Comptronix Corp

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seorang auditor dalam menjalankan tugasnya tentu akan menghadapi berbagai macam
permasalahan. Terkadang masalah tersebut dapat mengerucut pada istilah yang disebut
“kecurangan”. Tugas utama auditor adalah memeriksa laporan keuangan klien dan memastikan
tingkat kewajarannya. Auditor memiliki kewajiban untuk mendeteksi adanya kekeliruan dan
ketidakberesan yang menyebabkan laporan keuangan berisi salah saji material. Untuk
melaksanakan kewajiban tersebut, auditor diharuskan untuk menerapkan keseksamaan
didalam perencanaan dan pelaksanaan audit serta melakukan penilaian hasil prosedur audit-nya.
Para professional auditor selalu diminta untuk cermat ketika melakukan tugas melayani klien.
Common law menyatakan, para professional audit bertanggungjawab untuk memenuhi apa yang
telah dinyatakan dalam kontrak dengan klien. Apabila gagal, maka auditor secara hukum
bertanggunjawab kepada klien atas kelalaian dan atau pelanggaran kontrak, dan dalam situasi
tertentu. Selain kewajiban menurut common law, auditor juga bertanggungjawab kepada pihak
ketiga menurut UU Statuter yang berisi ketentuan yang berlaku sebagai dasar tindakan hukum
terhadap auditor. Seperti yang terjadi pada Cendant Corporation, penipuan di Cendant
Corporation adalah kasus penipuan pertama yang signifikan dalam skala yang luar biasa.
Skandal yang terjadi pada perusahaan ini yaitu telah melakukan dengan menyiapkan akun
piutang fiktif dan mengkredit rekening fiktif akun revenue untuk penjualan membership yang
tidak ada.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kecurangan?
2. Apa saja jenis-jenis kecurangan?
3. Bagaimana cara pendeteksian kecurangan?
4. Apa saja tanggung jawab auditor terhadap kecurangan?
5. Apa saja kewajiban hukum bagi auditor?
6. Bagaimana contoh kasus terkait kecurangan (fraud)?

1.3. Tujuan Umum


1. Memahami pengertian dari kecurangan
2. Memahami jenis-jenis yang ada pada kecurangan
3. Mengetahui bagaimana cara mendeteksi kecurangan
4. Memahami apa tanggung jawab auditor terhadap kecurangan
5. Memahami kewajiban hukum bagi auditor
6. Memahami kecurangan dalam pelaporan keuangan kementerian dan lembaga
7. Memahami kasus yang ada dan membantu bagaimana cara menganalisis terkait kasus
yang ada
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kecurangan dan Jenis Kecurangan


Untuk lebih berhasilnya peran auditor dalam pencegahan dan pendeteksian adanya
kecurangan, sebaiknya internal auditor perlu memahami kecurangan dan jenis-jenis kecurangan
yang mungkin terjadi dalam perusahaan. G. Jack Bologna, Robert J. Lindquist dan Joseph T.
Wells mendefinisikan kecurangan “Fraud is criminal deception intended to financially benefit
the deceiver” (Bologna, Lindquist, & Wells, 2002) yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal
yang bermaksud untuk member manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti
setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Dan dari tindakan jahat
tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya secara financial.
Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu (1) tindakan/the act., (2)
Penyembunyian/the concealment dan (3) konversi/the conversion. Misalnya pencurian atas harta
persediaan adalah tindakan, kemudian pelaku akan menyembunyikan kecurangan tersebut
misalnya dengan membuat bukti transaksi pengeluaran fiktif. Selanjutnya setelah perbuatan
pencurian dan penyembunyian dilakukan, pelaku akan melakukan konversi dengan cara
memakai sendiri atau menjual persediaan tersebut.
Pada dasarnya terdapat dua tipe kecurangan, yaitu eksternal dan internal. Kecurangan
eksternal adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu perusahaan/entitas,
seperti kecurangan yang dilakukan pelanggan terhadap usaha; wajib pajak terhadap pemerintah.
Kecurangan internal adalah tindakan tidak legal dari karyawan, manajer dan eksekutif terhadap
perusahaan tempat ia bekerja. Berkaitan dengan itu Association of Certified Fraud Examinations
(ACFE, 2000), salah satu asosiasi di USA yang mendarmabaktikan kegiatannya dalam
pencegahan dan pemberantasan kecurangan, mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok
sebagai berikut:
1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)
Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan
oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan
investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non
finansial.
2. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation)
Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam ‘Kecurangan Kas’ dan ‘Kecurangan
atas Persediaan dan Aset Lainnya’, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang
(fraudulent disbursement).
3. Korupsi (Corruption)
Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE, bukannya
pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia. Menurut ACFE,
korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery),
pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan (economic extortion).

2.2. Pendeteksian Kecurangan


Resiko yang dihadapi perusahaan diantaranya adalah Integrity risk, yaitu resiko adanya
kecurangan oleh manajemen atau pegawai perusahaan, tindakan illegal, atau tindak
penyimpangan lainnya yang dapat mengurangi nama baik reputasi perusahaan di dunia usaha,
atau dapat mengurangi kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Adanya resiko tersebut mengharuskan internal auditor untuk menyusun tindakan pencegahan /
prevention untuk menangkal terjadinya kecurangan. Namun, pencegahan saja tidaklah memadai,
internal auditor harus memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya
kecurangan-kecurangan yang timbul. Tindakan pendeteksian tersebut tidak dapat di generalisir
terhadap semua kecurangan. Masing-masing jenis kecurangan memiliki karakteristik tersendiri,
sehingga untuk dapat mendeteksi kecurangan perlu kiranya pemahaman yang baik terhadap
jenis-jenis kecurangan yang mungkin timbul dalam perusahaan. Sebagian besar bukti-bukti
kecurangan merupakan bukti-bukti tidak sifatnya langsung.
Petunjuk adanya kecurangan biasanya ditunjukkan oleh munculnya gejala- gejala
(symptoms) seperti adanya perubahan gaya hidup atau perilaku seseorang, dokumentasi yang
mencurigakan, keluhan dari pelanggan ataupun kecurigaan dari rekan sekerja. Pada awalnya,
kecurangan ini akan tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik yang merupakan
kondisi / keadaan lingkungan, maupun perilaku seseorang. Karakterikstik yang bersifat kondisi /
situasi tertentu, perilaku / kondisi seseorang personal tersebut dinamakan Red flag (Fraud
indicators).
Meskipun timbulnya red flag tersebut tidak selalu merupakan indikasi adanya kecurangan,
namun red flag ini biasanya selalu muncul di setiap kasus kecurangan yang terjadi. Pemahaman
dan analisis lebih lanjut terhadap red flag tersebut dapat membantu langkah selanjutnya untuk
memperoleh bukti awal atau mendeteksi adanya kecurangan. Berikut adalah gambaran secara
garis besar pendeteksian kecurangan berdasar penggolongan kecurangan oleh ACFE tersebut di
atas.

2.2.1. Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan)


Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat dideteksi melalui
analisis laporan keuangan sebagai berikut:
1. analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan
antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau Laporan arus kas dengan
menggambarkannya dalam persentase. Sebagai contoh, adanya kenaikan
persentase hutang niaga dengan total hutang dari rata-rata 28% menjadi 52%
dilain pihak adanya penurunan persentase biaya penjualan dengan total
penjualan dari 13 20% menjadi 17% mungkin dapat menjadi satu dasar adanya
pemeriksaan kecurangan.
2. analisis horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis persentase-persentase
perubahan item laporan keuangan selama beberapa periode laporan. Sebagai
contoh adanya kenaikan penjualan sebesar 80% sedangkan harga pokok
mengalami kenaikan 140%. Dengan asumsi tidak ada perubahan lainnya dalam
unsur-unsur penjualan dan pembelian, maka hal ini dapat menimbulkan
sangkaan adanya pembelian fiktif, penggelapan, atau transaksi illegal lainnya.
3. analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai item dalam
laporan keuangan. Sebagai contoh adalah current ratio, adanya penggelapan
uang atau pencurian kas dapat menyebabkan turunnya perhitungan rasio
tersebut.

2.2.2. Asset Misappropriation (Penyalahgunaan aset)


Teknik untuk mendeteksi kecurangan-kecurangan kategori ini sangat banyak
variasinya. Namun, pemahaman yang tepat atas pengendalian intern yang baik dalam pos-
pos tersebut akan sangat membantu dalam melaksanakan pendeteksian kecurangan.
Dengan demikian, terdapat banyak sekali teknik yang dapat dipergunakan untuk
mendeteksi setiap kasus penyalahgunaan aset. Masing-masing jenis kecurangan dapat
dideteksi melalui beberapa teknik yang berbeda. Misalnya, untuk mendeteksi kecurangan
dalam pembelian ada beberapa metode deteksi yang dapat digunakan. Metode-metode
tersebut akan sangat efektif bila digunakan secara kombinasi gabungan, setiap metode
deteksi akan menunjukkan anomalies / gejala penyimpangan yang dapat diinvestigasi lebih
lanjut untuk menentukan ada tidaknya kecurangan. Selain itu, metode-metode tersebut
akan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam pengendalian intern dan mengingatkan /
memberi peringatan pada auditor akan adanya potensi terjadinya kecurangan di masa
mendatang.
1. Analytical Review
Suatu review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan ketidakbiasaan
atau kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan. Sebagai contoh adalah
perbandingan antara pembelian barang persediaan dengan penjualan bersihnya
yang dapat mengindikasikan adanya pembelian yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah biala dibandingkan dengan tingkat penjualannya. Metode analitis lainnya
adalah perbandingan pembelian persediaan bahan baku dengan tahun sekarang
yang mungkin mengindikasikan adanya kecurangan overbilling scheme atau
kecurangan pembelian ganda.
2. Statistical Sampling
Sebagaimana persediaan, dokumen dasar pembelian dapat diuji secara sampling
untuk menentukan ketidakbiasaan (irregularities), metode deteksi ini akan
efektif jika ada kecurigaan terhadap satu attributnya, misalnya pemasok fiktif.
Suatu daftar alamat PO BOX akan mengungkapkan adanya pemasok fiktif
Vendor or outsider complaints Komplain / keluhan dari konsumen, pemasok,
atau pihak lain merupakan alat deteksi yang baik yang dapat mengarahkan
auditor untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
3. Site Visit – Observation
Observasi ke lokasi biasanya dapat mengungkapkan ada tidaknya pengendalian
intern di lokasi-lokasi tersebut. Observasi terhadap bagaimana transaksi
akuntansi dilaksanakan kadangkala akan memberi peringatan pada CFE akan
adanya daerah-daerah yang mempunyai potensi bermasalah Dalam banyak kasus
kecurangan, khususnya kasus pencurian dan penggelapan aset, biasanya terdapat
tiga faktor, yaitu:
a. ada satu tekanan pada seseorang, seperti kebutuhan keuangan
b. adanya kesempatan untuk melakukan kecurangan dan menyembunyikan
kecurangan yang dilakukan
c. adanya cara pembenaran perilaku tersebut yang sesuai dengan tingkatan
integritas pelakunya,

2.2.3. Corruption (Korupsi)


Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan kerja
yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dan menyampaikan komplain
ke perusahaan. Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini kemudian dilakukan analisis
terhadap tersangka atau transaksinya. Pendeteksian atas kecurangan ini dapat dilihat dari
karakteristik (Red flag) si penerima maupun si pemberi. Orang-orang yang menerima dana
korupsi ataupun penggelapan dana pada umumnya mempunyai karakteristik (red flag)
sebagai berikut:
a. The Big Spender
b. The Gift taker
c. The Odd couple
d. The Rule breaker
e. The Complainer
f. The Genuine need
Sedangkan orang yang melakukan pembayaran mempunyai karakteristik (red flag)
sebagai berikut:
a. The Sleaze factor
b. The too Succesful bidder
c. Poor quality, higher prices
d. The one-person operation

2.3. Tanggung Jawab Auditor Terhadap Kecurangan (Fraud)


Menurut General Accepted Auditing Standards, kecurangan (fraud) adalah “An intentional
act that results in a material misstatement in financial statements that are subject of an audit.”
(Tindakan sengaja yang menyebabkan kesalahan material dalam pelaporan keuangan yang
menjadi sasaran audit). Karena audit bertujuan untuk menyatakan pendapat bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material, maka Auditor perlu melakukan pengujian terhadap
terjadi tidaknya fraud.
Dalam pelaksanaan audit, Auditor wajib menilai risiko pengendalian dalam melaksanakan
auditnya. Risiko yang dinilai pada tahap pemahaman dan pengujian pengendalian adalah risiko
terkait asersi penyajian laporan keuangan, termasuk di dalamnya risiko kecurangan. Berdasarkan
hasil penilaian risiko tersebut, auditor melakukan pengujian substantif untuk memastikan terjadi
tidaknya fraud.
Jika teridentifikasi terjadi fraud, maka Auditor wajib memperluas pengujiannya dengan
mengumpulkan bukti-bukti terjadinya fraud selengkap mungkin. Di samping itu, Auditor perlu
memastikan pengaruh fraud terhadap laporan keuangan. Bukti-bukti transaksi yang terkait fraud
harus dikumpulkan dan diuji kembali keabsahannya. Auditor menjalankan serangkaian
wawancara untuk mengungkap fraud. Fraud diungkapkan hingga diketahui skema kecurangan,
pihak-pihak terkait dan pengaruh terhadap kebenaran informasi keuangan.
Jika pengaruh fraud material terhadap kewajaran laporan keuangan dan melibatkan senior
manajemen, maka Auditor harus menyatakan opini Menolak Memberikan Pendapat (Adverse
Opinion). Jika tidak berpengaruh material terhadap kewajaran laporan keuangan dan melibatkan
pengawai hingga manajemen menengah, Auditor mendiskusikan dan menyepakati dengan senior
manajemen serta komite audit langkah-langkah perbaikan pengendalian intern, termasuk
mengkoreksi laporan keuangan.

2.4. Kewajiban Hukum Bagi Auditor


Tanggung jawab profesi akuntan publik di Indonesia terhadap kepercayaan yang diberikan
publik seharusnya akuntan publik dapat memberikan kualitas jasa yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan mengedepankan kepentingan publik yaitu selalu bersifat
obyektif dan independen dalam setiap melakukan analisa serta berkompeten dalam teknis
pekerjaannya.
Terlebih-lebih tanggung jawab yang dimaksud mengandung kewajiban hukum terhadap
kliennya. Kewajiban hukum auditor dalam pelaksanaan audit apabila adanya tuntutan ke
pengadilan yang menyangkut laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Kewajiban kepada klien (Liabilities to Client) Kewajiban akuntan publik terhadap klien
karena kegagalan untuk melaksanakan tugas audit sesuai waktu yang disepakati,
pelaksanaan audit yang tidak memadai, gagal menemui kesalahan, dan pelanggaran
kerahasiaan oleh akuntan public
2. Kewajiban kepada pihak ketiga menurut Common Law (Liabilities to Third party)
Kewajiban akuntan publik kepada pihak ketiga jika terjadi kerugian pada pihak
penggugat karena mengandalkan laporan keuangan yang menyesatkan.
3. Kewajiban Perdata menurut hukum sekuritas federal (Liabilities under securities laws)
Kewajiban hukum yang diatur menurut sekuritas federal dengan standar yang ketat.
4. Kewajiban kriminal (Crime Liabilities) Kewajiban hukum yang timbul sebagai akibat
kemungkinan akuntan publik disalahkan karena tindakan kriminal menurut undang-
undang.

Sedangkan kewajiban hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia secara eksplisit
memang belum ada, akan tetapi secara implisit hal tersebut sudah ada seperti tertuang dalam
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Peraturan-
\Peraturan mengenai Pasar Modal atau Bapepam, UU Perpajakan dan lain sebagainya yang
berkenaan dengan kewajiban hukum akuntan.

1. Tanggapan Profesi Terhadap Kewajiban Hukum


AICPA dan profesi mengurangi resiko terkena sanksi hukum dengan langkah-langkah
berikut :
a. Riset dalam auditing
b. Penetapan standar dan aturan.
c. Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor
d. Menetapkan persyaratan penelaahan sejawat .
e. Melawan tuntutan hukum
f. Pendidikan bagi pemakai laporan
g. Memberi sanksi kepada anggota karena hasil kerja yang tak pantas
h. Perundingan untuk perubahan hukum
2. Tanggapan Akuntan Publik Terhadap Kewajiban Hukum
Dalam meringankan kewajibannya auditor dapat melakukan langkah-langkah berikut:
a. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
b. Mempekerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi dengan pantas
c. Mengikuti standar profesi
d. Mempertahankan independensi
e. Memahami usaha klien
f. Melaksanakan audit yang bermutu
g. Mendokumentasikan pekerjaan secara memadai
h. Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan
i. Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
j. Perlunya asuransi yang memadai
k. Mencari bantuan hukum
2.5. Kasus Mengenai Cendant Corporation
2.5.1. Sejarah Pendirian
Henry Silverman, eksekutif bisnis dan investor ekuitas swasta menciptakan
Hospitality Franchise Systems (HFS) sebagai wahana untuk mengakuisisi sejumlah
waralaba hotel di awal tahun 1990an. Di antara pembeliannya adalah merek seperti
Ramada dan Howard Johnson serta Days Inn, yang bisa ia beli seharga $ 290 juta (kurang
dari setengah dari harga yang ia jual) setelah perusahaan tersebut mengajukan
kebangkrutan pada tahun 1991. Silverman dengan cepat mengambil Sistem Waralaba
Perhotelan umum pada IPO 1992. HFS termasuk di antara perusahaan dengan
pertumbuhan tercepat pada tahun 1990-an dan saham perusahaan telah meningkat dari
harga IPO-nya sebesar $ 4 per saham menjadi $ 77 per saham pada tahun 1998. Pada
tanggal 27 Mei 1997 dengan perjanjian penggabungan HFS dan CUC seharga $ 14 miliar
menghasilkan pembentukan Cendant Corporation. Cendant Corporation adalah penyedia
layanan bisnis dan konsumen berbasis di New York, terutama di industri real estat dan
perjalanan Cendant Corporation dibentuk sebagai konglomerat yang mengkhususkan diri
dalam keanggotaan klub perbelanjaan, pemasaran Internet dan perjalanan. Pembagiannya
berisi rantai hotel Howard Johnson, Days Inn, dan Ramada; Waralaba real estat Coldwell
Banker dan Century 21; Perangkat lunak Sierra On-Line dan mobil sewaan Avis. Itu
adalah penggabungan sama dengan 50/50. Henry Silverman, yang menjabat sebagai Chief
Executive Officer HFS Inc., terpilih sebagai CEO dan presiden perusahaan yang baru
dibentuk, dan Walter Forbes, yang merupakan CEO CUC. CUC bergerak di bisnis selling
travel, shopping, dan dining discount membership. International Inc dipilih sebagai ketua
dewan perusahaan. Penggabungan itu selesai pada bulan desember, dan saham Cendant
Corp. mulai diperdagangkan pada tanggal 17 Desember 1997, ditutup pada hari itu di level
$ 32,62.
Setelah merger, perusahaan mengalami kesuksesan dan pada tanggal 6 April 1998
harga per sahamnya meningkat ke level $ 41,69. Korporasi sedang dalam proses akuisisi
banyak, termasuk negosiasi akuisisi American Bankers Insurance Group. Tapi kesuksesan
perusahaan tidak lama dan perusahaan tidak maju dan meningkatkan harga sahamnya
sebagai prognosis analis pasar. Pada tanggal 9 April 1998, perusahaan tersebut
mengumumkan bahwa tiga mantan eksekutif CUC meninggalkan perusahaan tersebut,
termasuk Cosmo Corigliano, CFO dari CUC, dan Amy Lipton, penasihat umum CUC.
Inilah yang dilaporkan Wall Street Journal mengenai hal ini: "Rumor perubahan di puncak
perusahaan telah membuat saham turun pada hari sebelumnya”. Saham ditutup pada $ 37,
turun $ 2,0625, atau 5,3%, dalam perdagangan komposit di New York Stock Exchange.
Perusahaan mencoba meyakinkan investor dalam sebuah panggilan konferensi,
mengatakan bahwa pendapatan kuartal pertama memenuhi atau melampaui ekspektasi
analis terhadap 25 Sen.
Cendant Corporation di tahun 2002 memiliki 6400 hotel dengan jumlah kamar
540.000 dan jumlah franchisee(waralaba) sebanyak 5200. sampai saat ini, 5 bisnis utama
yang digeluti oleh Cendant Coorporation adalah:
1. Real Estates Services: Broker Propertydan Industri Penunjang
2. Hospitality Services: Jaringan Hotel dan Time-share
3. Vehicle Services: Car Rentaldan Parkir
4. Financial Services: Konsultan Pajak dan Asuransi Khusus
5. Travel Distribution Services: Distribusi Tiket Dalam bidang real estate
Pada tahun 2005 dan 2006, Cendant bubar dan berputar atau menjual bisnis
penyusunnya. Meskipun perusahaan ini berbasis di New York City, mayoritas karyawan
kantor pusat Cendant berada di Bukit Parsippany-Troy, New Jersey. CEO terakhir Cendant
adalah Henry Silverman.

2.5.2. Skandal Yang Terjadi di Cendant Corporation


Skandal Akuntansi
Beberapa bulan setelah merger, pada bulan April 1998 Cendant menemukan
ketidak seimbangan akuntansi yang besar di CUC yang mengakibatkan salah satu skandal
keuangan terbesar di tahun 1990an. Pada saat itu, Wakil Ketua E. Kirk Shelton dilaporkan
telah meningkatkan pendapatan perusahaan sebesar $ 500 juta selama periode tiga tahun.
Dia telah melaporkan laba bersih tahun 1997 sebesar $ 55,4 juta ketika hasil 1997 yang
benar adalah kerugian bersih sebesar $ 217,2 juta. Karena penyimpangan dalam buku
Cendant ini ditemukan pada awal tahun 1998, sebuah komite audit yang dibentuk oleh
Dewan Direksi Cendant meluncurkan sebuah penyelidikan dan menemukan bahwa tim
manajemen mantan CUC, termasuk eksekutif puncaknya Walter Forbes dan Kirk Shelton,
telah menipu Membuat laporan bisnis palsu selama beberapa tahun. Ketika laporan ini
dirilis ke publik, kerusakan yang diakibatkan pada nilai pasar bagi perusahaan adalah
sekitar $ 14 miliar, dengan saham mereka jatuh dari level tinggi $ 41 menjadi hampir $ 12.
Pada saat itu, kegagalan ini adalah kasus terbesar penipuan akuntansi dalam sejarah negara
tersebut. Setelah skandal akuntansi terungkap, Silverman dan dewan Cendant memaksa
pengunduran diri Forbes dan Silverman mengambil jabatan CEO. Pada bulan Maret 2001,
Forbes dan Shelton didakwa oleh dewan juri federal dan digugat oleh Securities and
Exchange Commission, yang menuduh perusahaan tersebut mengarahkan kecurangan
akuntansi secara besar-besaran yang pada akhirnya merugikan perusahaan dan investornya
miliaran dolar. Shelton sekarang menjalani hukuman 10 tahun penjara. Mantan CEO
Walter Forbes dijatuhi hukuman 12 tahun penjara pada 2007. Di bawah Silverman,
Cendant bangkit kembali dari skandal akuntansi yang jauh mengungguli pasar di awal
tahun 2000an.

Skandal Kecurangan
Secara khusus perusahaan, untuk tujuan pelaporan triwulanan, telah menyiapkan
akun piutang fiktif dan mengkredit rekening fiktif akun revenue untuk penjualan
membership yang tidak ada. Sebelum akhir kuartal keempat, pencatatan revenue fiktif
dibalik. Untuk mengkompensasi pembalikan revenue dan dengan demikian meningkatkan
earning untuk tahun fiskal, manajemen memerintahkan staf akuntansi untuk mengenali
semua penjualan membership baru sebagai revenue untuk tahun berjalan sementara
menunda pengeluaran yang terkait selama satu hingga tiga tahun. Perusahaan juga
mengurangi allowance untuk pembatalan membership di masa depan. Akhirnya, porsi
besar cadangan yang dibuat untuk menutupi biaya yang berkaitan dengan akuisisi
(misalnya, biaya pemecatan karyawan, penutupan fasilitas, dan perjalanan eksekutif)
digunakan untuk membuat laba lebih. Sebagai berita fraud (kecurangan) menembus
komunitas keuangan, harga saham Cendant menurun dari $ 41 pada bulan April 1998
menjadi $ 13 pada bulan Agustus tahun itu. Komite audit Cendant Arthur Andersen terlibat
melakukan fraud (kecurangan) audit khusus, yang menentukan bahwa 61 persen dari
laporan CUC s 1997 laba dibuat. Walter Forbes mengundurkan diri sebagai CEO Cendant
dan pemegang saham mulai menuntut perusahaan. Ernst & Young, auditor CUC telah
memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian pada laporan keuangan Cendant, oleh
karena itu, menggugat auditor atas kelalaian karena mereka percaya pada audit perusahaan
ketika mereka tidak diberi akses ke buku buku utama CUC sebelum merger. Selain itu,
Ernst & Young yang diletakkan dalam dua kelas terpisah sesuai tindakan oleh pemegang
saham Cendant. Perusahaan membantah kewajiban (hutang) atas dasar bahwa manajemen
telah melakukan fraud (kecurangan) dalam kolusi, bahwa dokumen telah dibuat, dan
bahwa akses ke dokumentasi yang menguatkan fiktif pencatan jurnal karena mereke
menolak akses tersebut.

 Untuk kasus ini diperlukan :

1. Diskusikan Tanggung Jawab Auditor Untuk Mendeteksi Jenis Kecurangan


Laporan Keuangan ini
2. Apakah Menurut Anda, Auditor Harus Bertanggungjawab Kepada Cendant?
Untuk Pemegang Saham? Jelaskan.
3. Apa Prosedurnya, Jika Ada, yang Seharusnya diwaspadai Auditor Untuk
kemungkinan Kecurangan?

 Analisis Pertanyaan

1. Ernst & Young harus bertanggung jawab terhadap misstatement yang


materil, seharusnya E & Y tidak boleh memberikan opini Unqualified
terhadap laporan keuangan perusahaan CUC tersebut, karena mereka
mengetahui adanya fraudulent (kecurangan) dalam proses penyajian laporan
keuangan tersebut. Jadi, mereka harus bertanggung jawab untuk
mengungkapkan kesalahan yang materil tersebut, karena pada laporan audit
di paragraf kedua auditor harus mencari misstatement. Pertanyaan diatas
dihubungkan dengan Standar Akuntansi tentang Audit atas estimasi
akuntansi , Sumber : PSAK NO. 37 SA SEKSI 342. Auditor bertanggung
jawab untuk mengevaluasi kepantasan estimasi akuntansi yang dibuat oleh
manajemen dalam konteks laporan keuangan secara keseluruhan. Karena
estimasi didasarkan atas faktor-faktor subjektif dan objektif, sulit bagi
manajemen untuk menetapkan cara pengendalian untuk itu. Meskipun
didalam proses estimasi manajemen melibatkan karyawan. Pertanyaan
diatas dihubungkan dengan Standar Akuntansi tentang audit atas estimasi
akuntansi, Sumber : PSAK NO. 37 SA SEKSI 342. Auditor bertanggung
jawab untuk mengevaluasi kepantasan estimasi akuntansi yang dibuat oleh
manajemen dalam konteks laporan keuangan secara keseluruhan. Karena
estimasi didasarkan atas faktor-faktor subjektif dan objektif, sulit bagi
manajemen untuk menetapkan cara pengendalian untuk itu. Meskipun
didalam proses estimasi manajemen melibatkan karyawan kompeten yang
menggunakan data relevan dan andal, terdapat kemungkinan masuknya
faktor subjektif dalam estimasi tersebut. Oleh karena itu, pada waktu
merencanakan dan melaksanakan prosedur untuk mengevaluasi estimasi
akuntansi, auditor harus mempertimbangkan, baik faktor subjektif maupun
objektif, dengan suatu sikap skeptisme professional.

2. Ernst & Young harus bertanggung jawab, karena laporan auditor untuk
kepentingan masyarakat luas termasuk pemegang saham, apalagi
perusahaan tersebut listing, untuk itu perlu dilakukan konfirmasi oleh
auditor kepada pihak ketiga terhadap asersi laporan keuangan. Pertanyaan
diatas dihubungkan dengan Standar Akuntansi PROSES KONFIRMASI,
Sumber : PSAK No. 07. Konfirmasi adalah proses pemerolehan dan
penilaian suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas
suatu permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap
asersi laporan keuangan. Proses konfirmasi mencakup:

a. Pemilihan unsur yang dimintakan konfirmasi.

b. Pendesainan permintaan konfirmasi.

c. Pengkomunikasian permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga yang


bersangkutan.

d. Pemerolehan jawaban dari pihak ketiga.

e. Penilaian terhadap informasi atau tidak adanya informasi yang disediakan


oleh pihak ketiga mengenai tujuan audit, termasuk keandalan informasi
tersebut.
Hubungan prosedur konfirmasi dengan penaksiran resiko audit oleh auditor
SA Seksi 312 [PSA No. 25] Risiko Audit dan Materialitas dalam
Pelaksanaan Audit menjelaskan model risiko audit. Seksi tersebut
menggambarkan konsep penetapan risiko bawaan dan risiko pengendalian,
penentuan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima, dan pendesainan suatu
program audit untuk mencapai tingkat risiko audit yang sedemikian rendah.
Auditor menggunakan penentuan risiko audit dalam penentuan prosedur
audit yang akan diterapkan, termasuk apakah prosedur audit tersebut
meliputi konfirmasi. Konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari
pihak ketiga mengenai asersi laporan keuangan yang dibuat oleh
manajemen. SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit menyatakan bahwa,
pada umumnya, dianggap bahwa "Bukti audit yang diperoleh dari sumber
independen di luar entitas memberikan keyakinan yang lebih besar atas
keandalan untuk tujuan audit independen dibandingkan dengan bukti audit
yang disediakan hanya dari dalam entitas tersebut."

3. Yang harus diwaspadai Auditor untuk kemungkinan kecurangan : Adanya


penjualan fiktif kepada membership yang tidak ada Adanya transaksi jurnal
pembalik terhadap pencatatan revenue fiktif Adanya penundaan pengeluaran
/ expense Adanya allowance untuk pembatalan membership di masa depan
Pertanyaan diatas dihubungkan dengan Standar Akuntansi SA Seksi 329
Sumber : PSA No. 22. Untuk beberapa entitas, prosedur analitik dapat
terdiri dari review atas perubahan saldo akun tahun sebelumnya dengan
tahun berjalan, dengan 45 menggunakan buku besar atau daftar saldo (trial
balance) tahap awal yang belum disesuaikan. Sebaliknya, untuk entitas yang
lain, prosedur analitik mungkin meliputi analisis lapotan keuangan triwulan
yang ekstensif. Pada kedua keadaan tersebut, prosedur analitik yang
dikombinasikan dengan pengetahuan auditor tentang bisnis, menjadi dasar
dalam menentukan permintaan keterangan tambahan dan perencanaan yang
efektif. Walaupun prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan
audit seringkali hanya menggunakan data keuangan, tetapi kadangkala
informasi nonkeuangan yang relevan juga dipertimbangkan. Misalnya
jumlah karyawan, luas ruang penjualan, jumlah barang yang diproduksi dan
informasi serupa lainnya mungkin membantu dalam mencapai tujuan
prosedur.

Prosedur analitik yang digunakan sebagai pengujian substantif, kepercayaan


auditor terhadap pengujian substantif untuk mencapai tujuan audit yang
berhubungan dengan suatu asersi dapat berasal dari pengujian rinci, dari
prosedur analitik, atau dari kombinasi keduanya. Keputusan mengenai
prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan audit tertentu didasarkan
pada pertimbangan auditor terhadap efektivitas dan efisiensi yang
diharapkan dari prosedur audit yang ada. Auditor mempertimbangkan
tingkat keyakinan, jika ada, yang diinginkannya dari pengujian substantif
untuk suatu tujuan audit dan memutuskan, antara lain prosedur yang mana,
atau kombinasi prosedur mana, yang dapat memberikan tingkat keyakinan
tersebut. Untuk asersi tertentu, prosedur analitik cukup efektif dalam
memberikan tingkat keyakinan memadai. Namun, pada asersi lain, prosedur
analitik mungkin tidak seefektif atau seefisien pengujian rinci dalam
memberikan tingkat keyakinan yang diinginkan. Efektivitas dan efisiensi
yang diharapkan dari suatu prosedur analitik dalam mengidentifikasikan
kemungkinan salah saji tergantung atas, antara lain: a. Sifat asersi. b.
Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan. c.
Ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan
harapan. d. Ketepatan harapan.

2.5.3. Kesimpulan Kasus


Penipuan dikatakan sebagai penipuan yang dilakukan oleh satu orang atau
sekelompok orang untuk kepentingan pribadi atau untuk merusak orang lain atau
mengambil uangnya secara ilegal. Definisi kecurangan sangat bergantung pada yurisdiksi
hukum. Penipuan dikatakan sebagai kejahatan, dan juga pelanggaran hukum perdata. Jenis
penipuan yang paling umum adalah menipu orang uang. Ada sekitar 9 jenis kecurangan
umum, yang meliputi: penyalahgunaan aset, akuntansi palsu, penipuan komputer, penipuan
kekayaan intelektual dan penipuan asuransi, pelanggaran atau pencurian oleh pihak ketiga,
korupsi, penipuan skema investasi, dan pencucian uang. Hal ini dimungkinkan untuk
melakukan kecurangan dengan cara seperti surat, internet dan telepon. Situasi berisiko
terhadap komitmen kecurangan dapat dikategorikan sebagai keuntungan, proses dan orang.
Beberapa situasi yang diambil secara independen mungkin tidak menunjukkan adanya
motivasi untuk melakukan kecurangan, namun seiring dengan faktor lainnya akan tampak
menjadi faktor motivasional. Untuk mencegah kecurangan dan meningkatkan perilaku etis
di perusahaan, organisasi harus mengembangkan kode etik sesuai dengan nilai inti dan
menetapkan layanan audit internal dan pemantauan. Perusahaan juga harus mendapatkan
semua informasi yang mungkin tentang karyawan, mitra bisnis dan pemasok mereka, serta
memantau arus informasi di antara mereka, untuk mengurangi kemungkinan kecurangan.
Penipuan di Cendant Corporation adalah kasus penipuan pertama yang signifikan dalam
skala yang luar biasa. Cendant Corporation dibentuk pada tanggal 27 Mei 1997 dengan
perjanjian penggabungan antara Dewan Direksi untuk HFS, Inc. dan CUC International
Inc. Cendant Corporation dibentuk sebagai konglomerat yang mengkhususkan diri dalam
keanggotaan klub perbelanjaan, pemasaran Internet dan perjalanan. Setelah jatuhnya harga
saham Cendant pada tahun 1998, diketahui bahwa para eksekutif puncak CUC, yang
dipimpin oleh mantan Chairman dan CEO Walter Forbes, mempromosikan lingkungan
laissez-faire di perusahaan yang mendorong bawahan untuk menyiapkan laporan tanpa
hukuman. Akibat kecurangan, Kirk Shelton, mantan wakil ketua Cendant dijatuhi hukuman
10 tahun penjara, Cosmo Corigliano dijatuhi hukuman tiga tahun masa percobaan dengan
enam bulan pengabdian di rumah dan 300 jam pelayanan masyarakat, Anne Pember,
mantan direktur akuntansi di Divisi CUC Pengontrol Comp-U-Card dan CUC, diberi masa
percobaan dua tahun dan 200 jam pelayanan masyarakat, Casper Sabatino, Mantan akuntan
CUC yang bertanggung jawab atas laporan eksternal perusahaan, menerima masa
percobaan dua tahun dan akhirnya Walter Forbes menerima 12 tahun dan Tujuh bulan
penjara (Corporate Fraud Data Base).
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Putra, Made Suandi. 2014. Tanggung Jawab Auditor Terhadap Kecurangan di


https://id.scribd.com/document/210427291/Tanggung-Jawab-Auditor-Terhadap-
Kecurangan (Diakses pada 21 April 2019).

Dterecya. 2014. Analisa Kasus Cimptronix Corp. - Auditing II di


https://id.scribd.com/doc/214308997/Analisa-Kasus-Cimptronix-Corp-Auditing-II
(Diakses pada 21 April 2019).

Reminda, Azzahra Dita. dkk. 2014. mklah kel 4.docx di


https://www.coursehero.com/file/26781009/mklah-kel-4docx/?justUnlocked=1#/quiz
(Diakses pada 21 April 2019).

Kurnia, Desifa. 2015. Tugas Resume Auditing: Legal Liability Considerations for Auditor di
https://www.kompasiana.com/desifaks/563063b15c7b61a106fdf128/tugas-resume-
auditing-legal-liability-considerations-for-auditor?page=all (Diakses pada 22 April 2019).

Dirgahayu, Shintya. 2015. TANGGUNG JAWAB HUKUM AUDITOR di


https://www.academia.edu/30915722/TANGGUNG_JAWAB_HUKUM_AUDITOR
(Diakses pada 22 April 2019).

Anda mungkin juga menyukai