Perencanaan Pangkal Jembatan Dengan Pondasi Tiang

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG

0.4
1
± 0.0 0.4
0.8
120 KN
2.0
0.4
I 3.8 m 2.0
25 KN

2.25 m 1m H1 =8 m

II II

H2= 0.5 m

H3= 0.9 m

6.5 m
 Panjang abutment tegak lurus bidang gambar = 10 m.
 Tiang pancang dari beton ( berat volume beton = 25 KN/m3, fc’ = 24 Mpa ) dengan
tampang lingkaran diameter 0.3 m.
 H (Beban sementara) = 25 kN
 Tanah I : = 18.5 KN/m3
c = 0 KN/m3
 Tanah II : = 16 KN/m2
’ = 7.8 KN/m3
c = 0 KN/m2
 Tanah III : = 16.8 KN/m3
’ = 8.2 KN/m3
c = 0 KN/m2
INTERPRESTASI DATA STANDARD PENETRATION TEST (SPT)
Dari grafik SPT (terlampir) diperoleh kedalaman pemancangan tiang adalah pada
kedalaman 20,1 meter karena daya dukung tanah dianggap cukup kuat untuk mendukung
beban yang ada.

1. Pengolahan Data SPT


Dengan melihat grafik SPT terlampir, diasumsikan sendiri tanah dibagi menjadi
beberapa lapisan dimana dalam setiap lapisan memiliki kecenderungan nilai N yang sama.
Semakin banyak pembagian lapisan maka ketelitian untuk mendapatkan nilai N rerata
menjadi semakin akurat. Data SPT yang ada kemudian dikoreksi terhadap dua hal,
meliputi:
a. koreksi overburden
Dianggap jenis pasir sepanjang kedalaman adalah jenis pasir halus normally
consolidated, sehingga persamaan koreksi overburden yang digunakan adalah
2
CN , dimana
1 po '
p
r
CN = nilai koreksi overburden
po’ = tekanan overburden efektif (KN/m2)
pr = tegangan efektif referensi = 100 KN/m2
sehingga nilai N menjadi
N = CN . N’
dengan N’ = N yang diperoleh dari pembacaan grafik SPT terlampir
b. koreksi pada tanah tanah pasir sangat halus atau pasir berlanau yang terendam air
Koreksi ini diberikan hanya pada kedalaman dari muka air sampai ke bawah
pada kedalaman yang diinginkan. Sehingga untuk kedalaman diatas muka air tidak perlu
dikoreksi terhadap kondisi ini. Untuk kedalaman dari muka air sampai ke bawah diberikan
dua kali koreksi yaitu koreksi terhadap overburden dan koreksi terhadap kondisi ini.
Jika nilai N lebih besar dari 15, maka nilai N harus direduksi/dikoreksi menjadi
N’ dengan
N1 ' 15 12 (N ' 15)
setelah dikoreksi dengan persamaan diatas selanjutnya dikoreksi terhadap tekanan
overburden.
Dari grafik SPT terlampir diasumsikan muka air pada kedalaman 6.2 m ≈ 6 m,
kemudian dapat dibuat tabel sebagai berikut.

Depth (m) N’ N1’ σv’ = po’ CN N = CN . N’ atau N = CN . N1’


2 8 - 37.4 1.45 11.64
3 5 - 56.1 1.28 6.41
4 2.5 - 73.99 1.14 2.87
5 9 - 89.99 1.05 9.47
6 14 - 105.99 0.97 13.59
7 12.5 - 114.95 0.93 11.63
8 10 - 122.15 0.90 9
9 12.5 - 128.25 0.87 10.95
10 15 - 136.45 0.84 12.69
11 25 20 144.65 0.81 16.35

Depth (m) N N’1 σv’ = po’ CN N’ = CN . N atau N = CN . N1’


12 35 25 152.85 0.79 19.77
13 27.5 21.25 161.05 0.76 16.28
14 14 - 169.25 0.74 10.40
15 11 - 177.45 0.72 7.93
16 11 - 185.65 0.70 7.70
17 20 17.5 193.85 0.68 11.91
18 30 22.5 202.45 0.66 14.90
19 26 20.5 210.25 0.64 13.22
20 22 18.5 218.45 0.62 11.62
21 40 27.5 226.65 0.61 16.84
22 65 40 234.85 0.59 23.89

Dengan mengamati grafik SPT terlampir, maka sampai kedalaman 22 m tanah


dapat dibagi menjadi lima lapisan, yaitu:
 Kedalaman 2-10 m = Lapisan Tanah I;
 Kedalaman 10-14 m = Lapisan Tanah II;
 Kedalaman 14-16 m = Lapisan Tanah III;
 Kedalaman 16-20 m = Lapisan Tanah IV;
 Kedalaman 20-22 m = Lapisan Tanah V; untuk
lebih jelasnya dibuat tabel sebagai berikut:
Lapisan Kedalaman (m) Nilai N’ rerata Kepadatan Sudut Gesek (φ')
1 0 s/d 10 9.81 Tidak Padat 29.8°
2 10 s/d 14 15.10 Sedang 31.7°
3 14 s/d 16 8.68 Tidak Padat 29.6°
4 16 s/d 20 11.87 Sedang 30.5°
5 20 s/d 22 17.44 Sedang 32.2°

Qrata-rata = 29.8+31.7+29.6+30.5+32.2/5 = 30.76

2. Kapasitas dukung ijin tiang terhadap gaya desak (Qa)


Perhitungan kapasitas dukung tiang terhadap gaya desak didasarkan pada metode
Brom yang didasarkan pada nilai-nilai pendekatan dari δ dan Kd yang diperoleh dari tabel 2.2
dan 2.3 (HCH-Teknik Fondasi II). Dalam pembahasan ini dipilih cara Brom karena hasil yang
diperoleh dilapangan secara umum lebih representatif. Tahanan terhadap desak terdiri dari
tahanan ujung ultimit dan tahanan gesek ultimit.
a. Tahanan Gesek Ultimit(Qs)
Menurut Vesic (1967) dan Kerisel (1961) dianggap tekanan overburden po’ = γ.h
adalah konstan pada kedalaman kritis (zc) antara 10d – 20d. Dalam hal ini zc diambil 20d.
Sehingga dengan diameter (d) = 0.3 m, kedalaman kritis = 20 x 0.3 = 6 m. Jadi setelah
kedalaman 6 m, po’ bernilai konstan sebesar po’ = po = 8.2 x 6 = 49.2
114.05 KN/m2. Rumus tahanan gesek tiang adalah
Qs As.Kd .tg . po

dimana
As = luas selimut tiang
Kd = koefisien tekanan tanah yang bergantung pada kondisi tanah
δ = φd’ = sudut gesek dinding efektif antara dinding tiang dan tanah
po = tekanan vertikal efektif rerata di sepanjang tiang yang besarnya sama dengan tekanan
overburden efektif untuk z ≤ zc, dan sama dengan tekanan vertikal kritis untuk z ≥ zc.

Kedalaman
Lapisan Kd δ (tiang beton) Kd tg δ
(m)
1 0 s/d 10 1 22.35 0.6166
2 10 s/d 14 1.5 23.78 0.6608
3 14 s/d 16 1 22.20 0.6121
4 16 s/d 20 1.5 22.88 0.6322
5 20 s/d 22 1.5 24.15 0.6726

nilai Kd diperoleh dari tabel 2.2 (HCH-Teknik Fondasi II), sedangkan nilai δ untuk tiang
beton, Mayerhof mengusulkan δ = 0.75 φ' atau dapat dilihat pada tabel 2.3 (HCH- Teknik
Fondasi II). Dari data diatas dapat dibuat tabel sebagai berikut:
Kedalaman As (m2) fs
Kd.tg δ
(m) po As Kd.tg δ. po (KN/m2)
(KN/m2) (KN)
9 – 10 -0.1x0.942 =-0.094 0.61 4.92 -2.86 30.34
10 – 14 4x0.942 =3.768 0.66 4.92 122.50 32.51
14 – 16 2x0.942 =1.884 0.61 4.92 56.74 30.12
16 – 20 4x0.942 =3.768 0.63 4.92 117.82 31.14
20 – 22 2x0.942 =1.884 0.67 4.92 62.34 33.09

maka Qs = 2.86 + 122.50 + 56.74+ 117.32+ 62.34 = 316.05 KN,


dengan K tg . Dari tabel dapat diketahui fs maksimum = 33.09 kn/m2
As Kdtg p
f so
p
A d o
s
KN/m2. Dalam pengamatan Vesic menunjukkan bahwa tahanan gesek dinding akan mencapai
maksimum pada penetrasi tiang yang berkisar antara 10d - 20d, sehingga nilai fs maksimum
kemungkinan tidak akan aman jika kedalaman tiang lebih besar dari 20d. Oleh sebab itu,
tahanan gesek yang digunakan pada tiang dibatasi maksimum 107 KN/m2 (Tomlinson,
1977). Dari perhitungan diatas fs maksimum terjadi ≤ 107 KN/m2. Jadi OK!

Kedalaman
Lapisa N.SPT φ′ = 𝝋𝟏 φ' = ¾ x φ′+ 10 Kd tg δ
(m)
n
1 2 s/d 10 29.8 32. 35 1.02
2 10 s/d 14 31.7 33.78 1.19
3 14 s/d 16 29.6 32.2 1.01
4 16 s/d 20 30.5 32.88 1.12
5 20 s/d 22 32.2 24.15 1.22
Π x d = 3.14 x 0.3 = 0.942

Kedalaman As (m2) fs
Kd.tg δ
(m) po Qs= As Kd.tg δ. po (KN/m2)
(KN/m2) (KN)
9 – 10 -0.1x0.942 =-0.094 1.02 4.92 -10.18 50.18
10 – 14 4x0.942 =3.768 1.19 4.92 475.25 58.55
14 – 16 2x0.942 =1.884 1.01 4.92 201.68 49.69
16 – 20 4x0.942 =3.768 1.12 4.92 447.29 55.10
20 – 22 2x0.942 =1.884 1.22 4.92 243.62 60.02
Qs = -473 + 220.61 + 93.62+ 207.63+ 113.09 = 630.22 KN, fs maksimum = 60.02 kn/m2
a. Tahanan Ujung Ultimit(Qb)
Persamaan tahanan ujung ultimit untuk tiang pancang yang terletak di dalam
tanah pasir jenuh menurut Brom adalah
Qb Ab pb Nq , dengan
Qb = tahanan ujung ultimit (KN)
pb = tekanan vertikal efektif pada ujung tiang (KN/m2)
Nq = faktor kapasitas dukung, diperoleh dari gambar 2.14 (HCH-Teknik Fondasi II)
Ab = luas dasar tiang (m2)

Q = 0.5 (Q′+ 40)


=0.5 (32.3 + 40)
=36.15 (Q pada ujung tiang)

L/d = (20-10.1)/0.3
= 33
Maka dari gambar 2.21 didapat nilai Nq = 72, Maka :

Q bAb x pb′ x Nq
=0.071 72 = 250.27 KN
Tahanan ujung maksimum yang terjadi (fb maksimum) = Qb/Ab =
250.27/0.071 = 3542.40 KN/m2. Dengan alasan yang sama dengan fs maksimum yang diijinkan pada
tahanan gesek, maka fb maksimum yang diijinkan pada tahanan ujung
=10700 KN/m2. Dapat disimpulkan fb maksimum yang terjadi < fb maksimum ijin. Jadi OK!
Kemudian kapasitas dukung ijin tiang terhadap gaya desak adalah dengan menggunkan
rumus dibawah ini.
Qb Qs
Qa  , dimana
SF SF W
2 tian
1 g
Qa = kapasitas dukung ijin tiang terhadap gaya desak (KN)
Wtiang = berat tiang yang tertanam dalam tanah (KN)
SF = angka aman (SF1 = 3 dan SF2 = 1.5),
penggunaan SF1 lebih besar dari SF2 karena nilai puncak dari tahanan gesek dinding tiang
tercapai bila tiang mengalami penurunan 2 sampai 7 mm, sedangkan tahanan ujung
membutuhkan penurunan yang lebih besar agar tahanan ujungnya bekerja secara penuh.
Wtiang = Ab x δ beton x L
= 0.071 x 25 x 9.9 = 17.486 KN
Maka; Qa = Qb/sf1 + Qs/sf2 – Wtiang
=250.27/3 + 356/1.5 – 17.486 = 303.30 KN/Tiang

3. Kapasitas dukung ijin tiang terhadap gaya tarik (Ta)


Untuk menghitung kapasitas tarik tiang digunakan metode Coyle dan Castello
(1981).
Qs
T 0.9.W
a f tiang

564.05
T 0.9 x 17.486 = 86.95 KN/tiang
a 5
4. Kapasitas dukung ijin tiang terhadap gaya lateral (Ha)
Kapasitas momen tiang didasarkan dari momen pengangkatan tiang. Sedangkan
kapasitas tanah pendukung didasarkan pada rumus berikut ini:
M max ' d l3 Kp
dengan: ’ : Berat volume tanah (saturated) lapisan tanah asli = 10.2 KN/m3 d :
Diameter tiang pancang
l : Panjang tiang dibawah pile cap
Kp : Koefisien tekanan tanah pasif
k tg 2 (45 )
p 2
2 30.5
k tg (45 ) 3.06
p 2
Maka;
Mmax = 8.2 x 0.3 x 9.93 x 3.06 = 7306.96 KNm.

Berat sendiri tiang (W)


W = q = A.∂beton
= ¼ x πD2 x ∂beton
= ¼ x 3.14 x 0.32 x 25
= 1.77 KN/m’
Diasumsikan kepala tiang yang terjepit (tertanam) sedalam 60 cm, maka panjang tiang
pancang = 20-10.1+0.65 = 10.55 m. Digunakan pengangkatan satu ujung tiang dengan
1 1
momen maksimum (My) = .q.l 2 = 1.77 10.552 = 24.59 KNm.
8 8
Karena Mmax > My sehingga tiang mengalami keruntuhan terlebih dahulu daripada
tanahnya maka tiang yang digunakan diasumsikan sebagai tiang panjang dengan ujung
terjepit.

𝐻𝑢
F = 0.82 √𝑑 𝑥 𝑘𝑝 𝑥 ᵧ
𝐻𝑢
F = 0.82 √0.3 𝑥 3.06𝑥 8.2
𝐻𝑢
F = 0.82 √7.53
F = 0.11 √𝐻𝑢

2 𝑥 𝑚𝑦
Hu =
𝑒+2 𝑋 𝑓/3

2 𝑥 24.59
Hu =
0+2 𝑋 0.11 √𝐻𝑢/3

6.77
Hu =
√𝐻𝑢

Didapat nilai Hu = 37.756 KN


Maka Ha = Hu/SF1 = 37.756/1.5 = 25.2 KN/tiang

II. PERENCANAAN FONDASI TIANG

Dari hasil perhitungan, didapat: Qa


= 446.65 KN/tiang
Ta = 127.40 KN/tiang
Ha = 25.2 KN/tiang

Koefisien tekanan tanah aktif (Ka):


Tanah I
Ka1 = tg2 (45-φ/2)° = tg2 (45-29.5/2)° = 0.34
Tanah II
Ka2 = tg2 (45-φ/2)° = tg2 (45-31/2)° = 0.32
Koefisien tekanan tanah pasif (Kp) :
Tanah II
Kp2 = tg2 (45+φ/2)° = tg2 (45+31/2)° = 3.12

Dari perhitungan beban vertikal dan momen, ditinjau sepanjang bentang 10.25 meter diperoleh:
 Beban total yang bekerja akibat beban tetap dan berat sendiri abutment (ΣV) = 11908.5
KN.
 Momen total yang bekerja akibat beban tetap dan berat sendiri abutment = -788 KNm.
Dari perhitungan tekanan tanah lateral, ditinjau sepanjang bentang 10.25 meter
diperoleh:
 Tekanan tanah aktif yang bekerja = 3474.61 KN.
 Momen yang terjadi akibat tekanan tanah aktif ditinjau dari dasar poer = 13156.32
KNm.
 Tekanan tanah pasif yang bekerja = 5843.91 KN.
 Momen yang terjadi akibat tekanan tanah pasif ditinjau dari dasar poer = 9058.06
KNm.
ΣElateral = 3474.61 – 5843.91 = -2369.3 (gaya yang bekerja lebih dominan gaya pasif)
ΣMtotal = 13156.32 – 9058.06 – 788 = 3310.26 KNm
Jumlah tiang yang digunakan atau dibutuhkan: n =
ΣV/Qa
= 11908.5/446.65
= 26.66 ≈ 27 tiang
Dalam perencanaan digunakan 40 tiang, dengan ketentuan :
 Jarak antar tiang diambil minimal 2.5D – 3D. Pengambilan rentang ini bertujuan untuk
menghindari pile heave (terangkatnya tiang karena pemancangan tiang yang lain).
 Jarak tiang ke tepi poer diambil antara 0.5 m – 0.75 m.
Dari ketentuan diatas dipakai :
 Jarak antar tiang p.k.p (Shorizontal) = 1.25 meter.
 Jarak antar tiang p.k.p (Svertikal) = 1.3 meter.
 Jarak tiang ke tepi poer (horizontal) = 0.75 meter.
 Jarak tiang ke tepi poer (vertikal) = 0.70 meter.

0.75

1.42

1.42

1.42

1.42

1.42

1.42

1.42

0.75

I II III IV V 0.75
1.5 1.5 1.5 1.5 0.75

Absis tiang terhadap pusat poer :


Baris I = -2.5 m
Σx2 = 8x(-2.5)2+8x(-1.25)2+8x(1.25)2+8x(2.5)2
Baris II = -1.25 m
Baris III = 1.25 m = 125
Baris Iv = 2.5 m
1. Kontrol Terhadap Beban Tetap

V = 11908.5 KN
ΣMtotal = 3310.26 KNm Untuk
Baris I
V M y.x1
V1 P1
n x2
11908.5 3310.26
V1 P1 2.5
40 125
= 231.71 KN/tiang < 446.65 KN/tiang …………………………..OK! dengan
cara yang sama diperoleh :
Baris II, V2 = P2 = 264.61 KN/tiang < 446.65 KN/tiang ………….OK!
Baris III, V3 = P3 = 330.8 KN/tiang < 446.65 KN/tiang …………..OK!
Baris IV, V4 = P4 = 363.91 KN/tiang < 446.65 KN/tiang …………OK!
H pasif = ΣElateral = Ea – Ep = -2369.3 KN (tanda negatif menunjukkan arah ke sumbu x
negatif)
H yang terjadi = ΣElateral/n = 2369.3/40 = 59.23 KN/tiang < Ha = 25.2 KN/tiang.
Karena H yang terjadi lebih besar dari Ha maka diperlukan tiang miring. Apabila
sebaliknya maka perlu tiang miring dengan kemiringan 1: 2.5 sampai 1 : 4. Dalam menghitung
H yang terjadi setelah digunakan tiang miring, H yang terjadi adalah ΣElateral dibagi dengan
jumlah tiang yang tegak karena gaya yang tersisa dilimpahkan pada tiang yang tegak.
Digunakan tiang miring dengan kemiringan m : 1 = 3 : 1. Gaya desak terbesar
pada deret tiang IV dan dicoba digunakan 8 tiang miring pada masing-masing baris I dan
II.
P4v = 363.91 KN, maka P4h = P4v/m = 363.91/3 =121.3 KN H
pasif = -2369.3 + 16 x 121.3 = -428.5 KN
H yang terjadi = -428.5/24 = -17.85 KN < Ha = 25.2 KN/tiang …. OK!

2. Kontrol Terhadap Beban Sementara

V = 11908.5 KN
Msementara = H x panjang abutment tegak lurus bidang gambar x lengan momen terhadap dasar
poer
= 30 x 10.5 x 8.9
= 2803.5 KNm
ΣMsementara = 3310.26 + 2803.5 = 6113.76 KNm
Untuk baris I
V M y.x1
V1 P1
n x2
11908.5 6113.76.
V1 P1 2.25
40 125
= 175.43 KN/tiang < 3/2 Qa = 669.98 KN/tiang …………OK!
dengan cara yang sama diperoleh:
Baris II, V2 = 236.57 KN/tiang < 3/2 Qa = 669.98 KN/tiang..........OK!
Baris III, V3 = 358.85 KN/tiang < 3/2 Qa = 669.98 KN/tiang……..OK!
Baris IV, V4 = 419.98 KN/tiang < 3/2 Qa = 669.98 KN/tiang……..OK!

Gaya Lateral yang Diterima Tiap Tiang


Σhtotal = ΣElateral+ H x bentang abutment
= -2369.3 + 30 x 10.5
= -2054.3 KN
Hterjadi = Σhtotal /n = 2054.3/40 = 51.36 KN/tiang > 3/2 Ha = 37.8 KN/tiang
Karena h yang terjadi lebih besar dari 3/2Ha maka diperlukan tiang miring.
Digunakan tiang miring dengan kemiringan m : 1 = 3 : 1. Gaya desak terbesar pada deret
tiang IV dan dicoba digunakan 6 tiang miring pada masing-masing baris I saja.
P4v = 419.98 KN, maka P4h = P4v/m = 419.98/3 =139.99 KN H
pasif = -2369.3 + 6 x 139.99 = -1214.36 KN
H yang terjadi = -1214.36/34 = 35.72 KN < 3/2Ha = 37.8 KN/tiang …. OK!

3. Defleksi Tiang Vertikal Gaya Lateral

Menentukan kategori tiang pada tanah granuler dengan ujung tiang dianggap
jepit.
Fc’ = 24 MPa
Ep = Modulus elastisitas tiang beton
= 4700 (√Fc’)
= 4700 √24 = 23025.203 Mpa
Ip = Momen inersia penampang tiang
= (1/64).π.d4 = (1/64).π.0.34 = 3.976.10-4 m4.
Nilai nh yang digunakan adalah nilai nh rata-rata dari lima lapisan tanah. Nilai nh dapat
dilihat pada tabel 2.19 (HCH-Teknik Fondasi II).

Lapisan Kedalaman (m) Kepadatan Nh (KN/m3)


1 0 s/d 10 Tidak Padat 1905.5
2 10 s/d 14 Sedang 4850
3 14 s/d 16 Tidak Padat 1386
4 16 s/d 20 Sedang 4850
5 20 s/d 22 Sedang 4850

4. Efisiensi Kelompok Tiang Dalam Tanah Granuler

Efisiensi kelompok tiang diperhitungkan jika tiang dianggap sebagai tiang


blok/pondasi rakit dimana apabila kelompok tiang ini dibebani, tiang-tiang dan tanah yang
terletak diantaranya akan bergerak bersama-sama sebagai satu kesatuan.
Menurut Vesic (1976), pada tiang yang dipancang pada tanah granuler, kapasitas
kelompok tiang lebih besar daripada jumlah kapasitas masing-masing tiang didalam
kelompoknya. Keadaan ini menyebabkan efisiensi kelompok tiang cenderung lebih besar
dari 1 (>100%).

Anda mungkin juga menyukai