Sop & Kerangka Acuan
Sop & Kerangka Acuan
Sop & Kerangka Acuan
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
Pengertian
Ante natal care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk
ibu selama masa kehamilannya dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan
1. Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) pada
ibu hamil sehingga dapat melakukan dan menyelesaikan dengan baik,
melahirkan bayi sehat dan memperoleh kesehatan yang optimal pada
masa nifas
2. Kebijakan Semua bidan dapat melakukan pemeriksaan ANC 10T dengan baik dan
benar sesuai prosedur
3. Prosedur 1. Petugas menerima kunjungan ibu hamil di ruang KIA setelah
mendaftar di loket pendaftaran
2. Sambut dengan Senyum, Salam dan Sapa kepada ibu hamil yang
datang
3. Tanyakan bila ada yang mengantar terutama suami untuk bisa
mendampingi selama pemeriksaan
4. Mulai ANC dengan :
a. Anamnesa :
a.1. Riwayat perkawinan
a.2. Riwayat Penyakit Ibu dan Keluarga
a.3. Riwayat Haid,HPHT
a.4. Riwayat Imunisasi
a.5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan terdahulu
a.6. Tanyakan keluhan Pasien
Setelah dilakukan Anamnesa petugas mempersilakan ibu hamil
untuk ke laboratorium untuk cek Hb dan Golongan Darah (untuk
Ibu hamil sengan K1). Pemeriksaan laboratorium diulang pada
Trimester ke III, serta pemeriksaan laboratorium lainnya (seperti
protein urin, Reduksi, PMS, HIV, dl) sesuai indikasi
b. Pemeriksaan Umum :
b.1. Keadaan umum Bumil
b.2. Periksa Tanda Vital : Tensi, Nadi, Pernafasan dan HR
b.3. Pemeriksaan fisik menyeluruh dari kepala sampai ekstremitas
(Ukur TB, LiLA, Konjungtiva, Ikterik, Oedem kaki,dll
c. Pemeriksaan Khusus :
c.1. Lakukan Pemeriksaan : LEOPOLD 1,2,3 dan 4 dengan teliti
c.2. Lakukan Pemeriksaan DJJ dengan teliti
5. Petugas melakukan skrining TT dan memberikan imunisasi sesuai
kebutuhan serta memberitahukan imunisasi ulangan yang akan
datang.
6. Petugas memberikan penyuluhan / konseling (gizi bumil, hygiene
perorangan, perawatan payudara selama kehamilan, pentingnya
pemeriksaan kehamilan secara rutin sesuai umur kehamilan, manfaat
tablet tambah darah (Fe), tanda-tanda bahaya dalam kehamilan, P4K,
KB, Post Partum, Perawatan BBL dan pesan pada saatnya nanti
melahirkan di tenaga kesehatan
7. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu, buku KIA dan
kohort ibu hamil
8. Buat kesimpulan hasil pemeriksaan dan rencana penatalaksanaan
sesuai dari kesimpulan hasil pemeriksaan
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
A. PENDAHULUAN
Pelayanan kebidanan dasar memerlukan pentingnya pemberdayaan ibu dan keluarga
dengan bantuan Bidan untuk mengatasi masalah yang mungkin dijumpai selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas.Dalam memberikan pelayanan kebidanan dasar juga perlu
diperhatikan bahwa sasaran langsung pelayanan adalah ibu dan janin serta bayi baru
lahir.Pelaksanaan pelayanan KIA mempunyai tugas untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
dan konseling terhadap ibu hamil serta keluarganya agar ibu hamil dapat melalui
kehamilannya dengan sehat dan selamat.
B. LATAR BELAKANG
Sebagian ibu hamil tidak pernah memeriksakan kehamilan karena beberapa
alasan.Mereka perlu dikunjungi ke rumahnya sejak kehamilan muda dan terutama sejak
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
umur kehamilannya 34-36 minggu.Oleh karena itu, banyak ibu hamil resiko tinggi yang tidak
terdeteksi oleh tenaga kesehatan.
C. TUJUAN
Mengetahui identitas pasien dan keluarga serta perilaku kehidupan sehari-hari.
Mengetahui secara dini riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu.
Mengetahui umur kehamilan, supaya dapat mengetahui perkiraan persalinan.
Mengenali sejak dini faktor resiko dan resiko tinggi.
Memberikan konseling pada ibu serta keluarga tentang keadaan kehamilannya.
Memotivasi ibu supaya merencanakan pertolongan persalinanya dengan tenaga
kesehatan.
E. CARA PELAKSANAAN
Kegiatan pemeriksaan bumil di gedung dilaksanakan di ruang KIA Puskesmas
Kegiatan di luar gedung dilaksanakan pada waktu yang ditentukan
Kunjungan rumah oleh Bumil yang tak memeriksakan kehamiannya dilakukan oleh Bidan
desa, pemegang wilayah setempat.
F. SASARAN
Bumil dari umur 0minggu – 40 minggu
G. JADWAL
Di dalam gedung setiap hari kerja di Ruang KIA Puskesmas
Di luar gedung, setiap kegiatan Posyandu di kunjungan desa dan kunjungan rumah di
tentukan oleh Bidan Desa pemegang wilayah.
MENOLONG
PERSALINAN NORMAL H. TARSO, SKM
DI PUSKESMAS NIP. 19660917198703 1 004
1. Pengertian Persalinan Normal adalah suatu rangkaian proses pengeluaran bayi yang
cukup bulan dilanjutkan pengeluaran plasenta dan diakhiri keluarnya
selaput ketuban tanpa disertai adanya penyulit
2. Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan pertolongan persalinan sehingga dapat
mengupayakan kelangsungan hidup dan mendapat derajat kesehatan yang
tinggi bagi ibu dan bayi
3. Kebijakan Semua dokter dan bidan dapat melakukan pertolongan persalinan nomal
dengan benar sesuai standar APN
4. Prosedur 1. Petugas menerima kunjungan ibu hamil yang hendak melahirkan setelah
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
baik
l. Meminta bantuan keluarga menyiapkan posisi meneran
m. Pimpin ibu meneran bila ibu mempunyai dorongan kuat untuk
meneran
n. Jika bayi belum lahir dalam waktu 2 jam meneran untuk ibu
primipara atau 1 jam untuk ibu multipara maka segera persiapkan
prosedur rujukan
o. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk diatas perut ibu dan dibawah bokong ibu
p. Bukalah partus set, dan pakai sarung tangan kembali
q. Lahirkan kepala sesuai dengan prosedur
r. Usap muka bayi dengan lembut dengan kain
s. Periksa adakah lilitan tali pusat, bila ada lilitan bebaskan lilitan
tersebut
t. Tunggu sampai bayi melakukan putaran paksi luar
u. Kemudian lahirkan bahu, badan dan tungkai sesuai prosedur
v. Nilai bayi dengan cepat dan tempatkan bayi pada perut ibu
w. Jepit tali pusat dan potong diantara 2 klem
x. Ganti handuk yang basah dan selimuti bayi dan letakkan di dada ibu
untuk proses Menyusu Dini
9. Proses Persalinan kala III
a. Setelah bayi diberikan pada ibu, lakukan palpasi perut ibu untuk
memeriksa kemungkinan adanya bayi kedua
b. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin
c. Berikan suntikan oksitosin sesegera mungkin 10 Unit IM pada 1/3
paha bagian luar
d. Pindahkan klem 5-10 cm dari vulva
e. Letakkan satu tangan diatas simfisis dan tangan lain menegangkan
tali pusat terkendali
f. Tegangkan tali pusat kearah bawah dengan lembut sambil melakukan
gerakan dorso cranial pada tangan yang lain
g. Setelah plasenta terlepas dari dinding uterus ibu diminta meneran
sambil menarik tali pusat ke bawah kemudian keatas mengikuti kurve
jalan lahir
h. Jika dalam 15 menit belum ada tanda lepasnya plasenta dari dinding
uterus berikan ulang Oksitosin 10 Unit IM dan lakukan kembali
penegangan tali pusat terkendali dan gerakan dorso cranial
i. Jika dalam 30 menit plasenta belum dapat dilahirkan lakukan
prosedur rujukan
j. Jika plasenta terlihat di introitus vagina lanjutkan melahirkan
plasenta dengan menggunakan kedua tangan
k. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir lakukan masase
uterus
l. Periksa kedua sisi plasenta, pastikan plasenta dan selaput ketubn
lengkap dan utuh
m. Evaluasi dan eksplorasi adanya laserasi pada vagina dan perineum
dan segera lakukan penjahitan
10. Persalinan Kala IV
a. Nilai kontraksi uterus pastikan berkontraksi dengan baik
b. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
klorin dan bilas dengan air DTT dan keringkan dengan kain
c. Lakukan perawatan tali pusat dengan mengikat tali pusat dengan
kuat
d. Lepaskan klem dan letakkan di larutan klorin
e. Selimuti bayi dan berikan kembali pada ibu untuk melanjutkan
menyusu dini
f. Lanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan pendarahan pervaginam
dalam 15 menit pertama, setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca
persalinan, dan selama 30 menit pada 1 jam kedua pasca persalinan
g. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik lakukan segera prosedur
penanganan ATONIA UTERI
h. Jika kontraksi baik, mengajarkan pada keluarga melakukan masase
uterus dan memeriksa kontraksi uterus
i. Evaluasi kehilangan darah dan periksa Vital sign ibu selama 1 dan 2
jam pasca persalinan
11. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin untuk
dekontaminasi selama 10 menit, kemudian cuci dan bilas peralatan
tersebut
12. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai
13. Bersihkan ibu dengan air DTT
14. Pastikan bahwa ibu bersalin nyaman dan menganjurkan pada keluarga
untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan
15. Dekontaminasi daerah yang digunakan untuk proses melahirkan
dengan larutan klorin kemudian cuci dan bilas dengan air bersih
16. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam klorin dengan cara
membalikkan bagian dalam ke luar dan rendam selama 10 menit
17. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
18. Lengkapi partograf dengan baik dan benar
19. Pindahkan ibu bersalin setelah 2 jam Post partum ke ruang perawatan
nifas
20. Lakukan pemeriksaan ulang Vital sign ibu di ruang perawatan nifas
21. Berikan ibu Vitamin A 200.000 IU untuk yang pertama pasca persalinan
5. Unit Terkait KIA, PONED
6. Referensi BUKU PWS KIA tahun 2009
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
A. PENDAHULUAN
Pelayanan kebidanan dasar memerlukan pentingnya pemberdayaan ibu dan keluarga
dengan bantuan Bidan untuk mengatasi masalah yang mungkin dijumpai selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas.Dalam memberikan pelayanan kebidanan dasar juga perlu
diperhatikan bahwa sasaran langsung pelayanan adalah ibu dan janin serta bayi baru
lahir.Salah satu tugas pelaksana pelayanan KIA yaitu melaksanakan Asuhan Persalinan
Normal.
Persalinan normal adalah terjadinya kelahiran bayi aterm dengan proses pervaginam
alami dan tanpa komplikasi. Penolong persalinan perlu memantau keadaan ibu dan janin
untuk mewaspadai secara dini terjadinya komplikasi.Di samping itu, penolong persalinan juga
berkewajiban untuk memberika dukungan moril dan rasa nyaman kepada ibu yang sedang
bersalin.
B. LATAR BELAKANG
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997, Angka Kematian
Ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka
Kematian Bayi Baru Lahir sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup. Sebagian besar penyebab
kematian tersebut dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat.Untuk dapat
memberikan pelayanan kesehaan maternal dan neonatal yang berkualitas dibutuhkan tenaga
kesehatan terampil yang didukung tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
C. TUJUAN
Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir
Memberikan asuhan sayang ibu dan bayi
Mengurangi intervensi pada ibu bersalin
Memantau kemajuan persalinan
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
E. CARA PELAKSANAAN
Persalinan dilakukan di rumah ibu, oleh tenaga kesehatan terlatih (Bidan)
Persalinan dilakukan sesuai dengan Asuhan Persalinan Normal
F. SASARAN
Bagi ibu bersalin.
G. JADWAL
Pada saat ibu memasuki masa persalinan (inpartu).
PELAYANAN IBU
NIFAS DI H. TARSO, SKM
PUSKESMAS NIP. 19660917198703 1 004
1. Pengertian Pelayanan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6
jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan
2. Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan pelayanan ibu pasca bersalin sekaligus sebagai
deteksi dini pemantauan komplikasi ibu pasca bersalin
3. Kebijakan Untuk pemantauan deteksi dini pada ibu nifas diperlukan pemeriksaan atau
kunjungan ibu pasca bersalin sebanyak 3 kali yaitu :
1. Kunjungan nifas pertama : 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan
2. Kunjungan nifas kedua : 8-14 hari setelah persalinan
3. Kunjungan nifas ketiga : 36-42 hari setelah persalinan
4. Prosedur 1. Petugas menerima kunjungan ibu nifas di ruang KIA setelah mendaftar di
loket pendaftaran
2. Sambut dengan Senyum, Salam dan Sapa kepada ibu nifas yang datang
3. Tanyakan bila ada yang mengantar terutama suami untuk bisa mendampingi
selama pemeriksaan
4. Petugas mulai melakukan anamnesa
Tanyakan identitas
Tanyakan riwayat kehamilan
Tanyakan riwayat persalinan dan keadaan bayi yang baru lahir
Tanyakan keluhan ibu dalam masa nifas
5. Petugas melakukan pemeriksaan :
Tinggi badan, berat badan, tanda-tanda vital
Khusus : - Payudara : Bengkak ?? , Produksi ASI ??
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
A. PENDAHULUAN
Pelayanan kebidanan dasar memerlukan pentingnya pemberdayaan ibu dan keluarga
dengan bantuan Bidan untuk mengatasi masalah yang mungkin dijumpai selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas. Dalam memberikan pelayanan kebidanan dasar juga perlu
diperhatikan bahwa sasaran langsung pelayanan adalah ibu dan janin serta bayi baru lahir.
Salah satu tugas pelaksana pelayanan KIA yaitu untuk melakukan pemeriksaan ibu dan
bayinya selama masa nifas. Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera setelah 6 jam setelah
persalinan. Selanjutnya diperlukan 3 kali pemeriksaan nifas, yaitu pada hari ke-3, ke-14, ke-40
setelah persalinan. Dengan tujuan supaya kesehatan ibu dan bayi tetap terkontrol dan bisa
mengetahui tanda bahaya yang mungkin timbul dan apa yang perlu dilakukan bila hal
tersebut terjadi.
B. LATAR BELAKANG
Masa nifas, yang berlangsung selama 6 minggu setelah persalinan, merupakan masa
kritis dalam kehidupan ibu maupun bayi. Sekitar 60 % kematian ibu terjadi segera setelah
lahir, dan hampir 50 % dari kematian pada masa nifas terjadi 24 jam pertama setelah
persalinan. Hal ini tidak berbeda pada bayi.Dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu
pertama setelah kelahiran. Pemantauan ketat, perawatan ibu dan bayi, serta konseling oleh
Bidan akan sangat membantu dalam mencegah kematian tersebut.
C. TUJUAN
1. 6 jam pertama setelah persalinan
Menilai perdarahan
Memeriksa bayi untuk pertama kali
Mengajarkan pada ibu dan keluarga tentang kebutuhan bayi
Memastikan bayi tetap hangat dan diberi ASI
2. 3 hari setelah persalinan
Menilai infeksi dan perdarahan
Memberitahu ibu tentang tanda bahaya dan cara perawatan dirinya.
Menganjurkan ibu untuk minum tablet tambah darah sampai 40 hari setelah
persalinan.
3. Kunjungan pada minggu kedua
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
E. CARA PELAKSANAAN
Kegiatan pemeriksaan ibu nifas di gedung dilaksanakan di ruang KIA Puskesmas
Kegiatan di luar gedung dilaksanakan pada waktu yang ditentukan
Kunjungan rumah pada ibu nifas dilakukan oleh Bidan desa, pemegang wilayah setempat.
F. SASARAN
Bagi ibu dan bayi selama masa nifas, yaitu 40 hari setelah persalinan.
G. JADWAL
Di dalam gedung setiap hari kerja di Ruang KIA Puskesmas Darangdan
Di luar gedung, setiap kegiatan Posyandu di kunjungan desa dan kunjungan rumah di
tentukan oleh Bidan Desa pemegang wilayah.
Bidan desa bersama kader Mengisi dan menempel Stiker di rumah ibu
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
hamil.
Bidan desa Memberikan Konseling pada ibu hamil, suami dan keluarga
tentang P4K terutama dalam menyepakati isi dalam stiker sampai dengan KB
pasca persalinan yang harus tercatat dalam Amanah Persalinan yang
dilakukan secara bertahap yang di pegang oleh petugas kesehatan dan Buku
KIA yang di pegang langsung oleh ibu hamil, dll
Bidan desa Memberikan Pelayanan saat itu juga sesuai dengan standar
ditambah dengan pemeriksaan laboratorium (Hb, Urine, bila endemis
malaria lakukan pemeriksaan apus darah tebal, PMTCT, dll)
Pemantauan Intensif dilakukan terus pada ibu hamil, bersalin dan nifas.
Stiker dilepaskan sampai 40 hari pasca persalinan dimana ibu dan bayi
yang dilahirkan aman dan selamat
7. Unit Terkait Bidan desa, Kader, Toma, Toga
8. Referensi -
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
A. PENDAHULUAN
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi.atau disingkat P4K adalah
Program yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian Ibu dan Bayi. Program ini
sesungguhnya sudah lama ada sejak program Safe Motherhood dan program Kesehatan Ibu
dan Anak ada. Penerapan program P4K ini merupakan tindak lanjut yang lebih kongkret yang
melibtakan masyarakat.
Pengertiannya adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh bidan sebagai upaya
untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil, suami dan keluarga, tentang:
Semua kehamilan berisiko atau membahayakan
Bahaya kehamilan dan persalinan
Ajakan kepapda ibu hamil, suami dan keluarganya untuk melakukan perencanaan
persalinan, meliputi:
1. Tempat persalinan
2. Peolong persalinan
3. Persiapan trasportasi
4. Persiapan keuangan
5. Calon donor darah
6. Persiapan pakaian bayi dan ibu hamil
7. Perencanaan KB (Keluarga Berencana) setelah melahirkan
B. LATAR BELAKANG
Kondisi kesehatan ibu dan anak di Indonesia saat ini masih sangat penting untuk
ditingkatkan serta mendapat perhatian khusus. Menurut data terakhir Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 diperkirakan sekitar 1 orang ibu meninggal setiap jam
akibat kehamilan, bersalin dan nifas serta setiap hari 401 bayi meninggal. Hal ini secara
keseluruhan disebabkan latar belakang dan penyebab kematian ibu dan anak yang kompleks,
menyangkut aspek medis yang harus ditangani oleh tenaga kesehatan.Sedangkan penyebab
non medis merupakan penyebab mendasar seperti status perempuan, keberadaan anak,
sosial budaya, pendidikan, ekonomi, geografis, transportasi dan sebagainya yang
memerlukan keterlibatan lintas sektor dalam penanganannya.
Penyebab kematian ibu terbesar secara berurutan disebabkan terjadinya pendarahan,
eklamsia, infeksi, persalinan lama dan keguguran.Kematian bayi sebagian besar disebabkan
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
karena Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), kesulitan bernafas saat lahir dan infeksi.Lebih dari
separuh (56 %) kematian bayi terjadi pada masa bayi baru lahir (0 – 28 hari). Sedangkan
kematian bayi usia 1 – 12 bulan sebagian besar disebabkan karena Diare dan pneumonia.
Upaya penurunan kematian ibu dan bayi, dapat dilakukan dengan peningkatan cakupan
dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak.Salah satu upaya yang dilakukan adalah
mendekatkan jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui Program,
perencanaan, persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K).
C. TUJUAN
1. Suami,keluarga dan masyarakat paham tentang bahaya persalinan
2. Adanya rencana persalinan aman yang disepakati antara ibu hamil,suami dan keluarga,
dengan bidan
3. Adanya rencana alat kontrasepsi setelah melahirkan yang disepakati antara ibu hamil,
suami dan keluarga, dengan bidan
4. Adanya dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, kader, dukun bayi, dll dalam
perencanaan persalinan dan KB setelah melahirkan, sesuai peran masing-masing
5. Adanya dukungan sukarela dari keluarga dan masyarakat dalam perencanaan persiapan
persalinan ibu hamil dalam hal biaya, transportasi, donor darah untuk proses persalinan
termasuk menghadapi kegawatdaruratan ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru lahir
6. Memantapkan kerjasama antara bidan, dukun bayi dan kader
7. Penempelan stiker P4K di setiap rumah ibu hamil dimaksudkan agar ibu hamil terdata,
tercatat dan terlaporkan keadaannya oleh bidan dengan melibatkan peran aktif unsur –
unsur masyarakat seperti kader, dukun dan tokoh masyarakat.
8. Masyarakat sekitar tempat tinggal ibu mengetahui ada ibu hamil, dan apabila sewaktu –
waktu membutuhkan pertolongan, masyarakat siap sedia untuk membantu. Dengan
demikian, ibu hamil yang mengalami komplikasi tidak terlambat untuk mendapat
penanganan yang tepat dan cepat.
5. Bidan desa bersama kader Mengisi dan menempel Stiker di rumah ibu hamil.
6. Bidan desa Memberikan Konseling pada ibu hamil, suami dan keluarga tentang P4K
terutama dalam menyepakati isi dalam stiker sampai dengan KB pasca persalinan yang
harus tercatat dalam Amanah Persalinan yang dilakukan secara bertahap yang di pegang
oleh petugas kesehatan dan Buku KIA yang di pegang langsung oleh ibu hamil, dll
7. Bidan desa Memberikan Pelayanan saat itu juga sesuai dengan standar ditambah dengan
pemeriksaan laboratorium (Hb, Urine, bila endemis malaria lakukan pemeriksaan apus
darah tebal, PMTCT, dll)
8. Setelah melayani , Bidan desa merekap hasil pelayanan ke dalam pencatatan Kartu Ibu,
kohort ibu, PWS KIA, Peta sasaran Bumil, Kantong Persalinan, termasuk kematian ibu ,
bayi lahir dan mati di wilayah desa (termasuk dokter dan bidan praktek swasta di desa
tsb ).
9. Setelah melayani , Bidan desa merekap hasil pelayanan ke dalam pencatatan Kartu Ibu,
kohort ibu, PWS KIA, Peta sasaran Bumil, Kantong Persalinan, termasuk kematian ibu ,
bayi lahir dan mati di wilayah desa (termasuk dokter dan bidan praktek swasta di desa
tsb ).
10. Melaporkan hasil tersebut setiap bulan ke Puskesmas.
11. Pemantauan Intensif dilakukan terus pada ibu hamil, bersalin dan nifas.
12. Stiker dilepaskan sampai 40 hari pasca persalinan dimana ibu dan bayi yang dilahirkan
aman dan selamat.
E. SASARAN
Seluruh ibu hamil yang ada diwilayah.
KONSELING
IBU HAMIL RESIKO
H. TARSO , SKM
TINGGI
NIP. 19660917198703 1 004
1. Pengertian Kehamilan resiko tinggi adalah suatu proses kehamilan yang kehamilannya
mempunyai resiko lebih tinggi dan lebih besar dari normal umumnya kehamilan
(baik itu bagi ibu maupun bayi) dengan adanya resiko terjadi penyakit atau
kematian sebelum atau sesudah persalinan
2. Tujuan Membantu klien agar mau mengikuti saran konselor dalam pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan yang mendukung terwujudnya perubahan perilaku
secara positif
3. Kebijakan Kondisi kehamilan dikatakan berisiko/ berbahaya apabila :
Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Jarak persalinan terakhir kurang dari 2 tahun
jumlah kehamilan lebih dari 5
Riwayat persalinan operasi kurang 2 tahun
tinggi badan ibu kurang dari 145 cm
Usia kehamilan lebih dari 42 minggu
Taksiran berat bayi lebih dari 4kg
Lingkar Lengan Atas [LiLA]kurang dari 23,5 cm
Tekanan darah lebih dari 140/90 MmHG
Sakit Kepala yang berlebihan
Anemia dengan tanda-tanda:kadar Hb < 10 gr%, pandangan berkunang-
kunang, lemah, letih, lesu,dll
Muntah berlebihan
Kulit sekeliling mata, tangan, dan kaki bengkak
Keluar darah dari jalan lahir
Keluar air ketuban sebelum ada tanda- tanda persalinan
4. Sasaran Pasien/klien ibu hamil
5. Prosedur 1. Persiapan
a. Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan jadwal
c. Menyiapkan media (food model, lembar balik, poster, leaflet, dsb
d. Menyiapkan antropometri (timbangan, alat ukur tinggi badan/panjang
badan)
2. Pelaksanaan
a. Registrasi umum
b. Anamnesa (kualitatif dan kuntitatif)
c. Pemeriksaan sesuai standar ANC
d. Perencanaan
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
e. Pemberian konseling
3. Evaluasi
Klien mengerti dan terwujudnya perubahan perilaku
6. Unit terkait KIA, PONED
7. Referensi -
A. PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu dan perinatal merupakan parameter yang lebih baikdan peka untuk
menilai keberhasilanpelayanan kesehatan. Hal ini mengingat kesehatan dan keselamatan
janin dalam rahim sangat tergantung pada keadaan serta kesempurnaan bekerjanya system
dalam tubuh ibu.
Pelayanan kebidanan dasar memerlukan pentingnya pemberdayaan ibu dan keluarga
dengan bantuan Bidan untuk mengatasi masalah yang mungkin dijumpai selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas. Dalam memberikan pelayanan kebidanan dasar juga perlu
diperhatikan bahwa sasaran langsung pelayanan adalah ibu dan janin serta bayi baru lahir.
Pelaksanaan pelayanan KIA mempunyai tugas untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dan
konseling terhadap ibu hamil serta keluarganya agar ibu hamil dapat melalui kehamilannya
dengan sehat dan selamat.
B. LATAR BELAKANG
Sebagian ibu hamil tidak pernah memeriksakan kehamilan karena beberapa alasan.
Mereka perlu dikunjungi ke rumahnya sejak kehamilan muda dan terutama sejak umur
kehamilannya 34-36 minggu. Oleh karena itu, banyak ibu hamil resiko tinggi yang tidak
terdeteksi oleh tenaga kesehatan.
C. TUJUAN
1. Mengetahui identitas pasien dan keluarga serta perilaku kehidupan sehari-hari
2. Mengetahui secara dini riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
3. Mengetahui umur kehamilan, supaya dapat mengetahui perkiraan persalinan
4. Mengenali sejak dini faktor resiko dan resiko tinggi
5. Memberikan konseling pada ibu serta keluarga tentang keadaan kehamilannya
6. Memotivasi ibu supaya merencanakan pertolongan persalinanya dengan tenaga
kesehatan
E. CARA PELAKSANAAN
Kegiatan pemeriksaan bumil di gedung dilaksanakan di ruang KIA Puskesmas
Kegiatan di luar gedung dilaksanakan pada waktu yang ditentukan
Kunjungan rumah oleh Bumil yang tak memeriksakan kehamiannya dilakukan oleh Bidan
desa, pemegang wilayah setempat.
F. SASARAN
Bumil dari umur 0minggu – 40 minggu
G. JADWAL
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
KELAS
IBU HAMIL
H. TARSO, SKM
NIP. 19660917198703 1 004
1. Pengertian Kelompok belajar ibu hamil dengan umur kehamilan antara 20 minggu sampai
dengan 32 minggu dengan jumlah peserta minimal 10 orang. Di kelas ini ibu hamil
akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan
anak secara menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal
dan berkesinambungan.
2. Tujuan Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami
tentang kehamilan, perubahan tubuh, dan keluhan selama kehamilan, perawatan
kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru
lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte
kelahiran.
3. Kebijakan -
4. Sasaran Pasien/klien ibu hamil
5. Prosedur 1. Melakukan identifikasi terhadap ibu hamil yang ada di wilayah kerja
2. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil
3. Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal pelaksanaan
kelas ibu hamil
4. Persiapan peserta kelas ibu hamil
5. Siapkan tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu siapa saja fasilitator dan nara
sumber jika diperlukan
6. Membuat rencana pelaksanaan kegiatan
7. Menentukan waktu pertemuan
6. Unit terkait KIA
7. Referensi -
KERANGKA ACUAN
KELAS IBU HAMIL
A. LATAR BELAKANG
Kegiatan Kelas Ibu Hamil merupakan sarana untuk belajar kelompok tentang kesehatan
bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
ketrampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan perawatan bayi
baru lahir, melalui praktik dengan menggunakan buku KIA.
Buku KIA dan Kelas Ibu adalah salah satu sarana komunikasi, informasi dan edukasi
untuk mencerdaskan wanita khususnya ibu hamil. Dalam menjalankan perannya ibu hamil
membutuhkan pengetahuan yang baik tentang kesehatan ibu dan anak, salah satunya
pendidikan ibu melalui kelas ibu hamil.
B. TUJUAN
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Bidan dalam penyelenggaraan Kelas Ibu
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu mengenai kehamilan, persalinan,
perawatan nifas, perawatan bayi dan lain-lain.
3. Terbentuknya Kelas Ibu Desa di masing-masing desa
4. Memahami apa yang disebut kelas ibu hamil
5. Memahami bahwa kehadiran tepat waktu dan berpartisipasi aktif penting untuk
keberhasilan kelas ibu hamil
6. Memahami bagaimana terjadinya kehamilan
7. Memahami adanya perubahan tubuh ibu selama kehamilan
8. Memahami bagaimana mengatasi berbagai keluhan saat hamil
9. Memahami pentingnya makanan sehat dan pencegahan anemia saat kehamilan
10. Memahami bahwa kesiapan psikologis diperlukan dalam menghadapi kehamilan
11. Memahami bagaimana hubungan suami istri semasa kehamilan
12. Mengetahui obat-obatan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu semasa
kehamilan
13. Mengetahui tanda-tanda bahaya pada kehamilan
14. Memahami perlunya perencanaan persalinan sejak awal agar dapat memperlancar
proses persalinan
C. PESERTA
Semua ibu hamil yang ada di desa
E. AGENDA
09.00 – 09.30 Pengisian Daftar hadir
09.30 – 10.00 Penyampaian materi kelas ibu
10.00 – 11.00 Diskusi dan Tanya jawab
11.00 Penutupan
3. Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal pelaksanaan kelas ibu hamil
4. Persiapan peserta kelas ibu hamil
5. Siapkan tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu siapa saja fasilitator dan nara sumber jika
diperlukan
6. Membuat rencana pelaksanaan kegiatan
7. Menentukan waktu pertemuan
KEMITRAAN
BIDAN - PARAJI
H. Tarso, SKM
NIP. 19660917198703 1 004
1. Pengertian Suatu bentuk kerjasama bidan dan paraji yang saling menguntungkan dengan
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
KERANGKA ACUAN
PERTEMUAN MITRA BIDAN DAN DUKUN
A. PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum memuaskan, terbukti
dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).Kematian dan
kesakitan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir masih merupakan masalah besar
negara berkembang termasuk Indonesia. Di Negara-negara miskin, sekitar 25–50% kematian
wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
dan nifas. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu
meninggal pada saat hamil atau bersalin.
Kemitraan bidan dengan dukun adalah suatu bentuk kerjasama bidan dengan dukun
yang paling menguntungkan dengan prinsip keterbukaaan, kesetaraan, dan kepercayaan
dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi, dengan menempatkan bidan sebagai
penolong persalinan dan mengalihfungsikan dukun dari penolong persalinan menjadi mitra
dalam merawat ibu dan bayi pada masa nifas, dengan berdasarkan kesepakatan yang telah
dibuat antara bidan dengan dukun, serta melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang
ada.
Di dalam kemitraan, bidan dengan dukun bayi mempunyai peran dan tanggung jawab
masing-masing. Oleh sebab itu perlu diberi pengertian bahwa peran dukun bayi tidak kalah
penting dibandingkan perannya dahulu. Proses perubahan peran dukun menuju peran
barunya yang berbeda, memerlukan suatu adaptasi dan hubungan interpersonal yang baik
antara bidan dukun.
Di dalam konsep kemitraan bidan dengan dukun, dukun bayi perlu diberikan wawasan
dalam bidang kesehatan ibu dan bayi baru lahir, terutama tentang tanda bahaya pada
kehamilan, persalinan dan nifas serta persiapan yang harus dilakukan oleh keluarga dalam
menyongsong kelahiran bayi.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu maupun bayi
adalah faktor pelayanan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan tenaga
kesehatan sebagai penolong pertama pada persalinan tersebut, di mana sesuai dengan
pesan pertama kunci MPS yaitu setiap persalinan hendaknya ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih.Di samping itu, masih tingginya persalinan di rumah dan masalah yang terkait budaya
dan perilaku dan tanda-tanda sakit pada neonatal yang sulit dikenali, juga merupakan
penyebab kematian bayi baru lahir.Menurut hasil penelitian dari 97 negara bahwa ada
korelasi yang signifikan antara pertolongan persalinan dengan kematian ibu. Semakin tinggi
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah akan diikuti penurunan kematian
ibu di wilayah tersebut.
Namun sampai saat ini di wilayah Puskesmas Darangdan pertolongan persalinan
dilakukan oleh dukun bayi yang masih menggunakan cara-cara tradisional sehingga banyak
merugikan dan membahayakan keselamatan ibu dan bayi baru lahir.Di beberapa desa,
keberadaan dukun bayi sebagai orang kepercayaan dalam menolong persalinan, sosok yang
dihormati dan berpengalaman, sangat dibutuhkan oleh masyarakat keberadaannya.Berbeda
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
dengan keberadaan bidan yang rata-rata masih muda dan belum seluruhnya mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat.
Sehingga perlu dicari suatu kegiatan yang dapat membuat kerjasama yang saling
menguntungkan antara bidan dengan dukun bayi, dengan harapan pertolongan persalinan
akan berpindah dari dukun bayi ke bidan. Dengan demikian, kematian ibu dan bayi
diharapkan dapat diturunkan dengan mengurangi risiko yang mungkin terjadi bila persalinan
tidak ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dengan menggunakan pola kemitraan
bidan dengan dukun.Dalam pola kemitraan bidan dengan dukun berbagai elemen
masyarakat yang ada dilibatkan sebagai unsur yang dapat memberikan dukungan dalam
kesuksesan pelaksanaan kegiatan ini.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatnya akses Ibu dan bayi terhadap pelayanan kebidanan berkualitas
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan rujukan persalinan, pelayanan antenatal, nifas dan bayi oleh dukun ke
tenaga kesehatan yang kompeten.
b. Meningkatkan alih peran dukun dari penolong persalinan menjadi mitra Bidan alam
merawat Ibu Nifas dan Bayinya
c. Meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.
C. METODE
Metode yang digunakan dalam Mini Lokakarya Lintas Sektor ini adalah :
Presentasi
Tanya jawab
Diskusi.
1. Input
Meliputi penyiapan tenaga, penyiapan biaya operasional, penyiapan sarana kegiatan bidan
dan saran dukun, serta metode /mekanisme pelaksanaan kegiatan.
2. Proses
Proses yang dimaksudkan adalah lingkup kegiatan kerja bidan dan kegiatan
dukun.Kegiatan bidan mencakup aspek teknis kesehatan dan kegiatan dukun mencakup
aspek non teknis kesehatan. Tugas dukun ditekankan pada alih peran dukun dalam
menolong persalinan menjadi merujuk ibu hamil dan merawat ibu nifas dan bayi baru
lahir berdasarkan kesepakatan antara bidan dengan dukun.
2.1. Yang dimaksudkan aspek teknis kesehatan adalah aspek proses pengelola dan
pelayanan program KIA
a) Pengelolaan (manajemen) program KIA adalah semua kegiatan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian (evaluasi) program
kesehatan ibu dan anak masuk KB.
b) Pelayanan kesehatan ibu dan anak, mencakup kegiatan yang dilakukan bidan
dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai wewenang, etika, tanggung jawab
bidan.
2.2. Yang dimaksud aspek non kesehatan adalah :
a) Menggerakkan dan memberdayakan ibu, keluarga dan masyarakat
b) Memberdayakan tradisi setempat yang positif berkaitan dengan kesehatan ibu
dan anak.
c) Menghilangkan kebiasaan buruk yang dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas
dan bayi baru lahir.
3. Output
Kemitraan bidan dengan dukun adalah pencapaian target upaya kesehatan ibu dan anak
antara lain :
Meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait.
Meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang bermitra.
Meningkatkan rujukan oleh dukun.
Meningkatnya cakupan pertolongan persalinan.
Meningkatnya deteksi risti / komplikasi oleh masyarakat
E. PESERTA
Peserta Mini Lokakarya Lintas Sektor terdiri dari :
Narasumber
Peserta Dukun Beranak
Peserta Bidan Desa
STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN
ANTENATAL CARE
NO DOKUMEN : Ditetapkanoleh
S NO REVISI : KepalaPuskesmas
TANGGL
O TERBIT :
UPTD
DINAS P HALAMAN : H. TARSO., SKM
PUSKESMAS
KESEHATAN NIP. 19660917 198703 DARANGDAN
KAB.PURWAKARTA 1 004
G. JADWAL KEGIATAN
No Waktu Acara Pengarah
1. 09.00-09.15 Doa Pembukaan Petugas
2. 09.15-09.30 Kata Sambutan Kepala Puskesmas
3. 09.30-09.45 Pembukaan Kegiatan Camat Darangdan
4. 09.45-10.15 Snack Panitia
5. 10.15-10.45 Pembahasan Materi Kemitraan Panitia
Bidan dan Dukun
6. 10.45-11.15 Identifikasi Masalah Kepala Puskesmas
7.. 11.15-12.45 Kesepakan Notulen
8. 12.45-13.00 Penutupan Camat Darangdan
H. BIAYA
Biaya Kegiatan Kemitraan Bidan dan Dukun bersumber dari Dana Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) Tahun 2015.
I. PENUTUP
Kerjasama yang saling menguntungkan antara bidan dengan dukun bayi sangat
diperlukan untuk memindahkan persalinan dari dukun bayi ke Bidan.Dengan demikian,
kematian ibu dan bayi diharapkan dapat diturunkan dengan mengurangi risiko yang mungkin
terjadi bila persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dengan
menggunakan pola kemitraan bidan dengan dukun.
Demikian laporan kegiatan Kemitraan Bidan dan Dukun tingkat Puskesmas Darangdan
tahun 2015.