Ipal Dewats New

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

Instalasi Pengolahan Air Limbah

Dengan Sistem DEWATS

Oleh : Galih Yuris P,ST.


Pendahuluan
Limbah di rumah sakit berdasarkan wujudnya di bagi menjadi dua
yaitu limbah padat dan cair.
LIMBAH PADAT
 Untuk limbah padat digolongkan lagi menjadi limbah padat
infeksius dan Non Infeksius.
 Untuk membedakan,untuk limbah padat infeksius di wadahkan di
plastik warna kuning sedangkan untuk yang non infeksius di
wadahkan di plastik warna hitam.
 Limbah padat infeksius di bakar di mesin Incenerator sedangkan
untuk limbah non infeksius di buang di TPS sementara yang
selanjutnya diambil oleh petugas DKP.
INCENERATOR

TPS Sementara

TPS B3
Limbah cair
Limbah cair dari rumah sakit sangat
dimungkinkan mengandung
bakteri, dan zat kimia, untuk itu
sebelum dibuang ke selokan umum,
air limbah ini harus diproses dahulu
agar tidak mencemari lingkungan.
Di Rumah Sakit Kasih Ibu
Surakarta proses pengolahan limbah
cairnya menggunakan Sistem
Dewats.
 Sesuai dengan baku mutu limbah cair bagi
kegiatan rumah sakit berdasarkan Perda Prop.
Jateng No.10 Th.2004. ada tujuh parameter yang
harus sesuai dengan baku mutu limbah cair yaitu
antara lain :

1. Suhu.
2. BOD.
3. COD.
4. TSS.
5. NH3.
6. Phospat (PO4)
7. PH.
Suhu
Suhu limbah cair pada umumnya lebih tinggi
dari suhu air tempat pembuangannya.
Suhu air merupakan parameter penting untuk
kehidupan makhluk air, karena mempengaruhi
reaksi kimia, dan kegunaan atau fungsi dari air
tersebut.
Pada suhu yang lebih tinggi, kandungan
oksigen dalam air berkurang sehingga
memungkinkan timbulnya kondisi anaerob
dalam perairan.

Untuk baku mutu suhu menggunakan standart


satuan celsius dan suhu maksimum yang
disyaratkan 30 derajat celsius.
BOD
Biochemical Oxigen Demand. ( BOD )
Adalah zat-zat organik dalam limbah cair yang terutama tersusun
dari unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan sedikit unsur-unsur
lain seperti nitrogen, belerang dan lain-lain, mempunyai potensi
untuk menyerap oksigen. Oksigen tersebut dipergunakan untuk
menguraikan atau membongkar senyawa organik. Dengan demikian
kadar oksigen dalam limbah cair lama kelamaan akan berkurang dan
limbah cair menjadi bertambah keruh dan berbau, kehidupan air
sulit berlangsung secara normal.

Untuk baku mutu limbah cair menggunakan standart satuan mg/l


dan maksimum yang disyaratkan 30 mg/l.
COD
Chemical Oxigen Demand (COD).
Ada beberapa jenis zat organik dalam limbah cair yang sukar diuraikan
atau dibongkar molekulnya secara oksidasi dengan bantuan
mikroorganisme (proses biokimiawi). Senyawa tersebut tahan
terhadap oksidasi secara biologis, tetapi dapat dipecah atau dibongkar
dengan pereaksi oksidator kuat dalam suasana asam, misalnya kalium
bikromat atau permanganat. Oleh karena itu COD dapat pula dipakai
sebagai ukuran derajad pencemaran yang ditimbulkan oleh senyawa-
senyawa yang sukar diuraikan.

Untuk baku mutu limbah cair menggunakan standart satuan mg/l


dan maksimum yang disyaratkan 80 mg/l.
TSS
Padatan tersuspensi ( Total Suspended Solid )
Padatan tersuspensi merupakan padatan dengan ukuran 1
mikron ( seperseribu milimeter ).
Padatan jenis ini dapat mengendap sendiri tanpa bantuan zat
tambahan seperti koagulan, meskipun dalam waktu agak lama.
Padatan yang terendapkan ini kurang lebih merupakan jumlah
lumpur yang diperoleh dari proses sedimentasi.

Untuk baku mutu limbah cair menggunakan standart satuan


mg/l dan maksimum yang disyaratkan 30 mg/l.
NH3 (Amoniak)
Untuk baku mutu limbah cair
menggunakan standart satuan mg/l dan
maksimum yang disyaratkan 0,1 mg/l

PO4 (Phospat)
Untuk baku mutu limbah cair
menggunakan standart satuan mg/l dan
maksimum yang disyaratkan 2 mg/l
PH
PH (derajad keasaman).
Dalam keadaan netral ditunjukkan dengan
angka 7 & asam dibawah 7 & basa diatas 7.
Derajat keasaman mempengaruhi kehidupan biologi
dalam air. Apabila air buangan industri bersifat terlalu
basa akan mensteriilkan badan air penerima terhadap
ikan, merusak kegiatan mikroorganisme yang berguna
bagi kehidupan dalam air.
Apabila bersifat asam, selain mensteriilkan badan air
penerima juga akan bersifat korosif sehingga dapat
mengakibatkan kerusakan konstruksi / instalasi yang ada
dalam air.
Untuk baku mutu limbah cair menggunakan standart yang
disyaratkan 6,0 – 9,0
DASAR HUKUM
UU NO. 23 TH 1997
POKOK-POKOK PENGELOLAAN LH
PP NO. 82 TH 2001
PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERDA PROV JATENG NO. 10 TH 2004


BMAL

PERDA PROV JATENG NO.5 TH 2007


PENGENDALIAN LINGK HIDUP DI JATENG

SETIAP USAHA/ ATAU KEGIATAN YANG MEMBUANG AIR LIMBAH WAJIB


1. MEMILIKI UNIT ORGANISASI YG BERFUNGSI DLM PENANGANAN PENGELOLAAN LH
2. MEMILIKI MANAGER LINGK DAN TENAGA OPERATOR INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH
YG BERSERTIFIKASI
Sistem
Dewats
( Desentralized Wastewater Treatment System)

Sistem teknologi ini diciptakan oleh LPTP (Lembaga Pengembangan Teknologi


Pedesaan) yang bekerjasama dengan BORDA ( Bremen Oversear Research and
Development ).

Sistem ini diterapkan di Rumah Sakit Kasih Ibu sejak tahun 2002.

Sistem ini pada dasarnya merupakan proses stailitasi polutan melalui proses oksidasi,
pemisahan bahan padatan ( solid ), serta penghilangan zat-zat beracun atau
berbahaya.

Penerapan rancang bangun Dewats di dasarkan pada prinsip perawatan yang


sederhana dan ekonomis, karena bagian paling penting dari sistem ini beroperasi
tanpa memerlukan input energi yang banyak.

Sistem ini mampu bekerja dengan kapasitas 1 s/d 500 m3 per hari.
Skema Sistem Dewats
Septictank / Bak Sedimentasi

Septictank terdiri dari dua ruangan yang pada prinsipnya merupakan bak
pengendap lumpur dengan penguraian anaerob.
Penghancuran dan pelarutan zat setidaknya telah terjadi di bak tanpa
pengolahan lebih lanjut,dengan kualitas penurunan COD antara 25% - 50%.
Karena pada terjadinya proses sedimentasi di bak ini,maka idealnya lumpur di
bak ini perlu dikuras secara rutin setelah satu sampai tiga tahun.
Pada saat pengurasan lumpur tidak boleh semuanya diambil, harus disisakan
lumpur aktif untuk membantu proses pengolahan,cara seperti ini juga berlaku
pada saat pengurasan di Baffle Reaktor.
Baffle Reaktor
Prinsip aliran Baffle Reaktor adalah limbah cair yang masuk dipaksa untuk
melewati lumpur aktif yang merupakan mikro organisme yang membantu
proses pengolahan limbah cair itu sendiri.

Pengolahan secara anaerob terjadi pada bak baffle reaktor.

Distribusi aliran masuk yang merata, dan ruang kontak yang luas antara
limbah baru dan lama adalah karakteristik proses yang penting, aliran masuk
baru dicampur secepatnya dengan lumpur aktif yang tedapat dalam reaktor
agar proses pembusukan terjadi dengan segera.
Anaerobik Filter
Filter anaerob atau yang disebut fixed bed atau fixed film reaktor, menggunakan
prinsipmenyertakan padatan yang terlarut dan tidak mengendap, denga cara
kontak dengan massa bakteri aktif secara berlebihan.
Kelebihan massa ini bersama bakteri mencerna zat organik terlarut atau
tersebar dalam waktu penguraian yang singkat.
Sebagian besar bakteri ini tidak bergerak tapi menempel pada partikel padat
seperti misalnya pada dinding reaktor,materi filter seperti kerikil,batu,batu
bara atau kepingan plastik khusus.
Semakin luas permukaan untuk perkembangbiakan bakteri semakin cepat
penguraiannya.
Kualitas pengolahan dalam filter anaerob yang dioperasikan secara baik
penurunan BOD nya antara 70% s/d 90%.
Horisontal Sand Filter Plant
Sistem ini berisi material batu kerikil dan tanaman hidup.
bentuk kerikil dipilh yang bulat dengan tujuan untuk menghindari
penyumbatan dan memaksimalkan proses aerob.
Untuk tanaman dipilih Phragmites dan Kana yang menurut penelitian dapat
menurunkan kadar BOD.

Pada Horisontal Sand Filter Plant inilah terjadi pengolahan secara


aerob,walaupun sebenarnya proses aerob yang efektif hanya terjadi pada
kedalaman 5 s/d 15 cm,dikarenakan oksigen hanya diperkirakan bisa masuk
sampai kedalaman itu.
Kolam Indikator
Selain berfungsi sebagai kolam indikator pada tahap ini juga ada proses aerasi
yang juga sangat diperlukan dalam proses pengolahan limbah cair.
Proses aerasi dilakukan dengan membuat desain khusus pada kolam indikator
agar laimbah cair bisa bersinggungan langsung dengan oksigen. Selain itu ada
juga air terjun mini untuk mendukung proses aerasi.

Sebagai indikator visual kita masukkan ikan nila yang berfungsi untuk
pengontrolan kualitas air limbah kita secara dini, bisa dipastikan kalau ada ikan
nila yang mati secara beruntun berarti ada masalah dengan sistemnya
pengolahan air limbah kita.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai