Five Stars Doctors

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Definisi sehat menurut badan kesehatan dunia (WHO) adalah suatu

keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas

dari penyakit atau kecacatan.1 Sejalan dengan UU No.23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan yang menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari

badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan

ekonomi.2

Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan terus bertambah mencapai

273,65 juta jiwa pada tahun 2025. Selain jumlah penduduk, usia harapan hidup

penduduk Indonesia juga semakin meningkat yaitu mencapai 73,7 tahun pada

tahun 2025. Kedua hal ini tentunya berdampak pada berbagai sektor kehidupan,

salah satunya adalah peningkatan kebutuhan akan pelayanan kesehatan.

Peningkatanpelayanan kesehatan termasuk di dalamnya jumlah dan pelayanan

oleh tenaga kesehatan khususnya dokter.3

Dalam sistem pelayanan kesehatan di negara manapun, tenaga pelayanan

kesehatan yang utama adalah dokter. Oleh sebab itu, salah satu indikator utama

dalam menilai baik buruknya sistem pelayanan kesehatan di suatu komunitas atau

negara adalah rasio jumlah dokter dan jumlah penduduk. Di negara maju, dengan

sistem pelayanan kesehatan yang lebih teratur dan berjalan baik, tenaga utama

pemberi pelayanan kesehatan adalah dokter, baik di tingkat primer apalagi di

1
tingkat sekunder dan tersier. Oleh sebab itu, pendidikan dokter harus selalu

mengacu pada upaya bagaimana agar lulusan dokter dapat turut memperkuat

sistem pelayanan kesehatan.4

Pemberian pelayanan kesehatan mungkin merupakan salah satu hal yang

berkontribusi terhadap konvergensi berbagai input yang berbeda terhadap

kepuasan nilai-nilai relevansi, kualitas, efektivitas biaya dan kesetaraan dalam

kesehatan. Prioritas harus diberikan untuk merekonsiliasi kegiatan yang diarahkan

pada kesehatan individu dan kelompok dan penelitian yang didedikasikan untuk

merancang skema yang tepat, di mana kedua rangkaian kegiatan dapat dilakukan

dalam koordinasi dan dalam keseimbangan yang dapat diterima dan hemat biaya,

baik dalam hal lingkungan pelayanan kesehatan atau oleh para profesional

kesehatan atau tenaga kesehatan yang sama.4,5

Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) merupakan standar minimal

kompetensi lulusan yang diterbitkan di akhir tahun 2012 yang akan digunakan

oleh dokter di layanan primer. Badan Kesehatan Dunia, WHO (1996) dalam

artikelnya berjudul ''Doctors for health, a WHO global strategy of changing

medical education and medical practice for health for all'', telah

merekomendasikan lima kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap dokter

masa depan agar mampu menjawab berbagai tantangan. Kompetensi dasar

tersebut akan menjadi identitas the five-stars doctor. Konsep "five stars doctor"

diusulkan sebagai profil ideal seorang dokter yang memiliki campuran

kemampuan untuk melaksanakan berbagai layanan yang harus diberikan oleh

2
pengaturan kesehatan untuk memenuhi persyaratan relevansi, kualitas, keefektifan

biaya dan kesetaraan dalam kesehatan.5,6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, rumusan masalah

penelitian ini adalah bagaimanakah penjelasan dan fungsi dari “five stars

doctor”.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian untuk mengetahui penjelasan mengenai “five stars

doctor dan fungsinya”.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Berbagi Visi Tentang Tantangan Dalam Reformasi Kesehatan

Untuk membuat perubahan sistem pelayanan kesehatan secara efisien, para

pemangku kepentingan harus bekerja sama dan setuju pada satu set nilai-nilai

fundamental. Relevansi, kualitas, efektivitas biaya dan ekuitas adalah nilai-nilai

fundamental yang tersirat demi kesehatan bagi semua masyarakat yang didukung

oleh semua bangsa dan pemerintah. Dalam konteks inilah peran profesional

kesehatan masa depan, dan khususnya, dokter medis, harus dipikirkan.5

1. Relevansi

Relevansi dalam pelayanan kesehatan dapat didefinisikan sebagai sejauh

mana masalah yang paling penting ditangani terlebih dahulu. Meskipun prioritas

dapat ditafsirkan dengan cara yang berbeda dalam masyarakat yang berbeda atau

kelompok yang berbeda dalam masyarakat yang sama, perhatian utama harus

diberikan kepada mereka yang paling menderita, untuk penyakit yang paling

umum, dan kondisi yang dapat diatasi dengan sarana yang tersedia secara lokal.

Relevansi juga menyiratkan upaya terorganisir untuk terus memperbarui rencana

untuk mengatasi kebutuhan kesehatan prioritas. Hal ini termasuk masalah akses

universal, pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan masyarakat esensial

dan ketersediaan obat penting.5

2. Kualitas

4
Pelayanan kesehatan berkualitas tinggi menggunakan data berbasis bukti

dan teknologi yang tepat untuk memberikan pelayanan kesehatan yang

komprehensif untuk individu dan populasi, dengan mempertimbangkan harapan

sosial, budaya dan konsumen mereka. WHO mendefinisikan kesehatan sebagai

"keadaan lengkap fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan bukan hanya

ketiadaan penyakit atau kelemahan" harus menjadi mercusuar bagi reformis

pelayanan kesehatan dan masyarakat. Konsumen mengharapkan pelayanan

kesehatan bersifat komprehensif, berkesinambungan dan pribadi untuk

menanggapi kebutuhan spesifik mereka untuk kesejahteraan. Kualitas tinggi

dalam pelayanan kesehatan harus mencakup kriteria teknis yang ditetapkan oleh

penyedia layanan kesehatan dan kriteria kenyamanan ditetapkan oleh konsumen

kesehatan.5

3. Keefektivitasan Biaya

Kenaikan biaya kesehatan terjadi karena fenomena universal: spesialisasi

dalam perawatan kesehatan, yang menyebabkan prosedur yang mahal,

peningkatan akses ke pelayanan kesehatan karena perubahan sosiodemografi,

peningkatan permintaan dari konsumen sebagai harapan untuk kualitas yang lebih

baik dari hasil kehidupan dari akses yang lebih luas terhadap informasi.

Sebagaimana fenomena ini akan bertahan dan bahkan meningkat di masa depan

pada masyarakat, semua pembuat kebijakan dan penyedia perawatan kesehatan

yang berkaitan dengan proses pembaruan kesehatan kesehatan harus memberikan

perhatian mendesak untuk penahanan biaya tanpa mengorbankan efektivitas

dalam perawatan kesehatan.5

5
4. Ekuitas

Ekuitas, yang merupakan pusat untuk sistem pelayanan kesehatan akuntabel

secara sosial, berarti berjuang membuat pelayanan kesehatan berkualitas tinggi

tersedia bagi semua. Tujuan utama dari Strategi Global WHO untuk “Health for

All” adalah bahwa semua orang menerima "setidaknya seperti tingkat kesehatan

dimana mereka mampu bekerja secara produktif dan berpartisipasi secara aktif

dalam kehidupan sosial masyarakat di mana mereka tinggal. Untuk mencapai

tingkat kesehatan seperti itu, setiap individu harus memiliki akses ke pelayanan

kesehatan primer untuk semua tingkat sistem kesehatan yang komprehensif.5

B. Dokter Bintang Lima (Five-Stars Doctor)

Pembentukan dokter bintang lima di Indonesia sangat memerlukan

penekanan pada pembentukan karakter jiwa Pancasila. Salah satu contoh

penerapan adalah seorang dokter yang menjalani fungsinya sebagai “health care

provider” dan berkarakter Pancasila akan menampilkan kepercayaaan dan

ketaqwaaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mengakui dan memperlakukan

pasien sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha

Esa, serta mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap

pasien, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis

kelamin, kedudukan sosial, warna kulit. Di samping itu, sanggup dan rela

berkorban dalam memberi pelayanan kesehatan untuk kepentingan negara dan

bangsa dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain serta mengembangkan

sikap adil terhadap sesama. Intinya dokter akan dibina sebagai seorang yang

profesional, seseorang yang bisa memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai

6
dengan standar operating prosedur atau standar pelayanan medis dan standar etika

profesi. Selain itu, dokter memiliki jiwa kepemimpinan untuk memimpin

pasiennya ketika pengobatan, berkomunikasi efektif dengan pasien untuk

membentuk suatu kerja sama yang optimal dalam program promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif.4,5

Dokter biasanya terjebak pada rutinitas profesionalisme yang sempit.

Banyak dokter yang meyakini bahwa ilmu kedokteran hanya terfokus pada

masalah penyakit. padahal idealnya selain melakukan intervensi fisik, dokter

harus berperan dalam intervensi moral dan sosial di tengah masyarakat, yang

menerapkan trias peran dokter, di mana ia dapat sebagai agen perubahan (agent of

change), agen pembangunan (agent of development), dan agen pengobatan (agent

of treatment).5

Di University of Califonia at Irvine, Medical Center, Medical Group, Dokter

keluarga, "the five star doctors" (dokter keluarga di Amerika Serikat biasanya

berbasis hospital) dilukiskan sebagai:5

a. Para dokter yang bekerja dan terlatih khusus untuk pelayanan kedokteran

tingkat pertama (front lines) dalam hal-hal pencegahan, diagnosis dan

pengobatan.
b. Mereka adalah para dokter yang pandai-cerdas, senantiasa mendengarkan

dengan seksama, mengerti akan ucapan, keinginan dan keluhan pasiennya.


c. Mereka dapat bercakap-cakap dalam bahasa pasiennya dalam suasana

kekeluargaan dan senantiasa siap melayani kebutuhan pasiennya. Baik

dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit.


d. Mereka dapat merujuk pasiennya ke pelayanan dokter tingkat kedua, pada

saat yang tepat atau atas kehendak pasiennya.

7
Mereka bekerja dengan sistem pencatatan dokter yang baik, mempunyai staf

yang terlatih untuk hal-hal demikian.5

1. Dokter Sebagai Care Provider

Selain memberikan perawatan individu "five star doctor" harus

memperhitungkan seluruh kebutuhan pasien (fisik, mental dan sosial). Mereka

harus memastikan bahwa berbagai macam pengobatan - kuratif, preventif atau

rehabilitatif - akan diberikan dengan cara yang saling melengkapi, terpadu dan

berkesinambungan. Dan mereka harus memastikan bahwa perawatannya

berkualitas tinggi.5,7,8

Dokter dituntut untuk menangani pasien secara holistik, baik sebagai

individu maupun sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat, serta mampu

menyediakan perawatan berkelanjutan yang berkualitas dalam lingkup hubungan

dokter-pasien yang berdasarkan kepercayaan dan saling menguntungkan. Dokter

sebagai seseorang yang mampu mengobati pasiennya yang merupakan bagian

integral dari keluarga dan masyarakat sekelilingnya dengan kualitas pelayanan

kesehatan yang memadai serta melakukan berbagai pencegahan khusus dalam

jangka waktu yang cukup lama. 5,7,8

Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain menghargai kepercayaan

pasien terhadap segala sesuatu yang menyangkut penyakitnya, serta penggunaan

bahasa yang santun, mudah dimengerti dan dipahami oleh pasien sesuai dengan

umur, tingkat pendidikan. Selain itu, seorang dokter harus mempertimbangkan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi psikologis pasien. Kewajiban yang harus

8
dipenuhi yaitu pelayanan yang maksimal sesuai kondisi pasien, menjawab segala

pertanyaan pasien maupun keluarga, jujur atau memberi informasi apa adanya. 5,7,8

Dokter Kepala Puskesmas berperan dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan dari masyarakat di dalam wilayah kerjanya. Dalam melakukan

pemeriksaan dan tindakan pengobatan hendaknya mempergunakan semua fasilitas

yang ada dan kemampuan yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. Hal ini sangat

penting untuk memupuk kepercayaan masyarakat dan para pejabat di lingkungan

kecamatan kepada dokter Puskesmas yang bersangkutan. Bila ada penderita yang

tidak dapat diatasi dengan fasilitas dan kemampuan yang ada, maka penderita

perlu dikirim ke Rumah Sakit yang diperkirakan memiliki kemampuan untuk

mengatasi penderita tersebut dengan persetujuan penderita setelah cukup diberi

pengertian dan motivasi. Ilmu pengetahuan terus berkembang dengan pesat, maka

perlu diusahakan untuk mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh IDI

setempat, atau membaca buku, majalah-majalah bidang klinik maupun bidang

kesehatan masyarakat. 9

2. Dokter sebagai Decision Maker

Dokter sebagai "five star doctor" yaitu decision maker harus mengambil

keputusan yang dapat dibenarkan dalam hal kemanjuran dan biaya dari semua

cara yang mungkin untuk mengobati kondisi kesehatan yang diberikan, salah satu

yang tampaknya paling tepat dalam situasi tertentu harus dipilih. Mengenai

9
pengeluaran, sumber daya yang tersedia untuk kesehatan yang terbatas harus

dibagi secara adil untuk kepentingan setiap individu di masyarakat.5,7,8

Dokter dituntut untuk mampu memilih teknologi tepat guna untuk

digunakan dalam mempertinggi pelayanan kesehatan yang layak dan berbiaya

terjangkau. Dengan kata lain, dokter adalah pengambil keputusan dalam

menentukan teknologi mana yang akan dipakainya dalam pengobatan pasien

dengan memperhatikan cost-effectiveness. Dalam melakukan prosedur klinis,

seorang dokter (dalam hubungannya sebagai Decision Maker) mengambil sikap

dan tindakan sesuai masalah, kebutuhan pasien, serta sesuai kewenangannya.5,7,8

3. Dokter sebagai Communicator

Salah satu penyumbang faktor yang terbesar terjadinya malpraktik adalah

masalah komunikasi yang dibangun sewaktu dokter menggali informasi dari

pasien. dalam praktik medis disebut dengan anamnesis. Beberapa fakta empiris

yang sering diresahkan masyarakat adalah sikap dokter yang kurang ramah,

kurang empati dan kurang mengayomi pasien-pasiennya. Pasien hanya

didibaratkan sebagai sebuah mesin yang tunduk pada perintah dokter tanpa

memperhatikan feedback langsung dari lawan bicaranya. Ketidaksempurnaan

dokter dalam membangun komunikasi terhadap pasien akan berakibat buruk

terhadap proses terapeutik yang dikelolanya nanti. Karena tak jarang, dokter

terlalu intervensif dalam melakukan anamnesis. 5,7,8

Dokter dituntut sebagai seorang yang mampu meningkatkan gaya hidup

yang sehat dengan penyuluhan yang efektif dan nasehat yang tepat dalam konteks

budaya dan ekonomi. Dengan demikian, kesehatan perorangan dan masyarakat

10
akan meningkat dan terjaga sehingga dapat membantu individu maupun kelompok

masyarakat dalam mengubah gaya hidupnya ke arah perilaku sehat. Sebagai

Communicator, dokter diharapkan mampu menguasai area komunikasi efektif

yaitu menggali dan bertukar informasi secara verbal atau non verbal dengan

pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain.

Proses yang harus diperhatikan, baik dalam berkomunikasi dengan pasien maupun

keluarganya, yaitu rasa kesinambungan, pengumpulan informasi, mendiagnosa,

dan memberi penjelasan. 5,7,8

4. Dokter Sebagai Manager

Dokter sebagai seorang yang dapat bekerja secara efektif dan harmonis

dengan orang lain baik di dalam maupun di luar organisasi sistem pelayanan

kesehatan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan pasien dan masyarakat. Dokter

menjadi orang yang dapat memperdalam dan mengembangkan ilmunya untuk

mengetahui berbagai penyakit yang berada di lingkungannya dalam upaya

meningkatkan pelayanan kualitas hidup manusia. Dokter bukan hanya menjadi

seseorang yang bisa menyembuhkan penyakit saja, tetapi juga dididik untuk

berpikir bagaimana memerdekakan masyarakat atau lingkungannya dari berbagai

penyakit. 5,7,8

Dokter diharapkan memiliki keterampilan manajer/administrator, yaitu: 5,7,8

- Sistem rujukan
- Pengorganisasian dan manajemen komunitas
- Pembaruan sumber daya dan manajemen keuangan
- Kebijakan dan legalisasi kesehatan

5. Doktor Sebagai Community Leader

11
Dalam memenuhi tugas, seorang pemimpin harus mengambil beberapa

aspek dalam proses manajemen untuk tujuan merancang kegiatan, yang perlu

dilakukan untuk mencapai tujuan bersama tim. Seorang dokter juga dapat

menerapkan proses manajemen yang sama saat merancang pelayanan dan

intervensi, yang perlu dilakukan untuk mencapai target, terkait dengan manajemen

kesehatan pasien. Prosesnya dimulai dari perencanaan hingga menciptakan

jaringan profesional, seperti yang dijelaskan pada Gambar 2.1.10,11

Gambar 2.1 Dokter Sebagai Pemimpin11

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan didefinisikan sebagai aktivitas sistematis untuk

mengidentifikasi dan menentukan tujuan proyek, serangkaian tindakan yang perlu

diambil untuk mencapai tujuan, langkah-langkah yang perlu diambil, metode

pelaksanaan, dan sumber daya manusia yang perlu untuk dipekerjakan untuk

melakukan tindakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan harus dilakukan secara

12
integral, holistik, dan teliti; harus memastikan kesatuan pemahaman, sikap, dan

tindakan; dan harus ditindaklanjuti oleh tindakan nyata. Perencanaan mencakup

sejumlah kegiatan khusus yang terdiri dari mengidentifikasi jenis kegiatan,

menentukan skala prioritas, menyiapkan perkiraan waktu dan biaya, menunjuk

individu yang bertanggung jawab atas setiap kegiatan, mendistribusikan

pekerjaan, dan menyatakan prosedur untuk evaluasi. 10,11

Dalam praktek sehari-hari, dokter biasanya akan merancang rencana

manajemen penyakit sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan pendukung dengan menerapkan proses berpikir sistematis dan

pembentukan diagnosis yang cermat. Prinsip ini harus diadopsi sehingga dokter

dan pasien dapat melakukan kegiatan yang direncanakan secara lebih efektif

untuk mencapai tujuan bersama mereka dalam memecahkan masalah kesehatan

pasien. Seluruh proses perencanaan harus didokumentasikan oleh sistem

informasi medis, dapat diakses oleh semua individu yang terlibat. 10,11

2. Menyediakan Informasi (Providing Information)

Informasi memberikan intensifikasi terhadap pertukaran ide, pendapat, dan

pemikiran yang terkait dengan keputusan dan kebijakan yang diambil untuk

memecahkan masalah. Proses ini membutuhkan komitmen semua pihak yang

terlibat dan informasi yang komprehensif dari pemimpin. Proses pertukaran

informasi harus dilakukan dalam dua arah. Pendekatan semacam ini diharapkan

terjadi dalam hubungan dokter-pasien. Hubungan interpersonal antara dokter dan

pasien mirip dengan antara pemimpin dan pengikut, yang menghasilkan pola

komunikasi khusus dari hubungan dokter-pasien. Seorang dokter perlu menyusun

13
pola komunikasi yang efektif dengan pasien dan individu lain yang terlibat,

mencapai kesatuan visi dan misi dalam upaya bertekad untuk menyembuhkan

masalah kesehatan pasien. 10,11

Setiap rencana untuk manajemen kesehatan harus menentukan peran dan

tugas semua individu yang terlibat dalam proses termasuk dokter, perawat,

penyedia layanan kesehatan lainnya, pasien, anggota keluarga, dan masyarakat

(jika diperlukan). Dokter, yang memimpin seluruh proses pertukaran informasi,

memilih model pertukaran informasi yang tepat. Kegagalan komunikasi sering

menyebabkan kesalahpahaman, menimbulkan kerugian, dan bahkan mengarah ke

efek bencana. Konsekuensi tersebut dapat dan benar-benar terjadi dalam praktek

medis sehari-hari dalam berbagai bentuk, seperti dugaan malpraktek bahkan

dalam situasi di mana dokter telah mengikuti standar profesional yang berlaku. 10,11

3. Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan adalah salah satu tugas pemimpin, yang melibatkan penilaian

dan koreksi untuk memastikan bahwa tujuan bersama dapat dicapai secara efektif.

Pemantauan dapat dilakukan baik secara internal maupun eksternal. Pemantauan

internal terdiri dari mengidentifikasi indikator keberhasilan, memeriksa faktor-

faktor kunci keberhasilan, mengangkat pertanyaan spesifik, yang terkait dengan

kinerja, mendorong anggota tim untuk melaporkan masalah, dan belajar dari

kegagalan. Pemantauan eksternal terdiri dari mengidentifikasi kebutuhan

pelanggan berdasarkan perubahan situasional , melibatkan pelanggan dalam

pencarian informasi, mengamati berbagai peristiwa yang relevan dengan tujuan

bersama, dan belajar dari keberhasilan orang lain. 10,11

14
Dalam kasus manajemen pasien sehari-hari, dokter perlu secara terus

menerus mengumpulkan data yang relevan dan secara teratur mengevaluasi sejauh

mana perawatan dan intervensi telah dapat menyembuhkan masalah kesehatan

pasien sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Sistem informasi medis diperlukan

untuk mencatat data dan rencana intervensi selanjutnya dengan

mempertimbangkan perkembangan pasien saat ini. Hasilnya dapat digunakan

untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan jangka pendek dan jangka

panjang. 10,11

4. Menyelesaikan Masalah (Solving Problems)

Kepemimpinan yang baik melibatkan kemampuan untuk membuat berbagai

keputusan, menyelesaikan masalah, mengambil tindakan, menggunakan berbagai

sumber daya, dan menghasilkan dan mengadopsi kebijakan sebagai solusi untuk

masalah-masalah tertentu. Untuk mencapai tujuan, pemimpin dan pengikut harus

duduk bersama dan membuat keputusan , yang melayani kepentingan organisasi,

serta kebutuhan bawahan. Sebelum keputusan dibuat, kedua belah pihak harus

mempertimbangkan semua risiko yang mungkin dan mengidentifikasi solusi

terbaik yang kinerjanya akan menjadi bagian dari tanggung jawab pemimpin. 10,11

Analogi yang sama juga berlaku untuk tugas dokter untuk menyembuhkan

masalah kesehatan pasien. Sebelum membuat keputusan klinis tentang masalah

kesehatan pasien, dokter harus mempertimbangkan semua informasi, yang telah

dikumpulkan dari berbagai sumber untuk kepentingan terbaik pasien. Setiap

diskusi yang terjadi antara dokter dan pasien sebelum pengambilan keputusan

sebanding dengan sesi konseling di mana dokter mengundang pasien, bersama

15
dengan keluarga mereka ketika diperlukan, untuk membuat keputusan bersama

untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan preferensi

pasien. 10,11

5. Memberikan Dukungan (Providing Supports)

Memberikan dukungan adalah salah satu tugas yang diharapkan dari

seorang pemimpin sebagai refleksi pertimbangan, penerimaan, perhatian, dan

kepedulian terhadap para pengikut. Penting bagi seorang pemimpin untuk

memperlakukan orang lain dengan kesopanan, untuk menunjukkan perhatian yang

tulus, untuk sabar dan membantu, untuk memberikan dukungan ketika seseorang

bingung untuk memperhatikan keluhan dan masalah pengikut, dan untuk

mengidentifikasi dan memaksimalkan potensi mereka. 10,11

Seorang dokter juga harus menunjukkan kualitas yang sama kepada

pasiennya. Ketika berinteraksi dengan pasien, dokter diharapkan untuk secara

aktif mendengarkan keluhan pasien, menunjukkan empati, memberikan dukungan,

dan bekerja sama dengan pasien untuk memecahkan masalah sementara pada saat

yang sama mengidentifikasi potensi atau sumber daya, yang dapat digunakan

untuk menyelesaikan masalah. 10,11

6. Mengembangkan (Developing)

Aspek ini didefinisikan sebagai proses meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan individu yang dapat meningkatkan kinerja baik

saat ini dan di masa depan. Pengembangan dapat diperoleh dari pelatihan,

pembinaan, pendampingan, dan konseling. Seorang pemimpin harus dapat

16
memilih bentuk pembangunan yang paling sesuai dengan tindakan yang akan

diambil, dan mencapai target. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan

dalam hal pengembangan, seperti kebutuhan untuk pengembangan, motivasi

untuk pengembangan kapasitas, metode untuk pengembangan dan prosedur untuk

evaluasi. 10,11

Dalam hubungan dokter-pasien, dokter memiliki kewajiban untuk

memberikan pendidikan, pengetahuan, nasihat dan pelatihan untuk pasien

individu, keluarga mereka dan masyarakat yang lebih besar sebagai bentuk

peningkatan kapasitas. Upaya semacam itu harus dilakukan untuk

memberdayakan dan memungkinkan orang-orang untuk mengatasi masalah

kesehatan mereka sendiri di bawah pengawasan dokter dan tim medisnya. 10,11

7. Memberikan Penghargaan (Giving Rewards and Apreciations)

Dalam interaksi sehari-hari antara dokter dan pasien, ketika pasien telah

mencapai target tertentu (seperti ketika pasien telah mampu mempertahankan

tingkat glukosa atau tekanan darahnya atau ketika keluhan telah berkurang),

dokter dapat menghargai komitmen pasien untuk mengikuti skema intervensi

seperti yang direncanakan sebelumnya. Selain pujian, dokter juga dapat memberi

tahu pasien tentang manfaat yang diperoleh atau diperoleh pasien dari mencapai

target tertentu. Salah satu tantangan terbesar dalam dunia medis adalah

memastikan manfaat jangka panjang dari suatu intervensi (seperti hilangnya

relaps, penarikan gejala, atau tidak adanya komplikasi), yang mungkin tidak

segera diamati. Dengan demikian, pasien harus terus didukung dan didorong

untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah kambuh. Intinya

17
adalah bahwa pasien akan benar-benar termotivasi dan merasa perlu untuk

menjaga kesehatan mereka sendiri jika mereka menyadari dan mengetahui

manfaatnya atau telah merasakan manfaatnya sendiri. 10,11

8. Mengelola Konflik (Managing Conflicts)

Konflik dapat timbul dari cara seseorang menafsirkan, merasakan, dan

menanggapi lingkungan. Sumber konflik lain adalah kurangnya koordinasi di

antara anggota tim dalam hal interdependensi, kebingungan karena deskripsi

pekerjaan yang tidak terstruktur, perbedaan orientasi tugas, dan sistem kontrol

yang lemah. Konflik juga dapat mengambil bentuk lingkungan kerja yang

monoton, yang akan menyebabkan apatis berlebihan jika dibiarkan tidak

tertangani. 10,11

9. Membentuk Tim Kerja (Forming Team Works)

Tim ini mungkin terdiri dari beberapa individu atau tim yang lebih kecil,

yang masing-masing memiliki keterampilan yang saling melengkapi dan sangat

berkomitmen untuk mencapai tujuan bersama. Masing-masing dari mereka juga

harus dilengkapi dengan seperangkat teknik, pendekatan, dan orientasi yang

kokoh berdasarkan teori-teori ilmiah yang diakui dan berlaku di bidangnya

masing-masing. Tugas seorang pemimpin untuk membentuk tim kerja juga terkait

dengan manajemen konflik, karena salah satu cara untuk mengelola konflik

dengan cara yang konstruktif adalah dengan membentuk tim kerja yang solid. 10,11

Untuk menyediakan layanan medis berkualitas tinggi di fasilitas kesehatan,

tim layanan profesional harus dibentuk, yang terdiri dari dokter, perawat,

18
apoteker, ahli gizi, dan penyedia layanan kesehatan lainnya. Tugas tim adalah

menyembuhkan masalah kesehatan pasien dengan cara yang terintegrasi, sesuai

dengan target yang ditetapkan untuk setiap pasien. Diharapkan bahwa semua

elemen dalam tim akan mendukung dan melengkapi satu sama lain untuk

kepentingan terbaik pasien di bawah koordinasi dokter yang berwenang untuk

membuat keputusan klinis jika ada masalah klinis yang harus terjadi. Juga harus

ada distribusi dan prosedur kerja yang jelas, yang disepakati bersama dan akan

dilakukan bersama oleh semua komponen tim. 10,11

10. Membangun Jaringan Professional (Building Professional Networks)

Ketika globalisasi terus berkembang, kebutuhan untuk membangun jaringan

menjadi lebih mendesak. Situasi saat ini menstimulasi pengembangan jaringan

komunikasi intensif yang "mengecilkan" dunia. Membangun jaringan profesional

dikaitkan dengan berbagai perilaku, yang bertujuan untuk meningkatkan potensi

internal dan eksternal dari suatu organisasi. Seorang pemimpin harus

mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap berbagai kebutuhan dengan

mempertimbangkan peluang yang tersedia dan kepentingan pemangku

kepentingan. Membangun kerjasama dengan spesialis atau membangun jaringan

di antara fasilitas kesehatan, adalah cara untuk membangun jaringan profesional

untuk kepentingan pasien. 10,11

Manajemen kasus dalam pelayanan primer membutuhkan tim staf medis

sebagai koordinator pelayanan yang bekerja dan mendiskusikan masalah kasus

atau layanan kesehatan, mengklarifikasi tugas masing-masing, menyumbang satu

sama lain, dan meningkatkan pembentukan tim. Selain bekerja di antara para

19
profesional dan pasien, koordinator pelayanan juga bekerja sama dengan keluarga

dan spesialis untuk kepentingan pasien. Penilaian manajemen kasus secara

holistik (pendekatan bio-psiko-sosial-budaya), komprehensif (preventive

oriented), terintegrasi, dan kontinum dilaporkan kepada kepala fasilitas kesehatan

dalam pertemuan periodik untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diubah atau

diperbarui atau diklarifikasi sesuai dengan kebutuhan pasien. Sebagai bentuk

tanggung jawab sosial atau memperluas layanan, tim koordinator pelayanan dapat

memberikan panduan kepada komunitas tertentu serta mengidentifikasi sumber

daya yang berguna untuk pasien. Model ini akan meningkatkan kreativitas,

kedekatan, kepuasan, komitmen, kepedulian terhadap orang lain, terlibat dalam

menentukan arah perawatan kesehatan, dan meningkatkan kepemimpinan diri. 10,11

20
Gambar 2.2 Model koordinasi pelayanan11

Fungsi dokter pelayanan primer sebagai koordinator pelayanan dapat

ditingkatkan dengan meningkatkan pelaksanaan layanan interdisipliner,

memperkuat kapasitas dokter pelayanan primer dan paparan untuk mengelola.

Menjadi koordinator pelayanan juga bermanfaat sebagai keterlibatan untuk

menentukan arah layanan melalui pertemuan rutin dengan rekan dokter untuk

21
diskusi kasus, membuat panduan klinis, standar atau revisi baru sesuai dengan

kondisi saat ini, pertemuan rutin dengan kepala fasilitas kesehatan untuk

mendiskusikan keluhan pasien atau untuk memperbaiki aliran layanan dan

memperkuat peran masing-masing penyedia layanan kesehatan yang terlibat, serta

pertemuan rutin dengan manajemen untuk memberikan pedoman pengelolaan

yang baru atau direvisi dan mengadvokasi mengapa perlu perubahan kebijakan /

aturan. Oleh karena itu, dokter akan membutuhkan keterampilan diplomasi,

pengaruh, kepemimpinan dan kapasitas komunikasi yang efektif. Kegiatan seperti

pertemuan rutin untuk mendiskusikan kasus atau keluhan pasien, kontribusi untuk

pembuatan materi pendidikan, pedoman, alur layanan, atau panduan tertulis

lainnya, mengembangkan pencatatan atau pemrosesan data terintegrasi untuk

menghindari tumpang tindih pencatatan atau pertanyaan, dan membangun tim

untuk mengembangkan kesepakatan aktivitas dan monitor bersama, akan

meningkatkan kreativitas dan hubungan. Ini akan meningkatkan hubungan di

antara anggota tim yang akan berdampak pada hasil pasien. Dokter memainkan

peran yang kompleks sebagai praktisi, kolega, dan pemimpin untuk pasiennya,

serta tautan ke manajemen layanan kesehatan. 10,11

Selain itu, kebutuhan dan masalah seluruh komunitas tidak boleh dilupakan.

Dengan memahami faktor-faktor penentu kesehatan yang melekat pada

lingkungan fisik dan sosial dan dengan menghargai luasnya setiap masalah

kesehatan atau risiko, "five star doctor" tidak akan hanya memperlakukan

individu yang mencari bantuan tetapi juga akan mengambil minat positif dalam

kegiatan kesehatan masyarakat yang akan menguntungkan banyak orang. 10,11

22
Dokter sebagai community leader yaitu seseorang yang memperoleh

kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya, menyearahkan kebutuhan

kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan nasihat kepada kelompok

penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat dan menjadi panutan

masyarakat. 10,11

23
BAB III

PENUTUP

Setiap dokter diharapkan mampu memberikan beberapa peran. Pertama,

sebagai pemberi pelayanan (care provider), yang memperlakukan pasien secara

holistik, baik sebagai individu maupun bagian integral dari keluarga dan

komunitas. Setiap dokter diharapkan mampu memberikan pelayanan bermutu

tinggi, menyeluruh, berkelanjutan dan perawatan individual berjangka panjang

berdasar kepercayaan yang diberikan pasien. Kedua, pengambil keputusan

(decision maker), yang mampu memilih teknologi tepat sesuai etika dengan

mempertimbangkan cost effectiveness tanpa mengabaikan mutu pelayanan.

Ketiga, komunikator (communicator), yang mampu memperbaiki gaya hidup

sehat melalui pendidikan kesehatan dan advokasi yang efektif, sehingga dapat

memberdayakan setiap individu dan kelompok untuk secara mandiri

meningkatkan dan melindungi kesehatannya. Keempat, pemimpin masyarakat

(community leader), yang setelah mendapat kepercayaan dari masyarakat

sekitarnya, mampu berinisiatif memenuhi kebutuhan kesehatan mereka. Kelima,

manajer yang mampu bekerja sama secara harmonis dengan perorangan dan

organisasi, baik di dalam maupun di luar sistem pelayanan kesehatan guna

memenuhi kebutuhan komunitasnya.5,7,8

24
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Constitution of the World Health Organization,

as adopted by the International Health Conference, New York, 19–22 June

1946; signed on 22 July 1946 by the representatives of 61 States (Official

Records of the World Health Organization, no. 2, p. 100) and entered into

force on 7 April 1948. WHO, Geneva, Switzerland. 1948.

2. Presiden RI. Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang: Kesehatan:

Penerbit Sinar Grafika; 1992.

3. BAPPENAS. Tahun 2025, angka harapan hidup penduduk Indonesia 73,7

tahun.http://www.bappenas.go.id/node/142/1277/tahun-2025-angka-

harapan-hiduppenduduk- indonesia-737-tahun2015 [cited 2018].

4. Lubis F. Dokter Keluarga Sebagai Tulang Punggung Dalam Sistem

Pelayanan Kesehatan. Majalah Kedokteran Indonesia, 2008;58(2):27-34.

5. Boelen C. Dr. THE FIVE-STAR DOCTOR: An asset to health care reform?

WHO, Geneva, Switzerland :1-12.

6. Kurniawan H. Dokter di Layanan Primer dengan Pendekatan Kedokteran

Keluarga dalam Sistem Pelayanan Kesehatan. JKS 2015; 2: 114-119.

7. Anonymous. Doctors For Health: A WHO Global Strategy for changing

medical education and medical practice for health for all. WHO, Geneva,

1996:1-22.

8. Huggard P. Secondary Traumatic Stress: Doctors at Risk. New Ethic

Journal, Auckland, 2003 : 9-14.

25
9. Hatmoko. Materi Kuliah Manajemen Kesehatan Mahasiswa Program Studi

Kedokteran Universitas Mulawarman: Sistem Pelayanan Kesehatan Dasar

Puskesmas. 2006. Samarinda: IKM PSKU Universitas Mulawarman

10. Setiawan B, Muhith A. Transformastional Leadership: Ilustrasi di Bidang

Organisasi Pendidikan. 1st ed. Jakarta: Rajagrafindo Persada; 2013. p. 50–

70. Indonesian.

11. Werdhani RA. Leadership in doctor-patient relationship: Implementation on

patient’s case management in primary care. Med J Indones, 2017;26:158–

66.

26

Anda mungkin juga menyukai