Makalah Audit-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecurangan (fraud) perlu dibedakan dengan kesalahan (Errors). Kesalahan


dapat dideskripsikan sebagai “Unintentional Mistakes” (kesalahan yang tidak di
sengaja). Kesalahan dapat terjadi pada setiap tahapan dalam pengelolaan transaksi
terjadinya transaksi, dokumentasi, pencatatan dari ayat-ayat jurnal, pencatatan
debit kredit, pengikhtisaran proses dan hasil laporan keuangan. Kesalahan dapat
dalam banyak bentuk matematis. Kritikal, atau dalam aplikasi prinsip-prinsip
akuntansi. Terdapat kesalahan jabatan atau kesalahan karena
penghilangan/kelalaian, atau kesalahan dalam interprestasi fakta. “Commission”
merupakan kesalahan prinsip (error of principle), seperti perlakuan pengeluaran
pendapatan sebagai pengeluaran modal. Sedangkan “Omission” berarti bahwa
suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi tidak benar.

Apabila suatu kesalahan adalah disengaja, maka kesalahan tersebut


merupakan kecurangan (fraudulent). Istilah “Irregulary” merupakan kesalahan
penyajian keuangan yang disengaja atas informasi keuangan.

Pengertian kecurangan sesuai Standar Profesional Akuntan Publik (PSA


No.70 seksi 316.2 paragraf 4) adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja
jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabui pemakai
laporan keuangan. Secara umum, unsur-unsur dari kecurangan (keseluruhan unsur
harus ada, jika ada yang tidak ada maka dianggap kecurangan tidak terjadi)
adalah:

 Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation)


 Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present)
 Fakta bersifat material (material fact)
 Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or
recklessly)
 Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi.
 Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan
tersebut (misrepresentation)
 Yang merugikannya (detriment).

Fraud Auditing (Auditing atas Kecurangan) yang dapat didefinisikan


sebagai Audit Khusus yang dimaksudkan untuk mendeteksi dan mencegah
terjadinya penyimpangan atau kecurangan atas transaksi keuangan. Fraud
Auditing termasuk dalam audit khusus yang berbeda dengan audit umum terutama
dalam hal tujuan yaitu fraud auditing mempunyai tujuan yang lebih sempit
(khusus) dan cenderung untuk mengungkap suatu kecurangan yang diduga terjadi
dalam pengelolaan aset/aktiva..

Program audit adalah salah satu bagian penting dalam proses audit, karena
didalamnya terdapat berbagai petunjuk mengenai langkah atau tindakan yang
harus diambil selama melakukan audit. Program audit merupakan suatu rangkaian
yang sistematis dari prosedur-prosedur audit untuk mencapai tujuan audit.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan tema yang diberikan oleh dosen mengenai “Fraud”, kami
mengankat permasalahan sesuai dengan indikator yang telah dibagikan kepada
masing-masing kelompok. Adapun masalah yang akan kami sajikan yaitu:

1. Menjelaskan tentang jenis fraud


2. Menjelaskan tentang pendorong terjadinya fraud
3. Menjelaskan tentang cara mengukur risiko fraud
4. Menjelaskan tentang area/bagian fraud terjadi
5. Menjelaskan tentang mekanisme pencegahan fraud
C. Tujuan Masalah

Seperti yang tertulis mengenai pengangkatan masalah yang akan dibahas


dalam tulisan ini, maka tujuannya pun tidak terlepas dari hal-hal yang tercakup di
atas, adapun yaitu: dapat menjelaskan ketepatan segala materi baik itu jenis fraud,
pendorong terjadinya fraud, cara menguku risiko fraud, letak fraud terjadi dan
mekanisme pencegahan fraud.
CINDA :
A. Jenis-jenis Fraud

Oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), internal fraud


(tindakan penyelewengan di dalam perusahaan atau lembaga) dikelompokan
menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

1. Fraud Terhadap Aset (Asset Misappropriation) – Singkatnya,


penyalahgunaan aset perusahaan/lembaga, entah itu dicuri atau digunakan
untuk keperluan pribadi—tanpa ijin dari perusahaan/lembaga. Seperti kita
ketahui, aset perusahaan/lembaga bisa berbentuk kas (uang tunai) dan non-
kas. Sehingga, asset misappropriation dikelompokan menjadi 2 macam:
 Cash Misappropriation – Penyelewengan terhadap aset yang berupa
kas (Misalnya: penggelapan kas, nilep cek dari pelanggan, menahan
cek pembayaran untuk vendor)
 Non-cash Misappropriation – Penyelewengan terhadap aset yang
berupa non-kas (Misalnya: menggunakan fasilitas perusahaan/lembaga
untuk kepentingan pribadi).
2. Fraud Terhadap Laporan Keuangan (Fraudulent Statements) – ACFE
membagi jenis fraud ini menjadi 2 macam, yaitu: (a) financial; dan (b)
non-financial. Saya lebih suka mengatakan: segala tindakan yang membuat
Laporan Keuangan menjadi tidak seperti yang seharusnya (tidak mewakili
kenyataan), tergolong kelompok fraud terhadap laporan keuangan.
Misalnya:
 Memalsukan bukti transaksi
 Mengakui suatu transaksi lebih besar atau lebih kecil dari yang
seharusnya,
 Menerapkan metode akuntansi tertentu secara tidak konsisten untuk
menaikan atau menurunkan laba
 Menerapkan metode pangakuan aset sedemikian rupa sehingga aset
menjadi nampak lebih besar dibandingkan yang seharusnya.
 Menerapkan metode pangakuan liabilitas sedemikian rupa sehingga
liabiliats menjadi nampak lebih kecil dibandingkan yang seharusnya.
3. Korupsi (Corruption) – ACFE membagi jenis tindakan korupsi menjadi 2
kelompok, yaitu:
 Konflik kepentingan (conflict of interest) – Saya mengalami kesulitan
mencari kalimat yang paling tepat untuk mendeskripsikan. Contoh
sederhananya begini: Seseorang atau kelompok orang di dalam
perusahaan/lembaga (biasanya manajemen level) memiliki ‘hubungan
istimewa’ dengan pihak luar (entah itu orang atau badan usaha).
Dikatakan memiliki ‘hubungan istimewa’ karena memiliki
kepentingan tertentu (misal: punya saham, anggota keluarga, sahabat
dekat, dll). Ketika perusahaan/lembaga bertransaksi dengan pihak luar
ini, apabila seorang manajer/eksekutif mengambil keputusan tertentu
untuk melindungi kepentingannya itu, sehingga mengakibatkan
kerugian bagi perusahaan/lembaga, maka ini termasuk tindakan fraud.
Kita di Indonesia menyebut ini dengan istilah: kolusi dan nepotisme.
 Menyuap atau Menerima Suap, Imbal-Balik (briberies and
excoriation) – Suap, apapun jenisnya dan kepada siapapun, adalah
tindakan fraud. Menyupa dan menerima suap, merupakan tindakan
fraud. Tindakan lain yang masuk dalam kelompok fraud ini adalah:
menerima komisi, membocorkan rahasia perusahaan/lembaga (baik
berupa data atau dokumen) apapun bentuknya, kolusi dalam tender
tertentu.

IMA :
B. Pendorong Terjadinya Fraud

Dalam Akuntansi, kita tahu bahwa fraud merupakan salah satu contoh
kecurangan akuntansi yang terjadi karena ada faktor pendukung yang tidak bisa
dikendalikan. Faktor ini biasanya muncul, ketika sedang menggarap laporan
keuangan. Ini dia faktor tersebut, yaitu:
Faktor Umum

Faktor umum biasanya merupakan faktor yang terkait dengan perusahaan


dimana petugas tersebut bekerja. Menurut aspek ini, ada beberapa faktor
pendukung terjadinya tindakan fraud, yaitu:

1. Adanya Kesempatan. Kesempatan adalah penyebab utama terjadinya


kejahatan. Begitu juga kecurangan dalam pembuatan laporan
keuangan.Tanpa adanya kesempatan, aktivitas ini tidak mungkin bisa
dilakukan. Kesempatan curang ini bisa ditemukan dimana pun dan oleh
siapa pun. Jadi jangan heran, kalau tindakan fraud kadang terjadi di setiap
jabatan dan ruang.
2. Sikap Antipati Oknum. Pengungkapan yang dimaksud adalah tindakan
kecurangan atas dasar kesombongan individu. Dia ingin menunjukkan
kalau pengungkapan kecurangan terdahulu tidak membuatnya gentar.

Maka dari itu, jika faktor ini muncul, para pelaku penyelewengana tidak
akan pernah jera. Ini pula alasan, mengapa pelaku korupsi tetap marak, sekalipun
yang dipenjara sudah banyak.

Fatiah :

Kemudian, Faktor Individu

Faktor individu adalah tindakan fraud yang dilakukan karena sang pelaku
memang memiliki itikad tidak baik. Menurut aspek ini, faktor pendukungnya ada
dua yaitu:

1. Sifat Dasar Tamak. Ketamakan manusia terkadang menjadi penyebab ia


berbuat curang. Padahal, perusahaan telah memberikan kompensasi cukup
besar, namun sifat tamak membuat setiap karyawan melakukan tindakan
fraud saat mereka memiliki celah.
2. Tekanan dan Pemenuhan Kebutuhan yang Mendesak. Faktor yang
selanjutnya adalah kebutuhan yang mendesak. Artinya, dia berbuat fraud
akibat tekanan bertubi-tubi dari lingkungannya. Baik karena hutang
menumpuk atau karena gaya hidup yang berlebihan.

SEPTIAN :

C. Mengukur Resiko Fraud


SAS 99 memberikan pedoman kepada auditor dalam mengukur risiko
kecurangan. Auditor harus menjaga suatu tingkat skeptisme professional ketika
mereka mempertimbangkan informasi yang luas termasuk faktor-faktor risiko
kecurangan, untuk mengedintifikasi dan menghadapi risiko kecurangan.
1. Skeptisisme Profesional
SAS 1: dalam melaksanakan skeptisisme profesional, auditor “tidak
mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur tetapi juga tidak mengasumsikan
kejujuran absolut”Untuk mempertahankan skeptisime profesional tersebut, ada dua
hal yang harus diingat:
a. Pikiran yang selalu mempertanyakan.Auditor harus selalu
mempertimbangkan kerentanan klien terhadap kecurangan, tanpa
memperhitungkan kemungkinan kejujuran atau integritasmanajemen.
b. Evaluasi kritis atas bukti audit.Setiap indikasi atau temuan harus
dievaluasi dan dipelajari secara mendalam.

2. SumberInformasi untuk Menilai ResikoKecurangan


Sumber informasi yang digunakan untuk menilai resiko kecurangan ada
lima sumber, yaitu:

1) Komunikasi di antara tim audit.


Diskusi dilakukan menyangkut hal-hal sebagai berikut:
a. Bagaimana dan di mana kemungkinan letak salah saji yang material
akibat kecurangan.Pertimbangan yang diperlukan adalah ketiga
faktor yang telah dibahas sebelumnya, yakni: insentif/tekanan,
kesempatan, dan sikap/rasionalisasi.
b. Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi pelaporan
keuangan yang curang.
c. Bagaimana seseorang dapat menyalahgunakan aktiva.
d. Bagaimana auditor menanggapi kerentanan salah saji yang material
akibat kecurangan tersebut.
2) Pengajuan pertanyaan kepada manajemen.
Pertanyaan yang diajukan harus spesifik termasuk kemungkinan
manajemen mencurigai adanya kecurangan. Pertanyaan juga diajuk an
kepada pihak lain termasuk komite audit.
3) Faktor-faktor resiko.
Ketiga faktor resiko (insentif/tekanan, kesempatan, dan
sikap/rasionalisasi) p erlu dipertimbangkan dengan semua informasi
yang ada.Yang perlu diingat, kecurangan muncul tidak melulu karena
adanya ketiga faktor tersebut secara signifikan.
4) Prosedur analitis.
Prosedur analitis dirancang sejak perencanaan audit. Bila hasilnya
berbeda dengan ekspektasi, harus dievaluasi dengan memperhitungkan
dengan informasi yang lain.
5) Informasi lain.
Informasi ini dapat diperoleh di setiap tahap atau bagian audit ketika
menilai resiko kecurangan, dan kebanyakan dapat mengindikasikan
resiko kecurangan yang lebih tinggi.

RADI :

3. Mendokumentasikan Penilaian Kecurangan


SAS 99 mengharuskan auditor mendokumentasikan hal-hal yang
bersangkutan dengan pertimbangan auditor mengenai salah saji yang material
akibat kecurangan, yaitu:
1. Diskusi antara personil tim penugasan selama tahap perencanaan
audit tentang kerentanan laporan keuangan entitas terhadap
kecurangan yang material.
2. Prosedur yang ditempuh untuk memperoleh informasi yang
diperlukan untuk mengidentifikasi dan menilai resiko kecurangan
yang material.
3. Resiko khusus tentang kecurangan yang material yang sudah
teridentifikasi.
4. Alasan yang mendukung kesimpulan bahwa tidak ada resiko yang
signifikan atas pengakuan pendapatan yang tidak tepat secara
material.
5. Hasil dari prosedur yang ditempuh untuk menghadapi resiko
pengabaian pengendalian oleh manajemen.
6. Kondisi dan hubungan analitis yang menunjukan bahwa diperlukan
prosedur auditing tambahan atau respon lainnya.
7. Sifat komunikasi tentang kecurangan yang disampaikan kepada
manajemen, komite audit, dan pihak lainnya.

D. Area Fraud
Adapun beberapa area atau bagian yang dapat membuat atau hal yang
membuat fraud itu terjadi:
1. Risko Kecurangan Pendapatan Dan Piutang Usaha

Akun-akun pendapatan, dan piutang usaha yang bersangkutan, serta


kas sangat rentan terhadap manipulasi dan pencurian. Suatu studi yang
disponsori oleh Committee Of Sponsoring Organization (COSO)
menunjukkan bahwa 50% dari kecurangan pelaporan keuangan di
Amerika Serikat menyangkut akun pendapatan dan piutang usaha.
Demikian pula, karena penjualan sering kali dilakukan secara tunai atau
segera bisa dikonversi ke kas, maka kas juga sangat rentan terhadap
pencurian.

2. Risiko Kecurangan Persediaan

Pada banyak perusahaan, persediaan sering kali merupakan akun


terbesar, dan auditor sering menghadapi masalah dalam memeriksa
keberadaan dan penilaian persediaan. Akibatnya, persediaan menjadi
rentan terhadap manipulasi oleh manajemen yang berkeinginan untuk
mecapai suatu tujuan pelaporan tertentu. Selain itu, karena persediaan
sering kali juga berbentuk barang yang siap dijual, maka perusahaan juga
rentan terhadap penggelapan.

Tari :
3. Risiko Kecurangan Pembelian Dan Utang Usaha

Pelaporan kurang saji utang usaha biasanya mengakibatkan pembelian


dan harga pokok penjualan menjadi lebih rendah, dan laba bersih menjadi
lebih tinggi. Kecuranga signifikan yang melibatkan pembelian dapat juga
terjadi dalam bentuk pembayaran ke pemasok fiktif, dan juga melalui
pengaturan-pengaturan melanggar hukum dengan pemasok.

4. Kecurangan Dalam Siklus Pembelian dan Pembayaran

Kecurangan yang paling umum terjadi dalam bidang pembelian adalah


si pelaku kecurangan melakukan pembayaran kepada pemasok fiktif dan
menyetorkan kas ke akun fiktif. Kecurangan seperti ini bisa dicegah
apabila pembayaran hanya dimungkinkan dilakukan kepada pemasok
yang telah disetujui oleh perusahaan dan setelah dokumen pendukung
pembelian diperiksa dengan teliti oleh petugas yang telah ditetapkan
perusahaan setelah pembayaran dilakukan. Dalam kasus kecurangan lain,
pegawai bagian utang usaha mecuri check yang akan dikirimkan ke
pemasok yang sah. Dokumen-dokumen pendukung pembelian tersebut
kemudian diajukan kembali untuk permohonan check yang akan
dibayarkan kepada pemasok yang tadi. Kecurangan seperti ini bisa
dicegah dengan cara memberi tanda (cap atau dipervorasi) pada dokumen
pendukung agar tidak dapat digunakan kembali untuk dimintakan
pembayaran ulang.

SRI :
5. Area Lain Risiko Kecurangan
Meskipun sejumlah akun lebih rentan daripada akun lainnya, pada
hakekatnya setiap akun bisa dimanipulasi. Berikut beberapa akun yang
dengan risiko spesifik untuk terjadinya pelaporan yang mengandung
kecurangan atau penyelewengan.

1. Aset Tetap

Aset tetap sering menjadi target manipulasi, terutama pada


perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki persediaan atau piutang
usaha yang material. Sebagai contoh, perusahaan bisa
mengkapitalisasi beban reparasi atau beban operasi lainnya sebagai
aset tetap. Kecurangan semacam ini mudah terdeteksi apabila auditor
memeriksa bukti pendukung penambahan aset tetap. Meskipun
demikian, kasus-kasus pelaporan keuangan yang mengandung
kecurangan di masa lalu, seperti kasus WorldCom, ternayata telah
melibatkan pengkapitalisasian aset yang tidak tepat.

Karena nilainya yang tinggi dan kemudahan untuk dijual, aset tetap
sering menjadi target pencurian. Hal seperti itu terjadi pada aset-aset
tetap yang mudah diangkat (portable) seperti misalnya komputer
laptop. Untuk mengurangi kemungkinan pencurian, jika
memungkinan aset tetap harus dilindungi secara fisik, diberi label
permanen, dan harus diperiksa keberadaan dan keadaannya secara
periodik.

2. Beban Gaji

Perusahaan bisa melaporkan persediaan dan laba bersih dengan


jumlah yang lebih tinggi dengan cara menambahkan beban gaji pada
persediaan. Pegawai perusahaan juga kadang-kadang digunakan untuk
mengkonstruksi aset tetap. Dalam situasi demikian, tambahan beban
gaji atau upah bisa dikapitalisasi sebagai aset tetap. Tunjangan-
tunjangan lain yang material bisa juga menjadi sasaran manipulasi.
Kecurangan gaji yang melibatkan penyalahgunaan aset sering juga
terjadi, tetap jumlahnya biasanya tidak material. Dua area kecurangan
yang sering dijumpai adalah menciptakan karyawan fiktif dan
menggelembungkan jam karyawan. Keberadaan karyawan fiktif
biasanya bisa dicegah dengan menggadakan pemisahaan antara bagian
SDM dengan fungsi penggajian. Penggelembungan jam kerja
biasanya bisa dicegah dengan menggunakan mesin pencatat jam kerja
atau pemberian persetujuan atas jam kerja.

DILA :
E. Mekanisme Pencegahan Fraud

Terjadinya fraud pada bisnis tentu dapat membawa kerugian tersendiri.


Tak hanya dari segi finansial, tapi juga waktu dan tenaga untuk
menyelesaikannya. Oleh sebab itu, sebaiknya melakukan langkah pencegahan
fraud sejak awal.

1. Background check terhadap semua karyawan

Pencegahan fraud pada bisnis sebetulnya sudah dapat Anda lakukan sejak


proses merekrut karyawan. Sebelum memanggil seorang kandidat untuk
wawancara pekerjaan, sebaiknya lakukan background check terhadap calon
karyawan, terutama apabila ia nantinya akan bekerja dalam bidang akuntansi. Cari
tahu apakah ia pernah terlibat perbuatan kriminal, melanggar peraturan di tempat
kerja sebelumnya. Lalu, pastikan juga semua informasi yang ada pada CV
memang benar terbukti.

2. Kontrol internal perusahaan

Kontrol internal adalah rencana atau program yang diterapkan untuk


menjaga aset perusahaan, memastikan integritas transaksi dan laporan keuangan,
serta mencegah fraud. Cara terbaik untuk melakukan hal ini adalah dengan
membagi tugas dan tanggung jawab pada beberapa karyawan berbeda. Misalnya,
menugaskan satu karyawan untuk menangani kasir, satu karyawan untuk
mencatat laporan keuangan, dan satu karyawan sebagai supervisor.
Selain itu, lakukan pula kontrol internal melalui dokumentasi. Tujuannya
untuk membantu memininimalisir risiko terjadinya fraud. Contohnya, jika bukti
penjualan terdata dalam dokumen, dalam hal ini laporan keuangan, maka pemilik
bisnis bisa secara rutin memantau laporan tersebut untuk memastikan bahwa tidak
ada yang missed. Agar prosesnya berjalan mudah, menggunakan software
akuntansi Sleekr Accounting yang berbasis cloud. Dengan begitu, memantau
laporan keuangan dari mana pun dan kapan pun bahkan jika sedang tidak di
kantor sekali pun.

AGUNG :

Kemudian mekanisme pencegahan yang


ketiga yaitu :
3. Terapkan sistem pelaporan fraud secara anonim

Anda tentu tidak bisa terus menerus pasang mata untuk memantau
terjadinya fraud. Oleh sebab itu, terapkan saja sebuah sistem di mana karyawan
bisa melaporan tindakan fraud secara anonim jika mereka mengetahuinya. Inilah
mengapa Sleekr Accounting dapat sangat membantu. Berbasis sistem cloud,
Sleekr Accounting dapat diakses dari mana saja dan kapan saja selama ada akses
internet. Dengan begitu, karyawan bisa dengan mudah memantau laporan
keuangan. Sebelumnya, jelaskan tindakan-tindakan apa saja yang termasuk fraud
dan tanda-tandanya. Beri tahu juga kepada karyawan bahwa laporan mereka akan
ditangani secara rahasia.

4. Meminta bantuan akuntan

Pertimbangkan untuk merekrut jasa akuntan terpercaya. Selain untuk


mengelola finansial, ia juga dapat membantu menjadwalkan audit secara rutin.
Biasanya, bila karyawan tahu bahwa perusahaan rutin melakukan audit atau
pengecekan, mereka akan cenderung untuk bekerja secara jujur. Di samping itu,
akuntan pun bisa membantu Anda menjaga efektivitas kontrol finansial dalam
internal perusahaan, terlebih dengan bantuan software akuntansi seperti Sleekr
Accounting.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Semua organisasi, apapun jenis, bentuk, skala operasi dan kegiatannya


memiliki risiko terjadinya fraud atau kecurangan. Fraud atau kecurangan tersebut,
selain memberi keuntungan bagi pihak yang melakukannya, membawa dampak
yang cukup fatal, seperti misalnya hancurnya reputasi organisasi, kerugian
organsisasi, kerugian keuangan Negara, rusaknya moril karyawan serta dampak-
dampak negatif lainnya.

Untuk melakukan pencegahan, setidaknya ada tiga upaya yang harus


dilakukan yaitu (1) membangun individu yang di dalamnya terdapat trust and
openness, mencegah benturan kepentingan, confidential disclosure agreement dan
corporate security contract. (2) Membangun sistem pendukun kerja yang meliputi
sistem yang terintegrasi, standarisasi kerja, aktifitas control dan sistem rewards
and recognition. (3) membangun sistem monitoring yang di dalamnya terkandung
control self sssessment, internal auditor dan eksternal auditor.

B. Penutup

Dengan segala ucapan syukur atas berhasilnya materi ini kami rampukkan,
maka kelompok kami mengucapkan terima kasih. Pula pesan yang dapat kita petik
yaitu, segala bentuk kecurangan yang dilakukan dapat dideteksi dan sepatutnya
hal seperti itu tidak kita lakukan demi menjaga nama baik diri sendiri pula citra
perusahaan. Yang di mana kita ketahui setiap bentuk kecurangan merupakan hal
yang dapat merugikan orang banyak. Sekian.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai