Kelompok 2 - Perencanaan Bisnis Usaha Kreatif - EKM475 (A4)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

PERENCANAAN BISNIS USAHA KREATIF

RPS 2

“Model Perencanaan Bisnis”

Pengampu: I Gst. A. Kt. Gd. Suasana, S.E., M.M.

Kode Matakuliah : EKM 475 (A4)

Disusun Oleh Kelompok 2 :

I Gusti Putu Putra Suambara (1607521107)

Novi Indrayani (1607521105)

Ni Putu Ayu Shela Paramitha Sujana (1607521113)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik
dan Hinayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini
kami akan membahas mengenai “Model Perencanaan Bisnis”
Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca. Makalah ini dibuat dari beberapa referensi yang
dijadikan acuan dalam penyusunan makalah ini dan bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 18 Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 1

BAB II ISI

2.1 Perencanaan Bisnis Baru ................................................................................. 2

2.2 Pengembangan Bisnis Yang Sudah Ada ......................................................... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 17

3.2 Saran ................................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Membuka usaha baru tidak mungkin tanpa ada rencana sebelumnya. Rencana harus ada
betapapun sederhananya secara tertulis. Namun, wirausaha baru di negara kita banyak yang
tidak mau ataupun mungkin tidak mampu atau segan menulis rencana tertulis tersebut
karena berbagai alasan. Perencanaan yang tidak tertulis pasti sudah ada rekayasa dalam
pikiran, yaitu untuk mengidentifikasi peluang dan sebagai suatu rekayasa secara sederhana
tentang jawaban dari berbagai pertanyaan antara lain, usaha apa yang akan dibuka,
mengapa memilih usaha tersebut, dimana lokasinya, siapa konsumennya, darimana sumber
modalnya, dan sebagainya.
Perencanaan usaha merupakan langkah awal yang menunjukkan bahwa seseorang
serius untuk berwirausaha, dan untuk menghindari faktor-faktor yang menyebabkan
kegagalan, serta mengantisipasi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam menjalankan
usaha. Rencana usaha harus dibuat karena Perencanaan merupakan titik awal dari suatu
kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam
pelaksanaan. Maka daripada itu rencana usaha itu ada dalam setiap perencanaan bisnis baru
maupun pada saat pengembangan bisnis usaha yang sudah ada.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka di dapat rumusan masalah sebagai berikut
:
1.2.1 Bagaimana tahapan perencanaan bisnis baru ?
1.2.2 Bagaimana tahapan pengembangan bisnis yang sudah ada ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dalam makalah ini yakni sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami tahapan perencanaan bisnis baru.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami tahapan pengembangan bisnis yang sudah ada.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perencanaan bisnis baru

Perencanaan bisnis baru adalah bahwa usaha yang akan didirikan benar-benar tidak pernah ada
sebelumnya. Sesuatu yang baru ini dapat diartikan “produk” atau “bisnis” baru karena
sebelumnya belum / tidak dimiliki si penggagas.

Perencanaan bisnis baru memerlukan formulasi penyusunan rencana usaha yang mecakup 4
tahapan utama :

1. Tahap ide usaha


2. Tahap perumusan konsep usaha
3. Tahap studi kelayakan usaha
4. Tahap penyusunan rencana bisnis

Setelah formulasi rencana bisnis selesai dibuat, masih terdapat dua tahapan manajemen
strategis yang harus dilakukan perusahaan/pengusaha, yakni tahap implementasi rencana
bisnis dan tahap pengendalian usaha.

Berikut penjelasan dari tahapan diatas :

1) Tahap Ide Usaha

Menurut Hegel, ide adalah sesuatu yang muncul dan berkembang di dalam benak
pikiran manusia. Ide usaha muncul melalui pergulatan pengusaha dengan dunia nyata yang
dihadapinya sehari-hari. Kendati manusia bergumul denga realitas sehari-hari, tetapi ide usaha
yang muncul dalam benak manusia bisa berupa ide usaha yang sama sekali berbeda dengan
usaha yang selama ini ada dalam realitas kehidupan sehari-hari. Selain ide usaha kreatif, tentu
ada pula ide usaha yang tidak kreatif dimana ide usaha ini tidak menciptakan sesuatu yang baru
dalam penciptaan barang dan jasa. Sebagai contoh, pengusaha yang membuka toko kelontong
karena melihat toko kelontong tetangganya laku, kemudia ia menjual barang kelontongan yang
sama dengan toko kelontongan tetangganya tersebut-dapat dikatakan tidak memiliki ide usaha
yang kreatif.

2
Apapun ide usaha yang dihasilkan seorang pengusaha, pada dasarnya ide usaha tersebut
muncul sebagai hasil peninjauan lingkungan yang dilakukan pengusaha,terutama dalam
melihat peluang usaha yang terdapat di lingkungannya. Oleh sebab itu, pengembangan ide
usaha tidak dapat dipisahkan dengan proses peninjauan lingkungan yang merupakan titik awal
kegiatan manajemen strategis.
Sebagai suatu proses manajemen strategis, penyusunan rencana bisnis diawali dengan
suatu peninjauan terhadap lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Peninjauan terhadap
lingkungan internal perusahaan akan memberi gambaran bagaimana kemampuan SDM,
keuangan, produksi, dan pemasaran saat ini dimiliki perusahaan dibandingkan pesaing yang
relevan, hal ini dilakukan sebagai tolak ukur (benchmark).
Sementara itu penelaahan terhadap lingkungan eksternal perusahaan akan
mengungkapkan adanya sejumlah peluang maupun ancaman terhadap usaha yang tengah
dijalankan perusahaan. Bagi wirausahawan yang akan memulai usaha baru, penelaahan
terhadap lingkungan usaha, akan memberikan informasi awal yang sangat berharga mengenai
adanya berbagai peluang usaha yang dapat dieksploitasi.
Pada tahap peninjauan lingkungan, pengusaha sebagai pemikir strategis dapat
menggunakan berbagai metode yang menunjukkan titik berat perhatiannya terhadap
lingkungan yang dianalisis, untuk memperoleh pwluang usaha yang merangsang timbulnya ide
untuk mendirikan usaha baru. Berikut ini beberapa contoh metode peninjauan lingkungan yang
dilakukan pengusaha untuk memperoleh peluang usaha baru.

1. Peninjauan lingkungan terhadap usaha yang berhasil


Melakukan penelaahan lingkungan eksternal perusahaan dengan menganalisis usaha
yang berhasil serta mencari cara untuk mengetahui rahasia keberhasilan usaha tersebut
dengan tujuan agar dapat menjalankan bisnis yang sama berhasilnya dengan pesaing
merupakan metode peninjauan lingkungan yang paling banyak digunakan oleh
perusahaan/pengusaha. Meskipun produk yang dihasilkan dari kegiatan peninjauan
lingkungan jenis ini lebih banyak bersifat "me too", tetapi tidak sedikit pengusaha yang
tertarik dengan metode ini. Hal ini mudah dipahami, karena usaha yang berhasil
merupakan sesuatu yang dapat dilihat secara nyata sehingga apabila usaha ini bisa ditiru
maka para peniru berharap mereka akan memperoleh keberhasilan yang sama.
Sebagai contoh, Ray Kroc bukanlah penemu sistem waralaba untuk usaha makanan siap
saji (fast food), tetapi melalui pengamatannya yang jeli setelah memerhatikan

3
berkembangnya waralaba makanan saji di Amerika Serikat, maka Kroc memutuskan
untuk mengadopsi sistem waralaba dalam industri ke dalam usaha McDonald's yang
dijalankan oleh McDonald's bersaudara di California, sehingga McDonald's dapat
berkembang menjadi waralaba makanan siap saji terbesar di dunia (Kuratko, et al.
2004:30). Sementara itu di Indonesia, metode peninjauan lingkungan yang sama
dilakukan oleh Wahyu Saidi pemilik dan pendiri Bakmi Langgara dan Bakmi Tebet.
Sebagaimana dituturkan oleh Wahyu Saidi dalam bukunya, Bakmi Langgara dibuat
melalui imitasi terhadap rasa Bakmi Gajah Mada (Wahyu Saidi dan Yudi Pramuko,
2005:37). Melalui kegiatan "spionase industri" yang dilakukannya, Wahyu Saidi
berhasil mengembangkan usaha Bakmi Langgara dan Bakmi Tebet yang kini sudah
memiliki lebih dari 100 gerai.

2. Metode Peninjauan Lingkungan Terhadap Kebutuhan Konsumen Dipenuhi


(Unfulfilled Needs)
Metode kedua untuk menemukan peluang usaha barua kebutuhan yang belum terpenuhi
dari barang atau jasa yang beredar Sehagai contoh, Michael Benjamin pendiri Aqua
Vox Inc. menemukan bah iatu hal yang menjadikan para penikmat mcreka tidaik bisa
saling berkomunikasi di dalam air dengan rekan lainnya. Hal ini telah memicu
Benjamin untuk menciptakan alat komunikasi dalam air yang memungkinkan para
penyelam berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan Alat
tersebut.Sebelumnya alat itu tidak pernah ada di pasaran. (Harper, 1991:30)

3. Metode Peninjauan Lingkungan Terhadap Kelemahan Produk Saat Ini


Dengan menggunakan metode ini, pengusaha berupaya untuk menemukan peluang
usaha melalui analisis secara seksama terhadap kelemahan produk yang dihasilkan
pesaing, sehingga kelemahan pesaing tersebut dapat dimanfaatkan perusahaan sebagai
suatu peluang bisnis yang dapat dieksploitasi. Sebagai contoh, para pengusaha mobil
Jepang memanfaatkan krisis energi akibat embargo minyak oleh negara-negara Arab
menyusul terjadinya perang Arab-Israel, untuk melakukan ekspansi produk mobil
Jepang ke Amerika. Para pengusaha mobil Jepang menawarkan konsep mobil yang
lebih hemat bahan bakar dibandingkan mobil yang diproduksi Amerika. Hal ini sejalan
dengan kebutuhan konsumen yang mulai cenderung meninggalkan mobil boros bahan
bakar. Contoh lainnya adalah bentuk penyajian berita oleh Koran pesaingnya.

4
Penyajian berita dalam Koran Tempo dirancang sedemikian rupa, sehingga berita yang
dimuat pada suatu halaman tidak bersambung ke halaman lainnya. Perbaikan cara
penyajian berita ini sangat membantu para pembaca koran yang sering kali harus
membolak balik halaman koran untuk mencari sambungan sebuah berita, Lebih celaka
lagi apabila ada halaman koran yang sudah hilang.

4. Metode Peninjauan Lingkungan dengan Menggunakan Tolak Ukur


Setiap perusahaan berkeinginan agar produk yang mercka hasilkan tetap dibeli oleh
konsumen, karena konsumen merupakan alasan keberadaan perusahaan dalam
peraturan bisnis. Untuk memastikan agar produk tidak tergantikan oleh pesaing, maka
perusahaan senantiasa melakukan pengamatan secara seksama terhadap berbagai
aktivitas yang dilakukan oleh pesaing yang menjadi tolok ukur mereka.
Sebagai contoh, PT. Unilever Indonesia meluncurkan detergen merek Surf dengan
harga yang lebih murah dibandingkan dengan detergen bermerek rinso untuk
mengantisipasi terjadinya kesulitan konsumen dari kalangan menengah kebawah.
Tindakan PT. Unilever Indonesia ini memicu aksi dari PT. Wings yang segera
meluncurkan detergen baru bermerek Daia yang lebih murah dibandingkan merek
Soklin.

2) Tahap Perumusan Konsep Usaha

Agar ide usaha (baik kreatif maupun tidak kreatif) dapat dijalankan secara operasional,
maka ide usaha yang muncul di benak pengusaha selanjutnya harus dirumuskan menjadi
konsep usaha. Konsep Usaha adalah penjabaran suatu ide usaha ke dalam dimensi-dimensi
bisnis yang relevan. Sebagai contoh, pengusaha yang memiliki ide usaha mendirikan usaha
rumah makan, maka ia harus menjabarkan ide-ide usaha tersebut menjadi dimensi-dimensi
usaha yang lebih detail. Misalnya apakah rumah makan yang akan dibuka akan menjual jenis
masakan yang seperti apa misalnya rumah makan padang atau sunda.

5
Tabel 4. Perbandingan Harga Makanan di Rumah Makan Baringin dan Rumah Makan Kapau

MENU RM BARINGIN RM KAPAU


Ayam Gulai Rp 5.000 Rp 6.000
Ayam Bakar - Rp 7.000
Ayam Goreng Rp 4.000 Rp 4.000
Telur Dadar Rp 3.000 Rp 4.000
Gulai Telur Bulat Rp 2.000 Rp 3.000
Rendang Rp 5.000 Rp 7.000
Kepala Ikan Kakap Rp 8.000 Rp 11.000
Ikan Lele Goreng Rp 3.000 Rp 3.500
Telur Balado Rp 2.000 Rp 3.000
Gulai Cincang Rp 3.000 Rp 5.000
Gulai Nangka Rp 2.000 Rp 3.000
Gulai Kikil Rp 4.000 Rp 6.000

Apabila yang dipilih adalah rumah makan padang, maka harus ditetapkan terlebih
dahulu pasar sasarannya karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap lokasi usaha yang
dipilih, menu makanan yang akan disajikan, harga makanan yang akan dijual, dan sebagainya.
Berikut disajikan perbandingan menu dan harga masakan Padang dari dua rumah makan yang
memiliki target pasar berbeda (lihat tabel 4). Rumah makan pertama adalah RM Baringinn
berlokasi di Jalan Cikutra Bandung, target pasar menengah ke bawah. RM kedua adalah RM
Kapau yang berlokasi di Jalan Pahlawan dengan target pasar menengah ke atas.

Pada tataran yang lebih sempit, Kotler (1991:323-324) memberi ilustrasi bagaimana
cara menerjemahkan usaha ide pokok menjadi konsep produk. Misalnya, sebuah perusahaan
makanan berskala besar memiliki ide membuat bubuk (powder) yang dapat ditambahkan ke
dalam susu untuk meningkatkan nutrisi dan rasa. Ide produk tersebut selanjutnya masih dapat
dikembangkan menjadi berbagai konsep produk dengan memerjhatikan sasaran pasar yang
akan dituju. Manfaat utama apa yang diberikan produk? Apakah rasa, nutrisi, kesegaran, atau
energi? Ketiga, kapan waktu penyajian minuman tersebut dilakukan, apakah pada saat sarapan,
makan siang atau makan malam?

Dengan mempertimbangkan berbagai dimensi tersebut, maka konsep produk bubuk


yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:

6
- Konsep 1: Minuman instan untuk sarapan bagi orang dewasa yang ingin memperoleh
nutrisi dalam waktu singkat tanpa harus mempersiapkan sarapan.
- Konsep 2: Minuman snack yang enak dan menyegarkan bagi anak-anak untuk diminum di
siang hari.
- Konsep 3: Suplemen kesehatan untuk para lanjut usia yang diminum di malam hari
sebelum mereka beristirahat.
Pada tahap perumusan konsep usaha, perusahaan atau pengusaha harus melakukan
analisis situasional yaitu suatu proses untuk menemukan kesesuaian antara peluang yang
terdapat di lingkungan eksternal perusahaan dengan kekuatan internal yang dimiliki oleh
perusahaan dan pada saat yang sama perusahaan berupaya untuk meminimalisir ancaman dari
lingkungan eksternal perusahaan dan memperbaiki kelemahan internal perusahaan (Wheelen
dan Hunger, 2004:109). Peluang usaha sebaik apapun yang terdapat di lingkungan eksternal
perusahaan tidak akan memiliki nilai apapun jika perusahaan tidak memiliki sumber daya
internal yang kuat untuk menjadikan peluang usaha itu menjadi kenyataan. Sebaliknya,
ancaman yang ada di lingkungan eksternal tidak akan menjadi berarti bagi perusahaan jika
perusahaan mampu merumuskan strategi yang dapat meminimalisir dampak ancaman tersebut
terhadap perusahaan.

Analisis situasional merupakan langkah lanjutan dari aktivitas peninjauan lingkungan,


apabila hasil dari suatu peninjauan lingkungan hanya berisi berbagai macam informasi
mengenai perkembangan yang terjadi baik di lingkungan internal maupun lingkungan
eksternal perusahaan, maka pada tahap analisis situasional akan dilakukan identifikasi mana
diantara informasi tersebut yang termasuk ke dalam kategori peluang, ancaman, kekuatan, dan
kelemahan.

3) Tahap Studi Kelayakan Usaha

Setelah perusahaan/pengusaha menetapkan konsep usaha mana yang akan dijalankan


menjadi suatu usaha, maka konsep usaha yang akan dijalankan terlebih dahulu harus dinilai
kelayakan usahanya. Demikian pula bagi perusahaan yang akan menjalankan strategi usaha
tertentu yang di dalamnya terdapat komitmen untuk melakukan pengeluaran kapital dalam
jumlah besar untuk jangka waktu yang panjang, maka pilihan strategi ini juga harus dinilai
terlebih dahulu kelayakannya.

7
Sebagai contoh, apabila perusahaan yang sudah berjalan (going concern company)
mempertimbangkan untuk memilih salah satu strategi dengan menggunakan model Product-
Market Expansion Matrix yang dikembangkan oleh Igor Ansoff (Doyle, 2000:117), maka bagi
perusahaan tersebut sekurang-kurangnya ada empat pilihan strategi sebagaimana dapat dilihat
pada Figur 14.

Strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration Strategy)

Dalam strategi ini perusahaan me;akukan inetnsifikasi penjualan produk yang saat ini dimiliki
perusahaan (current product) ke pasar sasaran yang saat ini dilayani oleh perisahaan (current
market).

Strategi Pengembangan Pasae (Market Development Strategy)

Dalam strategi ini perusahaan menjual produk saat ini ke pasar sasaran yang baru (new market).

Strategi Pengembangan Produk (Product Development Strategy)

Dalam strategi ini perusahaan menjual produk baru ke pasar yang saat ini dilayani oleh
perusahaan.

Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy)

Dalam strategi ini perusahaan menjual produk baru ke pasar sasaran yang baru.

8
Andaikan perusahaan memilih strategi pengembangan produk dengan menawarkan
produk baru ke pasar sasaran yang ada saat ini (misalnya, strategi ini digunakan olch PT
Unilever ketika memperkenalkan obat nyamuk Domestos Nomos, Ice Cream Walls, dan
beberapa produk baru lainnya, ditawarkan ke pasar sasaran yang saat ini menjadi pasar PT
Unilever Indonesia), maka strategi untuk memproduksi Ice Cream Walls maupun obat nyamuk
Domestos Nomos harus melalui suatu studi kelayakan usaha, karena keputusan strategis ini
melibatkan penggunaan dana dalam jumlah yang besar, di mana pengembalian investasi
tersebut akan terjadi dalam kurun wakru lebih dari satu tahun. Penggunaan dana dalam jumlah
besar dengan masa mbalian lebih dari satu tahun merupakan ciri utama kegiatan investasi
(Sutojo, 2000:2), hal ini membutuhkan suatu studi kelayakan.

Studi kelayakan usaha tidak akan dapat dilakukan seandainya ide usaha tidak
diterjemahkan ke dalam suatu konsep usaha. Setelah konsep usaha dapat maka selanjutnya
dapat dilakukan kegiatan studi kelayakan usaha. Secara studi kelayakan usaha dapat
dikelompokkan ke dalam dua jenis studi yakni studi kelayakan ekonomi dan studi kelayakan
teknis.

Studi kelayakan ckonomi bertujuan untuk mengetahui layak tidakny usaha berdasarkan kepada
data-data keuangan historis maupun data-data keuangan yang terangkum dalam laporan
keuangan. Laporan keuangan mencakup neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal,
dan laporan arus kas. Untuk menilai layak tidaknya şuatu usaha, dapat digunakan metode
perhitungan kelayakan yang memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money)
seperti metode nilai bersih sekarang (net present value-NPV) dan tingkat pengembalian internal
(internal rate of return-IRR). Selain metode studi kelayakan usaha yang memperhitungkan nilai
waktu dari uang, terdapat pula metode kelayakan usaha yang tidak memperhitungkan nilai
waktu dari uang, misalnya metode periode pengembalian (payback periode) (Brealey et al.,
2004:185),

Selain melakukan studi kelayakan usaha berdasarkan perhitungan ekonomi, para


pengusaha juga akan memperhitungkan kelayakan usaha secara teknis. Studi kelayakan teknis
akan melakukan penelaahan secara saksama menyangkut berbagai aspek yang akan menunjang
kelancaran proses operasional perusahaan di bidang produksi. Studi kelayakan teknis misalnya
menyangkut kelangsungan pasokan baku, penggunaan teknologi produksi yang digunakan
perusahaan dibanding pesaing, dampak kegiatan operasional perusahaan terhadap lingkungan,
dan lain sebagainya.

9
Kuratko dan Hodgetts (2004:414-416) menyebutkan berbagai faktor yang harus
diperhitungkan dalam melakukan analisis kelayakan usaha dari suatu rencana usaha baru, yang
mencakup aspek-aspek:

- Kelayakan Teknik (Technical Feasibility)


- Kelayakan Pemasaran (Marketing Feasibility)
- Kelayakan Keuangan (Financial Feasibility)
- Kemampuan Organisasi (Organizational Capabilities)
- Analisis Persaingan (Competitive Analysis)

4.Tahapan Penyusunan Rencana Bisnis.

Informasi yang terkumpulan pada tahapstudi kelayakan meruakan informasi yang


sangat penting dalam proses penyusunan rencana bisnis. Perbedaan yang signifikan yang
terlihat antara studi kelayakan bisnis dengan perencanaan bisnis terdapat pada manajemen
strategisnya. Dalam studi kelayakan bisnis aspek yang lebi dilhat adalah layak atau tidaknya
suatu bisnis baik dari segi ekonomi maupun segi teknis. Dalam perencanaan bisnis, manajer
puncak sebagai ahli strategis perusahaan akan menaruh usaha baru tersebut dalam sebuah
portofolio usaha yang disesuaikan dengan visi dan misi yang ingin dicapai perusahaan dalam
jangka panjang.

Konsep usaha yang dibuatkan rencana bisnis hanyalah konsep yang sudah layak
menurut studi kelayakan bisnis. Sedangkan bagis konsep yang dinyatakan tidak layak, terdapat
dua kemungkinan perlakuan. Pertama konsep usaha tersebut dapat ditinjau kembali apakah ada
konsep yang dapat diperbaiki kembali sehingga dapat dijadikan rencana bisnis. Kedua, konsep
usaha tersebut setelah dinyatakan tidak layak tidak dikaji kembali karena beberapa konsep yang
telah ditetapkan kemungkinan akan sulit diperbaiki.

Komponen – komponen rencana bisnis yang harus ditetapkan oleh perusahaan atau pengusaha
antara lain mencangkup :

a. Menentukan visi, misi dan kebijakan kebijakan dari suatu usaha baru.
b. Mengembangkan manajemen perusahaan yang meyangkut direksi perusahaan, para
manajer utama perusahaan.
c. Mengembangkan lingkungan internal perusahaan menyangkut budaya perusahaan,
struktur organisasi perusahaan dan sumber daya organisasi.

10
d. Mengembangakan proyeksi perusahaan yang menyangkup titik impas, perkiraan
penjualan perusahaan, perkiraan harga pokok produksi perkiraan harga pokok
penjualan, serta perkembangan berbagai performa laporan keuangan.

2.2 Pengembangan bisnis yang sudah ada

Suatu usaha yang telah dikenal baik oleh banyak masyarakat dan menghasilkan laba
disebut dengan usaha yang telah berkembang, usaha seperti itu yang ingin dicapai oleh semua
pelaku usaha. Kita menyadari bahwa ketika kita telah berhasil dalam membangun/memulai
suatu usaha baru, tantangan berikutnya adalah bagaimana strategi dan cara mengembangkan
usaha yang kita miliki agar menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang kita harapkan.
Pengembangan bisnis yang sudah ada berarti usaha yang akan dibangun merupakan bagian dari
entitas usaha yang sudah ada sebelumnya. Pengembangan usaha bisa bersifat vertikal ataupun
horizontal.

a. Pengembangan vertikal adalah perluasan usaha dengan cara membangun unit bisnis
baru yang masih memiliki hubungan langsung dengan bisnis utamanya.
b. Pengembangan horizontal adalah pengembangan usaha baru yang bertujuan
memperkuat bisnis utama untuk mendapatkan keunggulan komparatif, yang secara line
produk tidak memili hubungan dengan bisnis utamanya.

Inti dan garis besar dari pengembangan usaha adalah pemasaran dan maksimalnya laba, ada
beberapa hal yang bisa dilakukan dalam pemasaran dan pemaksimalan laba, berikut ini adalah
strategi dan cara yang dapat kita lakukan dalam upaya untuk mengembangkan usaha :

1. Strategi dan cara yang pertama ini adalah dengan melakukan pengolahan terhadap
produk yang dimiliki, kita bisa melakukan inovasi terhadap produk agar berbeda dan
terlihat lebih menarik dari produk yang lainnya, ataupun kita bisa melakukan
perbaikan terhadap produk agar dapat bersaing dengan produk-produk lain. Inti dari
strategi dan cara mengembangkan usaha yang pertama ini adalah produk yang kita
miliki tidak boleh kalah dan harus bisa bersaing dengan produk lainnya.
2. Strategi dan cara yang kedua ini adalah melakukan pengembangan dengan melakukan
promosi/iklan secara konsisten, jika kita mengenalkan produk kita secara terus-
menerus atau konsisten alhasil para konsumen tidak akan mudah melupakan merk

11
pruduk yang kita tawarkan, dan diharapkan produk kita dapat menjadi pertimbangan
para konsumen.
3. Strategi dan cara mengembangkan usaha yang ketiga adalah dengan memberikan
harga yang terjangkau dan kompetitif, serta memberikan pelayanan yang maksimal
terhadap konsumen/pelanggan. Jangan memberikan harga yang terlalu mahal, jangan
terlalu rakus. Kita hanya perlu memastikan bahwa kita tidak mengalami kerugian, dan
berikanlah pelayanan semaksimal mungkin kepada para konsumen maupun pelanggan
agar mereka dapat menilai langsung keunggulan kinerja kita.
4. Strategi dan cara yang keempat adalah mencoba menjalin hubungan yang harmonis
kepada para pihak internal maupun eksternal perusahaan. Pihak eksternal dapat
meliputi para distributor, pemasok, ataupun para pelanggan, sedangkan pihak internal
seperti para karyawan. Bisa kita bayangkan jika hubungan kita dengan mereka tidak
harmonis, apa bisa urusan kita dapat berjalan lancar yang ujung-ujungnya menyangkut
urusan usaha kita, saya rasa tidak.
5. Strategi dan cara mengembangkan usaha yang kelima adalah dengan berusaha keras,
bersungguh-sungguh dan mau belajar. Ini yang harus kita lakukan jika ingin usaha
yang telah kita rintis dengan susah payah dapat berkembang.

Tingkatan Dalam Pengembangan Usaha

Pengembangan usaha memiliki tingkat yang berbeda. Level atau tingkatan tersebut menjadi
produk, komersial dan korporasi. Berikut adalah tingkatan – tingkatan yang ada pada
pengembangan usaha yaitu :

1. Tingkat Produk
Pada level produk pengembangan usaha berarti mengembangkan produk atau teknologi
baru. Meskipun tingkat pengembangan dapat berbeda dari perusahaan ke perusahaan.
Tingkat perkembangan usaha dibagi menjadi satu kategori yaitu : Perkembangan
incremental. Perkembangan Incremental adalah perkembangan yang meningkatkan
fungsi yang ada platform atau teknologi, sementara pengembangan mengganggu atau
terputus-putus benar-benar hal baru yang dikembangkan dari awal.
Misalnya dari pembangunan berkelanjutan adalah tambahan ekstensi untuk produk
yang sudah ada seperti baru baru ini untuk sampo, kamera digital dengan pixel 5MIO

12
untuk ponsel anda. Dalam kedua kasus platform ponsel, shampo dan mobile tetap
sama.
2. Tingkat Komersial
Dalam contoh bentuk pengembangan usaha di tingkat komersial berarti berburu
pelanggan baru di segmen pasar yang baru. Dengan demikian pekerjaan ini
memerlukan individu yang secara psikologis kuat dan mampu menangani banyak
masalah. Tingkat berikutnya dari pengembangan usaha komersial adalah saluran atau
organisasi penjualan. Saluran atau organisasi penjualan dapat terdiri dari mitra dan agen
seperti, distributor, pemegang lisensi, franchisee, atau cabang sendiri baik di nasional
atau internasional. Pengembangan usaha komersial adalah tingkat rantai nilai. Pada
pengembangan rantai nilai tingkat usaha adalah tentang mengembangkan penawaran
produk secara keseluruhan. Pengembangan usaha /bisnis di perusahaan–perusahaan
teknologi yang telah mengembangkan platform yang harus diintegrasikan atau
dikombinasikan dengan teknologi lain atau platform untuk membentuk seluruh produk.
Seluruh produk umumnya terdiri dari beberapa teknologi untuk membuatnya menjadi
hidup. Sebuah teknologi pada umumnya tidak dikembangkan oleh satu perusahaan tapi
bersumber dari orang lain yang bertujuan untuk menghemat waktu dalam proses usaha
.
3. Tingkat Korporasi
Fokusnya adalah bukan pada produk maupun komersial tetapi pada korporasi tingkatan
usaha.Dan pada intinya tingkat pengembangan usaha ini adalah tentang merger &
akuisisi (M & A), usaha patungan (JV), saham langsung investasi (DEI) dan aliansi
strategis.
Ini berkaitan dengan analisa bisnis portofolio, keuangan perusahaan, hukum kontrak,
hukum pajak, hukum sosial, anti kepercayaan hukum, manajemen perubahan , dan
manajemen budaya

Unsur – Unsur Dalam Mengembangkan Usaha

Adapun unsur – unsur penting dalam mengembangkan usaha ada 2 yaitu :

1. Unsur yang berasal dari dalam ( pihak internal ) :


a. Adanya niat dari si pengusaha / wirausaha untuk mengembangkan usahanya
menjadi lebih besar.

13
b. Mengetahui teknik memproduksi barang seperti berapa banyak barang yang harus
diproduksi , cara apa yang harus digunakan untuk mengembangkan barang / produk
, dan lain – lain.
c. Membuat anggaran yang bertujuan seberapa besar pemasukkan dan pengeluaran
produk .
2) Unsur dari pihak luar ( Pihak eksternal) :
a. Mengikuti perkembangan informasi dari luar usaha.
b. Mendapatkan dana tidak hanya mengandalkan dari dalam seperti meminjam dari
luar.
c. Mengetahui kondisi lingkungan sekitar yang baik / kondusif untuk usaha

Aspek – Aspek Yang Diperhatikan Dalam Mengembangkan Usaha

Pengembangan usaha terdiri dari beberapa aspek seperti aspek strategi , manajemen
pemasaran, dan penjualan, seperti :

1. Aspek strategi contohnya :


a. Meneliti jenis usaha baru dengan penekanan pada mengidentifikasi kesenjangan
(yang ada dan / atau diharapkan) oleh konsumen .
b. Menciptakan pasar baru
c. Menciptakan produk baru dengan karakteristik yang menarik konsumen
2. Aspek manajemen pemasaran contohnya :
a. Menembus dan menguasai pangsa pasar .
b. Mengolah situasi / peluang pasar yang ada dengan teliti.
c. Memasarkan produk dengan jaringan yang luas seperti impor produk ke luar negeri.
d. Membuat strategi pemasaran yang dapat membuat konsumen membeli produk kita ,
seperti memasang iklan , brosur, dan lain-lain.
3. Aspek penjualan contohnya :
a. Memberikan saran tentang perancangan dan menegakkan kebijakan penjualan dan
proses tindak lanjut penjualan .
b. Banyak volume produk yang akan dijual.
c. Tingkat keamanan dalam proses penjualan barang.
d. Menjual produk dengan harga yang terjangkau dan memiliki kualitas yang baik.

14
Analisa Masalah Dan Solusi Dalam Mengembangkan Usaha

Adapun analisa masalahnya adalah

1. Faktor kurangnya permodalan.


Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu
unit usaha. Kurangnya permodalan UKM, karena pada umumnya usaha kecil dan
menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang
mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal
pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan
secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi
2. Kesulitan dalam pemasaran produk .
Kesulitan memasarkan produk dapat berakibat berlebihnya penyimpanan produk di
gudang atau over produk. Sehingga tidak ada pemasukkan bagi si pengusaha.
3. Persaingan usaha yang semakin ketat .
Persaingan usaha yang semakin ketat mendesak para pengusaha bersaing dengan
pengusaha lainnya , hal ini jika tidak diantisipasi maka pengusaha yang kalah bersaing
akan mengalami gagal produk .
4. Kesulitan bahan baku .
Kesulitan dalam bahan baku adalah faktor yang sangat vital dalam proses
pengembangan usaha. Jika tidak ada bahan baku maka akan dipastikan perusahaan
tidak bisa melakukan kegitan usahanya.
5. Kurangnya keahlian teknis dan tenaga ahli.

Adapun solusinya adalah

1. Modal dapat diperoleh bukan hanya dari dalam tetapi bisa juga dari luar seperti dari
pinjaman bank , hibah , dan sebagainya.
2. Membuat saluran pemasaran yang luas seperti memasarkan barang tidak hanya di
dalam negeri saja tetapi jika bisa diekspor ke luar negeri. Dengan begitu produk kita
akan lebih mudah dikenal oleh masyarakat .
3. Menerapkan strategi usaha diantaranya seperti yang telah dibahas sebelumnya seperti
menerapkan strategi penjualan contonhnya membuat diversikiasi produk, menemukan
produk baru dan sebagainya.

15
4. Membuat lokasi usaha dengan mempertimbangkan mudahnya memperoleh suatu bahan
baku untuk mengembangkan usaha atau dengan kata lain memilih lokasi yang strategis
dalam usaha.
5. Merekrut tenaga ahli dengan cara melakukan seleksi yang ketat kepada calon pelamar
di perusahaan anda, dengan demikian anda bisa mendapatkan tenaga yang benar – benar
ahli dibidangnya.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perencanaan bisnis baru adalah bahwa usaha yang akan didirikan benar-benar tidak
pernah ada sebelumnya. Sesuatu yang baru ini dapat diartikan “produk” atau “bisnis” baru
karena sebelumnya belum / tidak dimiliki si penggagas. Perencanaan bisnis baru memerlukan
formulasi penyusunan rencana usaha yang mecakup 4 tahapan utama : Pertama Membuat ide,
apapun ide usaha yang dihasilkan seorang pengusaha, pada dasarnya ide usaha tersebut muncul
sebagai hasil peninjauan lingkungan yang dilakukan pengusaha,terutama dalam melihat
peluang usaha yang terdapat di lingkungannya, Kedua perumusan konsep usaha, perusahaan
atau pengusaha harus melakukan analisis situasional yaitu suatu proses untuk menemukan
kesesuaian antara peluang yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan dengan kekuatan
internal yang dimiliki oleh perusahaan dan pada saat yang sama perusahaan berupaya untuk
meminimalisir ancaman dari lingkungan eksternal perusahaan dan memperbaiki kelemahan
internal perusahaan, Ketiga melakukan analisis kelayakan usaha dari suatu rencana usaha baru,
yang mencakup aspek-aspek: kelayakan teknik (technical feasibility), kelayakan pemasaran
(marketing feasibility), kelayakan keuangan (financial feasibility) , kemampuan organisasi
(organizational capabilities) , Analisis Persaingan (Competitive Analysis). Keempat,
penyusunan rencana bisnis biasanya dilakukan oleh manajer puncak akan meletakkan usaha
baru yang akan dijalankan tersebut di dalam susunan fortifolio usaha. Komponen-
komponennya mencakup mengembangkan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan – kebijakan
daru suatu usaha baru, mengembangkan manajemen perusahaan, mengembangkan lingkungan
internal perusahaan, mengembangkan proyeksi kinerja perusahaan. Setelah tahap memulai
usaha selesai biasanya dilanjutkan ke dalam tahap pengembangan usaha untuk mencapai
keuntungan yang maksimal.

Pengembangan bisnis yang sudah ada berarti usaha yang akan dibangun merupakan
bagian dari entitas usaha yang sudah ada sebelumnya. Pengembangan usaha bisa bersifat
vertikal ataupun horizontal. Adapun strategu yang dilakukan untuk mengembangkan suatu
usaha yakni melakukan pengolahan terhadap produk yang dimiliki, kita bisa melakukan
inovasi terhadap produk , melakukan pengembangan dengan melakukan promosi/iklan secara
konsisten, memberikan harga yang terjangkau dan kompetitif, serta memberikan pelayanan

17
yang maksimal terhadap konsumen/pelanggan, mencoba menjalin hubungan yang harmonis
kepada para pihak internal maupun eksternal perusahaan, berusaha keras, bersungguh-sungguh
dan mau belajar.

3.2 Saran

Dari kesimpulan di atas kami menyarankan bagi wirausaha pemula yang ingin memulai
usaha alangkah baiknya membuat perencanaan secara matang, selain itu lebih jeli melihat
peluang-peluang usaha yang baru yang belum ada di masyarakat, dengan begitu usaha yang
dibangun akan mempunyai nilai lebih dan berbeda dari pesaing yang ada. untuk usaha yang
telah berjalan, sebaiknya usaha yang tersebut dikembangkan agar membawa keuntungan yang
yang lebih besar. Pengembangan usaha juga harus melihat banyak faktor dan aspek yang
menguntungkan sehingga pengusaha nantinya dapat menangani resiko dengan mudah dan
kembangkanlah usaha dengan cara yang sekreatif mungkin supaya konsumen akan membeli
produk anda lagi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ismail Solihin. 2007. Memahami Business Plan. Bandung. Salemba Empat

Ahmad Subagyo. 2007. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta. PT Alex Media
Komputindo

iii

Anda mungkin juga menyukai