Bioteknologi Pertanian
Bioteknologi Pertanian
Bioteknologi Pertanian
Bioteknologi banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Pembuatan kompos dan biogas
merupakan contoh yang sederhana. Pemanfaatan bioteknologi untuk meningkatkan hasil
pertanian pada masa sekarang ini dilakukan secara modern, misalnya pada pemuliaan
tanaman dengan menciptakan tanaman transgenik (tanaman yang gennya telah dimodifikasi),
kultur jaringan, biopestisida, dan sebagainya. Berikut ini beberapa contoh bioteknologi dalam
bidang pertanian.
Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan dalam bercocok tanam tanpa menggunakan
tanah sebagai media tumbuhnya. Untuk memperoleh zat makanan atau unsur hara yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, ke dalam air yang digunakan dilarutkan campuran
pupuk organik. Campuran pupuk ini dapat diperoleh dari buatan sendiri atau pupuk buatan
yang siap pakai. Adapun keuntungan dengan cara hidroponik adalah sebagai berikut.
Selain hidroponik, saat ini teknik yang sedang dikembangkan adalah teknik aeroponik. Jika
hidroponik media yang digunakan untuk tumbuh akar adalah air dan media lain misalnya
kerikil atau pasir. Tapi pada aeroponik tidak menggunakan media sama sekali. Akar tanaman
di letakkan menggantung dalam suatu wadah yang dijaga kelembapannya dari air yang
biasanya berasal dari pompa bertekanan sehingga timbul uap air. Zat makanan diperoleh
melalui larutan nutrien yang disemprotkan ke bagian akar tanaman.
Sistem aeroponik memiliki kelebihan dibandingkan sistem hidroponik. Pada sistem
aeroponik, akar yang menggantung akan lebih banyak menyerap oksigen sehingga
meningkatkan metabolisme dan kecepatan pertumbuhan tanaman.
Teknik kultur jaringan banyak dilakukan untuk menghasilkan bibit tumbuhan dalam jumlah
besar dan seragam sifat genetiknya dalam waktu relatif singkat, misalnya bibit jati, anggrek,
dan kelapa sawit.
Kultur jaringan memanfaatkan sifat totipotensi sel, yaitu setiap sel membawa informasi
genetik yang lengkap sehingga berpotensi untuk berkembang menjadi individu baru yang
lengkap. Kultur jaringan mula-mula dilakukan oleh Frederick C. Steward. Steward
mengkultur sel-sel akar tanaman wortel dalam suatu media buatan. Dari sel-sel akar itu
berhasil tumbuh tanaman wortel yang lengkap. Hasil percobaan ini membuktikan bahwa sel
mengandung semua informasi genetik yang lengkap.
Bagian yang akan ditumbuhkan melalui kultur jaringan disebut eksplan. Eksplan yang
digunakan biasanya dari jaringan tumbuhan yang masih muda, misalnya ujung akar, tunas,
dan daun muda. Berdasarkan jenis eksplannya, kultur jaringan dapat dibedakan menjadi
kultur meristem, kultur antera, kultur embrio, kultur protoplas, kultur kloroplas, kultur polen,
dan lain-lain. Eksplan yang telah disterilkan ditumbuhan pada media steril yang mengandung
nutrisi dan zat pengatur tumbuh.
Selama kultur berlangsung, faktor lingkungan seperti cahaya, temperatur, kelembapan, dan
pH diatur pada kondisi yang paling sesuai untuk pertumbuhan eksplan. Jika nutrisi, zat
pengatur tumbuh, dan keadaan lingkungan sesuai, eksplan akan tumbuh menjadi massa sel
yang belum mengalami diferensiasi yang disebut kalus. Kalus kemudian tumbuh menjadi
tanaman kecil yang telah lengkap yang disebut plantlet. Sebelum dapat ditanam, plantlet
harus diaklimatisasi selama beberapa waktu sehingga kondisi dan ukurannya sesuai untuk
ditanam.
Teknik kultur jaringan sangat menguntungkan dalam perbanyakan tumbuhan bernilai tinggi.
Selain itu tanaman langka yang terancam punah dapat dilestarikan dengan memanfaatkan
kultur jaringan. Dengan demikian kemajuan industri agrobisnis dapat terwujud dan ketahanan
pangan akan meningkat.
c. Tanaman yang Dapat Menfiksasi Nitrogen
Serealia atau tumbuhan rumput-rumputan berbiji merupakan tumbuhan yang menyuplai 50%
makanan pokok penduduk dunia. Namun, serealia tidak memiliki simbion bakteri akar-
akarnya untuk memfiksasi nitrogen, sehingga kebutuhan nitrogen (N2) diperoleh dari
penambahan pupuk buatan. Kelebihan pupuk buatan yang diberikan dapat terbilas air dan
menyemari air minum yang dikonsumsi manusia di lingkungan sekitar.
1) Tumbuhan serealia
2) Bakteri yang berasosiasi dengan tumbuhan serealia
3) Plasmid TI ( Tumor Inducing) dari Agrobacterium dan kemudian menginfeksikannya ke
tumbuhan yang sesuai dengan bakteri yang telah direkayasa.
Tanaman transgenik merupakan tanaman yang telah disusupi DNA asing sebagai pembawa
sifat yang diinginkan. DNA tersebut dapat berasal dari tumbuhan yang beda jenis. Untuk
menghasilkan tanaman transgenik dibutuhkan teknik rekayasa genetika dan vector sebagai
pembawa gen sifat yang diinginkan. Sebagai vector digunakanlah DNA yang berasal dari
bakteri Agrobacterium tumefaciens yang lebih dikenal dengan nama Ti plasmid (tumor-
inducing plasmid). Ti plasmid memiliki kemampuan untuk masuk ke dalam sel tumbuhan
selama proses infeksi.
Teknologi transgenik telah dilakukan pada beberapa tanaman pertanian seperti jagung, kapas,
tomat, padi, kedelai, dan papaya. Pada kedelai telah dimasukkan beberapa gen yang
menyebabkan variasi pada tanaman kedelai. Pada tanaman jagung telah dimasukkan gen cry
dari Bacillus thuringiensis disebut dengan jagung Bt, yang menyebabkan jagung
menghasilkan protein yang dapat membunuh serangga, seperti kupu-kupu.
Tanaman transgenik ini tidak perlu disemprot dengan pestisida untuk menyingkirkan hama
dan penyakit, sebab dengan sisipan gen tersebut akan menghasilkan senyawa endotoksin (
senyawa racun) sehingga tanaman transgenik dapat membrantas hama dengan senyawa racun
yang dikandungnya.
Hasil dari mutasi yang sering dinamakan mutan, ternyata memiliki beberapa keuntungan di
antaranya cocok ditanam di persawahan pasang surut yang memiliki kadar garam cukup
tinggi, tahan wereng cokelat dan hijau, tahan penyakit busuk daun, umur lebih pendek, dapat
ditanam pada musim kemarau dalam waktu lebih singkat, hasil panennya lebih banyak.
Tanaman hasil mutasi ini bersifat poliploidi (jumlah kromosomnya berkelipatan dari
kromosom normal) sehingga dapat memberikan hasil yang lebih tinggi, misalnya cepat
berbuah, buahnya lebih besar, dan tidak berbiji.
f. Fusi Protoplas
Fusi protoplas merupakan suatu proses alamiah yang terdapat dari mulai tanaman tingkat
rendah sampai pada tanaman tingkat tinggi. Fusi protoplas merupakan gabungan protoplas
dengan protoplas lain dari beberapa spesies, kemudian membentuk sel yang dapat tumbuh
menjadi tanaman hibrid. Hibridisasi somatik melalui fusi protoplasma digunakan untuk
menggabungkan sifat lain dua spesies atau genus yang tidak dapat digabungkan secara
seksual ataupun aseksual. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh
genom dari spesies yang sama (intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang sama (inter-
spesies), atau antargenus dari satu famili (inter genus).
Ketika tanaman dilukai, maka sejumlah sel yang disebut callus akan tumbuh pada tempat
yang dilukai tersebut. Sel-sel callus memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi
tunas dan akar serta keseluruhan tanaman berbunga. Potensi alami sel-sel tersebut yang
terprogram menjadi calon tanaman baru sangat ideal untuk rekayasa genetik. Seperti pada
sel-sel tanaman, sel-sel callus dikelilingi oleh dinding selulosa yang tebal, yaitu sebuah
rintangan yang menghambat pembentukan DNA baru. Dinding sel tersebut dapat dipecah
dengan dinding selulose sehingga menghasilkan sel tanpa dinding sel yang disebut protoplas.
Protoplas ini dapat digabungkan dengan protoplas lain dari beberapa spesies, kemudian
membentuk sel yang dapat tumbuh menjadi tanaman hibrid. Metode ini disebut fusi
protoplas.
Tujuan fusi protoplas adalah untuk mendapatkan suatu hibrida somatic atau sibrida atau
mengatasi kelemahan dari hibrida seksual. Terdapat kelemahan dari hibrida seksusal, yaitu:
Sukar untuk mendapatkan suatu hibrida antar spesies dan antar genera. Hibridisasi
somatik dapat mengatasi hal tersebut.
Sitoplasma pada perkawinan seksual hanya berasal dari induk betina saja. Dalam proses
pembuahan, ganet jantan hanya membawa inti saja dengan sedikit sitoplasma sebaliknya
pada tetua betina selain inti juga sitoplasma. Untuk mendapat sitoplasma dari kedua tetua
diadakan fusi antara sitoplasma.
Fusi protoplas dapat dimanfaatkan untuk melakukan persilangan antar spesies atau galur
tanaman yang tidak memungkinkan untuk dilakukan dengan persilangan biasa karena adanya
masalah inkompatibilitas fisik. Fusi protoplas membuka kemungkinan untuk:
Menghasilkan hibrid somatik amphidiploid yang fertil antar spesies yang secara seksual
tidak kompatibel
Menghasilkan galur heterozigot dalam satu spesies tanaman yang secara normal hanya
dapat diperbanyak dengan cara vegetatif, misalnya pada kentang.
Memindahkan sebagian informasi genetik dari satu spesies ke spesies lain dengan
memanfaatkan fenomena yang disebut penghilangan kromosom (chromosome
elimination).
Memindahkan informasi genetik yang ada di sitoplasma dari satu galur atau spesies ke
galur atau spesies lain
Fusi protoplas dapat menghasilkan dua macam kemungkinan produk:
Hibrid, jika nukleus dari kedua spesies tersebut betul-betul mengalami fusi (menyatu)
Cybrid (cytoplasmid hybrid ataru heteroplast), jika hanya sitoplasma yang mengalami
fusi sedangkan informasi genetik dari salah satu induknya hilang.
Teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari teknik ini adalah dapat
menghasilkan tanaman dengan sifat tertentu dan dapat dilakukan dengan spesies yang
berbeda. Kekurangan dari teknik ini adalah memerlukan biaya yang mahal serta butuh
ketelitan yang lebih.
Teknik-teknik bioteknologi juga dimanfaatkan untuk membuat jenis tanaman tanaman unggul
yang baru. Hal ini diperlukan untuk mencukupi kebutuhan pangan yang terus meningkat,
sedangkan luas lahan pertanian cenderung menurun. Tanaman unggul ini diharapkan
mempunyai produktivitas yang lebih baik. Selain itu, peningkatan hasil, juga dilakukan upaya
perbaikan pada kandungan nutrisi, kelestarian lingkungan, usia panen, dan berbagai nilai
tambah yang lain.
Sebagai contoh, nilai tambah pada beberapa tanaman unggul yang telah dikembangkan
adalah sebagai berikut.
Peningkatan kandungan nutrisi pada tanaman pisang, cabe, stroberi, dan ubi jalar.
Peningkatan rasa, misalnya pada tanaman tomat, cabe, buncis, dan kedelai.
Peningkatan kualitas produk, misalnya pada pisang, cabe, stroberi dengan tingkat
kesegaran dan tekstur yang lebih baik.
Mengurangi reaksi alergi, misalnya pada tanaman polongpolongan dengan kandungan
protein penyebab alergi yang lebih rendah
Kandungan bahan berkhasiat obat, misalnya pada tomat dengan kandungan lycopene
yang tinggi yang berguna sebagai antioksidan untuk mengurangi kanker, bawang dengan
kandungan allicin untuk menurunkan kolesterol, serta pada padi dengan kandungan
vitamin A dan zat besi untuk mengatasi anemia dan kebutaan.
Tanaman yang mampu memproduksi vaksin dan obatobatan untuk mengobati penyakit
manusia, misalnya pada tanaman tembakau yang telah direkayasa sehingga dapat
menghasilkan vaksin untuk penyakit kanker.
Tanaman dengan kandungan nutrisi yang lebih baik untuk pakan ternak
Penerapan bioteknologi tanaman juga dapat memudahkan petani dalam proses budidaya
tanaman. Misalkan dalam pengendalian gulma yaitu dengan menghasilkan tanaman yang
memiliki ketahanan terhadap jenis herbisida tertentu. Sebagai contoh adalah tanaman berlabel
Roundup Ready yang terdiri dari kedelai, canola (sejenis tanaman penghasil minyak), dan
jagung yang tahan terhadap herbisida Roundup. Di dunia saat ini telahbanyak dilepas
berbagai tanaman jenis baru hasil penerapan bioteknologi. Misalnya di China pada tahun
2006 telah telah dikembangkan sekitar 30 spesies tanaman transgenik, antaralain padi,
jagung, kapas, kentang, kedelai, tomat tahan virus, petunia dengan warna bunga bary, paprika
tahan virus, dan kapas tahan hama) yang telah dilepas untuk produksi.
Beberapa jenis tanaman unggul baru yang dibuat dengan pemanfaatan bioteknologi adalah
sebagai berikut.
Padi merupakan tanaman pangan utama dunia. Dengan demikian padi menjadi prioritas
utama dalam bioteknologi. Selain padi, tanaman pangan yang telah banyak mendapat
sentuhan bioteknologi adalah kentang. Penerapan bioteknologi pada tanaman padi sebenarnya
telah lama dilakukan. Salah satu produknya adalah pari jenis golden rice yang dikenalkan
pada tahun 2001. Diharapkan padi jenis ini dapat membantu jutaan orang yang mengalami
kebutaan dan kematian dikarenakan kekurangan vitamin A dan besi. Vitamin A sangat
penting untuk penglihatan, respon kekebalan, perbaikan sel, pertumbuhan tulang, reproduksi,
hingga penting untuk pertumbuhan embrionik.
Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna kuning menyerupai
emas karena mengandung karotenoid. Rekayasa genetika merupakan metode yang digunakan
untuk produksi Golden Rice. Hal ini disebabkan karena tidak ada plasma nutfah padi yang
mampu untuk mensintesis karotenoid.
2) Kentang Russet Burbank
Teknik bioteknologi saat ini telah banyak digunakan dalam produksi kentang. Baik dalam
teknik penyediaan bibit, pemuliaan kentang, hingga rekayasa genetika untuk meningkatkan
sifat-sifat unggul kentang. Dalam hal penyediaan bibit, saat ini teknik kultur jaringan telah
banyak digunakan. Teknik kultur jaringan me-mungkinkan petani mendapatkan bibit dalam
jumlah besar yang identik dengan induknya. Contoh varietas kentang baru adalah kentang
Russet Burbank yang memiliki kandungan pati yang tinggi yang dapat menghasilkan kentang
goreng dan kripik kentang dengan kualitas yang lebih baik karena menyerap lebih sedikit
minyak ketika digoreng.
3) Tomat FlavrSavr
Teknologi rekayasa genetika juga telah diaplikasikan pada tanaman hortiklutura. Sebagai
contoh yang cukup terkenal adalah tomat FlavrSavr, yaitu jenis tomat yang buah matangnya
tidak lekas rusak/membusuk. Hal ini sangat berbeda dengan tanaman tomat lain, di mana
buah yang matang cepat menjadi rusak. Sifat tomat FlavrSavr ini sangat berguna dalam
pengiriman buah ke tempat yang jauh sebelum tiba di tangan konsumen.
Salah satu dari sekian banyak kerugian merokok adalah gangguan kesehatan karena kadar
nikotin yang tinggi. Pendekatan bioteknologi dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini
yaitu dengan merakit tanaman tembakau yang bebas kandungan nikotin. Pada tahun 2001
jenis tembakau ini diklaim dapat mengurangi resiko serangan kanker akibat merokok. Selain
bebas nikotin, sentuhan bioteknologi lain juga dilakukan untuk tanaman tembakau misalnya
dengan meningkatkan aroma menggunakan gen aroma dari tanaman lain. Salah satu yang
telah berhasil adalah mengabungkannya dengan aroma buah lemon.
Bioteknologi Peternakan
Hormon pertumbuhan diberikan pada ternak untuk meningkatkan produksi daging, susu, atau
telur. Contohnya adalah pemberian Bovine Growth Hormone pada sapi perah dapat
meningkatkan produksi susu dan daging hingga 20%. Namun penggunaan hormon untuk
memacu produksi pada ternak masih diperdebatkan karena berpotensi meningkatkan penyakit
masitis pada ternak dan membahayakan kesehatan manusia.
Penerapan prinsip bioteknologi dalam bidang peternakan antara lain sebagai berikut:
Teknologi ini lebih dikenal dengan teknologi kloning yaitu teknologi yang digunakan untuk
menghasilkan individu duplikasi (mirip dengan induknya). Teknologi kloning telah berhasil
dilakukan pada beberapa jenis hewan. Salah satunya adalah pengkloningan domba yang
dikenal dengan domba Dolly. Melalui kloning hewan, beberapa organ manusia untuk
keperluan transplantasi penyembuhan suatu penyakit berhasil dibentuk. Tahapan teknologi
kloning adalah;
1) Isolasi nukleus (inti sel) dari hewan donor.
Nukleus diisolasi dari sel putting susu domba dewasa dengan menggunakan teknik khusus
sehingga dapat dikeluarkan dari membrane sel
Nukleus yang telah diisolasi dari sel domba dewasa digabungkan ke dalam sel domba lain
yang telah dihilangkan nukleusnya. Secara genetic sel domba yang menerima nukleus identik
dengan domba pendonor.
Sel telur dimasukkan ke dalam rahim domba betina yang lain. Hanya sedikit sel telur yang
mampu bertahan dan berkembang di dalam rahim. Sel telur yang mampu bertahan akan
berkembang menjadi embrio dan selanjutnya akan dihasilkan anak domba yang mirip dengan
domba pendonor nukleus
Teknik ini dikenal dengan nama kawin suntik, adalah suatu cara atau teknik untuk
memasukkan sperma yang telah dicairkan dan diproses terlebih dahulu yang berasal dari
ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat
khusus yang disebut “ insemination gun”. Teknik inseminasi buatan memiliki beberapa
tujuan, yaitu:
Apabila kawin suntik memfokuskan pada sperma jantan, maka transfer embrio tidak hanya
potensi dari jantan saja yang dioptimalkan, melainkan potensi betina berkualitas unggul juga
dapat dimanfaatkan secara optimal.
Teknik TE ini, betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi menghasilkan embrio
yang untuk selanjutnya bisa ditransfer pada induk titipan dengan kualitas yang tidak perlu
bagus tetapi memiliki kemampuan untuk bunting.
Embrio yang akan ditransfer ke resipien disimpan dalam foley kateter dua jalur yang steril
(tergantung ukuran serviks). Sebelum dilakukan panen embrio, bagian vulva dan vagina
dibersihkan dan disterilkan dengan kapas yang mengandung alcohol 70%. Embrio yang
didapat dapat langsung di transfer ke dalam sapi resipien atau dibekukan untuk disimpan dan
di transfer pada waktu lain.
d. Teknologi Transgenik
Hewan transgenik adalah hewan yang telah mengalami rekayasa genetika sehingga dihasilkan
hewan dengan sifat yang diharapkan. Teknologi transgenik pada hewan dilakukan dengan
cara penyuntingan fragmen DNA secara mikro ke dalam sel telur yang telah mengalami
pembuahan. Tujuan dari teknologi ini adalah meningkatkan produk dari hewan ternak seperti
daging susu, dan telur.
Contoh dari hewan yang mengalami teknologi ini adalah domba transgenik. Jadi DNA domba
ini disisipi dengan gen manusia yang disebut factor VIII ( merupakan protein pembeku
darah). Berkat penyusupan gen tersebut, domba menghasilkan susu yang mengandung factor
VIII yang dapat dimurnikan untuk menolong penderita hemophilia.
Rekayasa genetika juga dapat melestarikan spesies langka. Sebagai contoh, sel telur zebra
yang sudah dibuahi lalu ditanam dalam kuda spesies lain. Spesies lain yang dipinjam
rahimnya ini disebut surrogate. Hal ini sudah diterapkan pada spesies keledai yang hamper
punah di Australia.
Dengan rekayasa genetika dihasilkan hormon pertumbuhan dewan yaitu BST. Caranya
adalah:
1) Plasmid bakteri E.Coli dipotong dengan enzim endonuklease
2) Gen somatotropin sapi diisolasi dari sel sapi
3) Gen somatotropin disisipkan ke plasmid bakteri
4)Bakteri yang menghasilkan bovin somatotropin ditumbuhan dalam tangki fermentasi
5) Bovine somatotropin diambil dari bakteri dan dimurnikan.
Hormon ini dapat memicu pertumbuhan dan meningkatkan produksi susu. BST ini
mengontrol laktasi (pengeluaran susu) pada sapi dengan meningkatkan jumlah sel-sel
kelenjar susu. Jika hormon yang dibuat dengan rekayasa genetika ini disuntuikkan pada
hewan, maka produksi susu akan meningkat 20%.
Pemakaian BST telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration), lembaga
pengawasan obat dan makanan di Amerika. Amerika berpendapat nsusu yang dihasilkan
karena hormon BST aman di konsumsi tapi di Eropa hal ini dilarang karena penyakit mastitis
pada hewan yang diberikan hormon ini meningkat 70%.
Selain memproduksi susu, hormon ini dapat memperbesar ukuran ternak menjadi 2 kali lipat
ukuran normal. Caranya dengan menyuntik sel telur yang akan dibuahi dengan hormon BST.
Daging dari hewan yang diberi hormon ini kurang mengandung lemak. Sehingga
dikhawatirkan hormon ini dapat mengganggu kesehatan manusia.