thyroid scan.
7. Pemakaian yodium yang berlebihan
Kelenjar tiroid menggunakan yodium untuk membuat hormonhormon tiroid. Suaatu kelebihan yodium dapat mnyebabkan
hipertiroid. Hipertiroid yang dipengaruhi/diinduksi oleh yodium
biasanya

terlihat

pada

pasien-pasien

yang

sebelumnya

telah

mempunyai kelenjar tiroid abnormal.


8. Abnormalitas pengeluaran TSH
9. Obat-obabtan seperti amiodarone
Obat-obabtan seperti amiodarone (cordarone), yang digunakan
dalam perawatan jantung, mengandung suatu jumlah yodium yang
besar, sehingga dapat menyebabkan hipertiroid.
C. Manifestasi Klinik

Penderita hipertiroidisme yang sudah berkembang jauh akan


memperlihatkan tanda dan gejala yang khas (yang kadang-kadang disebut
tirotoksikosis). Gejala yang ditemukan sering berupa :
1. Kegelisahan; penderita sering secara emosional mudah terangsang
(hipereksitable), iritabel dan terus menerus merasa khawatir, tidak
dapat duduk diam,
2. Menderita palpitasi, denyut nadi yang abnormal cepat ditemukan pada
saat melakukan aktivitas maupun beristirahat.
3. Kulit penderita sering kemerehan (flushing) dengan warna salmon
yang khas dan cenderung terasa hangat, lunak serta basah. Namun
pasien yang berusia lanjut mungkin melaporkan kulit kering dan
pruritus yang menyebar.
4. Tremor pada tangan dapat terlihat.
5. Eksoftalmos (mata yang menonjol) yang menghasilkan ekspresi seperti
orang terkejut.
6. Peningkatan selara makan dan konsumsi makanan.
7. Penurunan berat badan yang progresif.
8. Kelelahan otot yang abnormal.
9. Amenore dan perubahan defekasi dengan kontipasi atau diare.
D. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter
toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid
membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normal, disertai dengan banyak
hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga
jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali
lebih besar dari pada normal. Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSII
plasma menurun karena ada sesuatu yang menyerupai TSII, biasanya
bahan-babhan ini adalah antibody immunoglobulin yang disebut TSI
(Thyroid Stimulating Immunoglobin), yang berkaitan dengan reseptoryang
mengikat TSI. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivitas CAMP dalam
sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam,
berbeda dengan efek TSII yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya
sekresi

hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI

selanjutnya juga

menekan pembentukan TSII oleh kelenjar hipofisis anterior. Pada


hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa mensekresikan hormon hingga
diluar batas, sehingga untuk memenuhi hal tersebut, sel-sel sekretori
kelenjar tiroid membesar. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan
peningkatan metabolisme, meningkatnya aktivitas saraf simpatis.
Peningkatan metabolisme rate menyebabkan peningkatan panas
tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan penurunan
terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan
peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan
berkurang karena membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini
menimbulkan degredasi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga
cadangan protein otot juga berkurang. Peningkatan aktivitas saraf simpatis
dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi
peningkatan reseptor beta adregenik, sehingga denyut nadi menjadi lebih
cepat, peningkatan cardiac output, stroke volume, aliran darah periffer
serta respon terhadap sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis,
gonad, sehingga pada individu yang belum pebertas mengakibatkan
keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa
mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur.
Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang
penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan
frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar
tangan yang abnormal. Nadi yang takikardia atau diatas normal juga
merupakan salah satu efek hormone tiroid pada sistem kardiovaskular.
Eksopthalamus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang
mengenai daerah jaringan periobital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya
bola mata terdesak keluar.
E. Komplikasi
1. Eksoftalmus
Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini
disebabkan karena penumpukan cairan pada ringga orbita bagian

belakang bola mata. Biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit


graves.
2. Penyakit jantung
Terutama kardioditis dan gagal jantung. Tekanan yang berat
pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang
bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok.
3. Stroma tiroid (tirotoksitosis)
Pada periode akut pasien mengalami demam tinggi, takikardi
berat, derilium dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini
merupakan keadaan emergensi, sehingga penanganan harus lebih
khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan dengan tiroksitosis
adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani,
infeksi ablasi tiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark,
overdosis obat. Penanganan pasien dengan stroma tiroid adalah
dengan menghambat menghambat hormon tiroid, menghambat
konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormone terhadap
jaringan tubuh. Obat-obatan yang dugunakan untuk menghambat kerja
hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glukokortokoid,
dexsamethasone dan propylthiouracil oral. Beta blokers diberikan
untuk menurunkan efek stimulasi sarap simpatik dan takikardi.
4. Krisis tiroid (thyroid storm)
Hal inidapat berkembang secara spontan pada pasien
hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid,
atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya
adalah pelepasan hormontiroid dalam jumlah yang sangat besar yang
menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia, dan apabila
tidak diobati dapat menyebabkan kematian.
F. Penatalaksanaan
Terdapat 3 bentuk terapi yang tersedia untuk mengobati
hipertiroidisme dan mengendalikan aktivitas tiroid yang berlebihan,yaitu :
1. Farmakoterapi
Tujuan farmakoerapi adalah untuk menghambat satu atau
beeberapa stadium sintesis atau pelepasan hormon, tujuan lain adlah
untuk menguramgi jumlah jaringan tiroid yang mengakibatkan
penurunan produksi hormon tiroid.

a. Preparat antitiroid
Preparat antitiroid secara

efektif

akan menghalangi

penggunaan iodium dengan mempengaruhi iodinasi tirosin dan


pembentukan iodotirosin dalam sintesis hormon tiroid. Keadaan ini
mencegah sintesis hormon tiroid. Obat yang paling sering
digunakan adalah propiltiourasil(propacil, PTU) atau metimazol
(Tapazole). Obat ini akan menghalangi konversi T4 menjadi T3 di
luar kelenjar tiroid. Walaupun jarang dijumpai komplikasi toksik
obat-obat antitiroid, tetap harus dilakukan evaluasi mengingat dapat
terjadi sensitisasi obat, febris, ruam, urtikaria, atau bahkan
agranulositosis dan trombositopenia (penurunan jumlah granulasit
dan trombosit). Pasien yang menjalani pengobatan antitiroid
dianjurkan untuk tidak menggunakan nasal dekongestan untuk
meredakan hidung yang tersumbat karena toleransinya terhadap
preparat

ini

buruk.

Obat-obat

antitiroid

juga

merupakan

kontraindikasi pada kehamilan lanjut karena dapat menimbulkan


penyakit goiter dan retinisme pada janin.
Preparat penyekat beta-adrenergik telah menjadi bagian
penting

dalam

penanganan

hipertiroidisme

karena

akan

mengendalikan efek penyakit tersebut pada sistem saraf simpatik.


Contohnya, propranolol berkhasiat untuk mengurangi ketegangan
saraf, takikardia,tremor, ansietas, dan intoleransi panas.
2. Preparat Iodium Radioaktif
Tujuan terapi dengan Preparat Iodium Radioaktif adalah untuk
menghancurkan sel-sel tiroid yang berlebihan. Penggunaan preparat
iodium radioaktif merupakan bentuk terapi yang paling sering
dilakukan pada pasien lansia. Hampir semua iodium yangmasuk dan
bertahan dalam tubuh akan bertumpuk di dalam kelenjar tiroid.
Karena itu isotop radioaktif iodium akan terkonsentrasi dalam kelenjar
tiroid dan menghancurkan sel-sel tiroid tanpa membahyakan jaringan
lain yang bersifat radiosensitif. Selama beberapa munggu atau bulan
set-set tiroid yang terpejan iodium radioaktif akan dihancurkan
sehingga terjadi penurunan status hipertiroid dan akan timbul keadaan
hipotiroidisme.

Penggunaan

iodium

radioktif

dengan

dosis

ablatif

menyebabkan pelepasan akut hormon tiroid dari kelenjartiroid dan


dapat menyebabkanpeningkatan gejala. Karena itu, preparat antitiroid
dapat digunakan selama beberapa bulan sebelum terapi dimulai.
Beritahukan kepada pasien tentang apa yang diharapkan dari
preparat radiodium yang tidak berwarna dan tidak memiliki citrasa
ino. Jika pasien dirawat di sakit selama pemberian, tindakan
penjagaan keamanan radiasi yang diakui oleh komite keamanan
radiasi rumah sakit harus diikuti.
Pemberian preparat tersebut dilakukan peroral berdasarkan
pada berat tiroid yang diperkirakan 80-160 Ci/g. Observasi pasien
dilakukan untuk mengamati tanda-tanda kritis tirotoksik. 70-85%
pasien dapat disembuhkan dengan satu kali pemberian. 10-20% lainya
memerluka du kali pemberian; kadang-kadang dibutuhkan pemberian
smpai 3 kali.
Setelah pengobatan, pasien dipulangkan dari rumah sakit dan
kondisi pasien biasanya dipantau dengan ketat sampai tercapai
keadaan autiroid dalam waktu 3-4 minggu, dan gejala hipertiroid
mereda. Karena insiden hipotiroidisme sesudah pengobatan ini sangat
tinggi, pengawasan tindak lanjut yang ketat diperlukan untuk
mengawasi fungsi tiroid. Disini diperlukan penggantian hormon tiroid.
Penggunaan dan kontraindikasi, iodium radioaktif sudah
digunagan dalam pengobatan adenoma toksik atau penyakit goiter
multinoduler dan sebagia besar bentuk tirotoksikosis (yang jarang
memberikan hasil kesembuhan yang permanen), penggunakan
preparat ini lebuh dilakukan pada pasien wanita paca reproduktif
dengan penyakit goiter toksik yang menyebar. Pemakaianya
merupakan kontaindikasi pada kehamilan dan bagi ibu menyusui
karena radioiodium akan melintasi plasenta serta mensekresikan
kedalam asi.
Pendidikan pasien sering merasa takut terhadap obat-obatan
yang bersifat radioaktif dan memerlukan tindakan penjaga serta
pengawasan tindak lanjut yang khusus karena itu perawat harus

menyampaikan informasi tentang terapi ini dan menenangkan


perasaan pasien serta keluarganya.

3. Intervensi Bedah
Pembedahan untuk mengangkat jaringan tiroid pernah
dilakukan sebagai satu-satunya metode pengobatan hipertiroidisme,
pada saat ini pembedahan hanya dilakukan pada situasi khusus,
misalnya pada wanita hamil yang mengalami alergi terhadap preparat
antitiroid, pasien dengan goiter yang besar atau pasien yang tidak
mampu menelan preparat antitiroid.
Pengangkatan sekitar 5-6 jaringan tiroid (tiroidektomi subtotal)
praktis menjamin kesembuhan dalam waktu lama bagi sebagian
penderita penyakit goiter eksoftalmik. Sebelum pembedahan, preparat
propiltiurasil diberikan sebagai tanda-tanda hipertiroidisme yang
menghilang. Sebagai alternatif lain preparat penyekat beta-adrenergik
(propenalon). Dapat digunakan untuk mengurangi frekuansi jantung
namun demiakian penggunakan obat ini tikdak akan menghasilkan
status uitiroid iodium dapat diresepkan dengan upaya untuk
mengurangi kehilangan darah, meskipun demikian efektifitas terapi ini
masih belum diketahui. Tiroidektomi untuk terapi hipertiroidisme
biasanya direncanakan segera setelah fungsi tiroid kembali norma.

PROSES KEPERAWATAN PASIEN HIPERTIROIDISME

1. Pengkajian
Riwayat penyakit dan pemeriksaan harus difokuskan kepada :
a. Proses timbulnya gejala yang berkaitan dengan metabolisme yang
meningkat atau yang berlebihan. Hal ini mencakup laporan pasien dan
keluarga mengenai keadaan pasien yang mudah tersinggung (iritable)
serta peningkatan reaksi emosionalnya.
b. Kaji pula dampak semua perubahan emosi

pada interaksi pasien

dengan keluarga, sahabat, dan teman sekerjanya. Keluarga pasien


dapat memberi informasi tentang berbagai perubahan terakhir pada
status emosional pasien.
c. Riwayat penyakit mencakup

semua faktor pencetus stress dan

kemampuan pasien untuk mengatasinya.


d. Kaji status nutrisi dan keberadaan gejala.
e. Kaji timbulnya gejala yang berkaitan dengan haluaran sistem saraf
yang berlebihan dan perubahan pada penglihatan serta penampakan
mata harus dicatat.
f. Keadaan jantung pasien dikaji dan dipantau secara berkala. Frekuensi
jantung, tekanan darah,bunyi jantung, dan denyut nadi perifer juga di
kaji.
g. Kondisi emosional dan psikologis pasien harus dievaluasi karena
terdapat kemungkinan timbul perubahan emosional.
h. Pengkajian pasien juga dilakukan untuk mendeteksi iritabilitas,
ansietas, gangguan tidur, apatie, dan letargi, yang semuanya dapat
terjadi pada hipertiroidisme.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung.
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
d. Diare berhubungan peningkatan gerak peristaltik usus.
3. Intervensi keperawatan
a. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Kriteria hasil :

Mendesmonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih


tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkansputum,

mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips).


Menujukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak

ada suara nafas abnormal).


NOC :
Respiratory status : ventilation
Respiratory status : airway patency
NIC :
1) Airway suction
Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning.
Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
Informasikan kepada kliena dan keluarga tenteng suctioning.
Monitor status oksigen pasien.
2) Airway Management
Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
Lakukan fisioterapi dada bila perlu.
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.
Monitor respirasi dan status O2.
b. Diagnosa 2 : penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan
curah jantung.
Kriteria hasil :
Tanda vital dalam rentang normal (TD, Nadi, RR)
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
Tidak ada edema paru, perifer, dan asietas.
Tidak ada penurunan kesadaran.
NOC :
Cardiac pump effectiveness
Circulation status
Vital sign status
NIC :
1) Cardiac care
Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)

Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output.


Monitor balance cairan.
Monitor adanya dypneu, fatigue, takipneu, dan ortopneu.
2) Vital sign monitoring
Monitor TD, RR, nadi, dan suhu.
Catat adanya fluktuasi tekanan darah.
Monitor kualitas dari nadi.
Monitor jumlah dan irama jantung
c. Diagnosa 3 : Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme.
Kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal.
Nadi dan RR dalam rentang normal.
Tidak ada perubahan warna kulit.
NOC : thermoregulation.
NIC :
1. Fever treatment
Monitor suhu sesering mungkin.
Monitor warna dan suhu kulit.
Monitor intake dan output.
Kolaborasi pemberian cairan intravena.
Kompres pasien pada leher, lipatan paha, dan aksila.
Berikan antipiretik
2. Vital sign monitoring
Monitor suhu, TD, RR, dan nadi.
Catat adanya fluktuasi tekanan darah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertiroidisme adalah kelebihan hormone tiroid yang yang
beredar dalam sirkulasi yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang
hiperaktif (Sudoyo, Aru W et al, 2009). Hipertiroidisme disebabkan
oleh beberapa faktor, antaralain (1) Graves Desease (penyakit Graves),
(2)Toxic Adenoma, (3) Toxic Multinodular Goiter, (4) Tiroiditis, dll.
Terdapat

bentuk

hipertiroidisme
berlebihan,yaitu:

dan

terapi

yang

tersedia

mengendalikan

Farmakoterapi,

untuk

aktivitas

Preparat

Iodium

mengobati

tiroid

yang

Radioaktif,

Intervensi Bedah. Pengkajian hipertiroidisme, riwayat penyakit dan


pemeriksaan harus difokuskan kepada proses timbulnya gejala,
pemicu stress, perubahan emosi, status nutrisi, kondisi jantung, cara
berinteraksi dengan keluarga, pengkajian pasien juga dilakukan untuk
mendeteksi iritabilitas, ansietas, gangguan tidur, apatie, dan letargi,
yang semuanya dapat terjadi pada hipertiroidisme.

DAFTAR PUSTAKA
Bulechek,Gloria M et al. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC) sixth
edition. USA:Elsevier.
Carwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Moorhead,Sue. 2015. Nursing Outcomes Clasification (NOC) fifth edition.
USA:Elsevier.
Nanda. 2015. Nursing Diagnosis Definition And Clasification 2015-2017.
Oxford:Wiley Blackwell.
Smeltzer, S. C. & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Ed.8. Vol 2. Jakarta : EGC.
Sudoyo, Aru W et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi 5.
Jakarta:Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai