Makalah Dioxin

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka tugas mata kuliah
Analisa Pengendalian Pencemaran.

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak, karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Tidak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan isi karya tulis ini yang tidak lepas
dari kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang
membangun untuk lebih baiknya karya tulis ini dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis
harap semoga isi karya tulis ini bisa bermanfaat.

Medan, 02 Januari 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dioxin adalah nama sekelompok senyawa kimia beracun yang terbentuk sebagai hasil
pembakaran sampah dan bahan bakar. Di Indonesia, dioxin terutama terbentuk pada pembakaran
sampah rumah tangga dan ladang pertanian. Membakar senyawa berbahan dasar chlorine, seperti
plastik PVC, menghasilkan senyawa dioxin yang paling berbahaya. Chlorine terdapat dalam
berbagai jenis plastik, sehingga saat plastik ini dibakar, maka chlorine dilepas dan dengan cepat
bereaksi dengan senyawa lain dan membentuk dioxin.
Dioxin merupakan senyawa yang sangat tahan lama, sebab senyawa ini tidak mudah terurai
di alam. Sebagian besar paparan dioxin yang kini terjadi di Amerika Serikat adalah akibat dioxin
yang terbentuk bertahun-tahun yang lalu. Kalaupun seandainya pembentukan dioxin dapat
dihentikan saat ini juga, dioxin tetap akan berada di lingkungan selama bertahun-tahun
mendatang.
Kondisi tersebut membuat manusia mulai memikirkan pengelolaan kualitas lingkungan
yang baik agar terjadi kesemibangan lingkungan. Kemudian manusia mulai mengelompokkan
zat-zat asing bagi tubuh yang bersifat mengganggu dan merusak sebagai toksik/ racun. Manusia
mulai mempelajari karakteristik dan dampak zat tersebut terhadap tubuhnya dan lingkungan.
Pembelajaran mengenai zat toksik dan pengaruhnya terhadap lingkungan ini dikenal sebagai
Toksikologi Lingkungan. Salah satu zat toksik yang dipelajari karakteristik dan dampaknya
adalah Dioxins (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD)
1.2 TUJUAN

1. Mengetahui defenisi dari dioxin.


2. Mengetahui dampak negatif dari dioxin.
3. Mengetahui cara mencegah timbulnya dioxin.

1.3 RUMUSAN PERMASALAHAN


2.1.1 Apakah defenisi dari dioxin?
2.1.2 Bagaimana dampak negatif dari dioxin?
2.1.3 Bagaimana cara mencegah timbulnya dioxin?

1.4. MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang
karakteristik, dampak, dan cara mencegah dari dioxin sehingga dapat memberikan informasi
kepada khalayak banyak mengenai dioxin.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dioxin

Dioksin merupakan kelompok zat-zat berbahaya yang termasuk ke dalam golongan


senyawa CDD (Chlorinated Dibenzo-p-Dioxin), CDF ( Chlorinated Dibenzo Furan ), dan PCB
(Poly Chlorinated Biphenyl). Terdapat ratusan senyawa yang termasuk dioksin, salah satunya
adalah TCDD (2,3,7,8- tetrachlorodibenzo-p-dioxin ) yang dikenal paling beracun (Mukerjee,
1998).
Dioxins (Polychlorinated dibenzo-p-dioxins/ PCDD) dan Furans (Polychlorinated
dibenzofurans/ PCDF) merupakan salah satu kontaminan pencemar di lingkungan yang terdeksi
hampir di semua ekosistem lingkungan. Dioxin dan Furan dapat ditemukan dalam sistem
hidrologi, atmosfer dan juga lithosfer, tak jarang juga dioxin dan furan dapat ditemukan dalam
makanan. Dioxin dan Furan memiliki kesamaan struktur atom, dimana terdapat dua ikatan
klorida (Cl) dan terdapat ikatan terhadap atom oksigen (Fiedler, 2001).
2.2. Karakteristik Dioxin dan Furan

Dioksin dalam bentuk aslinya berbentuk seperti kristal atau padatan tak berwarna. Dioxin
dan furan merupakan senyawa yang umumnya tidak dapat terbentuk secara alami, namun
terbentuk sebagai akibat reaksi fisika atau kimia pembentukan senyawa lainnya. Selain itu
umumnya dioxin dan furan bersifat toksik atau beracun. Sumber utama dioxin dan furan di dunia
yakni sebagai hasil sampingan pembakaran sampah kota dan sampah medis. Sumber lain
pembentukan dioxin dan furan yakni (Minister of Health Canada, 2005):
1. Proses produksi besi dan baja;
2. Tumpukkan sampah rumah tangga, terutama plastik;
3. Pembakaran bahan bakar, termasuk bahan bakar diesel yang digunakan di rumah atau
dalam aktivitas agriculture;
4. Pembakaran hutan;
5. Sumber energi listrik, dan;
6. Asap rokok.

Dioxin dan furan yang terbentuk secara alami umumnya berasal dari erupsi gunung berapi
dan terbakarnya hutan ketika suhu udara terlalu tinggi. Partikel dioxin dan furan sangat kecil
sehingga mudah terbawa angin ke tempat yang jauh. Oleh karena itu dioxin dan furan yang
dihasilkan suatu daerah dapat mempengaruhi daerah laainnya. Dioxin dan furan yang terbawa
angin juga dapat jatuh dan menempel pada makanan atau bahan baku makanan. Ketika dioxin
dan furan masuk ke dalam tubuh makhluk hidup zatnya akan terakumulasi di dalam tubuh karena
dioxin dan furan mudah mengendap (Minister of Health Canada, 2005).

Dioxin dan furan selain akumuatif dalam tubuh organisme juga bersifat akumulatif di
lingkungan. Keberadaannya dalam perairan, tanah, maupun udara tidak dapat dengan mudah
hilang karenaa perubahan kondisi lingkungan. Hal tersebut dikarenakan dioxin dan furan tahan
terhadap degradasi lingkungan (Fiedler, 2001).
2.3 Ekokinetika Dioxin dan Furan

Ekokinetika dioxin dan furan meliputi sumber, media transpor, transpor, transformasi dan
perssistensinya di lingkungan. Berikut akan dibahas ekokinetika dioxin dan furan:

1. Sumber
Seperti yang telah dibahas sebelumnya dioxin dan furan berasal dari aktivitas pembuatan
material logam dan juga pembakaran sampah (sebagai emisi). Berdasarkan sifatnya sebagai
sumber, sumber pencemar dioxin dan furan bersifat distributif atau tersebar. Hal ini
dikarenakan zat dioxin dan furan yang ada di udara mudah terbawa angin dari suatu tempat
ke tempat lainnya (Fiedler, 2001)
2. Media Transpor
Media transpor penyebaran dioxin dan furan yang paling utama adalah udara. Namun dioxin
dan furan juga dapat memasuki lingkungan dari rantai makanan. Dioxin dan furan yang
berada di udara, jika mengendap (berakumulasi di lingkungan) dapat memasuki perairan dan
akhirnya masuk ke dalam rantai makanan. Dioksin dan furan yang terdapat di udara dapat
langsung masuk ke saluran pernafasan, sementara dioksin dan furan yang telah ada dalam
tubuh dan terakumulasi pada suatu makhluk hidup (hewan) jika diolah dan dikonsumsi
manusia akan menyebabkan perpindahan akumulasi dioksin dari hewan ke manusia, begitu
juga dioksin dan furan yang terdapat pada tumbuhan (Department of Indian Affairs and
Northern Development, 2005).
3. Transpor
Transpor merupakan proses fisis yang disebut juga sebagai dispersi. Proses ini dapat terjadi
di udara, air, tanah, organisme dan rantai makanan, namun tidak terjadi perubahan struktur
selama proses transpor. Dioxin dan furan sendiri transpornya terjadi di udara, air dan rantai
makanan, dimana proses (siklus) trasnpor ini telah dijelaskan pada poin sebelumya. Transpor
dioxin dan furan dapat terjadi karena proses alam (transpor stratosferik) akibat letusan
gunung berapi dan juga kebakaran hutan. Selain itu transpor dioxin dan furan juga dapat
terjadi akibat sumber titik akibat pembakaran limbah padat dan kemudian masuk ke udara
akibat proses volatilisasi dan deposisi (Department of Indian Affairs and Northern
Development, 2005).
4. Transformasi
Transformasi merupakan proses fisis yang dapat terjadi secara biotik maupun abiotik. Proses
ini dapat terjadi di udara, air, tanah, organisme dan juga rantai makanan, namun proses ini
mengakibatkan terjadinya perubahan struktur pada zat tersebut. Dioxin dan furan mengalami
transformasi dari zat senyawa awal menjadi senyawa lainnya yang memiliki struktur atom
berbeda akibat proses transformasi abiotik secara fotokimia.Dioxin dan furan yang terpapar
lama oleh cahaya matahari atau cahaya dengan radiasi tinggi akan mengalami kerusakan
struktur atom (Fiedler, 2001).
5. Persistensi
Persistensi merupakan keberadaan suatu zat di lingkungan. Persistensi dapat dikelompokkan
berdasarkan tingkat kemudahannya terdegredasi. Berikut merupakan tabel tingkat
kemudahan suatu zat terdegredasi:
Kelas Degradasi Persistensi
1 = Mudah 1 - 3 minggu
2 = Dapat 1 – 3 bulan
3 = Sulit 3 bulan – 1 tahun
2 = Sulit sekali 1 – 2 tahun
3 = Refractory >2 tahun
Sumber: McKinney, 1981

Dioxin dan furan sendiri merupakan zat yang sulit sekali untuk terdegradasi oleh
lingkungan. Akibat sulitnya zat ini terdegradasi lingkungaan penggunaannya ataupun
pencemarannya sangat diawasi secara ketat oleh lembaga-lembaga kesehatan. Terutama
keberadaannya pada makanan (Department of Indian Affairs and Northern Development, 2005).

2.4 Farmakokinetika

Farmakokinetika membahas kinetika xanobiotik di dalam tubuh organisme mulai dari portal
entri/ imisi, absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi dan efek/ respon. Dosis dioxin dan furan
maksimal yang didizinkan dalam makanan yakni 50 ppt atau 0,00003 mikrogram. Dioxin dan
furan pada makanan paling banyak ditemukan dalam susu dan ikan (US EPA, 2002).

Berikut akan dibahas farmakokinetika dari dioxin dan furan, dimana berdasrkan portal entrinya
dapat dibedakan menjadi dua.

1. Portal of Entri Inhalasi


Dioxin dan furan yang terdapat di udara masuk ke dalam tubuh organisme melalui saluran
pernafasan, dimana udara yang terhirup mengandung partikel kecil dari dioxin dan furan.
Dioxin dan furan yang masuk melalui inhalasi akan terbawa dari nesofaring menuju trakeo-
bronkial hingga alveoli. Dioxin dan furan yang terbawa hingga alveoli kemudian akan
mengalami pertukaran akibat proses pergantian O2 dan CO2 dari darah menuju paru-paru.
Hal ini menyebabkan dioxin dan furan masuk ke dalam aliran darah (WHO for Europe,
2000).
Dosis dioxin dan furan yang masuk ke dalam inhalasi dapat mempengaruhi walaupun dalam
jumlah atau konsentrasi yang kecil jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh secara terus
menerus. Absorpsi dioxin dan furan ke dalam tubuh kemudian terjadi melalui proses difusi,
karena dioxin dan furan mengkuti aliran cairan tubuh (darah) hingga terakumulasi pada
ginjal. Proses distribusi dioxin dan furan yang masuk melalui saluran inhalasi ini hanya
terjadi akibat pergerakkan aliran darah dari paru-paru menuju jantung dan anggota tubuh
lainnya, karena dioxin dan furan bersifat lipofilik zat tersebut akan mengendap atau
terakumulasi di jaringan tubuh yang dekat dengan lemak. Metabolisme dari zat ini yaitu
hanya terakumulasi tanpa mengalami proses lanjut. Dioxin dan furan ini juga mengalami
detoksikasi dan bereaksi dengan enzim P450 sehingga menjadi lebih toksik akibat lebih
polarnya dioksin dan furan yang telah bereaksi. Namun, dioxin dan furan yang tidak dapat
mengalami pertukaran pada alveoli akan kembali diekskresikan melalui proses pernafasan
melewati hidung (WHO for Europe, 2000).
2. Portal of Entri Oral
Dioxin dan furan yang terkandung dalam makanan atau minuman akan masuk ke dalam
tubuh melalui oral atau mulut dan menuju sistem pencernaan. Salah satu kasus masuknya
dioxin dan furan ke dalam tubuh melaalui oral yaitu susu yang mengandung dioxin dan
furan. Dioxin dan furan pada susu di mulut akan tercampur dengan ludah yang mengandung
enzim. Kemudian setelah dari mulut susu masuk ke dalam kerongkongan hingga menuju
lambung. Lambung mengandung asam yakni HCl 0,1 N sehingga dapat menghancurkan
xenobiotik bersifat basa. Susu mengandung dioxin dan furan selanjutnya akan teru menuju
usus halus, karena dioxin dan furan bersifat tahan terhadap asam. Susu di dalam usus halus
akan bertemu dengan enzim berssifaat basa yang ada pada usus halus sehingga zat-zat
bersifat asam akan hancur. Kemudian ketika dinding-dinding usus halus menyerap protein
dan zat gizi yang dibutuhkan tubuh dioxin dan furan akan ikut terserap dan mengalami
metabolisme. Absorpsi dioxin dan furan di sini terjadi secara difusi katalis (WHO for
Europe, 2000).
Distribusi dioxin dan furan dalam tubuh setelah diserap oleh dinding-dinding usus halus
terjadi akibat pergerakkan aliran darah. Dioxin dan furan yang bersifat lipofilik kemudian
akan menuju jaringan lemak dibawah kulit, di sumsung tulang belakang ataupun kelenjar
susu pada wanita menyusui. Proses metabolisme dioxin dan furan yakni tidak mengalami
pencernaan dimana dioxin dan furan akan berakumulasi dalam tubuh, kemudian mengalami
detoksikasi, dimana umumnya dioxin dan furan yang bereaksi dengan enzim P450 menjadi
polar dan menjadi lebih toksik. Sementara itu dioxin dan furan yaang terkandung dalam
makanan cepaat saji umumnya ada yang akan ikut terbawa bersama makanan dan mengalami
ekskresi melalui usus besar (WHO for Europe, 2000).

Efek dari adanya dioksin dan furn di dalam tubuh yakni (US EPA, 2002) :
1. Obesitas
Dioxin dan furan yang menumpuk pada jaringan lemak tubuh akan menyebabkan
kegemukkan berlebih hingga obesitas pada tubuh orang yang terpapar.
2. Cacat Lahir
Dioxin dan furan yang dicerna oleh ibu yang mengandung akan mempengaruhi
perkembangan embrionya. Umumnya anak yang lahir nantinya akan mengalami cacat lahir.
Hal ini dikarenakan dioksin dan furan dari ibu hamil juga akan terakumulasi pada embrio
bayi nya.
3. Fluktuasi Hormon
Organisme yang terpapar dioxin dan furan mengalami fluktuasi hormon, dimana hormonnya
menjadi tidak stabil dan mengganggu fungsi kerja hormon itu pada tubuh.
4. Ganggunan Imun
Selain mengganggu produksi hormon, dioxin dan furan juga menyebabkan menurunnya
sensitivitas imun (kekebalan tubuh) terhadap gangguan zat asing.
5. Ganggunan Sistem Saraf
Dioxin dan furan yang berakumulasi di otak dapat menyebabkan terjadinya gangguan sistem
saraf ringan.
6. Kanker
Penumpukkan dioxin dan furan pada tubuh juga merangsang terbentuknya kanker akibat
gangguan fungsi suatu kelenjar tubuh, sehingga terjadi pembengakakan dan perubahan
fungsi organ tubuh.
7. Penyakit Kulit
Penyakit kulit yang disebabkan oleh dioxin dan furan yakni chloracne, dimana kulit
menhalami bentol-bentol merah berlebih seperti iritasi. Penyakit ini selain terjadi akibat
adanya dioxin dan furan dalam tubuh juga dapat terjadi sebagai akibat paparan langsung
dioxin dan furan dengan tubuh dalam waktu lama, sepeti penggunaan pembalut yang
mengandung dioxin dan furan.
8. Gangguan Jantung
Dioxin dan furan yang menumpuk (terakumulasi) di sekitar jantung menyebabkan gangguan
jantung, dimana jantung menjadi sulit untuk memompa darah ke paru-paru dan ke seluruh
tubuh.
9. Kematian
Dioksin dan furan pada tubuh yang terakumulasi dan mengganggu saraf serta jantung dapat\
menyebabkan kematian pada organisme yang terpapar.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Dioksin adalah istilah yang digunakan untuk menyebut sekelompok zat-zat kimia berbahaya
yang termasuk ke dalam golongan senyawa CDD (Chlorinated Dibenzo-p-Dioxin), CDF
(Chlorinated Dibenzo Furan) atau PCB (Poly Chlorinated Biphenyl).

2. Dampak negatif dari dioxin yaitu:


 Gangguan Jantung
 Kanker
 Kematian
 Penyakit Kulit
 Cacat Lahir

3. Cara mencegah timbulnya dioxin yaitu:


 Membuat sistem pengelolaan sampah yang teratur dimana sampah organik dan anorganik
dipisahkan terlebih dahulu untuk selanjutnya diproses sendiri-sendiri
 Membuat lokasi pembakaran sampah yang jauh dari pemukiman dan dibuat dengan
sistem tertutup dimana hasil pembakaran sampah diolah lebih dahulu untuk
menghilangkan zat-zat racunnya sebelum dilepaskan ke udara bebas.
 Memberikan banyak informasi dan penyuluhan mengenai bahaya doxin dan pembakaran
sampah kepada masyarakat.

3.2 SARAN

- Sebaiknya mahasiswa lebih memahami bahaya dari doxin.

- Sebaiknya mahasiswa juga ikut tidak membakar sampah sembarangan.

- Sebaiknya mahasiswa bisa mencari tahu informasi mengenai doxin.


DAFTAR PUSTAKA

Fiedler, Heidelore, 2001. Dioxins and Furans (PCDD/PCDF), Switzerland: UNEP Chemicals

Department of Indian Affairs and Northern Development, Contaminant Division,


2005.NORTHWEST TERRITORIES CONTAMINANTS FACT SHEETS: Dioxins and
Furan. Canada :Indian and Northern Affairs

McKinney, J.D. 1981. Environmental Health Chemistry. Michigan :Ann Arbor Sc.,

Minister of Health, 2005, It’s your Health. Canada : Health Canada

Soemirat, Juli. 2003. Toksikologi Lingkungan. Bandung : Gajah Mada University Press

US EPA (United States : Environmental Protection Agency). 2002. Dioxins and Furans. Atlanta,
Georgia: Division of Toxicology

WHO (World Health Organization) for Europe 2000. Polychlorinated dibenzodioxins and
dibenzofurans. Copenhagen, Denmark: WHO Regional Office.

Anda mungkin juga menyukai