TUGAS INDIVIDU Evaluasi Pendidikan
TUGAS INDIVIDU Evaluasi Pendidikan
TUGAS INDIVIDU Evaluasi Pendidikan
Disusun oleh :
NAMA :RUBIYAH
NIM : 18.61.3284
PERTANYAAN
2. Berikan uraian penjelasan bahwa alat evaluasi dapat menggunakan alat tes dan
non tes, sebut dan berikan contohnya masing –masing!
JAWABAN
A. TEKNIK TES
1. Pengertian Tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno yakni testum,
yang berarti “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan
menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam-logam
mulia yang nilainya sangat tinggi). Dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, ujian atau percobaan. Dalam
bahasa Arab : Imtihan.
Dari segi istilah, terdapat beberapa definisi tentang istilah tes, diantaranya
adalah Drs. Amir Daien Indrakusuma dalam bukunya yang berjudul Evaluasi
Pendidikan, mengatakan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis
dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan yang diinginkan tentang
seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.
Definisi lain tentang tes juga dikutip dari Webster’s Collegiate, bahwa “test
= any series of questions or exercises or other means of measuring the skill,
knowledge, intelligence, capacities or aptitudes of an individual or group”
Dari beberapa definisi tentang tes diatas, nampak jelas bahwa pada
hakekatnya tidak ada perbedaan. Jadi seorang tester dalam melakukan kegiatan
penilaian membutuhkan suatu perangkat yang berupa pertanyaan, tugas, dan lain-
lain. Perangkat tersebut biasa kita kenal dengan sebutan tes.
2. Penggolongan Tes
Tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan tergantung dari segi
mana dan atas alasan apa penggolongan tes itu dilakukan.
a. Dilihat dari fungsinya sebagai alat ukur, tes dibagi menjadi 6 golongan, yakni
Tes Seleksi (ujian saringan atau ujian masuk), tes awal (pre-test), tes akhir (post-
test), tes diagnostic, tes formatif (ulangan harian), tes sumatif (ulangan umum).
b. Dilihat dari aspek psikis (kejiwaan) yang ingin diungkap, tes setidak-tidaknya
dibedakan menjadi 5 golongan, yakni : Tes intelegensi (inteligency test), Tes
kemampuan (aptitude test), Tes sikap (attitude test), Tes kepribadian (personality
test), Tes hasil belajar (achievement test).
c. Penggolongan lain
Dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, dibedakan menjadi 2 yakni
test individual dan tes kelompok. Dilihat dari segi waktu yang disediakan bagi
testeeuntuk menyelesaikan tes, dibagi menjadi 2 yakni Power test (waktu tidak
dibatasi) dan Speed test (waktu dibatasi). Dilihat dari segi bentuk responnya, tes
dibedakan menjadi 2, yakni Verbal Test (jawaban berupa kalimat baik lisan maupun
tulisan) dan Nonverbal Test (jawaban berupa perbuatan). Dilihat dari segi cara
mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, tes dibagi menjadi 2,
yakni tes tertulis dan tes lisan.
B. TEKNIK NONTES
Teknik ini dapat digunakan sebagai suatu kritikan terhadap kelemahan teknik tes.
Dengan teknik ini, maka evaluasi dilakukan dengan tanpa ”menguji” peserta didik,
malainkan dengan observasi, wawancara, dan lain-lain seperti yang akan
dipaparkan di bawah ini.
PERTANYAAN
3. Sampai saat ini guru-guru dari jenjang SD,SMP,SMA dan SMK jarang
menggunakan penilaian portopolio. Mengapa tidak menggunakan alat tersebut, dan
dimana letak kelebihan dan kekurangan dengan alat tersebut, berikan penjelasan
secukupnya!
JAWABAN
Oleh karena itu, portofolio yang ditugaskan untuk dibuat perlu disesuaikan dengan
kemampuan siswa berbahasa tulisIndonesiadan waktu yang tersedia bagi guru
untuk membacanya.
PERTANYAAN
JAWABAN
Model
Alasan alasan Kelebihan/ Kemudahan Keterbatasan/Kesukaran
pembelajaran
1.Goal Model ini merupakan 1. Sistematis-simple, masuk 1. Tidak ada pendapat yang
Oriented model yang muncul akal, rasional. konsisten mengenai siapa
Evaluation paling awal. Yang 2. Menggunakan pendekatan yang berhak memilih
Model(Tyler) menjadi obyek ilmiah. sasaran, atau sasaran mana
pengamatan pada 3. Dibedakan konsep yang dipilih
model ini adalah tujuan pengukuran dan evaluasi. 2. Meskipun tujuan dapat
dari progam yang sudah 4. Dilegitimasi tidak hanya didefinisi-kan dari segi
ditetapkan jauh dari metoda pengumpulan pelaksanaan, masalah
sebelum program data konvensional. untuk mendapatkan hasil
dimulai. Evaluasi ini 5. Yang disajikan satu pengukuran jauh dari yang
dijalankan secara kurikulum/program, diharapkan
berkesinambungan, perbaikannya dipusatkan 3. Tidak semua pelaksana
terus menerus, dan untuk evaluasi. kurikulum setuju tentang
mengecek seberapa 6. Mudah untuk dipahami perlunya menetapkan
jauh tujuan tersebut dan dilaksanakan meski tujuan terlebih dahulu
sudah terlaksana oleh guru kelas. 4. Mengarah pada tidak
didalam proses adanya penilaian
pelaksanaan program tegas/eksplisit paling tidak
dalam pemberian imbalan
merasakan.
5. Gagal untuk
menyediakan cara
mengevaluasi sasaran
program.
6. Gagal untuk
menyediakan cara
memperoleh standard
untuk menilai perbedaan
kinerja dan sasaran.
7. Gagal untuk
menyediakan cara menilai
kekuatan dan
kelemahannya.
8. Konvergen-konvergen
pada hakekatnya: penutup
prematur, kreativitas
dimatikan semangatnya,
dikunci pada sasaran
sasaran.
9. Fokus di desain pre-post
2. Goal Free Model ini bertlolak 1. Evaluator tidak perlu 1. Diperlukan evaluator
Evaluation belakang dengan model memperha-tikan rinci tiap yang benar-benar
Model paling awal. Model ini komponen tetapi hanya menekan- kompeten untuk dapat
(Scriven) evaluasi dilaksanakan kan pada bagai-mana mengurangi melaksanakan model ini.
secara terus menerus prasangka (bias) 2. Gagal untuk
memantau tujuan, yaitu 2. Model ini menganggap menyelesaikan
sejak awal proses terus pengguna sebagai audiens utama. permasalahan dalam
melihat sejauh mana Melalui model ini, Scriven ingin bagaimana memperoleh
tujuan tersebut sudah evaluator mengukur kesan yang standard, sebagai
tercapai. Goal free didapat dari sesuatu program permintaan tegas Scriven
evaluation ( evaluasi dibandingkan dengan kebutu-han di awal pada penilaian
lepas dari tujuan ) pengguna dan tidak aspek evaluasi. ".
justru menoleh dari membandingkannya dengan 3. Langkah-langkah
tujuan. Menurut matlamat pihak penganjur. sistematis yang harus
Scriven dalam dilakukan dalam evaluasi,
melaksanakan program hanya menekankan pada
evaluator tidak perlu obyek sasaran saja.
memperhatikan apa
yang menjadi tujuan
suatu program. Akan
tetapi bagaimana
jalannya/kerjanya
program. Model ini
lebih memfokuskan
pada tujuan umum, dan
kurang memperhatikan
tujuan khusus
3. Formatif -Model ini 1. Evaluasi formatif digunakan Tidak terdapat langkah-
Sumatif menunjukkan adanya untuk memperbaiki program langkah sistematis yang
Evaluation tahapan danlingkup selama program tersebut sedang harus dilakukan dalam
Model (Michael obyek yang dievaluasi, berjalan. Caranya dengan evaluasi, hanya
Scriven) yaitu evaluasi menyediakan balikan tentang menekankan pada obyek
yangdilakukan pada seberapa bagus program tersebut sasaran saja
waktu program masih telah berlangsung. Melalui
berjalan ( disebut evaluasi formatif ini dapat
evaluasiformatif ) dan dideteksi adanya ketidakefisienan
ketika program sudah sehingga segera dilakukan revisi.
selesai atau berakhir 2. Evaluasi sumatif bertujuan
(diserbut evaluasi meng-ukur efektifitas keseluruhan
evaluasi sumatif) program yang bertujuan untuk
-Dilaksanakn dengan membuat keputu-san tentang
tujuan untuk keberlangsungan program
mengetahuiketercapaia tersebut, yaitu dihentikan atau
n program setiappokok dilanjutkan.
bahasan atau tiap KD,
sekaligus untuk
mengetahui seberapa
jauhprogram dapat
berlangsung serta
untuk mengetahui
berbagai hambatan atau
kendala yang
mengakibatkan
program tidak lancar.
-Evaluasi Sumatif,
dilakukan setelah
program berakhir dan
bertujuan
untukmengukur
ketercapaian program.
Fungsi Evaluasi
Sumatif untuk
mengetahui posisi atau
kedudukan individu
pada kelompoknya
4. Countenance Dalam model ini 1. Diperluas dari konsep sasaran 1. Adanya keharusan
Evaluation menekankan pada 2 meliputi sasaran untuk pendidik evaluator untuk
Model (Stake) (dua) hal yang penting (dan agen-agen lain) dan untuk membandingkan kondisi
(prinsip) yaitu : faktor kontekstual dalam hasil evaluasi program
1. deskripsi penambahan sasaran tingkah laku tertentu dengan yang
(description) untuk para siswa. terjadi di program lain,
2. pertimbangan 2. Menyediakan dasar, meski dengan obyek yang sama.
(judgments) tidak sempurna, untuk evaluasi 2. Meninggalkan rata-rata
Serta membedakan sasaran (melalui perbandingan untuk menurunkan
adanya tiga tahap dalam yang rasional). standard besar yang tidak
evaluasi program, 3. Yang pertama fokus pada spesifik;
yaitu : penilaian sebagai suatu aspek disediakan sedikit
1. anteseden evaluasi; gambaran tindakan bimbingan operasional
(antecedents/context ) penuh termasuk deskripsi dan untuk evaluator.
2. transaksi penilaian 3. Tidak mencoba
(trancaktion/proces ) 4. Menyajikan penurunan memecahkan pertanyaan-
standard, keduanya mutlak dan pertanyaan bagaimana cara
3. keluaran ( output – relatif mengatur nilai bersaing
outcomes) 5. Menyediakan dasar empiris (meski dalam menentukan
untuk menyelesaikan rekomendasi tujuan atau menurunkan
Tyler standar). Yang dilanjutkan
bahwa hipotesis dikembangkan asumsi implisit awal
dan diuji meliput pengamatan tentang nilai
pola atas kelemahan dan kemasyarakatan. nilai
kekuatan. Catatan juga atas plurralisme diabaikan.
informasi yang menghubungkan 4. Gagal untuk
antecedent dan transaksional menyediakan bimbingan di
faktor dalam evaluasi formatifis bagaimana cara
berhubungan dengan non-
intended effect meski
menyuruh evaluator untuk
menghitungnya
5. Dilanjutkan dengan satu
penekanan pada evaluasi
formal yang didasari
paradigma ilmiah dan
pengukuran prosedur
selanjutnya.
6. Disain rumit dan
barangkali" terlalu bagus";
praktisi evaluator
menemukan kesulitan
untuk memahami dan
menerapkannya.
PERTANYAAN
JAWABAN
PERTANYAAN
JAWABAN
Penjelasan atas masing-masing aspek dalam model evaluasi CIPP adalah sebagai
berikut:
1. Evaluasi Context
2. Evaluasi Input
CIPP Evaluation
Keunggulan :
Kelemahan
PERTANYAAN
JAWABAN