Handayanto, 02, 13-19, HARFIA & PRIJONO-N-1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 13-19, 2022

e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.2

EVALUASI PERBAIKAN INFILTRASI DAN PENURUNAN


LIMPASAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN BERBAGAI TEKNIK
KONSERVASI TANAH PADA SISTEM AGROFORESTRI KOPI DI
SUMBERMANJING WETAN
Evaluation of Infiltration Improvement and Surface Reduction Using
Various Soil Conservation Techniques in Coffee Agroforestry Systems
in Sumbermanjing Wetan

Dina Ananda Harfia*, Sugeng Prijono


Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran no. 1 Malang 62145
*Penulis korespondensi: [email protected]

Abstract
The uneven distribution and intensity of rain cause a shortage and excess of water in dry land
farming. It appears that the problem of soil conservation in principle is the regulation of the
relationship between rainfall intensity, infiltration capacity, and runoff adjustment. To
improve the physical properties of the soil, and the hydrological function of the land use it
cannot only be stressed on the coffee plant. Other factors such as soil surface management,
such as providing organic matter, covering the soil surface with understory plants, making
absorption holes, terraces, waterways and so on, can improve the hydrological function of
the land. Rainwater management can be carried out through controlling surface runoff,
harvesting rainwater, increasing soil infiltration capacity, managing soil, controlling
evaporation and seepage, lining waterways. The use of silt pit parallel is considered quite
effective because it is able to produce the lowest surface runoff and sufficient water storage.
Silt pit parallel can produce 0.6% of rainfall into surface runoff and also can store water as
much as 62.35% of the rainfall that enters the plot. The functions of a silt pit are to increase
water infiltration into the soil. On dry land, silt pit functions as a place for harvesting
rainwater and surface runoff. Based on the correlation regression test, the amount of surface
runoff is closely influenced by the intensity of rain or rainfall .
Keywords : coffee, soil conservation, surface runoff, water storage

Pendahuluan siklus air sangatlah penting. Tanah merupakan


suatu peubah yang kompleks dalam seluruh
Pengelolaan dan pengembangan usahatani lahan masalah tata air. Selanjutnya akan terlihat bahwa
kering sangat bergantung pada waktu dan curah masalah konservasi tanah pada asasnya adalah
hujan. Menurut Noeralam et al. (2003), pengaturan hubungan antara intensitas hujan,
penyediaan air irigasi merupakan kendala utama kapasitas infiltrasi, dan pengaturan aliran
dalam pengembangan dan peningkatan permukaan.
produktifitas lahan kering. Distribusi dan Penyimpangan curah hujan di lokasi
intensitas hujan yang tidak merata dan tidak pengamatan sudah dapat dirasakan sejak 4 tahun
menentu menyebabkan terjadi kekurangan dan terakhir. Karena penyebaran dan distribusi
kelebihan air pada usahatani lahan kering. hujan yang tidak menentu, diperlukan suatu
Menurut Arsyad (2006), peran tanah dalam upaya pengelolaan air hujan yang jatuh pada
http://jtsl.ub.ac.id 13
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 13-19, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.2

suatu lahan agar tidak menyebabkan kekeringan Oktober 2020. Rancangan penelitian yang
atau defisit air pada musim kemarau. Curah digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok
hujan efektif adalah bagian curah hujan yang (RAK). Penelitian dilakukan dengan
masuk kedalam tanah sebagai air infiltrasi dan menggunakan plot erosi ukuran 5 m searah
ditahan oleh tanah. Bagian air hujan yang lereng x 6 m searah kontur. Lokasi penelitian
melimpas di permukaan tanah menyebabkan dibagi tiga sub plot erosi yang berlaku sebagai
runoff dan perkolasi yang mana air tersebut tidak ulangan. Sub plot ulangan ditempatkan pada
dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman bagian lereng atas, tengah dan bawah. Pemilihan
pada area lahan tempat jatuhnya hujan. Air teknik konservasi tanah dilakukan berdasarkan
hujan yang sudah masuk ke dalam tanah perlu apa yang telah diaplikasikan pada lahan
upaya untuk ditahan agar lebih lama berada agroforestri berbasis kopi di desa
dalam zona perakaran. Menurut Widianto et al. Sumbermanjing Wetan. Tabel 1 menunjukan
(2004) untuk memperbaiki sifat fisik tanah dan macam perlakuan di lokasi penelitian. Teras
fungsi hidrologi suatu sistem penggunaan lahan mengikuti arah kontur lahan. Jarak antar satu
tidak bisa hanya di bebankan pada satu tanaman teras ke teras lainnya ialah 3 m. Biopori dibuat
saja. Faktor lain seperti pengelolaan permukaan dengan menggunakan pipa yang telah diberi
tanah pemberian bahan organik, penutupan lubang dan diisi dengan kompos dengan
permukaan tanah dengan tanaman bawah kedalaman 50 cm. Rorak sejajar dengan ukuran
(understore y), pembuatan lubang serapan, teras, 100 cm x 30 cm x 50 cm, sedangkan rorak
saluran air dan sebagainya yang dapat berbentuk L dibuat dengan bentuk tegak lurus
memperbaiki fungsi hidrologi lahan. berukuran 150 cm x 30 cm x 50 cm.
Menurut Balai Penelitian Tanah (2012)
tindakan pengendalian erosi tanah dan aliran Tabel 1. Rancangan penelitian.
permukaan yang dilakukan di usahatani kopi
No Kode Teknologi Konservasi
berlahan miring antara lain ialah pembuatan
Tanah
rorak. Rorak dapat menampung air aliran
permukaan dan mengurangi kecepatan laju 1. T Teras Bangku
aliran permukaan. Cara ini di samping dapat 2. B Teras Bangku dan Biopori
memanen air hujan, juga dapat mengurangi erosi 3. S Teras Bangku dan Rorak
yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk Sejajar
mengetahui pengaruh sifat fisik tanah dan 4. L Teras Bangku dan Rorak L
kondisi hidrologis terhadap besarnya limpasan
permukaan di lahan agroforestri, pengaruh
berbagai macam teknik konservasi tanah dalam Pelaksanaan penelitian dilaksanakan mulai dari
mencegah limpasan permukaan dan persiapan, pengambilan sampel tanah,
meningkatkan simpanan air di sistem pembuatan plot limpasan permukaan,
agroforestri kopi, serta menentukan teknik pemasangan ombrometer sederhana selanjutnya
konservasi tanah yang paling efektif dalam melakukan pengamatan pada setiap kejadian
mengurangi limpasan permukaan yang terjadi. hujan, dan analisis laboratorium. Pengambilan
sampel karakteristik tanah dilakukan di setiap
sub plot sebanyak dua belas sub plot.
Bahan dan Metode Pengambilan sampel tanah dilakukan di dua
Penelitian ini dilaksanakan di kebun kopi rakyat, kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm. Pengambilan
sampel karakteritik tanah menggunakan metode
Desa Argotirto, Sumbermanjing Wetan,
diagonal. Jenis sampel yang diambil ialah sampel
Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten
tanah utuh dan sampel tanah tidak utuh. Sampel
Malang, Jawa Timur. Waktu pelaksanaan
digunakan untuk mengukur tekstur tanah, berat
observasi dilaksanakan pada bulan Februari
isi berat jenis, porositas, permeabilitas tanah,
hingga November 2020. Analisis laboratorium
kemantapan agregat. Pengukuran limpasan
dilaksanakan di Laboratorium Fisika Tanah,
permukaan diukur dengan menggunakan
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Waktu pelaksanaan analisis laboratorium metode plot erosi (Widianto et al. 2004) setiap
hari setelah kejadian hujan. Air yang tertampung
dilaksanakan pada bulan Agustus hingga
http://jtsl.ub.ac.id 14
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 13-19, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.2

dalam jerigen diukur volumenya dengan S100 = [(150(Ɵ10) + 100(Ɵ20+ Ɵ30+ Ɵ40+ Ɵ50+
menggunakan gelas ukur. Kemudian dilakukan Ɵ60+ Ɵ70+ Ɵ80+ Ɵ90) + (50 x Ɵ100)] mm
perhitungan untuk mengetahui total limpasan
permukaan setiap kejadian hujan. Keterangan :
Total limpasan permukaan setiap kejadian hujan Ɵ : Kadar air volume (cm cm-3)
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : S : Simpanan air (mm)
W : Kadar air massa (g g-1)
VRO = ×10 BI : Berat Isi (g cm-3 )
BJ : Berat Jenis Air (g cm-3 )
Keterangan :
VRO : Total volume aliran permukaan Data yang diperoleh dianalisis deskriptif
(mm) kemudian dianalisis ragam (Anova 5%)
V1 : Volume limpasan permukaan yang menggunakan software Genstat generasi 12.
tertampung di jerigen 1 (mL) Analisis ragam ditujukan untuk melihat
V2 : Volume limpasan permukaan yang
pengaruh berbagai teknik konservasi tanah
tertampung di jerigen 2 (mL)
terhadap limpasan permukaan. Untuk
A : Luas penampang plot erosi (cm2)
mengetahui hubungan antara sifat fisika dan
Rumus yang digunakan untuk menghitung hidrologis tanah terhadap limpasan permukaan
curah hujan sebagai berikut : dilakukan analisis korelasi dan regresi
R = ×10
Hasil dan Pembahasan
Keterangan :
R : Curah hujan (mm) Jenis tanah pada lokasi penelitian ialah Typic
V : Volume hujan dalam Humudepts, berliat. Proses pedogenesis yang
penampang (mm3) terjadi ialah humifikasi, iluviasi dan lessivage.
A : Luas penampang hujan (cm2) Humifikasi terjadi pada horizon Ap1 dan Ap2.
Iluviasi dan lessivage terjadi di Horizon Bw1,
Simpanan air dalam perakaran zona perakaran Bw2, dan Bw3 ditandai dengan peningkatan liat
diperoleh menggunakan pendekatan persamaan secara kualitatif dan terdapat bentukan ped
menurut Prijono (2009). (bersudut) yang di permukaannya terdapat
lapisan air dan tanda keberadaan liat yang tidak
Ɵ=Wx
sempurna. Data karakteristik sifat fisik pada
lahan percobaan ditunjukkan oleh Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik sifat fisik tanah.


Perlakuan Berat isi Porositas KHJ DMR Struktur Tekstur
(g cm-3) (%) (cm jam-1) (mm)
Kedalaman 0-20 cm
T 1 57,22 19,18 4,08 GM LiB
B 1,01 54,87 40,91 3,6 GM LiB
S 0,85 60,53 81,34 4,44 GM Li
L 0,91 65,57 99,23 3,6 GM Li
Kedalaman 20-40 cm
T 0,99 56,98 a 16,65 a 2,27 b GM LiB
B 1 56,80 a 13.66 a 2,07 b GM LiB
S 0,92 60,26 a 39,75 a 3,75 c GM Li
L 0,83 65,85 b 131,95 b 1,49 a GM Li
Keterangan: T: teras; B: biopori; S: rorak sejajar; L: rorak L; GM: Gumpal Membulat; LiB: Liat Berdebu; Li:
Liat

http://jtsl.ub.ac.id 15
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 13-19, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.2

Karakteristik sifat fisik tanah memerlukan rentang waktu yang lama (Farni
dan Zurhalena, 2010). Menurut Hanafiah (2004)
Berdasarkan Gambar 1. tekstur liat lah yang
dominasi fraksi liat akan menyebabkan
memberikan pengaruh nyata pada setiap
terbentuknya banyak pori-pori mikro, sehingga
kedalaman di berbagai perlakuan. Kandungan
luas permukaan sentuhnya menjadi sangat luas
fraksi liat paling tinggi terdapat pada teknik
serta daya pegang terhadap air sangat kuat.
konservasi tanah rorak L, dan yang terendah
Kondisi ini menyebabkan air yang masuk ke
pada biopori. Tekstur tanah tidak dipengaruhi
pori-pori segera terperangkap dan udara sulit
oleh tipe peggunaan lahan atau pun perbedaan
masuk.
umur tanaman karena perubahan tekstur

Gambar 1. Tekstur tanah.


T: teras; B: biopori; S: rorak sejajar; L: rorak L

Karakteristik hujan permukaan sebesar 0,91 yang menunjukan


adanya hubungan erat antara curah hujan
Karakteristik hujan meliputi tebal hujan
dengan limpasan permukaan. Koefisien
intensitas hujan dan durasi hujan (Hadi, 2006).
determinasi (R2) curah hujan dengan limpasan
Pada penelitian ini didapat 23 hari hujan dengan
permukaan bernilai 0,84 dengan kata lain curah
total curah hujan pada lokasi penelitian sebesar
hujan berpengaruh sebesar 84% terhadap
613,73 mm. Dari total 23 hari hujan didapatkan
terjadinya limpasan permukaan. Grafik
dua belas hari hujan dengan intensitas hujan
hubungan curah hujan dengan limpasan
ringan, tujuh hari hujan dengan intensitas hujan
permukaan di tunjukan pada Gambar 2.
sedang dan empat hari hujan dengan intensitas
hujan lebat. Total curah hujan dengan intensitas
ringan sebesar 177,76 mm. Total curah hujan
pada saat intensitas sedang sebesar 231,56 mm,
dan total curah hujan pada saat kejadian hujan
dengan intensitas lebat sebesar 264,4 mm.
Sehingga didapatkan rata-rata curah hujan pada
saat kejadian hujan intensitas ringan sebesar 9,81
mm. Rata-rata curah hujan pada saat kejadian
hujan sedang sebesar 33,08 mm dan rata-rata
curah hujan pada saat kejadian hujan lebat
sebesar 66,1 mm. Hasil analisis korelasi dan
regresi menunjukan bahwa peningkatan curah
hujan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap
limpasan permukaan yang terjadi. Curah hujan Gambar 2. Hubungan curah hujan dengan
berkorelasi positif sangat kuat dengan limpasan limpasan permukaan.

http://jtsl.ub.ac.id 16
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 13-19, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.2

Besarnya limpasan permukaan dipengaruhi oleh dengan berbagai perlakuan mengindikasikan


besarnya intensitas hujan. Semakin besar adanya pengaruh jumlah limpasan permukaan
intensitas hujan maka akan semakin besar pula terhadap simpanan air. Simpanan air hujan
volume aliran permukaan. Volume limpasan tertinggi terdapat pada perlakuan Biopori
permukaan ketika intensitas lebat tidak berbeda sebesar 403,6 mm. Selanjutnya perlakuan rorak
nyata di setiap perlakuan teknik konservasi sejajar memiliki simpanan air sebesar 382,7 mm.
tanah. Hal ini dimungkinkan terjadi karena Perlakuan teras sebesar 383,8 mm dan nilai
intensitas dan distribusi hujan dapat menjadi simpanan terendah pada rorak L sebesar 367,4
penyebab kecilnya aliran permukaan dan erosi mm. Perlakuan rorak L menghasilkan nilai
yang terjadi (Dariah et al. 2010). Menurut simpanan air terendah dimungkinkan karena
Hudson (1976) curah hujan dengan intensitas > pengaruh penguapan yang cukup besar pada
25 mm jam-1 merupakan curah hujan yang perlakuan rorak L.
bersifat erosif. Selain intensitas yang tergolong
rendah, curah hujan harian di lokasi penelitian
didominasi curah hujan yang intensitasnya
ringan. Pada intensitas hujan sedang, limpasan
permukaan menujukan hasil yang berbeda nyata
(p>0,05). Perlakuan teras menghasilkan
limpasan permukaan tertinggi yaitu sebesar 0,59
mm dan rorak L menghasilkan aliran permukaan
terendah yaitu sebesar 0,36 mm.
Limpasan permukaan pada berbagai
teknologi konservasi tanah
Hasil uji anova menunjukan perlakuan teknik
konservasi tanah memberikan hasil yang
berbeda nyata. Limpasan terendah berada pada
perlakuan rorak sejajar sebesar 0.16 mm.
Berbeda 0,003 mm jika dibandingkan dengan
perlakuan rorak L. Perlakuan biopori
menghasilkan limpasan rata-rata sebesar 0,2
mm. Limpasan tertinggi ditunjukan oleh
perlakuan teras sebesar 0,28 mm. Hal ini sesuai
dengan pendapat Idjudin (2017), bahwa
pembuatan rorak bertujuan juga untuk
memperbesar peresapan air kedalam tanah dan
menampung tanah yang tererosi. Pada lahan
kering, rorak berfungsi sebagai tempat
pemanenan air hujan dan aliran permukaan.
Perbandingan nilai limpasan permukaan dapat
dilihat pada Gambar 3 dan 4. Menurut Satibi et
al. (2019) rorak yang telah dibuat dapat
menghalangi laju aliran permukaan sehingga
jumlah air masuk ke dalam tanah menjadi
meningkat, dan meminimalkan run off sehingga
kehilangan lapisan tanah akibat erosi menjadi
menurun.
Limpasan permukaan dan simpanan air Gambar 3. Limpasan permukaan pada berbagai
intensitas hujan.
Hasil uji anova menunjukan nilai simpanan air (a) intensitas ringan; (b) intensitas sedang; (c)
tidak berbeda nyata. Akan tetapi terdapat variasi intensitas lebat; T: teras; B: biopori; S: rorak sejajar;
nilai simpanan air pada lahan agroforestri kopi L: rorak L.

http://jtsl.ub.ac.id 17
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 13-19, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.2

Kadar air di dalam tanah pada perlakuan biopori


lebih lama disimpan oleh tanah karena lahan
tertutup understorey. Pada perlakuan rorak L
bidang yang tidak tertutup dengan understorey
lebih banyak. Menurut Klocked et al.(1996), hal-
hal yang mempengaruhi evapotranspirasi ialah
iklim, tipe tanaman, pertumbuhan tanaman,
variasi tanaman, jumlah populasi tanaman per
satuan luas, penutupan permukaan tanah, dan
ketersediaan air tanah. Lee (1998) menyatakan di
bawah penutupan hutan yang sedikit, evaporasi
langsung terjadi namun permukaan mengering
Gambar 4. Rerata limpasan permukaan. jauh lebih lambat karena terlindungi vegetasi.

Tabel 1. Perbandingan total hujan, limpasan permukaan dan simpanan air.


Perlakuan Total Hujan Total Limpasan % Limpasan % Simpanan air
mm mm Permukaan
T 613,73 6,4 b 1,04 62,53
B 613,73 4,8 ab 0,78 65,76
S 613,73 3,7 a 0,60 62,35
L 613,73 3,8 a 0,62 59.86
Keterangan : T:teras; B:biopori; S:rorak sejajar; L:rorak L.

kondisi hidrologis, kondisi biofisik serta


Pengaruh teknik konservasi tanah dalam
pengelolaan lahan. Berdasarkan uji regresi
mencegah limpasan permukaan pada lahan
korelasi, besarnya limpasan permukaan
agroforestri dapat menghasilkan simpanan air
dipengaruhi erat oleh intensitas hujan atau curah
yang berbeda beda. Variasi nilai simpanan air
hujan. kondisi hidrologis berpengaruh nyata
pada lahan agroforestri kopi mengindikasikan
dalam peningkatan jumlah limpasan permukaan.
adanya pengaruh jumlah limpasan permukaan
Penggunaan berbagai teknik konservasi tanah
terhadap simpanan air. Penggunaan rorak sejajar
dapat mengurangi limpasan permukaan dan
cukup efektif karena mengasilkan limpasan
meingkatkan simpanan air tanah. Penggunaan
permukaan terendah dan simpanan air yang
rorak sejajar dinilai cukup efektif karena mampu
cukup. Rorak sejajar dapat menyimpan air
menghasilkan limpasan permukaan terendah
62,35% dari curah hujan yang masuk kedalam
dan simpanan air yang cukup, yaitu sebesar 0,6%
plot serta menghasilkan 0,6% curah hujan
curah hujan menjadi limpasan permukaan serta
menjadi limpasan permukaan. Curah hujan akan
mengasilkan 62,35% simpanan air dari curah
didistribusikan menjadi berbagai bentuk aliran
hujan yang masuk kedalam plot. Rorak
yaitu air tertampung di tajuk/daun, aliran
berfungsi memperbesar peresapan air kedalam
batang, air terevaporasi, air terinfiltrasi dan
tanah. Pada lahan kering, rorak berfungsi
aliran permukaan (Seyhan, 1990). Air yang jatuh
sebagai tempat pemanenan air hujan dan aliran
ke permukaan tanah akan menjadi lengas tanah.
permukaan.
Selanjutnya akan keluar melalui celah batuan
(berupa mata air) dan bertemu dengan aliran
dasar sebagai debit limpasan. Ucapan Terima Kasih
Penulis menyampaikan ucapan terima kapada
Kesimpulan masyarakat petani pemilik kebun kopi rakyat, Desa
Argotirto, Sumbermanjing Wetan, Kecamatan
Besarnya limpasan permukaan di pengaruhi oleh Sumbermanjing, Kabupaten Malang, serta teknisi
berbagai faktor antara lain sifat fisik tanah, Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian

http://jtsl.ub.ac.id 18
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 13-19, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.2

Universitas Brawijaya, atas dukungannya dalam Idjudin, A. and Abas, A. 2017. The role of land
pelaksanaan penelitian ini. conservation in plantation management. Jurnal
Sumberdaya Lahan 5 (2):103-116.
Klocked, N.L and Lindsay, V. 1998.
Daftar Pustaka Evapotranspiration (ET) or Crop Water Use.
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: USA: University of Nebraska–Lincoln
IPB Press. pp 165-258 cooperation with Institute of Agriculture and
Balai Penelitian Tanah. 2012. Mengelola Lahan Natural Resources
Kering Tergedradasi Menjadi Lahan Pertanian Lee, R., Sentot, S. dan Soenardi, P. 1990. Hidrologi
Produktif. IAARD Press Badan Penelitian dan Hutan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Pengembangan Pertanian Jalan Ragunan No. 29, Press. pp 343
Pasarminggu, Jakarta 12540 Nooralam, A., Arsyad, S. dan Iswandi, A. 2003.
Dariah, A., Fahmuddin, A., Arsyad, S. Sudarsonno. Teknik pengendalian aliran permukaan yang
dan Maswar. 2010. Erosi dan Aliran Permukaan efektif pada usaha tani lahan kering berlereng.
pada Lahan Pertanian Berbasis Tanaman Kopi di Jurnal Tanah dan Lingkungan l5:13-16.
Sumberjaya, Lampung Barat. Jurnal Ilmu Tanah Prijono, S. 2009 Agrohidrologi Praktis. Malang:
dan Lingkungan 12:52–60. Lembaga Cakrawala Indonesia. pp 70-78
Farni, Y. dan Zurhalena. 2010. Distribusi pori dan Satibi, M., Nasamsir, N. dan Hayata, H. 2019.
permeabilitas ultisol pada beberapa umur Pembuatan rorak pada perkebunan kopi Arabika
pertanaman. Jurnal Hidrolitan 1(1):43–47. (Coffea arabica) untuk meningkatkan
Hadi, P. 2006. Pemahaman karakteristik hujan produktivitas. Jurnal Media Pertanian 4(2): 74-79.
sebagai dasar pemilihan model hidrologi (studi Seyhan, E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi.
kasus di DAS Bengawan Solo Hulu). Forum Diterjemahkan oleh Sentot Subagyo, Gadjah
Geografi 20(1): 13-26. Mada University Press
Hanafiah, K.A. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Widianto. Noveras, H., Suprayogo, D.,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. pp 59-87 Purnomosidhi, P. dan Noordwijk M.V. 2004.
Hudson, N. 1976. Soil conservation. London: B.T. Konversi hutan menjadi lahan pertanian: apakah
Bastford Limited. pp 320 fungsi hidrologis hutan dapat digantikan
agroforestri berbasis kopi?. Agrivita 26 (1):47-52.

http://jtsl.ub.ac.id 19
halaman ini sengaja dikosongkan

http://jtsl.ub.ac.id 20

Anda mungkin juga menyukai