Fraud Accounting

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

FRAUD ACCOUNTING

Dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi

Disusun Oleh :

Hodoifah (150810301002)

Dinda Maulidatul H (150810301003)

Rizki Sakinatul J (150810301004)

Program Studi S1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Jember
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Fraud
Accounting dengan lancar. Penulis menyadari bahwa penyelesaian tugas ini dapat
terlaksana berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Agung Budi
selaku pembimbing sekaligus dosen pengampu mata kuliah Seminar Akuntansi
yang sudah membimbing jalannya perkuliahan.

Penulis meminta maaf apabila masih ada bayak kekurangan dalam laporan
penilitian ini, karena penulis adalah manusia yang jauh dari kata sempurna.
Penulis juga menerima kritik dan saran yang diberikan. Semoga laporan penelitian
ini memberikan manfaat kepada pembaca.

Penulis,

20 Maret 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang Masalah 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Pengertian Fraud (Kecurangan) 5
2.2 Jenis Fraud (Kecurangan) 5
2.3 Pencegahan Kecurangan 6
2.4 Mendeteksi Kecurangan 8
BAB III RINGKASAN JURNAL 11
BAB IV KESIMPULAN 15
DAFTAR PUSTAKA 16

ii2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada dunia bisnis yang terus menerus berkembang semakin banyak kasus
kecurangan korporasi/perusahaan dan pelanggaran organisasional yang terjadi,
bahkan telah menjadi perhatian dunia luas. Kasus-kasus yang terjadi pada setiap
perusahaan dapat terjadi di bidang apa saja, misalkan di bidang produksi, bidang
keuangan, bidang distribusi, dan yang lainnya. Berdasarkan judul makalah ini,
pembahasan atau isi dari makalah ini akan berfokus pada kasus-kasus kecurangan
yang terkait dengan bidang keuangan di suatu perusahaan. Semakin banyaknya kasus
besar yang terkait dengan masalah keuangan yang melibatkan perusahaan-perusahaan
besar dan kantor akuntan publik telah membuat tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap profesionalisme dan perilaku etis profesi akuntan semakin menurun.
Masyarakat semakin meragukan etika yang baik dan profesionalisme yang baik yang
seharusnya dimiliki oleh setiap akuntan. Hal ini terjadi bukan tanpa alasan, keraguan
masayarakat tersebut berkaitan dengan kasus kecurangan pada laporan keuangan
suatu perusahaan. Bukan hanya masyarakat saja, investor selaku pihak eksternal yang
memiliki kepentingan terhadap suatu perusahaan juga mulai meragukan sikap
profesionalisme akuntan saat ini seiring dengan banyaknya kasus kecurangan pada
masalah keuangan. Kecurangan pada perusahaan yang umum terjadi adalah
kecurangan laporan keuangan, namun tidak semua kesalahan pada laporan keuangan
dapat dikatakan sebagai kecurangan, karena kesalahan juga dapat disebut sebagai
kekeliruan karena dilakukan secara tidak sengaja.
Kecurangan yang saat ini menjadi sorotan utama adalah kecurangan yang
dilakukan oleh manajemen puncak atau terhadap pejabat tinggi suatu instansi.
Menurut kami, tidak ada perusahaan yang terbebas dari suatu kecurangan, karena
semua kembali pada masalah etika yang dimiliki oleh manusia masing-masing.
Upaya yang dapat dilakukan dalam pencegahan kecurangan adalah masalah kontrol
yang memadai dan lingkungan kerja yang harus menjunjung tinggi kejujuran.
Begitupula, pencegahan atau deteksi kecurangan pada kasus kecurangan laporan
keuangan. Banyak teknik pencegahan dan deteksi kecurangan sekarang digunakan
untuk mengurangi biaya langsung dan tidak langsung yang terkait dengan segala
bentuk kecurangan. Berbagai teknik ini termasuk: mempertahankan kebijakan

3
penipuan, telepon panas garis, cek referensi karyawan, ulasan kerentanan kecurangan,
ulasan kontrak vendor dan sanksi, tinjauan analitis (analisis rasio keuangan), proteksi
password, firewall, analisis digital dan bentuk teknologi perangkat lunak lainnya, dan
penemuan sampling (Carpenter dan Mahoney, 2001; Thomas dan Gibson, 2003).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu kecurangan ?
2. Apa saja jenis dan contoh kasus fraud accounting dalam perusahaan ?
3. Bagaimana cara mencegah kecurangan tersebut ?
4. Bagaimana cara mendeteksi kecurangan tersebut ?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa itu arti kecurangan
2. Mengetahui jenis-jenis kecurangan
3. Mengetahui cara mencegah kecurangan
4. mengetahui cara mendeteksi kecurangan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Fraud (Kecurangan)


G.Jack Bologna, Robert J.Lindquist dan Joseph T.Wells mendifinisikan
kecurangan “Fraud is criminal deception intended to financially benefit the
deceiver (1993,hal3)” yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal yang
bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal
disini berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud
jahat. Dan dari tindakan jahat tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan
korbannya secara finansial. Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu
tindakan, penyembunyian, dan konversi. Misalnya, pencurian atas persediaan
perusahaan adalah suatu tindakan, kemudian pelaku akan menyembunyikan
kecurangan tersebut dengan membuat bukti transaksi pengeluaran fiktif.
Selanjutnya, setelah melakukan tindakan pencurian dan menyembunyikan
tindakan tersebut, pelaku akan mengkonversi hasil pencurian tersebut dengan
cara memakai secara pribadi hasil curian tersebut atau menjualnya kembali.
Menurut Asosiasi Penguji Penipuan Bersertifikat (Association of Certified Fraud
Examiners/ACFE), kecurangan adalah "penipuan atau keliru dalam menilai seseorang
atau entitas yang mengetahui bahwa keliru dapat menghasilkan beberapa keuntungan
yang tidak sah kepada individu atau entitas atau pihak lain. Dengan kata lain,
kesalahan bukan penipuan (Madan Lal Bhasin, 2013)

2.2. Jenis Fraud (kecurangan)


Pada dasarnya terdapat dua tipe kecurangan, yaitu eksternal dan internal.
Kecurangan eksternal adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap
suatu perusahaan/entitas, seperti kecurangan yang dilakukan pelanggan terhadap
usaha; wajib pajak terhadap pemerintah. Kecurangan internal adalah tindakan tidak
legal dari karyawan, manajer dan eksekutif terhadap perusahaan tempat ia bekerja.
Berkaitan dengan itu Association of Certified Fraud Examinations (ACFE-
2000), salah satu asosiasi di USA mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok
sebagai berikut:
a. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

5
Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang
dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan
yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial
atau kecurangan non financial.
b. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation)
Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam ‘Kecurangan Kas’ dan
‘Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya’, serta pengeluaran-pengeluaran
biaya secara curang (fraudulent disbursement).
c. Korupsi (Corruption)
Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE, bukannya
pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di
Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan
(conflict of interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal gratuity), dan
pemerasan (economic extortion).

2.3. Pencegahan kecurangan


Dari tiga jenis kecurangan yang sudah dibahas di atas, makalah ini akan lebih
fokus pada masalah kecurangan laporan keuangan. Pada bagian ini, akan dibahas
mengenai cara pencegahan yang dapat dilakukan oleh manajemen dan deteksi yang
bisa dilakukan oleh auditor dalam menghadapi suatu kecurangan. Pencegahan
kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang dilaksanakan manajemen dalam hal
penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa
tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan
personil lain perusahaan. Maka dari itu, kecurangan yang mungkin terjadi dapat
dicegah dengan cara-cara berikut ini :
1. Membangun pengendalian internal yang baik
Pengendalian internal merupakan tanggapan manajemen terhadap risiko yang
diketahui. Salah satu tujuan dari pengendalian internal yakni tujuan pelaporan
keuangan yakni agar laporan keuangan bebas dari salah saji material. Hal ini
berarti, dengan adanya pengendalian internal diharapkan lapoarn keuangan suatu
perusahaan jauh dari adanya kecurangan yang dilakukan oleh pihak internal
peusahaan. Tujuan lain dari adanya pengendalian internal yakni tujuan kepatuhan
terhadap hukum dan ketentuan perundang-undangan. Istilah “internal control”
yang digunakan ISA 315 lebih luas dari kegiatan pengendalian seperti pemisahan

6
tugas, proses otorisasi, dan rekonsiliasi saldo. Pengendalian internal dalam ISA
315 terdiri atas lima komponen, yakni lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
sistem informasi, standar pengendalian, dan pemantauan. Dengan adanya
pengendalian internal yang baik oleh perusahaan, maka risiko terjadinya
kecurangan akan menurun.
2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian
Efektivitas kegiatan pengendalian yang dimiliki oleh perusahaan dapat dilakukan
dengan beberapa cara, diantaranya :
a. Review kinerja. Aktivitas pengendalian ini dilakuan dengan mereview
kinerja yang sesungguhnya yang sebelumnya sudah ada dalam anggaran,
prakiraan, dan periode kinerja sebelumnya.
b. Pengendalian fisik. Pengendalian ini dapat mencakup keamanan fisik aktiva
yang dimiliki perusahaan, penjagaan yang memadai atas fasilitas yang
terlindungi dari akses terhadap aktiva dan catatan, otorisasi untuk akses ke
program komputer dan data file, dan juga perhtungan secara periodik dan
pembandingan dengan jumlah yang tercantum dalam catatan.
c. Pemisahan tugas. Pemisahan tugas dilakukan guna untuk mengurangi
kesempatan bagi seseorang untuk berbuat kecurangan dan sekaligus
menyembunyikan kesalahan atau kecurangan dalam menjalankan tugasnya.
Pemisahan tugasnya misalnya dilakukan pada bagian otorisasi yang berbeda
dengan bagian penyimpanan aktiva dan pencatatan transaksi.
3. Meningkatkan kultur organisasi
Kultur perusahaan dapat dicerminkan dari implementasi prinsip-prinsip GCG
(Good Corporate Governance). Pengimplementasian prinsip GCG ini dapat
mendorong kinerja para anggota organisasi untuk bekerja secara efisien,
menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang dapat menghasilkan timbal
balik bagi para pemegang saham atau investir maupun masyarakat sekitar.
Adapun prinsip GCG menurut Saifuddien Hasan, 2000 adalah keadilan,
transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, moralitas, kehandalan, dan komtmen.
4. Mengefektifkan kinerja audit internal
Beberapaa hal yang harus diperhatikan oleh manajemen agar fungsi internal audit
bisa efektif membantu manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab dengan
memeberikan analisa, penilaian, saran dan komitmen mengenai kegiatan yang
diperiksanya adalah sebagai berikut.

7
1. Departemen internal auditor harus mempunyai kedudukan yang independen
dalam perusahaan. Artinya, ia tidak boleh terlibat dalam kegiatan operasional
perusahaan dan melaporkan kegiatannya kepada top manajemen.
2. Departemen internal auditor harus memiliki uraian tugas secara tertulis,
sehingga setiap auditor mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugas,
wewenang, dan tanggung jawabnya.
3. Auditor internal harus memiliki audit internal manual yang bergna untuk
mencegah terjadinya penyimpangan dan pelaksanaan tugas
4. Departemen audtor internal harus memiliki sumber daya yang profesional,
capable, objective, dan memiliki integritas tinggi.

2.4. Mendeteksi kecurangan


Adanya risiko kecurangan yang dapat dilakukan oleh pihak internal perusahaan
mengharuskan seorang internal auditor memahami bagaimana cara mendeteksi secara
dini terjadinya kecurangan-kecurangan yang timbul di perusahaan. Biasanya,
kecurangan dapat dideteksi melalui adanya atau munculnya gejala-gejala pada
perubahan gaya hidup atau perilaku seseorang, dokumentasi yang mencurigakan,
kecurigaan dari rekan kerja. Pada awalnya, kecurangan dapat terindikasi dari gejala
tertentu, baik yang merupakan kondisi/keadaan lingkungan, maupun perilaku
seseorang. Dalam bahas audit, gejala ini disebut red flags.terkadang, adanya red flags
tidak selalu merupakan indikasi adanya kecurangan, namun red flags ini biasanya
selalu muncul di setiap kasus kecurangan yang terjadi.
Berdasarkan pada jurnal yang berjudul Persepsi Akuntan Tentang Metode
Deteksi Dan Pencegahan Kecurangan yang ditulis oleh James L. Bierstaker;
Richard G. Brody; Carl Pacini, banyak teknik pencegahan dan deteksi kecurangan
sekarang digunakan untuk mengurangi biaya langsung dan tidak langsung yang
terkait dengan segala bentuk kecurangan. Berbagai teknik ini termasuk:
mempertahankan kebijakan penipuan, membangun hotlne telepon, cek referensi
karyawan, ulasan kerentanan kecurangan, review kontrak vendor, tinjauan analitis
(analisis rasio keuangan), proteksi password, firewall, analisis digital dan bentuk
teknologi perangkat lunak lainnya, dan penemuan sampling (Carpenter dan Mahoney,
2001; Thomas dan Gibson, 2003).
Mempertahankan kebijakan penipuan. Setiap organisasi harus membuat dan
memelihara suatu kebijakan. Kebijakan penipuan perusahaan harus terpisah dan

8
berbeda dari kode etik perusahaan. Berbagai cara komunikasi dilakukan untuk
menerapkan kebijakan penipuan pada setiap karyawan di perusahaan, seperti seminar
pelatihan karyawan dan evaluasi kinerja tahunan.
Membangun hotline telepon. Sebuah hotline memungkinkan karyawan untuk
memberikan rahasia perusahaan. Dengan membangun hotline, merupakan cara yang
efektif untuk mendeteksi penipuan kerja dan penyalahgunaan. Hotline mungkin dapat
disediakan oleh pihak ketiga.
Cek refrensi karyawan. Sebelum menerima seorang karyawan, perusahaan dapat
melakukan cek riwayat perbuatan karyawan tersebut pada organisasi lain. Perusahaan
juga diharapkan melakukan cek refrensi karyawan pada saat karyawan mulai bekerja
atau sekitar enam bulan setelah ia bekerja.
Ulasan kerentanan kecurangan. Reiew untuk menyelidiki bagian yang renta
dengan adanya kecurangan pada perusahaan perlu dilakukan. Hal ini mencakup
penilaian aset apa yang diadakn dan bagaimana mereka bisa disalahgunakan.
Review kontrak vendor. Review kontrak perjanjian perusahaan yang dilakukan
bersama dengan vendor dapat memberikan indikasi penipuan kontrak. Penipuan
kontrak oleh vendor yang dapat terjadi misalkan suap menyuap maupun konflik
kepentingan oleh karyawan. Penipuan juga dapat terjadi ketika vendor ingin
mengambil keuntungan secara ilegal. Dalam hal ini, penipuan dapat melibatkan
manajemen perusahaan dan vendor yang bersangkutan.
Hal yang dapat dilakukan oleh auditor dalam pemeriksaan selanjutnya yakni dengan
menganalisa file kontrak ketika terjadi penawaran terakhir. Kontrak yang diberikan
juga dapat diteliti untuk bukti dari pemasok secara teratur tanpa ada indikasi untuk
menerima penghargaan ataupun hal lain yang berbau suap.
Tinjauan analitis. Suatu review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan
ketidakbiasaan atau kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan. Sebagai contoh
adalah perbandingan antara pembelian barang persediaan dengan penjualan bersihnya
yang dapat mengindikasikan adanya pembelian yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
biala dibandingkan dengan tingkat penjualannya.
Proteksi password. Auditor harus bisa memastikan bahwa hanya pengguna yang
sah yang memiliki akses ke jaringan komputer dan data pusat pada IT perusahaan.
Seiring dengan majunya teknologi, proteksi password dapat dibuat dengan
menggunakan fitur baru yang lebih canggih, yakni sidik jari, voice prints, pola wajah
atau retina, dan tanda tangan digital.

9
Perlindungan firewall. Salah satu teknik yang diperlukan untuk mengontrol
akses yang tidak sah adalah penggunaan firewall. Firewall dapat digunakan pada
perangkat lunak atau perangkat keras. Pada software, ada program tertentu yang
dapat dikoordinasikan dengan internet terkait program software untuk melindungi
data yang dikirim atau melalui program software tersebut. Hardware firewall dapat
menyembunyikan alamat IP sehingga hacker tidak dapat menemukan dan
mengaksesnya.
Analisis digital. Tes ini mengacu pada hukum Benford yang didasarkan pada
apakah angka yang muncul di tempat tertentu sudah dalam jumlah dan proporsi yang
diharapkan.
Penemuan sampel. Penemuan sampel merupakan sarana statistik untuk
memperkirakan persentase populasi yang memiliki karakteristik tertentu. Hal ini
digunakan ketika akuntan perlu mengetahui apakah populasi mengandung indikasi
kecurangan. Misalkan persediaan, dokumen dasar pembelian dapat diuji secara
sampling untuk menentukan ketidakbiasaan (irregularities), metode deteksi ini akan
efektif jika ada kecurigaan terhadap satu attributnya, misalnya pemasok fiktif.

10
BAB III

RINGKASAN JURNAL

PENIPUAN AKUNTANSI PERUSAHAAN: STUDI KASUS SATYAM


KOMPUTER TERBATAS

Madan Lal Bhasin

Bang College of Business, Universitas KIMEP, Almaty, Republik Kazakhstan

Terdapat dua isu penting dalam penelitian ini, yakni pertama, untuk memahami
mengapa dan bagaimana perusahaan berkomitmen untuk melakukan praktik penipuan
pelaporan keuangan. Kedua, studi kasus yang dilakukan sebagai bagian dari penelitian
ini, secara khusus melihat kasus penipuan terbesar di India yang melibatkan Satyam
Layanan Computer (Satyam). Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk: 1) menyoroti
Skandal akuntansi Satyam Computers Limited dengan menggambarkan urutan kejadian,
kejadian yang terjadi, pihak-pihak kunci yang terlibat, dan tindak lanjut yang dilakukan di
India; dan 2) pelajaran apa yang bisa dipelajari skandal Satyam.

Dari menjadi "permata mahkota" TI di India dan perusahaan "terbesar keempat"


di negara dengan profil pelanggan yang tinggi, perusahaan outsourcing Satyam
Computers menjadi terlibat dalam penipuan perusahaan terbesar di negara ini dalam
memori hidup. Ramalinga Raju (Ketua dan Pendiri Satyam), yang telah ditangkap dan
telah melakukan kejahatn sebesar $ 1,47 miliar (atau Rs. 7800 crore), ia mengakui telah
memanipulasi keuntungan selama bertahun-tahun, Raju dan saudara laki-laki nya, B.
Rama Raju, yang mana adalah Managing Director, "Menyembunyikan penipuan dari
dewan perusahaan, senior manajer, dan auditor ". Tuan Raju mengaku aset yang dilebih-
lebihkan di neraca Satyam sebesar $ 1,47 milyar. Hampir $ 1,04 miliar pinjaman bank
dan uang tunai perusahaan tidak diakui. Satyam juga tidak melaporkan kewajiban yang di
neraca. Pendapatan Satyam terlalu tinggi hampir setiap kuartal selama perjalanan
beberapa tahun untuk memenuhi harapan analis.

Tuan Raju dan kepala perusahaan global Audit internal PwC menggunakan
sejumlah teknik yang berbeda dalam melakukan penipuan "Menggunakan komputer
pribadinya, Tuan Raju membuat banyak laporan bank untuk memajukan penipuan. Tuan
Raju memalsukan rekening bank untuk meningkatkan saldo neraca yang tidak ada. Dia

11
membesarkan laporan laba rugi dengan mengklaim pendapatan bunga dari rekening bank
palsu. Tuan Raju juga mengungkapkan bahwa dia membuat 6000 rekening gaji palsu
selama beberapa tahun terakhir dan mengambil alih uang setelah perusahaan menyetor.
Kepala internal perusahaan internal audit membuat identitas pelanggan palsu dan faktur
palsu yang dihasilkan terhadap nama mereka untuk meningkatkan pendapatan. Kepala
global Audit internal juga menempa resolusi dewan dan secara ilegal memperoleh
pinjaman untuk perusahaan. Hal itu juga muncul bahwa uang yang didapatkan
perusahaan melalui Penerimaan Deposito di Amerika Serikat tidak pernah dibuat di
neraca.

Pidana Tuduhan diajukan terhadap Tuan Raju, termasuk: konspirasi kriminal,


pelanggaran kepercayaan, dan pemalsuan. Setelah kegagalan Satyam dan peran yang
dimainkan oleh PwC, investor menjadi waspada terhadap perusahaan-perusahaan yang
menjadi klien PwC, yang mengakibatkan turunnya harga saham sekitar 100 perusahaan
bervariasi antara 5% - 15%. Berita tentang skandal (cepat dibandingkan dengan jatuhnya
Enron) mengirim kegelisahan melalui pasar saham India, dan Indeks acuan Sensex turun
lebih dari 5%. Saham di Satyam turun lebih dari 70%.

12
PERSEPSI AKUNTAN TENTANG METODE DETEKSI DAN PENCEGAHAN
KECURANGAN

James L. Bierstaker; Richard G. Brody; Carl Pacini

Peserta penelitian ini terdiri dari 86 akuntan, auditor internal dan bersertifikat
pemeriksa kecurangan dengan rata-rata (standar deviasi) 13,94 (10,97) tahun pengalaman.
Dalam upaya untuk mendapatkan tanggapan sebanyak mungkin, beberapa metode
digunakan untuk mengumpulkan informasi. Dari 86 tanggapan yang bisa digunakan,
sekitar 40 persennya diterima melalui survei surat yang dikirim ke praktisi akuntan di AS,
15% diperoleh dari individu dalam program MBA eksekutif di universitas New England,
15% dilengkapi oleh sukarelawan yang direkrut dari situs web IIA dan ACFE dan 30%
dikumpulkan dari situs web IIA yang berpartisipasi. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis dan memahami persepsi akuntan tentang berbagai teknik yang
digunakan untuk memerangi penipuan, menjelaskan apakah teknik yang benar-benar
digunakan oleh perusahaan dianggap paling efektif dan menawarkan saran kepada
praktisi mengenai pencegahan dan pendeteksian terbaik.

Baik pelaporan keuangan palsu maupun penyalahgunaan aset menjadi sangat


penting untuk banyak organisasi. Banyak teknik pencegahan dan deteksi kecurangan
sekarang digunakan untuk mengurangi biaya langsung dan tidak langsung yang terkait
dengan segala bentuk kecurangan. Berbagai teknik ini termasuk: mempertahankan
kebijakan penipuan, telepon panas garis, cek referensi karyawan, ulasan kerentanan
kecurangan, ulasan kontrak vendor dan sanksi, tinjauan analitis (analisis rasio keuangan),
proteksi password, firewall, analisis digital dan bentuk teknologi perangkat lunak lainnya,
dan penemuan sampling (Carpenter dan Mahoney, 2001; Thomas dan Gibson, 2003).
Organisasi yang belum menjadi korban penipuan cenderung lebih mengandalkan alat
pencegahan tak berwujud seperti kode etik atau kebijakan pelaporan kecurangan.
Sementara yang telah mengalami kecurangan telah menerapkan tindakan yang lebih nyata
seperti peluit kebijakan dan penipuan, pelatihan pencegahan, dan pendeteksian.

Penelitian ini meneliti sejauh mana akuntan, auditor internal, dan Penguji
kecurangan bersertifikat menggunakan berbagai metode pencegahan dan deteksi
kecurangan perangkat lunak, serta persepsi mereka tentang keefektifan teknik tersebut.
Hasilnya menunjukkan bahwa firewall, proteksi virus dan password, dan pengendalian
internal review dan perbaikan cukup umum digunakan untuk memerangi kecurangan.

13
Namun, audit berkelanjutan, sampling penemuan, data mining, akuntan forensik, dan
perangkat lunak analisis digital kurang sering digunakan, meski mendapat peringkat
tinggi efektivitas. Secara khusus, penggunaan organisasi akuntan forensik adalah yang
paling sedikit digunakan untuk metode pencegahan kecurangan, namun memiliki tingkat
efektivitas rata-rata tertinggi.

Penelitian ini memiliki implikasi praktis bagi praktisi akuntansi, auditor internal,
dan pemeriksa penipuan. Ini memberikan informasi preskriptif tentang deteksi
kecurangan dan metode pencegahan bekerja paling baik, dan menunjukkan bahwa banyak
metode yang efektif namun sering tidak digunakan praktisi dan manajemen, mungkin
mereka mempertimbangkannya berinvestasi dalam metode ini untuk mencegah penipuan
dirasa sangat mahal dan juga merekamenanggapi tuntutan badan pengatur dan
persyaratan hukum seperti itu yang dipaksakan oleh Sarbanes-Oxley Act of 2002.

14
BAB IV

KESIMPULAN

Menurut Asosiasi Penguji Penipuan Bersertifikat (Association of Certified Fraud


Examiners/ACFE), kecurangan adalah "penipuan atau keliru dalam menilai seseorang
atau entitas yang mengetahui bahwa keliru dapat menghasilkan beberapa keuntungan
yang tidak sah kepada individu atau entitas atau pihak lain. Dengan kata lain,
kesalahan bukan penipuan (Madan Lal Bhasin, 2013). Pada dasarnya terdapat dua
tipe kecurangan, yaitu eksternal dan internal. Kecurangan eksternal adalah
kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu perusahaan/entitas
sedangkan kecurangan internal adalah tindakan tidak legal dari karyawan, manajer
dan eksekutif terhadap perusahaan tempat ia bekerja. Berkaitan dengan itu
Association of Certified Fraud Examinations (ACFE- 2000), salah satu asosiasi di
USA mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok yakni kecurangan laporan
keuangan, penyalahgunaan aset, dan korupsi.
Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang dilaksanakan
manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu
meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris,
manajemen, dan personil lain perusahaan. Maka dari itu, kecurangan yang mungkin
terjadi dapat dicegah dengan cara membangun pengendalian internal yang baik,
mengefektifkan aktivitas pengendalian, meningkatkan kultur organisasi, dan
mengefetifkan kinerja auditor internal.
Biasanya, kecurangan dapat dideteksi melalui adanya atau munculnya gejala-
gejala pada perubahan gaya hidup atau perilaku seseorang, dokumentasi yang
mencurigakan, kecurigaan dari rekan kerja. Pada awalnya, kecurangan dapat
terindikasi dari gejala tertentu, baik yang merupakan kondisi/keadaan lingkungan,
maupun perilaku seseorang. Dalam bahas audit, gejala ini disebut red flags. Berbagai
teknik yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya kecurangan diantaranya,
mempertahankan kebijakan penipuan, membangun hotlne telepon, cek referensi
karyawan, ulasan kerentanan kecurangan, review kontrak vendor, tinjauan analitis
(analisis rasio keuangan), proteksi password, firewall, analisis digital dan bentuk
teknologi perangkat lunak lainnya, dan penemuan sampling (Carpenter dan Mahoney,
2001; Thomas dan Gibson, 2003).

15
DAFTAR PUSTAKA

Bhasin, L Madan. 2013. Corporate Accounting Fraud: A Case Study of Satyam


Computers Limited. Bang College of Business, KIMEP University, Almaty.
Republic of Kazakhstan

Bierstaker, L. James, dkk. 2015. Accountants’ perceptions regarding fraud detection


and prevention methods. Department of Accountancy, College of Commerce and
Finance, Villanova University, Villanova, Pennsylvania. USA

Tuanakotta, Yheodorus M. 30 Mei 2015. Audit Kontemporer.

16

Anda mungkin juga menyukai