Analisis Debit Limpasan Permukaan Dengan Menggunakan Alat Rainfall Simulator Pada Tanah Dengan Variasi Kepadatan Rudianto Wahyu Prabowo 115060401111017

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS DEBIT LIMPASAN PERMUKAAN DENGAN

MENGGUNAKAN ALAT RAINFALL SIMULATOR PADA


TANAH DENGAN VARIASI KEPADATAN

Rudianto Wahyu Prabowo1, Donny Harisuseno2, Andre Primantyo H2, Dian Noorvy K3
1. Mahasiswa Program Sarjana Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya
2. Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
3. Mahasiswa Program Doktor Teknik Sumber Daya Air Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
Email : [email protected]

ABSTRAK
Debit limpasan permukaan terjadi jika air hujan yang jatuh lebih besar dari kapasitas
infiltrasi pada tanah. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya intensitas
curah hujan, karakteristik lahan, karakteristik tanah, kemiringan lahan dan kepadatan tanah.
Karakteristik tanah yang mempengaruhi porositas tanah, kerapatan massa tanah, kadar air
tanah, tekstur tanah, struktur tanah, kandungan bahan organik tanah, dan keadaan vegetasi
permukaan tanah. Skripsi ini mencoba untuk meneliti pengaruh kepadatan tanah terhadap
debit limpasan pada alat Rainfall Simulator.
Pengambilan sampel tanah pada penelitian ini dilaksanakan pada Kelurahan
Tlogomas Kota Malang. Penentuan lokasi berdasarkan pembagian peta sifat fisik tanah di
Kota Malang. Data-data yang diperoleh adalah data primer yang merupakan pengamatan
langsung dari Laboratorium Hidrologi Teknik Pengairan, yaitu dengan menggunakan alat
Rainfall Simulator untuk mengetahui debit limpasan permukaan dengan memvariasikan
kepadatan, percobaan dilakukan sebanyak 36 kali.
Hasil pengukuran dan analisis debit limpasan di Laboratorium hubungan antara debit
limpasan dengan variasi kepadatan adalah berbanding lurus, debit limpasan akan meningkat
jika tingkat kepadatannya meningkat.
Kata kunci: Debit Limpasan, Kepadatan, Rainfall Simulator

ABSTRACT
The surface of the discharge runoff rain water falling happen if greater than the
capacity of infiltration on the ground. This condition is highly influenced by various things,
such as the intensity of rainfall, characteristic of land, characteristic of the land, the slope of
land and the density of the land. Characteristic of land that affects the porosity of the land,
the density is a land mass, ground water levels, the texture of the land, soil structure, the
content of organic material land, and the state of the surface soil of vegetation. Thesis is
trying to examine the influence of the density of soil on a runoff against discharge for the
simulator rainfall.
The sample collection the ground at this study was conducted to officials in urban
village tlogomas Malang city. The determination of recipient divided based on a map of the
nature of the physical land in the town of Malang. The data obtained is primary data is direct
observation from the lab hydrology agricultural water, technique namely by means of a
utensil rainfall for the simulator to discharge runoff know the surface with varying density,
experiment done in 36 times.
Result of measuring and analysis discharge a runoff in the laboratory the relationship
between discharge a runoff with the variation of the density is the is directly proportional,
discharge runoff would increase if density increase. The relationship between discharge a
runoff with the variation of earthen slope is is directly proportional, discharge a runoff will
be great if earthen slope added.
Keyword : Discharge runoff, density, rainfall simulator
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hujan yang jatuh ke tanah membentuk limpasan (runoff) yang mengalir kembali ke
laut. Beberapa diantaranya masuk ke dalam tanah (infiltrasi) dan bergerak terus ke bawah
(perkolasi) ke dalam daerah jenuh (saturated zone) yang terdapat di bawah permukaan air
tanah. Air dalam tanah ini bergerak perlahan-lahan melewati akuifer masuk sungai atau
kadang-kadang langsung ke laut. infiltrasi didefinisikan sebagai gerakan air ke bawah melalui
permukaan tanah ke dalam profil tanah. Limpasan permukaan terjadi ketika jumlah curah hujan
melampaui laju infiltrasi dan penguapan. Setelah laju infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi
cekungan atau depresi pada permukaan tanah. Setelah pengisian selesai maka air akan mengalir
dengan bebas di permukaan tanah.
Faktor yang mempengaruhi limpasan permukaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
elemen meteorologi dan elemen sifat fisik atau karakteristik daerah pengaliran (Sosrodarsono,
1978). Pengaruh intensitas hujan terhadap limpasan permukaan sangat tergantung pada laju
infiltrasi, maka akan terjadi limpasan permukaan sejalan dengan peningkatan intensitas curah
hujan. Hubungan antara resapan dengan variasi kepadatan adalah berbanding terbalik, Resapan
akan meningkat jika tingkat kepadatannya menurun ( Pratama, 2012 ).

1.2. Identifikasi Masalah


Debit limpasan permukaan terjadi jika air hujan yang jatuh lebih besar dari kapasitas
infiltrasi pada tanah. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya: intensitas
curah hujan, karakteristik lahan, karakteristik tanah,
kemiringan lahan dan kepadatan tanah. Karakteristik tanah yang mempengaruhi porositas
tanah, kerapatan massa tanah, kadar air tanah, tekstur tanah, struktur tanah, kandungan bahan
organik tanah, dan keadaan vegetasi permukaan tanah. Hubungan debit limpasan permukaan
terhadap kemiringan lahan adalah debit limpasan permukaan akan besar jika kemiringan lahan
semakin tinggi. Apabila tanah mengalami kepadatan tinggi akan berpengaruh terhadap debit
limpasan permukaan yang semakin tinggi. Semakin kecil intensitas hujan maka debit limpasan
akan semakin kecil.
Berdasarkan uraian diatas, skripsi ini mencoba untuk meneliti pengaruh kepadatan
tanah terhadap debit limpasan pada alat Rainfall Simulator.

1.3 Batasan Masalah


Terdapat beberapa batasan-batasan
dalam pembahasan skipsi ini, yaitu:
1. Penentuan lokasi pengambilan sampel tanah berdasarkan peta sebaran tanah di Kota
Malang.
2. Pengambilan sampel tanah di Kelurahan Tlogomas sudah mewakili kondisi sebaran
tanah di kota malang.
3. Pengukuran debit limpasan permukaan hanya dipengaruhi oleh variasi kepadatan
tanah dan intensitas hujan 2 liter/menit.
4. Penelitian dilakukan pada kondisi sifat fisik tanah, yaitu berdasarkan besar kecilnya
butiran tanah.

1.4 Rumusan Masalah


Penelitian ini didasarkan untuk
mengetahui pengaruh kepadatan tanah terhadap debit limpasan permukaan pada intensitas
hujan 2 liter/menit ?
1.5 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui debit limpasan permukaan dengan pengaruh perubahan kepadatan tanah pada
intensitas hujan 2 liter/menit pada alat Rainfall Simulator.
Adapun manfaat dari kajian ini adalah sebagai pengembangan ilmu berkaitan dengan
tata guna lahan perkotaan yang berwawasan lingkungan (eco drainage), dimana air hujan
yang jatuh di permukaan tanah tidak langsung dialirkan ke saluran drainase menuju ke sungai,
namun air hujan tersebut sebagian dikendalikan agar meresap ke dalam tanah sebagai imbuhan
air tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Limpasan permukaan
Limpasan permukaan terjadi ketika kapasitas infiltrasi tanah tidak dapat
menyeimbangkan intensitas curah hujan di permukaan tanah. Pada umumnya limpasan
permukaan tidak terjadi segera setelah hujan jatuh di permukaan tanah, tetapi perlu waktu
untuk memenuhi kapasitas infiltrasi. Waktu dari permulaan sampai mulai terjadi limpasan
permukaan disebut ponding time.
Kapasitas infiltrasi adalah kemampuan tanah dalam menyerap (menginfiltrasikan) air
yang terdapat di permukaan atau aliran air permukaan tanah. Semakin besar kapasitas
infiltrasi maka aliran air di permukaan tanah makin berkurang

2.2. Alat Rainfall Simulator


Alat yang digunakan untuk
membuat simulasi pada penelitian ini yaitu menggunakan Rainfall Simulator. Rainfall
Simulator merupakan alat yang memungkinkan kita melihat siklus hidrologi dalam skala
kecil, tetapi ada faktor yang tidak di masukkan dalam alat ini yaitu faktor evaprotranspirasi dan
evaporasi yang kedua hal tersebut di sebabkan oleh matahari dan tanaman.
Peralatan ini memiliki tangki uji dengan ukuran 2 x 1.2 x 0.3 meter. Pada
bagian atasnya tangki ini memiliki nozzle yang bisa mengatur besarnya butiran hujan yang
jatuh. Tangki uji ini juga memiliki dua buah pipa berpori bagian dasar, yang kemudian ke
dua tangki pengukuran aliran. Tangki ini juga memiliki dua saluran air yang
terhubung ke tangki lain yaitu tangki pengukur arus, dimana setiap saluran dapat diukur
masing-masing. Di bawah tangki terdapat tabung pisometrik uji, yang memungkinkan melihat
level air setiap saat.

Gambar 1 Alat Rainfall Simulator


2.3. Intensitas hujan
Intensitas hujan adalah jumlah
hujan persatuan waktu (mm/jam, mm/min, mm/det). Lama waktu hujan adalah lama waktu
berlangsungnya hujan, Durasi hujan adalah lamanya curah hujan dalam menit atau jam. Dalam
hal ini dapat mewakili total curah hujan atau periode hujan yang disingkat dengan curah hujan
yang relatif seragam ( Asdak, 1995). Intensitas hujan diartikan sebagai pengukuran curah hujan
dilakukan untuk mengetahui jumlah dan lama curah hujan ( Utomo, 1993).

2.4. Kepadatan Tanah


Peristiwa bertambahnya berat
volume kering oleh beban dinamis disebut pemadatan. Maksud dari pemadatan tanah adalah
merupakan usaha secara mekanik agar butir-butir tanah merapat. Volume pori berkurang
namun volume butir tidak berubah. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menggilas atau
menumbuk. Jika disiram air akan menjadi lunak dan lebih mudah dipadatkan, tapi makin besar
kadar
air tanah makin membatasi kepadatan yang dapat dicapai. Yang dapat berkurang hanya
udara, jika volume air lebih besar maka kepadatan maksimum berkurang. Berat volume kering
(ɣd), adalah perbandingan antara berat butiran (Ws) dengan volume total (V)
(1)

III. METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Lokasi Studi
Kota Malang terletak ditengah-tengah
wilayah Kabupaten Malang. Secara geografis wilayah Kota Malang berada diantara 112,06°–
112,07° Bujur Timur dan 7,06° – 8,02° Lintang Selatan, dengan luas wilayah 11.005,66 ha
(110,06 km2). Batas wilayah Kota Malang adalah sebagai berikut:
Batas Utara : Kecamatan Singosari dan Karangploso, Kabupaten Malang
Batas Selatan : Kecamatan Tajinan dan Pakisaji, Kabupaten Malang
Batas Timur : Kecamatan Pakis dan
Tumpang, Kabupaten Malang
Batas Barat : Kecamatan Wagir dan
Dau, Kabupaten Malang
Secara administrasi, Kota Malang terbagi atas 5 kecamatan dengan 57 kelurahan. Pengambilan
sampel tanah pada penelitian ini akan dilaksanakan pada Kelurahan Tlogomas Kota Malang.
Penentuan lokasi ini berdasarkan pembagian peta sifat fisik tanah di Kota Malang.

Gambar 2 Peta Kota Malang.


3.2. Kemiringan Tanah
Pada penelitian ini kemiringan
tanah 2%. Kemiringan mempengaruhi kecepatan dan volume limpasan permukaan. Pada
dasarnya semakin curam suatu lereng, prosentase kemiringan semakin tinggi, semakin cepat
pula laju limpasan permukaan. Sebagai akibatnya, semakin singkat waktu untuk infiltrasi
karena volume limpasan permukaan juga semakin besar (dapat dilihat pada gambar
3). Penelitian ini dengan menetapkan hujan 2 liter/menit.

Gambar 3 Proses Pengaturan Kemiringan


Tanah pada Alat Rainfall Simulator

3.3. Penentuan Kepadatan Tanah


Setelah pengambilan sampel tanah
pada lokasi, tanah tersebut terlebih dahulu dikeringkan dan dijemur pada sinar matahari,
setelah tanah dalam keadaan kering kemudian tanah tersebut disaring dengan ayakan no 10
agar mendapatkan kondisi tanah yang bagus untuk dilakukan penelitian pada alat Rainfall
Simulator, setelah tanah dalam keadaan lolos saringan
10, tanah tersebut ditambah air 20% Direncanakan sebanyak 3 variasi
kepadatan :
1. Kepadatan 1 : ɣd = 0,83 gr/cm3
Tanah dengan berat kering 120 kg
dengan penambahan air 20% di padatkan dengan penumbuk seberat 2,9 kg. Tanah dipadatkan
dengan 3 lapisan masing- masing lapisan ditumbuk sebanyak 2 putaran ( dapat dilipat pada
gambar 4 ). Tinggi tanah setelah di padatkan 13,4 cm. Didapat ɣd dari kepadatan 2
putaran
adalah 0,83 gr/cm3
2. Kepadatan 2 : ɣd = 0,96 gr/cm3
Tanah dipadatkan dengan 3 lapisan
masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak
4 putaran. Tinggi tanah setelah di padatkan
11,5 cm. Di dapat ɣd dari kepadatan 4 putaran adalah 0,96 gr/cm3
3. Kepadatan 3 : ɣd = 1,09 gr/cm3
Tanah dipadatkan dengan 3 lapisan
masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak
6 putaran. Tinggi tanah setelah di padatkan
10,2 cm. Didapat ɣd dari kepadatan 6 putaran adalah 1,09 gr/cm3

Gambar 4 Proses Penentuan


Kepadatan Tanah

3.4. Pelaksanaan Percobaan


1. Persiapan alat Rainfall simulator
1. Pastikan alat Rainfall Simulator dan alat bantu lainya siap untuk digunakan
2. Tutup lubang pori pada tangki uji menggunakan kertas filter dan ditutup dengan
geotextile, dengan tujuan material tanah yang terbawa air tidak menyumbat lubang pori.
3. Tanah yang digunakan adalah tanah yang sudah kering dan lolos saringan no 10.
Masukkan tanah tersebut kedalam kotak pengetesan. kemudian diratakan dan
dipadatkan dengan menggunakn penumbuk seberat 2,9 kg.
2. Langkah Percobaan
Adapun langkah pengujiannya yaitu dilakukan dengan cara:
1. Mengatur kemiringan lahan sesuai
2% yang terdapat pada alat simulator hujan.
2. Mengatur debit pompa untuk menentukan intensitas hujan sesuai
dengan yang mau diamati dalam liter/menit.
3. mengatur ketinggian meja pengetesan sesuai dengan yang ditentukan.
4. Alat rainfall simulator dihidupkan dengan pengaturan kran inflow sesuai dengan
intensitas yang sudah ditentukan.
5. Mengoperasikan hujan buatan dengan intensitas yang telah ditentukan sebelumnya
dengan membuka spray nozzle
6. Menghidupkan stopwatch sejak alat mulai dioperasikan sampai saat debit yang keluar
dari outlet mencapai nilai nol / mendekati nol
7. Perhatikan pada ujung saluran ukur tinggi air yang mengalir
8. Ukur tinggi ( h ) pada v-note permukaan untuk mengetahui debit aliran permukaan yang
terjadi. Semakin besar intensitas hujan maka debit limpasan permukaan
semakin besar.
9. Perhatikan pula air yang mengalir pada kedua kran outflow, dari lubang pori berada
tepat dibawah tangki.
10. Mengukur tinggi air pada piezometer.
11. Ukur dengan interfal waktu tertentu.
12. Tunggu sampai perubahan konsisten di angka tertentu.
13. Limpasan akan mencapai nilai konstan saat waktu konsentrasi telah tercapai. Jika
keadaan tersebut telah tercapai, maka hujan buatan dapat dihentikan dan menunjukkan
telah terjadi keseimbangan antara hujan, debit, dan kehilangan air infiltrasi
14. Setelah data didapatkan mesin dimatikan.
15. Melakukan percobaan point 1 sampai dengan 15 untuk intensitas hujan yang
berbeda, kepadatan ɣd
0,83 gr/cm3, 0,96 gr/cm3 dan 1,09
gr/cm3 kemiringan 2%.
46,8 % dan lempung 35,2 % dari hasil
tersebut didapat jenis tanah dari segitiga
tekstur tanah termasuk silty clay loam ( liat
lempung berlanau ). Dari hasil pengujian
specific gravity didapatkan harga Gs 2,223

4.2. Analisis Debit Limpasan


Besarnya debit limpasan dengan
berbagai variasi kepadatan ditunjukkan
pada tabel 1.

Gambar 5 Proses Pengaturan Hujan 2


Liter/ menit pada Alat Rainfall Simulator

Gambar 6 Proses Pengukuran Debit


Limpasan pada Alat Rainfall Simulator
Dari gambar 5 proses pengaturan hujan 2 liter/menit pada alat rainfall simulator dengan
cara memutar kran sampai angka menunjukkan 2 liter/menit. Setelah hujan keluar dari spray
nozzle akan terjadi debit limpasan. Pengukuran debit limpasan pada alat Rainfall Simulator. (
dapat dilihat pada gambar 6 )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Analisis Karakteristik Tanah
Pada penelitian ini sampel tanah
yang digunakan yaitu tanah galian, yang berlokasi di Kelurahan Tlogomas.
Dari hasil pengujian yang dilakukan di Laboratorium Tanah dan Air Tanah, Jurusan
Teknik Pengairan diperoleh gradasi butiran tanah yang dilakukan untuk pengujian debit
limpasan permukaan pada alat Rainfall Simulator mengandung presentasi pasir 18 %, lanau
Tabel 1 Perbandingan Debit pada Variasi
Kepadatan (ɣd)
Kemiringan Debit Debit rerata
ɣd
(s) (Q) (Q) keterangan
( gr/cm3 ) (%) ( Liter/menit ) ( Liter/menit )
0,83 2 1,6 1,60 Tidak jenuh air
0,83 2 1,65
0,83 2 1,7 1,71 Jenuh Air
0,83 2 1,78
0,96 2 1,75 1,75 Tidak jenuh air
0,96 2 1,8
0,96 2 1,7 1,77 Jenuh Air
0,96 2 1,8
1,09 2 1,8 1,80 Tidak jenuh air
1,09 2 1,8
1,09 2 1,8 1,80 Jenuh Air
1,09 2 1,8
Pada tabel 1 dengan Kepadatan (ɣd)
0,83 gr/cm3, Kepadatan (ɣd) 0,96 gr/cm3, Kepadatan (ɣd) 1,09 gr/cm3 semakin besar
Kepadatan (ɣd) debit limpasan akan semakin besar.
Dari fenomena penelitian ini dapat
diaplikasikan pada lokasi sebaiknya kepadatan kecil agar debit limpasan kecil dan
memperbesar infiltrasi, sehingga bisa mengurangi debit limpasan yang akan menyebabkan
dampak banjir jika terjadi debit limpasan terus menerus dan air tidak bisa diresapkan secara
maksimal pada tanah. Semakin kecil debit limpasan pada lokasi akan semakin bagus untuk
upaya mengurangi terjadinya banjir dan memperbanyak infiltrasi akan semakin bagus untuk
upaya meningkatkan cadangan air pada tanah, dimana air hujan yang jatuh di permukaan tanah
tidak langsung dialirkan ke saluran drainase menuju ke sungai sebaiknya di kendalikan agar
terinfiltrasi pada tanah dan bisa meningkatkan kualitas airtanah.
4.2.1 Pengaruh Kepadatan Terhadap
Debit Limpasan

Gambar 7 Pengaruh Kepadatan Terhadap


Debit Limpasan

Dari gambar 7 pengaruh kepadatan terhadap debit limpasan pada kepadatan (ɣd) 0,83
gr/cm3 dan (ɣd) 0,96 gr/cm3 untuk keadaan jenuh air debit limpasan lebih besar dari pada
keadaan tidak jenuh air. Hal ini disebabkan karena pada saat jenuh air infiltrasinya lebih
kecil dari kondisi tidak jenuh air. Tetapi pada kepadatan (ɣd) 1,09 gr/cm3 debit limpasan
jenuh air sama dengan
dari keadaan tidak jenuh air yaitu 1,8 liter/menit. Karena pada saat kepadatan (ɣd) 1,09
gr/cm3 besar infiltrasinya sama yaitu mempunyai nilai infiltrasi kecil.
Untuk keadaan tidak jenuh air dan jenuh air semakin besar kepadatan debit limpasan
akan semakin besar. Pada tanah tidak jenuh kenaikan debit limpasan semakin besar
dari pada
kondisi tanah jenuh. Hal ini membuktikan faktor kepadatan tanah (ɣd) berpengaruh
terhadap besar kecilnya debit limpasan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Laboratorium tentang hubungan debit limpasan dengan
kepadatan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Hubungan antara debit limpasan dengan variasi kepadatan adalah berbanding lurus,
debit limpasan akan
meningkat jika tingkat kepadatannya meningkat. Dalam pengujian ini debit limpasan
maksimum terjadi pada kepadatan (ɣd) 1,09 gr/cm3 yaitu sebesar 1,8 liter/menit pada
kondisi tidak jenuh air dan jenuh air. sedangkan debit limpasan minimum terjadi pada
keadaan tanah tidak jenuh air kepadatan (ɣd) 0,83 gr/cm3 yaitu sebesar 1,60 liter/menit.

5.2 Saran
Dalam pengukuran debit limpasan
di Laboratorium, sebaiknya percobaan dilakukan dengan memperbanyak variasi kemiringan
(%), kepadatan (ɣd) dan intensitas hujan yang lebih banyak untuk memperkuat hasil yang
didapat. Agar lebih signifikan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh aliran
masuk (inflow), disamping hujan terhadap debit limpasan.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Asdak,C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Hakim, dkk. 1986. Dasar-dasar Imu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.

Hardiyatmo, H. C. 2012. Mekanika Tanah I. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

Indarto. 2010. Hidrologi: Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi. Jakarta: PT
Bumi Askara.

Islami, Wani. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Semarang: IKIP Semarang
Press.

Januardin. 2008. Pengukuran Laju Infiltrasi pada Tata Guna Lahan yang Berbeda di Desa
Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan. Medan: Departemen Ilmu
Tanah FP USU.
Kartasapoetra. 1989. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha Untuk Merehabilitasinya.
Jakarta: Bina Aksara.

Maryono, A, 2004. Banjir, Kekeringan dan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas


Gadjah Mada.

Noorvy, D. 2000. Analisa Penentuan Model Infiltrasi pada Alat Simulator Hujan Untuk
Tanah Lempung Berliat Jenuh Air. Skripsi tidak dipublikasikan. Malang: Universitas
Brawijaya.

Pratama, H. A. 2012. Hasil Penelitian Fakultas Teknik. Model Ekperimen Pengaruh


Kepadatan, Intensitas Curah Hujan dan Kemiringan Terhadap Resapan pada Tanah
Organik. Makasar: Fakultas Teknik Universitas Hasanudin.
Soemarto, C. D. 2008. Hidrologi Teknik.
Surabaya: Usaha Nasional
Surabaya Indonesia.

Sosrodarsono, S. 1993. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Suripin, 2004. Pelestarian Sumber Daya


Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi.

Utomo, W. H. 1989. Erosi dan Konservasi


Tanah. Malang: IKIP Malang.

Wilson, E. M. 1993. Hidrologi Teknik.


Bandung: Penerbit ITB Bandung.

Anda mungkin juga menyukai