Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran
Ruang lingkup evalusi berkaitan dengan cakupan objek evaluasi itu sendiri. Jika objek evaluasi
itu tentang pembelajaran, maka semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran menjadi ruang
lingkup evaluasi pembelajaran. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dapat ditinjau dari
berbagai perspektif, yaitu domain hasil belajar, sistem pembelajaran, proses dan hasil belajar,
dan kompetensi.
Menurut Benyamin S.Bloom, hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan,
mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah
sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak.
Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut :
a. Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu :
1) Pengetahuan (knowledge),
Pengetahuan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau
mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat
menggunakannya.
2) Pemahaman (comprehension).
Pemahaman, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau
mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa
harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga,
yakni menterjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan diantaranya : mengubah, mempertahankan, membedakan, memprakirakan,
menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan, dan meningkatkan.
3) Penerapan (application).
Penerapan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide
umum, tata cara ataupun metode, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru dan konkrit. Kata
kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, menghitung,
mendemonstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti, menjalankan,
memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
4) Analisis (analysis).
Analisi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi
atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip
yang terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengurai,
membuat diagram, memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar,
menghubungkan, merinci.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu
yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa
tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya:
menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun, menciptakan, merencanakan,
merekonstruksikan, menyusun, membangkitkan, mengorganisir, merevisi, menyimpulkan,
menceritakan.
6) Evaluasi (evaluation).
Evaluasi,yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu
situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam
evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu
mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu. Kata kerja operasional yang
dapat digunakan diantaranya : menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengeritik,
membeda-bedakan, mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan, menduga.
yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta
didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi
bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku.
1. Kemauan menerima (receiving) , yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan
penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan diantaranya : menanyakan, memilih, menggambarkan, mengikuti, memberikan,
berpegang teguh, menjawab, menggunakan.
yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu
fenomena tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan peserta
didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata kerja operasional yang
dapat digunakan diantaranya : menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama,
menunjukkan, mempraktikkan, mengemukakan, membaca, melaporkan, menuliskan,
memberitahu, mendiskusikan.
3. Menilai (valuing).
yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau
tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan diantaranya
melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, dan memilih.
4. Organisasi (organization).
yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang
berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan diantaranya : mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan,
mempertahankan, menggeneralisasikan, memodifikasi.
yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya,
mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Perubahan pola
gerakan memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kata kerja operasional yang digunakan
harus sesuai dengan kelompok keterampilan masing-masing, yaitu :
Berdasarkan taksonomi Bloom di atas, maka kemampuan peserta didik dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kemampuan tingkat rendah terdiri atas
pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, sedangkan kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis,
sintesis, evaluasi, dan kreatifitas. Dengan demikian, kegiatan peserta didik dalam menghafal
termasuk kemampuan tingkat rendah. Dilihat cara berpikir, maka kemampuan berpikir tingkat
tinggi dibagi menjadi dua, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah
kemampuan melakukan generalisasi dengan menggabungkan, mengubah atau mengulang
kembali keberadaan ide-ide tersebut.
Ruang lingkup evalusi berkaitan dengan cakupan objek evaluasi itu sendiri. Jika objek evaluasi
itu tentang pembelajaran, maka semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran menjadi ruang
lingkup evaluasi pembelajaran. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dapat ditinjau dari
berbagai perspektif, yaitu domain hasil belajar, sistem pembelajaran, proses dan hasil belajar,
dan kompetensi.
Menurut Benyamin S.Bloom, hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan,
mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah
sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak.
Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut :
a. Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu :
1) Pengetahuan (knowledge),
Pengetahuan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau
mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat
menggunakannya.
2) Pemahaman (comprehension).
Pemahaman, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau
mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa
harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga,
yakni menterjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan diantaranya : mengubah, mempertahankan, membedakan, memprakirakan,
menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan, dan meningkatkan.
3) Penerapan (application).
Penerapan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide
umum, tata cara ataupun metode, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru dan konkrit. Kata
kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, menghitung,
mendemonstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti, menjalankan,
memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
4) Analisis (analysis).
Analisi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi
atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip
yang terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengurai,
membuat diagram, memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar,
menghubungkan, merinci.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu
yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa
tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya:
menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun, menciptakan, merencanakan,
merekonstruksikan, menyusun, membangkitkan, mengorganisir, merevisi, menyimpulkan,
menceritakan.
6) Evaluasi (evaluation).
Evaluasi,yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu
situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam
evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu
mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu. Kata kerja operasional yang
dapat digunakan diantaranya : menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengeritik,
membeda-bedakan, mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan, menduga.
yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta
didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi
bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku.
1. Kemauan menerima (receiving) , yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan
penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan diantaranya : menanyakan, memilih, menggambarkan, mengikuti, memberikan,
berpegang teguh, menjawab, menggunakan.
3. Menilai (valuing).
yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau
tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan diantaranya
melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, dan memilih.
4. Organisasi (organization).
yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang
berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan diantaranya : mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan,
mempertahankan, menggeneralisasikan, memodifikasi.
yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya,
mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Perubahan pola
gerakan memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kata kerja operasional yang digunakan
harus sesuai dengan kelompok keterampilan masing-masing, yaitu :
Berdasarkan taksonomi Bloom di atas, maka kemampuan peserta didik dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kemampuan tingkat rendah terdiri atas
pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, sedangkan kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis,
sintesis, evaluasi, dan kreatifitas. Dengan demikian, kegiatan peserta didik dalam menghafal
termasuk kemampuan tingkat rendah. Dilihat cara berpikir, maka kemampuan berpikir tingkat
tinggi dibagi menjadi dua, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah
kemampuan melakukan generalisasi dengan menggabungkan, mengubah atau mengulang
kembali keberadaan ide-ide tersebut.
Sedangkan kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan memberikan rasionalisasi
terhadap sesuatu dan mampu memberikan penilaian terhadap sesuatu tersebut. Rendahnya
kemampuan peserta didik dalam berpikir, bahkan hanya dapat menghafal, tidak terlepas dari
kebiasaan guru dalam melakukan evaluasi atau penilaian yang hanya mengukur tingkat
kemampuan yang rendah saja melalui paper and pencil test. Peserta didik tidak akan mempunyai
kemampuan berpikir tingkat tinggi jika tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkannya
dan tidak diarahkan untuk itu
Keberhasilan suatu kegiatan evaluasi akan dipengaruhi pula oleh keberhasilan evaluator dalam
melaksanakan prosedur evaluasi. Prosedur yang dimaksud adalah langkah-langkah pokok yang
harus ditempuh dalam kegiatan evaluasi. Pengembangan prosedur evaluasi pembelajaran di
uaraikan sebagai berikut :
Perencanaan Evaluasi. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang diperoleh dapat lebih maksimal.
Perencanaan ini penting bahkan mempengaruhi prosedur evaluasi secara menyeluruh. W.James
Propham (1974) mengemukakan “maksud perencanaan evaluasi adalah untuk memfasilitasi
pengumpulan data, sehingga memungkinkan membuat pernyataan yang valid tentang pengaruh
sebuah efek atau yang muncul di luar program, praktik, atau kebijakan yang di teliti” selanjutnya
Robert H Davis, dkk (1974) mengemukakan tiga kegunaan dari perencanaan evaluasi : (1)
perencanaan evaluasi membantu Anda untuk mengetahui apakah standar dalam menyatakan
sikap atau perilaku telah mencapai sasaran atau tidak, jika demikian sasaran akan dinyatakan
ambigu dan Anda akan kesulitan merancang tes untuk mengukur prestasi siswa; (2) prencanaan
evaluasi adalah proses awal yang dipersiapkan untuk mengumpulkan informasi yang tersedia;
(3) rencana evaluasi menyediakan waktu yang cukup untuk mendesain tes. Untuk merancang
sebuah tes yang baik memerlukan persiapan yang cermat dan kualitas tes biasanya membaik jika
dirancang dengan cara tidak tergesa-gesa; Implikasinya adalah perencanaan evaluasi harus
dirumuskan secara jelas dan spesifik, terurai dan konprehensif sehingga perencanaan tersebut
bermakna dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya dengan menetapkan tujuan-tujuan
tingkah laku (behavioral objective)atau indikator yang akan dicapai, dapat mempersiapkan
pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan serta dapat menggunakan waktu yang tepat.
Pentingnya Analisis Kebutuhan. Adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang
untuk mengidentifikasi kebutuhan dan menentukan skala prioritas pemecahannya.
Analisis kebutuhan merupakan bagian integral dari sistem pembelajaran secara
keseluruhan, yang dapat digunakan untuk menyelesaiakan masalah-masalah
pembelajaran.
Menentukan Tujuan Penilaian. Tujuan penilaian merupakan dasar untuk menentukan
arah, ruang lingkup materi, jenis/model dan karakter alat penilaian. Ada empat
kemungkinan tujuan penialain : (1) penilaian formatif, yaitu untuk memperbaiki kinerja
atau proses pembelajaran; (2) penialian sumatif, yaitu untuk menentukan keberhasilan
peserta didik; (3) penialian diagnostik, yaitu untuk mengidentifikasi kesulitan belajar
peserta didik dalam proses pembelajaran; (4) penilaian penempatan, yaitu untuk
menenpatkan posisi peserta didik sesuai dengan kemampuannya.
Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar. Bertujuan untuk mengidentifikasi
kompetensi yang akan di uji sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil
belajar dan indikator yang terbagi dalam tiga domain (1) domain kognitif meliputi:
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sisnteis dan evaluasi; (2) domain afektif
meliputi: penerimaan, respons, penilaian, organisasi, kakaterisasi; (3) domaian
psikomotor meliputi: persepsi, kesiapan melakukan pekerjaan, respon terbimbing,
kemahiran, adaptasi dan orijinasi
Menyusun Kisi-Kisi. Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan
distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan
tertentu yang berfungsi sebagai pedoman untuk menulis soal atau merakit soal menjadi
perangkat tes. Kisi-kisi yang baik akan memperoleh perangkat soal yang relatif sama
sekalipun penulis soalnya berbeda. Kisi-kisi penting dalam perencanaan penilaian hasil
belajar karena di dalamnya terdapat sejumlah indikator sebagai acuan dalam
mengembangkan instrumen (soal) dengan persyaratan (1) representatif, yaitu harus betul-
betul mewakili isi kurikulum sebagai sampel perilaku yang akan di nilai; (2) komponen-
komponennya harus terurai/terperinci, jelas, dan mudah dipahami; (3) soalnya dapat
dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang diterapkan. Manfaat dari indikator
dalam kisi-kisi adalah (1) dapat memilih materi, metode, media dan sumber belajar yang
tepat, sesuai dengan kompetensi yang telah di tetapkan; (2) sebagai pedoman dan
pegangan untuk menyusun soal atau isntrumen penilaian lain yang tepat, sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah di tetapkan. Dalam menyusun kisi-
kisi harus memperhatikan domain hasil belajar yang akan diukur dengan sistematika : (1)
aspek recall, yang berkenaan dengan aspek-aspek pengetahuan tentang istilah-istilah,
definisi, fakta, konsep, metode dan prinsip-prinsip; (2) aspek komprehensif, yaitu
berkenaan dengan kemampuan-kemampuan antara lain: menjelaskan, menyimpulkan
suatu informasi, menafsirkan fakta (grafik, diagram, tabel, dan lain-lain), mentransfer
pernyataan dari suatu bentuk ke dalam bentuk lain (pernyataan verbal ke non-verbal atau
dari verbal ke dalam bentuk rumus), memprakirakan akibat atau konsekuensi logis dari
suatu situasi; (3) aspek aplikasi yang meliputi kemampuan-kemampuan antara lain:
menerapkan hukum/prinsip/teori dalam suasana sesungguhnya, memecahkan masalah,
membuat (grafik, diagram dan lain-lain), mendemonstrasikan penggunaan suatu metode,
prosedur dan lain-lain.
Mengembangkan Draft. Draft instrumen merupakan penjabaran indikator menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang karakterisitiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi. Setiap
pertanyaan harus jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa yang efektif, baik bentuk
pertanyaan maupun bentuk jawabannya. Kualitas butir soal akan menentukan kualitas tes
secara keseluruhan. Dengan prosedur soal yang disusun di telaah oleh tim ahli yang
terdiri dari ahli bahasa, ahli bidang studi, ahli kurikulum dan ahli evaluasi. Untuk draft
dalam bentuk nontes dapat dibuat dalam bentuk angket, pedoman observasi, pedoman
wawancara, studi dokumentasi, skala sikap, penilaian bakat, minat dan sebagainya.
Uji Coba dan Analisis Soal. Bertujuan untuk mengetahui soal-soal mana yang perlu
diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta soal mana yang baik untuk
diperguankan selanjutnya. Soal yang baik adalah soal yang sudah mengalami beberapa
kali uji coba dan revisi yang didasarkan atas: (1) analisis empiris, yang dimaksudkan
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan setiap soal yang digunakan. Informasi empiris
pada umumnya menyangkut segala hal yang dapat memengaruhi validitas soal meliputi:
aspek-aspek keterbacaan soal, tingkat kesukaran soal, bentuk jawaban, daya pembeda
soal, pengaruh kultur, dan sebagainya; (2) analisis rasional, yang dimaksudkan untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan setiap soal. Kedua analisis tersebut dilakukan pula
terhadap instrumen evaluasi dalam bentuk nontes.
Revisi dan Merakit Soal (Instrumen Baru). Soal yang sudah di uji coba dan di analisis,
direvisi kembali sesuai dengan proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda.
Dengan demikian, ada soal yang masih dapat diperbaiki dari segi bahasa, atau direvisi
total, baik menyangkut pokok soal (stem) maupun alternatif jawaban (option) yang
kemudian dilakukan perakitan soal menjadi suatu instrumen yang terpadu dengan
memperhatikan validitas skor tes, nomor urut soal, pengelompokkan bentuk soal,
penataan soal dan sebagainya.
Nontes. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan sikap dan tingkah laku peserta
didik setelah mengikuti proses pembelajaran, pendapat terhadap kegiatan pembelajaran,
kesulitan belajar, minat belajar, motivasi belajar dan mengajar dan sebagainya. Instrumen
yang digunakan (1) angket; (2) pedoman observasi; (3) pedoman wawancara; (4) skala
sikap; (5) skala minat; (6) daftar chek; (7) rating scale; (8) anecdotal records; (9)
sosiometri; (10) home visit
Untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi menggunakan bentuk tes pensil dan
kertas (paper and pencil test) dan bentuk penilaian kinerja (performance), memberikan
tugas atau proyek dan menganalisis hasil kerja dalam bentuk portofolio.
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai keseluruhan aspek
kepribadian dan prestasi belajar peserta didik yang meliputi (1) data pribadi (personal) yang
meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, golongan darah, alamat dan lain-lain; (2)
data tentang kesehatan yang meliputi pengelihatan, pendengaran, penyakit yang sering diderita
dan kondisi fisik; (3) data tentang prestasi belajar (achievement) di sekolah; (4) data tentang
sikap (attitude) meliputi sikap terhadap teman sebaya, sikap terhadap kegiatan pembelajaran,
sikap terhadap pendidik dan lembaga pendidikan dan sikap terhadap lingkungan sosial; (5) data
tentang bakat (aptitude) yang meliputi data tentang bakat di bidang olahraga, keterampilan
mekanis, keterampilan manajemen, kesenian dan keguruan; (6) persoalan penyesuaian
(adjustment) meliputi kegiatan dalam organisasi di sekolah, forum ilmiah, olahraga dan
kepanduan; (7) data tentang minat (interest); (8) data tentang rencana masa depan yang dibantu
oleh pendidik, orang tua sesuai dengan kesanggupan peserta didik; (9) data tentang latar
belakang yang meliputi latar belakang keluarga, pekerjaan orang tua, penghasilan tiap bulan,
kondisi lingkungan, serta hubungan dengan orang tua dan saudara-saudaranya; Sedangkan
kecenderungan evaluasi yang tidak memuaskan dapat ditinjau dari beberapa segi (1) proses dan
hasil evaluasi kurang memberi keuntungan bagi peserta didik, baik secara langsung maupun
tidak langsung; (2) penggunaan teknik dan prosedur evaluasi kurang tepat berdasarkan apa yang
sudah dipelajari peserta didik; (3) prinsip-prinsip umum evaluasi kurang dipertimbangkan dan
pemberian skor cenderung tidak adil; (4) cakupan evaluasi kurang memperhatikan aspek-aspek
penting dari pembelajaran.
Pengolahan Data. Mengolah data berarti mengubah wujud data yang sudah dikumpulkan
menjadi sebuah sajian data yang menarik dan bermakna. Data hasil evaluasi yang berbentuk
kualitatif diolah dan dianalisis secara kualitatif, sedangkan data hasil evaluasi yang berbentuk
kuantitatif diolah dan dianalisis dengan bantuan statistika deskriptif maupun statistika
inferensial. Ada empat langkah pokok dalam mengolah hasil penelitian :
Menskor, yaitu memberikan skor pada hasil evaluasi yang dapat dicapai oleh perserta
didik. Untuk menskor atau memberikan angka diperlukan tiga jenis alat bantu yaitu kunci
jawaban, kunci skoring dan pedoman konversi
Mengubah skor mentah menjadi skor standar dengan norma tertentu
Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa huruf atau angka
Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengatahui derajad validitas dan
reliabilitas soal, tingkat kesukaran sola (difficulty index) dan daya pembeda
Mengolah data dengan sendirinya akan menafsirkan hasil pengolahan itu. Memberikan
interpretasi maksudnya adalah memberikan pernyataan (statement) mengenai hasil pengolahan
data. Interpretasi terhadap suatu hasil evaluasi didasarkan atas kriteria tertentu yang ditetapkan
terlebih dahulu secara rasional dan sistematis sebelum kegiatan evaluasi dilaksanakan, tetapi
dapat pula dibuat berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam melaksanakan evaluasi.
Sebaliknya jika penafsiran data tidak berdasarkan kriteria atau norma tertentu, maka ini termasuk
kesalahan besar dan ada dua jenis penafsiran data :
Dengan penafsiran ini dapat diputuskan bahwa peserta didik mencapai taraf kesiapan yang
memadai atau tidak, ada kemajuan yang berarti atau tidak, ada kesulitan atau tidak.
Pelaporan Hasil Evaluasi. Laporan kemajuan belajar peserta didik merupakan sarana
komunikasi antara sekolah, peserta didik dan orang tua dalam upaya mengembangkan dan
menjaga hubungan kerja sama yang harmonis, oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan (1) konsisten dengan pelaksanaan nilai di sekolah; (2) memuat perincian hasil
belajar peserta didik beradasarkan kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian
yang bermanfaat bagi perkembangan peserta didik; (3) menjamin orang tua akan informasi
permasalahan peserta didik dalam belajar; (4) mengandung berbagai cara dan strategi
berkomunikasi; (5) memberikan informasi yang benar, jelas, komprehensif dan akurat. Laporan
kemajuan dapat dikategorikan menjadi dua jenis (1) laporan prestasi mata pelajaran, yang berisi
informasi tentang pencapaian komptensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Prestasi
peserta didik dilaporkan dalam bentuk angka yang menunjukkan penguasaan komptensi dan
tingkat penguasaannya; (2) laporan pencapaian, yang menggambarkan kualitas pribadi peserta
didik sebagai internalisasi dan kristalisasi setelah peserta didik belajar melalui berbagai kegiatan,
baik intra, ekstra dan ko kurikuler.
Penggunaan Hasil Evaluasi. Salah satu pengguanan hasil evaluasi adalah laporan. Laporan
yang dimaksudkan untuk memberikan feedbackkepada semua pihak yang terlibat dalam
pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Remmer (1967) mengatakan “kita
bahas di sini penggunaan hasil untuk membantu siswa memahami diri mereka lebih baik,
menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan murid kepada orang tua dan membantu guru
dalam perencanaan instruksi”, selanjutnya Julian C. Stanley dalam Dimyati dan Mudjiono (1994)
mengemukakan ”hanya apa yang harus dilakukan, tentu saja, tergantung pada tujuan program”.
Secara umum terdapat lima penggunaan hasil evaluasi untuk keperluan sebagai berikut