KRISMIN

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

KRISTALOGRAFI

1. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud : Untuk mengetahui kristal berdasarkan sifat-sifat dan karakteristiknya.

Tujuan :
 Dapat menentukan sistem kristal berdasarkan atas panjang, posisi dan jumlah
sumbu kristal yang ada pada setiap bentuk kristal; dan dapat menggambarkan
setiap sistem kristal berdasarkan metoda - metoda penggambarannya.
 Dapat menentukan unsur-unsur simetri kristal pada suatu bentuk kristal

2. ALAT-ALAT
1) Pensil
2) Penghapus
3) Busur derajat
4) Pensil berwarna (minimal 12 warna)
5) Penggaris panjang dan penggaris segitiga

3. PENDAHULUAN
Mineral adalah benda padat homogen yang terdapat di alam, mempunyai
komposisi kimia tertentu, mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur dan
terbentuk secara anorganik. Atom-atom yang tersusun secara teratur dan tertentu ini
dicerminkan dari bidang-bidang muka kristal sehingga menyebabkan mineral
mempunyai bentuk-bentuk yang teratur yang disebut dengan kristal.
Kristal adalah zat padat yang mempunyai susunan atom/molekul yang teratur atau
bangun polyeder (bidang banyak) yang teratur dan dibatasi bidang-bidang datar yang
tertentu jumlahnya. Bentuk dan sifat-sifat tertentu dari kristal dipelajari secara khusus
dalam kristalografi. Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang penjabaran
kristal meliputi: sifat-sifat kristal pada umumnya, susunan atomnya (internal
structure) dan sistem kristal.

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 1


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
4. SISTEM KRISTAL DAN PENGGAMBARANNYA
Definisi sumbu kristal adalah garis bayangan, lurus, yang menembus kristal
(bidang-bidang muka kristal) dan melalui pusat kristal.
Kristal mineral dibagi menjadi tujuh sistem kristal, dimana pembagian tersebut
didasarkan atas:
a. Jumlah sumbu kristal.
b. Letak sumbu kristal terhadap sumbu yang lain.
c. Besarnya parameter masing-masing sumbu.
d. Nilai (simetri) sumbu c atau sumbu vertikal.
Tujuh sistem kristal tersebut dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu :
1) Sistem isometrik dibagi menjadi lima kelas
2) Sistem tetragonal dibagi menjadi tujuh kelas
3) Sistem rombis dibagi menjadi tiga kelas
4) Sistem heksagonal dibagi menjadi tujuh kelas
5) Sistem trigonal menjadi lima kelas
6) Sistem monoklin dibagi menjadi tiga kelas
7) Sistem trikilin dibagi menjadi tiga kelas

5. PENGGAMBARAN SISTEM KRISTAL


SISTEM ISOMETRIK Geometri :
-
Panjang sumbu a1 = a2 = a3
-
Sumbu a1, a2 dan a3 saling
tegak lurus
Penggambaran :
-
Sudut antara a1+ dan a3- = 60o
-
Panjang a1 : a2 : a3 = 1 : 3 : 3

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 2


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
SISTEM TETRAGONAL
Geometri :
-
Panjang sumbu a1 = a2 ≠ c
-
Sumbu c bisa lebih panjang
(columnar) atau lebih pendek (stout)
dari sumbu a1 atau a2.
-
Sumbu a1, a2 dan c saling tegak lurus
Penggambaran :
-
Sudut antara a1+ dan c- = 60o
-
Panjang a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6

SISTEM ORTHOROMBIK
Geometri :
-
Panjang sumbu a ≠ b ≠ c
-
Sumbu a = sumbu brachy, sumbu b
= sumbu macro, sumbu c = sumbu
basal
-
Sumbu a, b dan c saling tegak lurus
-
Sumbu a terpendek dan sumbu c
terpanjang
Penggambaran :
-
Sudut antara a+ dan b- = 30o
-
Panjang a : b : c = sembarang
dengan sumbu a terpendek dan
sumbu c terpanjang

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 3


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
SISTEM HEXAGONAL
Geometri :
-
Panjang sumbu a1 = a2 = a3 ≠ c
-
Sumbu a1, a2 dan a3 terletak dalam
satu bidang datar dan saling
membentuk sudut 1200
-
Sumbu a1, a2 dan a3 tegak lurus
terhadap sumbu c
-
Sumbu c dapat lebih pendek atau
lebih panjang dari sumbu a

Penggambaran :
-
Sudut antara a3+ dan a2- = 40o
-
Sudut antara a1+ dan a2- = 20o
-
Panjang a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6
-
Posisi dan satuan panjang sumbu a3
ditentukan kemudian dengan
memperhitungkan panjang dan letak
sumbu a1 dan a3.

SISTEM TRIGONAL
Geometri :
-
Panjang sumbu a1 = a2 = a3 ≠ c
-
Sumbu a1, a2 dan a3 terletak dalam
c+ satu bidang datar dan saling
a3+ membentuk sudut 1200
a2+ -
Sumbu a1, a2 dan a3 tegak lurus
+
a1 terhadap sumbu c
a3- -
Sumbu c dapat lebih pendek atau
lebih panjang dari sumbu a

Penggambaran :
-
Sudut antara a3+ dan a2- = 40o
-
Sudut antara a1+ dan c- = 20o
-
Panjang a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6
-
Posisi dan satuan panjang sumbu a3-
ditentukan kemudian dengan
memperhitungkan panjang dan letak
sumbu a1+ dan a2+.

Perbedaan pokok dengan sistem Hexagonal


adalah pada system ini sumbu c bernilai
simetri 3

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 4


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
SISTEM MONOKLIN
Geometri :
-
Panjang sumbu a ≠ b ≠ c
-
Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu
b
-
Sumbu b tegak lurus terhadap sumbu
c
-
Sumbu c tidak tegak lurus terhadap
sumbu b
-
Sumbu a = sumbu clino, sumbu b =
sumbu ortho, sumbu c = sumbu
basal
Penggambaran :
-
Sudut antara a+ dan b- = 45o
-
Panjang a : b : c = sembarang,
dengan sumbu c terpanjang dan
sumbu a terpendek (misal a : b : c =
1 : 2 : 6)

SISTEM TRIKLIN
Geometri :
-
Panjang sumbu a ≠ b ≠ c
-
Sumbu a, b dan c tidak saling tegak
lurus
-
Sumbu a, b, dan c, saling
berpotongan membuat sudut miring
tidak sama besar
-
Sumbu a = sumbu clino, sumbu b =
sumbu ortho, sumbu c = sumbu
basal
Penggambaran :
-
Sudut antara a+ dan c- = 45o
-
Sudut antara b+ dan c+ = 60o
-
Panjang a : b : c = sembarang,
dengan sumbu c terpanjang dan
sumbu a terpendek (misal a : b : c =
1 : 2 : 6)

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 5


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
6. UNSUR-UNSUR SIMETRI KRISTAL
Dari tujuh sistem kristal tersebut dapat dibagi menjadi 32 kelas kristal. Pembagian
tersebut berdasarkan unsur-unsur simetri kristalnya. Unsur-unsur simetri tersebut
antara lain adalah :
a. Bidang simetri
Bidang simetri adalah bidang khayal yang membagi kristal menjadi dua
bagian yang sama. Satu bagian merupakan pencerminan dari bagian yang lain.
Bidang simetri ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan
bidang simetri intermedier. Bidang simetri aksial adalah bidang simetri yang
melewati 2 sumbu kristal. Bidang simetri aksial vertikal terjadi bila bidang simetri
tersebut melewati seluruh bagian dari sumbu c, sedangkan bidang simetri aksial
horisontal terjadi apabila bidang tersebut memotong tegak lurus terhadap sumbu
c. Bidang simetri intermedier terjadi bila bidang simetri tersebut hanya melewati
satu sumbu kristal atau sering disebut dengan bidang simetri diagonal.

Gambar 1. Bidang simetri horizontal dan vertikal


b. Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis khayal yang melewati pusat kristal, dan bila
kristal diputar satu kali putaran akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang
sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga antara lain :
1. Gire
Gire adalah sumbu putar biasa dan cara mendapatkan nilai simetrinya
adalah dengan memutar poros sumbu tersebut sebanyak satu kali putaran penuh
(3600). Bila terdapat dua kenampakkan yang sama disebut digire ( ), bila
empat disebut tetragire ( ), dan bila enam disebut heksagire ( ).

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 6


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
Gambar 2. Sumbu simetri dan nilainya pada sistem kristal isometrik

2. Giroid
Giroid adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya
dengan memutar sejauh satu putaran penuh dan memproyeksikan pada bidang
yang tegak lurus sumbu tersebut. Bila bernilai empat disebut tetragiroid ( ),
dan bila enam disebut heksagiroid ( ). (Sesuai dengan simbol Herman
Mauguin)

c. Pusat simetri
Pusat kristal adalah titik bayangan dalam kristal yang merupakan
pertemuan sumbu-sumbu kristal. Sedangkan pusat simetri adalah titik dalam
kristal, dimana dapat dibuat garis bayangan lurus melalui titik tersebut
sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan sisi yang lainnya berjarak
sama terhadap titik tersebut.
Suatu kristal dinyatakan mempunyai pusat simetri jika dapat dibuat garis
bayangan melalui titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan
menjumpai titik yang lain pada permukaan yang lain dengan jarak yang sama
dari pusat kristal. Dengan kata lain kristal mempunyai simetri bila tiap bidang
muka kristal tersebut mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa titik-titik pada
bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat kristal. Dengan
demikian pusat simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, namun belum tentu
pusat kristal merupakan pusat simetri jika titik-titik pada bidang yang
berpasangan tersebut tidak berjarak sama dari pusat kristal.

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 7


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
5. SIMBOLISASI
Setiap kelas kristal memiliki simbol tersendiri untuk pencirinya. Simbolisasi yang
sering digunakan adalah simbolisasi dengan cara simbolisasi Herman-Mauguin.
Simbolisasi Herman Mauguin
Dengan cara ini terdapat beberapa kelompok simbolisasi yaitu :
1. Sistem Isometrik
Pada sistem ini dibagi menjadi tiga kolom, yaitu :
- Kolom I : Nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
sumbu tersebut.
- Kolom II : Nilai sumbu yang terletak antara tiga sumbu atau sumbu yang
menembus bidang (111) dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
sumbu tersebut.
- Kolom III : Nilai sumbu yang terletak antara dua sumbu kristal atau sumbu
yang menembus bidang (110) serta ada tidaknya bidang simetri yang tegak
lurus sumbu tersebut.
2. Sistem Tetragonal, Trigonal dan Heksagonal
Ketiga sistem ini memiliki cara yang sama, yaitu :
- Kolom I : Nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
sumbu tersebut.
- Kolom II : Nilai sumbu kristal yang horisontal (a 1, a2 atau a3 ) dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu tersebut.
- Kolom III : Nilai sumbu yang terletak antara dua sumbu horisontal serta ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu tersebut.
3. Sistem Rombis
- Kolom I : Nilai sumbu a dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
sumbu tersebut.
- Kolom II : Nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
sumbu tersebut.
- Kolom III : Nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
sumbu tersebut.

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 8


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
4. Sistem Monoklin
Hanya satu kolom saja yang menunjukkan nilai sumbu simetri pada sumbu b
dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu tersebut.
5. Sistem Triklin
Hanya ada dua kelas saja yaitu :
1 berarti kristal tidak mempunyai pusat simetri
1 berarti kristal mempunyai pusat simetri.

Beberapa istilah dan symbol yang dipakai dalam pengklasifikasian berdasarkan


Simbolisasai Herman-Mauguin:
Gire / Sumbu simetri diberi singkatan dengan angka 1,2,3,4, dan 6

1 berarti kristal hanya mempunyai titik pusat simetri

3 berarti heksagiroida

4 berarti tetragiroida

6 berarti poros bernilai tiga dan tegak lurus padanya terdapat bidang simetri

Cara penggambaran sumbu kristal dan rusuk kristal


Garis tegas untuk menggambarkan sumbu kristal yang tidak
terhalangi bidang muka kristal

Garis putus dan titik untuk menggambarkan sumbu kristal


yang terhalangi satu bidang muka kristal atau yang terletak di
dalam kristal

Garis titik-titik untuk menggambarkan sumbu kristal yang


terhalangi dua bidang muka kristal

Garis putus-putus untuk menggambarkan rusuk kristal yang


terhalangi oleh bidang muka kristal

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 9


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
UNIVERSITAS GADJAH MADA NAMA :
LABORATORIUM BAHAN GALIAN
BORANG LAPORAN SEMENTARA NO.MHS :
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI ROMB/KEL :
DAN MINERALOGI
ACARA : KRISTALOGRAFI

GAMBAR : KETERANGAN :

CATATAN ASISTEN: PARAF ASISTEN/TGL:

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 10


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
MINERALOGI FISIK
I. PENDAHULUAN
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi, terutama bagian kerak bumi
(earth’s crust), meliputi sifat-sifat fisik dan kimia, proses-proses geologi yang pernah
terjadi, asal mula, penyebaran, pembentukan, dan pemanfaatan material-material
pembentuk bumi dan interaksi antara bumi dengan hidrosfer, atmosfer, dan biosfer
(Billings, 1977). Sebenarnya objek utama yang dipelajari dalam geologi hanya ada 3,
yaitu : morfologi, batuan dan struktur geologi. Dengan mempelajari ketiga objek
tersebut akan dapat diperoleh banyak informasi mengenai proses-proses geologi yang
pernah atau sedang terjadi di bumi. Dari ketiga objek tersebut, objek yang paling erat
kaitannya dengan acara Mineralogi Fisik ini adalah batuan (rock). Menurut Flint &
Skinner (1977), batuan adalah suatu masa padat yang tersusun oleh satu atau lebih
mineral dan/atau mineraloid yang terbentuk secara alamiah dan merupakan penyusun
dari kerak bumi. Mineral adalah zat atau benda padat dan homogen yang dihasilkan
oleh alam (alami), mempunyai komposisi kimia tertentu, mempunyai atom-atom yang
tersusun dengan ikatan kimia tertentu (kristalin) dan terbentuk secara anorganik.
Batuan yang tersusun oleh satu macam mineral saja disebut batuan
monomineralik, sedangkan batuan yang tersusun lebih dari satu macam mineral
disebut batuan polimineralik. Dengan demikian ada hubungan yang sangat erat antara
mineral /mineraloid dengan batuan yang dibentuknya, terutama dalam hal penamaan
batuan, misalnya suatu batuan bernama granit karena komposisi mineral yang
dominan adalah mineral-mineral asam (felsik mineral) seperti kuarsa dan ortoklas,
lain halnya dengan batuan yang bernama peridotit dimana komposisi mineral
dominan adalah piroksen dan olivin (mineral basa/mafic mineral). Oleh karena itu,
acara mineralogi fisik ini sangat penting artinya. Kesalahan dalam mendiskripsi
mineral secara fisik (megaskopis) akan menimbulkan kesalahan didalam penamaan
batuan, dan hal ini akan berakibat fatal mengingat batuan merupakan salah satu objek
geologi yang penting, terutama berhubungan dengan ilmu-ilmu geologi terapan,
seperti geologi teknik, geologi minyak dan gas bumi, geologi panas bumi,
hidrogeologi dan sebagainya.

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 11


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud : Mengetahui sifat-sifat fisik mineral
Tujuan :
 Dapat mendeskripsi sifat-sifat fisik fisik mineral
 Dapat menentukan nama suatu mineral berdasarkan sifat-sifat fisiknya.

III.SIFAT-SIFAT FISIK MINERAL


1. Warna (Colour)
Warna adalah warna yang kita tangkap dengan mata apabila mineral terkena
cahaya, atau spektrum cahaya yang dipantulkan oleh mineral.
Warna mineral dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Warna idiokromatik : apabila warna mineral selalu tetap, pada umumnya
dijumpai pada mineral yang tidak tembus cahaya (opaque) atau berkilap
logam.
Contoh : pyrite, grafite, magnetit dan lain-lain.
b. Warna allokromatik : apabila warna mineral tidak tetap tergantung pada
mineral pengotornya, pada umumnya dijumpai pada mineral yang tembus
cahaya (transparan / translucent) atau kilap non logam.
Contoh : kalsit, kuarsa, gipsum dan lain-lain.
2. Kilap (Luster)
Kilap adalah kesan mineral yang ditunjukkan oleh pantulan cahaya yang
dikenakan padanya, atau intensitas cahaya yang dipantulkan oleh permukaan
kristal. Intensitas kilap tergantung dari indeks bias mineral, yang apabila makin
besar indeks bias mineral, makin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan
Kilap dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Kilap logam (metallic luster).
Bila terkena cahaya mineral akan memberikan kesan seperti logam, contoh :
pyrite, chalcopyrite, galena, graphite, pyrolusite, dll.
2. Kilap non logam (non metallic luster).
Bila terkena cahaya mineral tidak memberikan kesan seperti logam. Kilap non
logam dapat dibedakan menjadi 7 macam, yaitu :

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 12


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
a) Kilap kaca (vitreous luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberkan kesan seperti kaca, contoh :
kuarsa, kalsit, halit, spinel, garnet, fluorite dll.
b) Kilap intan (adamantin luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan cemerlang seperti intan,
Contoh : intan, cassiterite, zircone, rutile dll.
c) Kilap sutra (silky luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti sutra dan pada
umumnya terdapat pada mineral yang berserat, Contoh : gipsum, asbes,
actinolite dll
d) Kilap damar (resinous luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti getah damar
(kuning), contoh : sphalerite
e) Kilap mutiara (pearly luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti mutiara atau
bagian dalam dari kulit kerang, contoh : muskovit, talk, dolomite, gypsum,
dll.
f) Kilap lemak (greasy luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti lemak atau sabun,
contoh : serpentin, dll
g) Kilap tanah (earthy luster)
Bila terkena cahaya, mineral memberikan kesan seperti tanah lempung,
contoh : limonit, kaolin, bauksit, diatomea dll.

3. Kekerasan (hardness)
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Penentuan
kekerasan secara relatif ditentukan dengan jalan menggoreskan permukaan
mineral yang rata pada mineral standar dari SKALA MOHS yang dimulai dari
skala 1 untuk mineral terlunak (talk) sampai sekala 10 untuk mineral terkeras
(intan) (lihat Tabel 1).

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 13


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
Tabel 1. Kekerasan mineral indeks dalam skala Mohs
Skala MOHS Mineral Skala MOHS Mineral
1 Talc 6 Felspard
2 Gypsum 7 Quartz
3 Calcite 8 Topaz
4 Fluorite 9 Corundum
5 Apatite 10 Diamond

Misal suatu mineral digores dengan calcite (H = 3) ternyata mineral itu tidak
tergores, tetapi dapat digores oleh Fluorite (H = 4), maka mineral tersebut
mempunyai kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula penentuan kekerasan relatif
mineral dengan mempergunakan alat-alat sederhana yang sering terdapat disekitar
kita seperti tersebut pada Tabel 2.

Tabel 2. Kekerasan mineral indeks dalam skala Mohs

No. Benda Kekerasan No. Benda Kekerasan


1 Kuku jari 2,5 5 Pisau baja 5,5
2 Jarum 3,0 6 Kaca 5,5 – 6,0
3 Uang tembaga 3,5 7 Kikir baja 6,0 – 7,0
4 Paku besi 4,5 8 Amplas (kasar) 8,0 – 9,0

Pengujian akan kita hentikan apabila mineral yang kita selidiki tidak tergores
oleh benda yang paling keras. Jadi kekerasan mineral tersebut sama dengan
kekerasan benda pembanding yang digunakan untuk mengujinya.

4. Cerat (streak)
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk serbuk atau goresan. Cerat dapat
sama atau berbeda dengan warna mineral. Pada umumnya warna cerat suatu
mineral adalah tetap. Cerat diperoleh dengan menggoreskan mineral pada keping
porselen (bagian belakang, bukan bagian yang licin). Bila mineralnya lebih keras
dari keping porselen, maka mineral yang diselidiki dapat digoreskan pada skala
kekerasan yang lebih keras dari mineral tersebut atau ditumbuk sampai halus
menyerupai tepung.
Pada beberapa mineral, warna dan cerat sering menunjukkan warna yang
sama, seperti :
Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 14
Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
 Cinnabar : warna dan cerat merah.
 Magnetite : warna dan cerat hitam.
 Lazurite : warna dan cerat biru.
Namun ada juga mineral yang memperlihatkan warna dan cerat yang berbeda,
diantaranya :
 Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai cerat berwarna putih.
Contoh : - Kuarsa – putih / tidak berwarna (bening)
- Gypsum – putih/ tak berwarna
- Kalsit – tak berwarna
 Mineral yang mempunyai kilap logam kadang-kadang mempunyai warna
cerat yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri.
Contoh : - Pyrite – warna kuning emas, cerat hitam.
- Copper – warna merah tembaga, cerat hitam.
- Hematite – warna abu-abu kehitaman, cerat merah.
 Mineral non logam (non metallic mineral) dan gelap akan memberikan
cerat yang lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri.
Contoh : - Leucite – warna abu-abu, cerat putih.
- Dolomite – warna kuning sampai merah jambu, cerat putih.

5. Belahan (cleavage)
Belahan adalah kenampakan mineral untuk membelah melalui bidang belahan
yang rata, halus dan licin serta pada umumnya selalu berpasangan. Belahan ini
merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal. Berdasarkan dari baik /
tidaknya permukaan bidang belahan, belahan dapat dibedakan menjadi :
 Belahan sempurna (perfect cleavage) : ada bidang belahan dan mudah
dibelah, contoh : muscovite, calcite, halite dan biotite.
 Belahan baik (good cleavage) : ada bidang belahan tetapi tidak mudah
dibelah, contoh : calcite, ortoklas, augite dan gypsum.
 Belahan tidak jelas (indistinc cleavage) : bidang belahan seperti garis atau
kenampakan striasi pada bidang belahannya, contoh : plagioklas, beryl,
emas, korundum dll.

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 15


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
 Belahan tidak menentu : tidak ada bidang belahan, contoh: kuarsa, opal,
kalsedon.
Apabila ditinjau dari arah belahannya, maka belahan dapat dibedakan
menjadi:
 Belahan satu arah, contoh : muskovit, asbes.
 Belahan dua arah, contoh : feldspar, gypsum.
 Belahan tiga arah, contoh : halit dan kalsit.
 Tidak ada belahan, contoh : kuarsa

6. Pecahan (fracture)
Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas
dan elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah. Pecahan adalah
kenampakan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata, tidak halus,
tidak licin dan tidak teratur.
Pecahan mineral dapat dibagi menjadi 5 macam, yaitu :
 Pecahan konkoidal (conchoidal fracture) : memperlihatkan gelombang
yang melengkung dipermukaan, seperti kenampakan bagian luar kulit
kerang atau botol yang dipecah, contoh : kuarsa, obsidian, rutile, zincite,
cerrusite dll.
 Pecahan berserat (splintery/fibrous fracture) : menunjukkan gejala seperti
serat atau daging, contoh : asbes, serpentin, augit.
 Pecahan tidak rata (uneven fracture) : menunjukkan kenampakan
permukaan yang tidak teratur dan kasar, contoh : garnet, marcasite,
chromite, rhodonite dll.
 Pecahan rata (even fracture) : permukaan rata dan cukup halus, contoh :
mineral lempung (bentonit & kaolin), talk dll
 Pecahan runcing (hackly fracture) : permukaan tidak teratur, kasar dan
ujungnya runcing-runcing, contoh : emas, perak, tembaga, platinum dll.

7. Bentuk dan Struktur Mineral


Bentuk mineral ada 2 macam, yaitu :
Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 16
Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
 Bentuk kristalin : apabila mineral mempunyai bidang kristal yang ideal
dan biasanya terdapat pada mineral yang mempunyai bidang belahan.
 Bentuk amorf : apabila mineral tidak mempunyai batasan-batasan kristal
yang jelas.
Mineral-mineral dialam jarang didapatkan dalam bentuk kristalin yang ideal,
karena pertumbuhan kristal dialam sering mengalami gangguan. Kebiasaan
mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan kondisi disekelilingnya
mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri
sendiri maupun dalam kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok mineral
tersebut membentuk suatu perawakkan kristal yang disebut sebagai struktur
kristal / mineral.
Struktur mineral sering khas untuk mineral tertentu, terutama mineral dalam
bentuk kelompok-kelompoknya (agregasi mineral). Struktur-struktur tersebut
antara lain sebagai berikut :
A. Struktur Granular atau Butiran
Struktur ini terdiri dari butiran - butiran mineral yang mempunyai dimensi
sama atau isometris. Struktur ini dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
 Fanerokristalin : apabila butirannya dapat dilihat dengan mata biasa.
 Kriptokristalin : apabila butirannya tidak dapat dibedakan dengan mata biasa,
melainkan harus dengan alat bantu (mikroskop).
 Saccharoidal : apabila kesan kelompok butiran tersebut seperti gula pasir.
B. Struktur Kolom
Stuktur ini terdiri dari prisma yang panjang-panjang dan bentuknya ramping.
Bila prisma tersebut memanjang dan halus dikatakan mempunyai struktur fibrous
atau berserat. Struktur kolom ini dapat dibedakan menjadi : struktur jaring
(reticulated), struktur bintang (stellated), dan struktur radier (radiated).
-
Struktur jaring (reticulated) adalah bentuk kristal kecil panjang yang tersusun
menyerupai jaring. Contoh : rutile dan cerussite.
-
Struktur bintang (stellated) adalah bentuk kristal yang tersusun menyerupai
bintang. Contoh : pirofilit.

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 17


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
-
Struktur radier (radiated) adalah bentuk-bentuk kristal yang tersusun
menyerupai bentuk jaring-jaring. Contoh : markasit, netrolit.
C. Struktur Lembaran atau Lamellar
 Struktur tabular : bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar
dengan tebal tidak terlalu jauh. Contoh : barite, hematite, hypersthene.
 Struktur konsentris : bentuk kristal yang bulat dan konsentris. Contoh :
mangan.
 Struktur foliasi : bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar), perlapiasn
yang mudah dikupas / dipisahkan. Contoh : mica, talk, chlorite
D. Struktur imitasi
Terdiri dari kelompok-kelompok mineral yang menyerupai bentuk benda lain,
seperti dibawah ini :
a. Bila mineral berdiri sendiri
 Menjarum (acicular) : bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.
Contoh : natrolite, glaucophane
 Membenang (filliformis) : bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai
benang. Contoh : perak
 Membilah (bladded) : bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai
bilah kayu, denga perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh.
Contoh : kyanite, gloucophane, kalaverite.

b. Bila mineral bersatu dalam kelompok tertentu


 Dendritik : bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut / daun.
 Contoh : cuprite, bysolite.
 Botroidal :
 Mengginjal (reniformis) : bentuk kristal yang menyerupai bentuk
ginjal. Contoh : hematite.
 Mamillary : bentuk kristal bulat-bulat (breast like). Contoh : malachite,
opal, hemimorphite.
c. Bila kelompok mineral paralel atau radier

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 18


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
 Meniang (columnar) : bentuk kristal prismatik yang menyerupai bentuk
tiang. Contoh : tourmaline, pyrolusite, wollastonite
 Menyerat (fibrous) : bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil.
Contoh : asbes, silimanite, tremolite, pyrophillite.
 Globular : bentuk kristal yang membulat dengan struktur dalam memancar
menyerupai bentuk jari. Contoh : pyrolorphyte.

8. Berat Jenis (Specific Gravity)


Berat jenis adalah perbandingan antara berat mineral diudara terhadap
volumenya didalam air. Yang dimaksud dengan volumenya didalam air adalah
berat volum air yang sama dengan volum mineral tersebut. Bila jenis mineral
adalah tetap apabila susunannya tetap.
Penentuan berat jenis mineral dapat digunakan alat timbangan Jolly,
piknometer, atau neraca analitik. Hasil tersebut dapat tepat apabila mineralnya
dalam keadaan murni, homogen, padat dan tidak berongga serta dalam keadaan
segar.
Cara penentuan berat jenis :
CARA I :
Dengan mempergunakan gelas ukur dan timbangan neraca analitik. Mineral
dimasukkan kedalam gelas ukur yang telah diisi air, dan jumlah air telah diketahui
dengan pasti. Besarnya air yang tumpah atau kenaikan air pada gelas ukur dapat
dibaca. Berat jenis dapat diukur dengan berat mineral yang telah ditimbang dibagi
dengan volum air yang tumpah.
Misalnya :
 berat mineral = W1
 air yang dimasukkan kedalam gelas ukur = W2
 kenaikan setelah mineral dimasukkan kedalam gelas ukur = W3

W1
BJ = -----------------
W3 - W2

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 19


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
CARA II :
Dengan menggunakan alat piknometer dan neraca analitik.
Misal :
 Berat piknometer kosong = A
 Berat piknometer + mineral = B
 Berat piknometer + air = C
 Berat piknometer + air + mineral = D
B – A
BJ = ---------------------------
(B–A)–(D–C)

Oleh karena perhitungan berat jenis memakan waktu yang cukup lama dan
memerlukan peralatan yang khusus, maka tidak dilakukan pada praktikum kali
ini. Berat jenis mineral dapat dilihat pada text book yang membehas tentang
mineral, seperti Mineralogy karangan Kraus, Hunt & Ramsdell (1951).

9. Sifat dalam (tenacity)


Sifat dalam adalah reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya, seperti
penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan, atau
penghancuran.
Sifat dalam dapat dibagi menjadi 6 macam, yaitu :
 Rapuh (brittle) : apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.
Contoh : kalsit, kuarsa, felsdpar.
 Dapat diiris (sectile) : dapat diiris dengan pisau dan memberikan
kenampakan yang halus dan rata pada bekas irisannya. Contoh : gipsum.
 Dapat dipintal (ductile) : bila mineral tersebut dapat dipintal seperti kapas.
Contoh : asbes.
 Dapat ditempa (maleabel) : apabila mineral ditempa dengan palu akan
menjadi pipih. Contoh :emas, perak dan tembaga.
 Lentur (elastis) : bila dibengkokkan dapat kembali seperti semula kalau
dilepaskan kembali. Contoh : mika

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 20


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
 Fleksibel : bila dibengkokkan tidak dapat kembali seperti semula. Contoh :
tembaga.

10. Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnet, dapat dibagi
menjadi 3 :
 Ferromagnetik, contoh : magnetite, pyrhotite.
 Paramagnetik, contoh : pyrite.
 Diamagnetik, contoh : kuarsa, gipsum dll.

11. Sifat-sifat lain


Adalah sifat-sifat khas yang dimiliki oleh mineral, diluar sifat-sifat fisik yang
telah diuraikan diatas.
Contohnya :
 Berbau menyengat pada belerang.
 Halit jika dijilat terasa asin
Sifat yang lainnya misalnya adalah derajat ketembusan cahaya, kelistrikan,
dan daya lebur.
Sifat ketembusan cahaya dari suatu mineral tergantung kepada kemampuan
mineral tersebut mentransmit cahaya (berkas sinar). Sesuai dengan itu, variasi
jenis mineral dapat dibedakan atas :
 Opaque mineral : mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam
bentuk helaian yang amat tipis. Mineral-mineral ini permukaannya
mempunyai kilap metalik dan meninggalkan berkas hitam atau gelap.
Contoh : pyrite, hematite.
 Transparant mineral : mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca
biasa. Contoh : kuarsa, kalsit dll.
 Translucent mineral : mineral yang tembus cahaya tetapi tidak tembus
pandang. Contoh : kalsedon, opal, gypsum dll.

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 21


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
IV. BEBERAPA ISTILAH DALAM MINERALOGI
Mineraloid adalah substansi atau material padat bersifat alamiah yang menyerupai
mineral tetapi tidak mempunyai / menunjukkan bentuk kristalinitas atau tidak
memenuhi salah satu persyaratan sebagai mineral, contoh : obsidian dan opal.
Pseudomorf adalah kristal yang mengalami perubahan komposisi kimianya, tetapi
bentuk kristalnya tetap.
Isomorf adalah mineral yang mempunyai bentuk / sistem kristal (sifat fisik) sama,
tetapi komposisi kimianya berbeda. Contoh : pyrite (FeS2) dengan galena (PbS) yang
mempunyai sistem kristal isometrik, kalsit (CaCO3) dengan dolomit (CaMg(Co3)2)
yang mempunyai sistem kristal trigonal.
Polymorf / allotropi adalah mineral yang mempunyai komposisi kimia (sifat kimia)
sama, tetapi bentuk / sistem kristalnya (sifat fisik) berbeda (Tabel 3).

Tabel 3. Contoh mineral polymorf


No. Unsur/ Nama mineral Sistem kristal
senyawa
1 C Graphite Hexagonal
Intan Isometrik
2 CaCO3 Kalsit Hexagonal
Aragonit Orthorombik
3 FeS2 Pyrite Isometrik
Marcasite Orthorombik
4 SiO2 Kuarsa Hexagonal
Cristobalite
Tridymite
Coesite
Stishovite

Rock-forming mineral (RFM) adalah mineral utama penyusun batuan atau mineral-
mineral yang sering dijumpai didalam batuan, baik batuan beku, batuan sedimen,
maupun batuan metamorf. RFM yang sering dijumpai di dalam batuan adalah
mineral-mineral dari golongan oksida dan silika, tetapi mineral-mineral dari golongan
silikat jauh lebih besar presentasinya bila dibandingkan dengan mineral-mineral dari
golongan oksida sebagai penyusun batuan kerak bumi.

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 22


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
V. CARA PENDISKRIPSIAN MINERAL
Cara pendiskripsian mineral dalam acara ini dilakukan dengan melihat
kenampakan-kenampakan fisik dari suatu mineral. Semua unsur-unsur kenampakan
fisik tersebut dimasukkan kedalam tabel diskripsi untuk kemudian dibandingkan
dengan tabel baku.
Tabel baku yang biasanya digunakan adalah tabel Mineralogi Kraus, Hunt &
Ramsdell (1951, 474 – 475 pp.). Cara ini lebih mudah dan praktis diterapkan
dilapangan, tetapi memerlukan kecermatan yang tinggi.

Contoh deskripsi :

A. Warna : Colourless
B. Kilap : Kaca
C. Kekerasan : 7
D. Cerat : Putih
E. Belahan : Tidak ada
F. Pecahan : Konkoidal
G. Bentuk : Kristalin
H. Struktur : Kriptokristalin
I. Sifat dalam : Rapuh (brittle)
J. Kemagnetan : Diamagnetik
K. Sifat lain : Translucent
L. Nama mineral : Kuarsa

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 23


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 24
Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
PENGGOLONGAN MINERAL

1. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud : Mengelompokan / menggolongan suatu mineral berdasarkan sifat-sifat
fisiknya secara sistematika mineralogi sehingga dapat diketahui
kelompoknya (berdasarkan golongan komposisi kimianya)

Tujuan :
a. Dapat menentukan nama suatu mineral berdasarkan
sifat-sifat fisiknya.
b. Dapat menggolongkan mineral secara sistematika
mineralogi berdasarkan text book yang dibawa.

2. LANGKAH KERJA
 Dalam praktikum, praktikan diwajibkan mendeskripsi sifat fisik mineral sehingga
tetap membawa peralatan yang digunakan pada acara Mineralogi Fisik.
 Praktikan kemudian menentukan golongan mineral berdasarkan deskripsi tersebut
dengan mengacu pada text book yang dibawa.

3. PENGGOLONGAN MINERAL / KLASIFIKASI MINERAL


Klasifikasi atau penggolongan mineral yang digunakan berdasarkan klasifikasi
menurut Dana (dalam Kraus, Hunt & Ramsdell, 1951) yang didasarkan pada
kemiripan komposisi kimia dan struktur kristal, adalah sebagai berikut :
 Golongan native element.
 Golongan sulfida.
 Golongan oksida dan hidroksida.
 Golongan halida.
 Golongan karbonat.
 Golongan sulfat.
 Golongan phosphat.
 Golongan silikat.

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 25


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
1. Golongan Native Element
Mineral dalam golongan native element hanya tersusun oleh unsur tunggal (native
element). Unsur-unsur yang ada di alam selain unsur gas dapat pula dibagi menjadi
unsur logam, transisi dan non-logam. Golongan ini dicirikan dengan hanya memiliki
satu unsur kimia, sifat dalam pada umumnya maleable (dapat ditempa) dan ductile
(lentur) dan mempunyai BJ yang cukup tinggi (6 – 22). Kelompok ini dapat
dibedakan menjadi 3, yaitu :
Metal (logam)
Contoh: Emas (Au), perak (Ag), tembaga (Cu), dan platina (Pt) yang
kesemuanya mempunyai sistem kristal isometrik.
Semi logam
Contoh: Arsenik (As) dan bismuth (Bi) yang keduanya mempunyai sistem
kristal heksagonal.
Non logam
Contoh:
 belerang (S) : sistem kristal orthorombik;
 intan : sistem kristal isometrik;
 graphite (C) : sistem kristal heksagonal.

2. Golongan Sulfida
Golongan sulfida dicirikan oleh adanya gugus anion (S2-), yaitu merupakan
kombinasi antara logam atau semi logam dengan belerang (S), biasanya terbentuk
pada urat batuan dan hasil dari larutan hidrotermal.
Contoh :
 Kalkosit (Cu2S, Sistem Kristal : orthorombik),
 Galena (PbS, Sistem Kristal : isometrik),
 Kalkopirit (CuFeS2, Sistem Kristal : tetragonal),
 Pyrite (FeS2, Sistem Kristal : isometrik),
 Markasit (FeS2, Sistem Kristal orthorombik),

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 26


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
 Arsenopyrite (FeAsS, Sistem Kristal : heksagonal).

3. Golongan Oksida dan Hidroksida


Golongan oksida merupakan kombinasi antara oksigen dengan satu macam logam
atau lebih, yaitu dicirikan oleh gugus anion (O 2-). Berdasarkan perbandingan antara
logam dengan oksigen (X dan O), maka golongan oksida dapat dikelompokkan
menjadi oksida sederhana dan oksida kompleks.
Contoh :
a. Tipe X2O dan XO : kuprit (Cu2O, Sistem Kristal : isometrik).
b. Tipe X2O3 (grup hematit) : korundum (Al2O3, S. Kristal : heksagonal).
c. Tipe XO2 (grup rutil) : pirolusit (MnO2, Sistem Kristal : tetragonal).
d. Tipe XY2O4 (grup spinel) : magnetit (Fe3O4, Sistem Kristal : isometrik).

Golongan hidroksida dicirikan oleh adanya gugus hidroksil (OH-), atau molekul
H2O yang membuat daya ikatannya secara struktur lebih lemah dari oksida.
Contoh :
Magnetite (MnO(OH), sistem kristal : monoklin),
Ice (H2O, sistem kristal: heksagonal)
Diaspore (AlO(OH), sistem kristal : )
Manganit (MnO(OH), sitem kristal : )
Limonit (FeO(OH). nH2O, sistem kristal : )
Bauksit (Al(OH).nH2O, sistem kristal : )

4. Golongan Halida
Golongan halida dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenelektronegatif,
seperti : Cl -, Br -, F - dan I -. Pada umumnya mempunyai BJ yang rendah (<5).
Contoh :
a. Halite (NaCl, sistem kristal : isometrik),
b. Fluorite (CaS2, sistem kristal : isometrik).

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 27


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
5. Golongan Karbonat
Golongan karbonat dicirikan dengan adanya gugus anion yang kompleks, yaitu
CO32-. Hadirnya ion H +
akan menyebabkan mineral-mineral menjadi tidak stabil dan
akan memutuskan ikatannya untuk membentuk air dan CO2. Reaksinya disebut Fizz
Test dengan larutan asam (HCl). Larutan ini sering digunakan dalam identifikasi
karbonat.
Reaksi : CaCO3 + 2HCl  CaCl2 + CO2 + H2O

Contoh :
 Kalsit (CaCO3, sistem kristal : ortorombik - trigonal),
 Aragonit (CaCO3, sistem kristal : ortorombik),
 Dolomit (CaMg(CO3)2, sistem kristal : heksagonal).

Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi 28


Departemen Teknik Geologi FT UGM Tahun Ajaran 2017/2018
5. Golongan Karbonat
Golongan karbonat dicirikan dengan adanya gugus anion yang kompleks, yaitu
CO32-. Hadirnya ion H + akan menyebabkan mineral-mineral menjadi tidak stabil dan
akan memutuskan ikatannya untuk membentuk air dan CO2. Reaksinya disebut Fizz
Test dengan asam (HCl) yang paling banyak digunakan dalam identifikasi karbonat.
Reaksi : CaCO3 + H2O  CaH2(CO3)2
Kalsit
asam karbonat
Contoh :
 kalsit (CaCO3, Sistem Kristal : rhombohedral),
 aragonit (CaCO3, Sistem Kristal : orthorombik),
 dolomit (CaMg(CO3)2, Sistem Kristal : heksagonal).

6. Kelompok Sulfat
Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus anion SO 42- dan pada umumnya
mempunyai kilap non logam (kaca, lemak atau sutra) dan terbentuk melalui larutan.
Contoh :
 gypsum (CaSO4.2H2O, Sistem Kristal : monoklin),
 anhydrite (CaSO4, Sistem Kristal : orthorombik),
 barite (BaSO4, Sistem Kristal : orthorombik),
 Celestit (SrSO4),
 Angelsit (PbSO4), dll.

7. Kelompok Phosphat
Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO 43- dan pada umumnya mempunyai
kilap kaca atau lemak.
Contoh :
 apatite (CaF(PO4)3, Sistem Kristal : heksagonal),
 vanadine (Pb5Cl(PO4)3, Sistem Kristal : heksagonal),
 Monazit ((Ca,La,Di)PO4)
 Turquois (Al2(OH)3PO4.H2O)
 Lazulit (MgAl2(OH)2(PO4)2), dll.

8. Kelompok Silikat
Kelompok ini meliputi 25 % dari keseluruhan mineral yang dikenal dan 40 % dari
mineral yang umum dijumpai pada batuan. Mineralnya mengandung ikatan anatara
unsur Si dengan unsur O. Bentuk struktur ikatannya yang bermacam-macam
digunakan sebagai dasar pengelompokan (lihat tabel berikut ini). Silikat merupakan
gugus molekul yang mengandung SiO4 tetrahedral. Mineral dari kelompok silikat
biasanya banyak digunakan sebagai dasar klasifikasi dan penamaan batuan, terutama
batuan beku (lihat Reaction Bowen’s Series).
Contoh :
 Kuarsa (SiO2) dan varietasnya: amethyst, carnelian, krisopras, bloodstone,
agate, onyx, flint, chert, jasper, dll.
 Mika (muskovit = KAl2(OH)2AlSi3O10 dan biotit =
(K(Mg,Fe)3(OH)2AlSi3O10))
 Mineral lempung (kaolin dan bentonit)
 Plagioklas((Na,Ca)AlSi3O8))
 Ortoklas (KalSi3O8)
 Amphibolit (hornblenda = (Ca2(Mg,Fe)4Al(OH)2(AlSi7O22))
 Olivin
 Piroksen (augit)
 Garnet

TABEL PENGELOMPOKAN MINERAL

No Kelompok Mineral Kode Peraga Tanda Tangan


I Mineral Native Element

II Mineral Sulfida

III Mineral Oksida

IV Mineral Hidroksida

V Mineral Karbonat

VI Mineral Sulfat

VII Mineral Silikat

Catatan :

ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

1. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud : Mengetahui mineral-mineral penyusun batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan metamorf
Tujuan :
- Mengidentifikasi mineral-mineral utama penyusun batuan
- Mempelajari mineral-mineral penciri batuan beku, batuan sedimen, dan batuan
metamorf.

2. ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN BEKU


Pada batuan beku, mineral yang sering dijumpai dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu:
 Mineral – mineral cerah = Felsic-minerals = Non-ferromagnesian silicates
 Tersusun atas silika dan alumina, umumnya berwarna cerah
 Kuarsa : colorless, kadang-kadang putih susu atau kelabu
 Feldspar Ortoklas : putih kemerahan atau merah jambu
 Feldspar Plagioklas : abu-abu, putih susu, menunjukkan gejala striasi
 Muskovit : colorless sampai coklat muda, berupa lempengan-
lempengan tipis
 Mineral - mineral gelap = Mafic-minerals = Ferromagnesian minerals
 Tersusun atas unsur-unsur besi, magnesium, dan kalsium; umumnya berwarna
gelap
 Biotit : coklat tua – hitam, berupa lempeng tipis
 Piroksen : hitam – hijau tua, pendek-pendek, kristal bersisi 8
 Hornblende : hitam – hijau, kristal bersisi 6, panjang
 Olivin : kuning kehijauan
Lihat Lampiran 1: Bowen Reaction Series
Berdasarkan mineral penyusunnya, batuan beku dapat dibedakan menjadi empat:
1. Mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas Na, kadang terdapat hornblende, biotit,
muskovit dalam jumlah kecil adalah mineral – mineral penciri Kelompok Granit –
Ryolit; berasal dari magma asam.
2. Mineral-mineral plagioklas, hornblende, piroksen dan kuarsa; biotit dan
ortoklas dijumpai dalam jumlah kecil adalah mineral – mineral penciri Kelompok
Diorit – Andesit; berasal dari magma yang bersifat intermediet.
3. Mineral-mineral olivin, plagioklas Ca, piroksen dan hornblende adalah
mineral-mineral penciri Kelompok Gabro – Basalt; tersusun dari magma asal yang
bersifat basa.
4. Olivin, piroksen dan Plagioklas Ca dijumpai dalam jumlah yang sangat kecil
adalah mineral-mineral penciri Kelompok Ultrabasa.

Status Mineral dalam Batuan Beku:


 Mineral Primer, merupakan hasil pertama dari proses pembentukan batuan beku.
Mineral ini terdidi dari:
 Mineral utama (essential minerals): yaitu mineral yang jumlahnya cukup
banyak (> 10%). Mineral ini sangat penting untuk dikenali karena
menentukan nama batuan, misalnya: Hornblende, Biotit, Muskovit
 Mineral tambahan (accesory minerals): yaitu minerl-mineral yang jumlahnya
sedikit (< 10%) dan tidak menentukan nama batuan, misalnya: garnet, leucite,
hematit, magnetit, ilmenit, monazite.
 Mineral Sekunder, merupakan mineral hasil ubahan (alterasi) dari mineral primer,
misalnya: kalsit, zeolit, epidot, clay mineral, epidote, klorit, pirit.
Lihat Lampiran 2: Tabel klasifikasi batuan beku (Travis, 1966)

3. ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN SEDIMEN


Berdasarkan cara pengendapannya, batuan sedimen dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu:
 Mineral kuarsa, biotit, hornblende, plagioklas, dan garnet adalah mineral yang
mempunyai resistensi tinggi dan merupakan penyusun batuan sedimen klastik
yang tersusun oleh klastika-klastika karena proses pengendapan secara mekanis..
 Mineral gypsum, anhidrit, kalsit, halit adalah mineral yang terbentuk karena
proses pengendapan secara kimiawi dan larutan maupun hasil aktivitas organik
dan merupakan penyusun batuan sedimen non klastik.

Mineral-mineral yang umum dijumpai pada batuan sedimen adalah:


 Kuarsa
 Kalsit
 Dolomit
 Lempung: kaolinit,
montmorilonit, hydromuscovite
 Feldspar (ortoklas maupun
plagioklas)
 Siderit
 Limonit
 Gipsum
 Kalsedon
 Halit
Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran
2007/2008

Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran 1


2007/2008
Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran
2007/2008

CONTOH FORMAT LAPORAN

Nama :
No Peraga :
Jenis Batuan :
Nama Batuan:

Deskripsi Mineralogi:
 … (rumus kimia), berwarna…, kilap…, cerat…, kekerasan…, bentuk…,
belahan…, pecahan…, sifat lain yang teramati…, kelimpahan…
 … (rumus kimia), berwarna…, kilap…, cerat…, kekerasan…, bentuk…,
belahan…, pecahan…, sifat lain yang teramati…, kelimpahan…
 … (rumus kimia), berwarna…, kilap…, cerat…, kekerasan…, bentuk…,
belahan…, pecahan…, sifat lain yang teramati…, kelimpahan…
 … (rumus kimia), berwarna…, kilap…, cerat…, kekerasan…, bentuk…,
belahan…, pecahan…, sifat lain yang teramati…, kelimpahan…
 … (rumus kimia), berwarna…, kilap…, cerat…, kekerasan…, bentuk…,
belahan…, pecahan…, sifat lain yang teramati…, kelimpahan…

Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran 2


2007/2008
Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran
2007/2008

MINERALOGI KIMIA

1. PENDAHULUAN
Acara mineralogi kimia ini dibagi dalam beberapa percobaan, yang secara umum
bertujuan untuk mengidentifikasi mineral dengan menggunakan metode-metode
kimiawi (melalui reaksi-reaksi kimia).
Adapun rangkaian percobaan yang dilakukan :
1. Reaksi nyala api, dibagi dalam:
a. Struktur nyala api
b. Determinasi unsur kualitatf
2. Reaksi Hepar
3. Reaksi Meigen
4. Identifikasi Kasiterit
5. Determinasi unsur jarang

2. MACAM-MACAM PERCOBAAN
A. REAKSI NYALA API
1) Struktur Nyala Api
Tujuan Percobaan :
 Mengenal struktur nyala api
 Dapat membuat nyala api reduksi dengan nyala api oksidasi

Alat :
1. Lampu spiritus
2. Pipa tiup
Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran 3
2007/2008
Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran
2007/2008

Cara Kerja :
1. Nyalakan api pada lampu spiritus.
2. Ambil pipa tiup dan letakkan bagian yang runcing di dalam api (kira-kira
sepertiga dari tinggi api).
3. Tiuplah melalui lubang yang ada di sebelah ujung pipa secara konstan,
maka akan tampak struktur nyala api seperti pada gambar tersebut :

Keterangan :
a. Selubung luar, bersifat oksidasi.
b. Selubung ungu, pucat bersifat reduksi.
c. Bagian terdalam, berwarna biru.

2) Determinasi Unsur Kualitatif


Tujuan Percobaan :
Mengetahui dan dapat menentukan kandungan unsur-unsur tertentu secara
kualitatif dengan cepat dengan nyala api yang timbul.
Alat :
1. Lampu spiritus
2. Pipa tiup
3. Gelas arloji
4. Kawat Pt
Bahan :
1. Larutan HCl 10 %
2. Bubuk-bubuk mineral
Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran 4
2007/2008
Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran
2007/2008

Cara Kerja :
1. Siapkan bubuk mineral dalam gelas arloji.
2. Teteskan HCl.
3. Bersihkan kawat Pt hingga putih bersih, lalu sentuhkan pada
bubuk mineral.
4. Panggang diatas api dan perhatikan warna nyala api yang timbul.
5. Cocokkan warna api yang timbul dengan tabel berikut ini.

Tabel Warna Nyala Api


Warna Nyala Api Kemungkinan Unsur yang Terkandung
Merah hingga merah tua Lithium (Li)
Merah keunguan Strontium (Sr)
Merah kekuningan Calcium (Ca)
Kuning Natrium (Na)
Hijau kekuningan Barium (Ba)
Hijau jamrud Thalium (Th)
Hijau cemerlang Borium (B)
Hijau pucat hingga putih Stibium (Sb)
Hijau azur Cuprum (Cu)
Biru kehijauan Antimon
Biru keputihan Arsenikum
Biru pucat hingga abu-abu kebiruan Plumbum (Pb)
Violet Kalium (K)

B. REAKSI HEPAR
Tujuan Percobaan :
Melakukan pengujian untuk mengetahui ada tidaknya unsur Sulfur (S) dalam suatu
mineral.
Alat :
1. Keping arang 3. Pipa tiup
2. Bor arang 4. Jarum preparat
Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran 5
2007/2008
Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran
2007/2008

5. Keping perak 7. Gelas arloji/


6. Lampu spiritus porselen

Bahan :
1. Bubuk mineral
2. Soda (Na2CO3)

Cara Kerja :
1. Bubuk mineral yang akan diselidiki dicampur dengan 3 atau 4 bagian soda.
2. Tetesi dengan sedikit air, lalu masukkan dalam lubang pada keping gips/ arang.
3. Tiup dengan api reduksi sampai melebur dan terjadi kerak yang berwarna kelam.
4. Ambil kerak tersebut dengan jarum preparat, lalu lumatkan sampai menjadi
bubuk.
5. Letakkan bubuk kerak pada keping perak dan beri beberapa tetes aquades.
6. Setelah beberapa saat, cucilah keping perak tersebut lalu amati. Bila terdapat
bercak coklat hati, berarti mineral yang diselidiki positif mengandung Sulfur.

C. REAKSI MEIGEN
Tujuan Percobaan :
Membedakan mineral Kalsit dan Aragonit dengan larutan Kobalt Nitrat.
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Lampu spiritus
3. Penjepit
Bahan :
1. Bubuk Kalsit dan Aragonit
2. Larutan Kobalt Nitrat (5 – 10%)
3. Aquades
Cara Kerja :
1. Campur bubuk mineral dengan larutan Kobalt Nitrat dalam tabung reaksi.

Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran 6


2007/2008
Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran
2007/2008

2. Panaskan diatas api selama 1 – 5 menit sampai mendidih.


3. Amati perubahan warna yang terjadi. Bila endapan berwarna :
a. Putih abu-abu, maka mineralnya adalah Kalsit.
b. Violet, maka mineralnya adalah Aragonit.

D. IDENTIFIKASI KASITERIT
Maksud dan Tujuan Percobaan :
Melakukan reaksi memakai logam seng (Zn) untuk membedakan mineral Kasiterit
dengan mineral lain beradasarkan kandungan Sn.
Alat :
1. Tabung reaksi
Bahan :
1. Butir mineral Kasiterit
2. Larutan HCL 10 %
3. logam seng (Zn) dalam bentuk butiran.
Cara Kerja :
1. Letakkan butiran mineral diatas butiran Zn di dalam tabung reaksi.
2. Tuangkan HCl pelan-pelan ke dalam tabung reaksi, kemudian perhatikan reaksi
yang terjadi.
3. Bila setelah beberapa menit mineral diselimuti oleh selaput abu-abu (Sn), maka
mineral yang diselidiki adalah Kasiterit.

E. DETERMINASI UNSUR JARANG


Definisi :
Unsur jarang adalah unsur yang kelimpahannya dalam kerak bumi kurang dari 0,01 %
dan pada umumnya berupa unsur logam (scarse metals).

Unsur Logam Abundant metals (Mg, Al, Fe, Cr, Mn)


Unsur Scarce metals
Unsur Non Logam

Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran 7


2007/2008
Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran
2007/2008

Klasifikasi
Unsur logam jarang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Logam jarang yang biasa membentuk endapan sulfida, antara lain:
 Tembaga (Cu)  Seng (Zn)
 Timbal (Pb)  Nikel (Ni)
 Antimoni (Sb)  Molibdenum (Mo)
 Arsenik (As)  Cadmium (Cd)
 Kobalt (Co)  Merkuri (Hg)
 Perak (Ag)  Bismuth (Bi)

b. Logam jarang yang terdapat dalam bentuk murni, antara lain :


 Emas (Au)  Osmium (Os)
 Palladina (Pd)  Platina (Pt)
 Iridium (Ir)  Rhodium (Rh)
 Arsenik (As)  Ruthenium (Ru)

c. Logam jarang yang bersenyawa dengan Oksigen (O2), antara lain :


 Timah (Sn)
 Uranium (U)
 Tungsten (W)
 Vanadium (V)

Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran 8


2007/2008
Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran
2007/2008

DAFTAR PUSTAKA

Anonim a, ---, Crystallography and Minerals Arranged by Crystal Form, --,


web.wt.net/~daba/Mineral/crystall.html.
Billings, M., 1977, Structural Geology, 2nd ed., Prentice-Hall, Inc., New Jersey.
Flint & Skinner, 1977, Physical Geology,
Howard, Mike dan Darcy Howard, 1998 , Introduction to Crystallography and
Mineral Crystal Systems, Arkansas, www.rockhounds.com/rockshop/xtal
Hurlburt, C. S. , JR. , 1971, Dana’s Manual Mineralogy, John Wiley & Sons, Inc
New York
Hurlburt, C. S. , JR. and Klein, C. , 1977, Manual of Mineralogy, John Wiley &
Sons, Inc New York
Isbandi, Djoko.,Ir.,M.Sc., 1986, Mineralogi, CV. Nur Cahaya, Yogyakarta
Kraus, Hunt & Ramsdell, 1951,
Staff Asisten Mineralogi, 1995, Buku Petunjuk Praktikum Mineralogi, Lab. Bahan
Galian, FT- UGM Jurusan Tekanik Geologi, Yogyakarta.

Buku Panduan Praktikum Kristalografi & Mineralogi Tahun Ajaran


2007/2008

Anda mungkin juga menyukai